Dana Takaful merupakan donasi para nasabah berdasarkan akad

7 pendapatan berbasis komisifee. Berdasarkan paparan di atas, maka dalam tulisan ini akan dianalisisa mengenai 2 hal yakni : a. Bagaimana pemaknaan ketidakpastian uncertainty atas kejadianperistiwa yang akan terjadi di masa datang dalam konteks Takaful?, b. Bagaimana implementasi prinsip mutual cooperationmutual help dalam mekanisme Takaful ? B. PEMBAHASAN

1. Dana Takaful merupakan donasi para nasabah berdasarkan akad

tabarru’ non komersial Landasan hukum bagi aktivitas Takaful di Indonesia mengacu pada Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21DSN-MUIX2001 tentang Pedoman Umum Asuransi. Berdasarkan Fatwa tersebut, yang dimaksud dengan Takaful ta’min atau tadhamun asuransi syariah adalah: “ usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad perikatan yang sesuai dengan prinsip syariah.’ Sebagai perbandingan, berikut dikemukakan beberapa pengertian yang di berikan oleh organisasi yang secara internasional diakui menjadi acuan bagi negara-negara dalam mengatur praktik ekonomi syariah dan juga digunakan oleh Indonesia dalam merumuskan regulasi di bidang ekonomi syariah, yakni AAOIFI Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions , The Islamic Financial Services Board IFSB dan International Association of Insurance Supervisors IAIS. AAOIFI’s Sharia Standard 262 2007 : “Islamic insurance is an agreement between persons who exposed to risks to protect themselves against harms arising from the risks by paying contributions on the basis of “ commitment to donate” iltizam bi al tabarru’. Following from that, the insurance fund established and is treated as a separate legal entity shaksiyyah i’tibariyyah which has independent financial liability. The fund will cover the compensation against harmst that befall any of participants due to the occurance of the insured risks perils in accordance with the terms of the policy” cetak tebal dari penulis The Islamic Financial Services Board IFSB and International Association of 8 Insurance Supervisors IAIS : “takaful is the Islamic counterpart of conventional insurance, and exists in both life or”family” and general forms. It is based on concepts of mutual solidarity, and a typical Takaful undertaking will consist of a two tier structure that is a hybrid of a mutual and commercial form of company”. 13 Mengacu pada beberapa pengertian Takaful asuransi syariah di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur –unsur dalam Takaful asuransi syariah, adalah sebagai berikut : 1. Takaful bertujuan memberikan perlindungan kepada nasabah atau partisipan atas kerugian yang timbul di kemudian hari berdasarkan prinsip saling tolong menolong. 2. Dana takaful yang digunakan untuk mengganti kerugian berasal dari nasabah atau partisipan sebagai donasi atau voluntary contribution 14 , yang dikelola secara terpisah sebagai dana Takaful. 3. Akad yang mendasari hubungan hukum dalam takaful dapat berupa gabungan hybrid antara akad non-komersial tabarru’ dan akad komersial tijarah. Permasalahan ada tidaknya unsur ketidakpastian gharar dalam takaful harus dilihat dari maknanya. Gharar adalah elemen “ketidakpastian uncertainty yang eksis dalam polis kontrak asuransi konvensional antara perusahaan asuransi sebagai penanggung dan nasabah sebagai tertanggung, baik asuransi jiwa maupun asuransi umum. Berbeda dengan takaful yang bertumpu pada prinsip syariah, maka hubungan kontraktual harus memuat objek jelas dan tertentu. Ketidakpastian yang terkandung dalam asuransi konvensional dapat dilihat dari “nilai ganti rugi” dan “kapan saat ganti rugi dibayarkan”, yang tidak dapat ditentukan pada saat kontrak dibuat. Sebagai contoh, dalam asuransi konvensional, pemegang polis setuju membayar premi pada perusahaan asuransi, dan sebagai imbalannya perusahaan asuransi menjamin untuk membayar ganti rugi apabila terjadi kehilangan atau bencana. Ketidakpastian juga dapat dilihat dari fakta bahwa pemegang polis tidak pernah mengetahui cara, sumber dan jumlah uang yang akan dibayarkan oleh 13 International Association of Insurance Supervisors, Regulation and Supervision of Takaful Islamic Insurance , Agustus, 2006, hlm.4. 14 lihat Mahmoud A El Gamal, Islamic Finance-Law, Economics and Practice, Cambridge, 2006, 147. 9 perusahaan asuransi. Kontrak semacam inilah yang lantas dianggap memenuhi larangan gharar berdasarkan prinsip syariah. Mengacu pada prinsip-prinsip yang terkandung dalam Takaful, maka terdapat perbedaan dalam pemaknaan ketidakpastian uncertantygharar. Dalam asuransi konvensional, nasabah akan membayar premi dan perusahaan akan memberi polis yang berisi janji bahwa apabila nasabah mengalami kejadian tertentu , perusahaan akan mengganti kerugian. Dengan kata lain, apabila peristiwa tidak terjadi, maka nasabah akan kehilangan sejumlah uang dan tidak mendapatkan apa-apa, sementara perusahaan akan diuntungkan sebesar premi yang disetor. Disini makna ketidakpastian adalah atas sejumlah uang premi yang diharapkan mendatangkan keuntungan dan digantungkan pada peristiwa yang tidak pasti. Sementara itu, dalam Takaful dana yang diserahkan oleh para partisipan merupakan donasi yang akan dikelola sebagai dana takaful untuk menolong partisipan lain yang mengalami kerugian akibat risiko atau bahaya yang dialami. Disini, donasi diberikan tanpa digantungkan pada prestasi pihak lainnya. Oleh karenanya , akad yang mendasari donasi sejumlah uang dari partisipan kepada pengelola takaful haruslah akad tabarru’, seperti akad hibah. Dengan demikian, praktik Takaful harus berpegang pada prinsip bahwa jenis akad yang digunakan adalah akad untuk kebajikan diantara sesama partisipan bukan untuk tujuan komersial dan tidak dapat digolongkan dalam kontrak komersial. 15 Berdasarkan hal ini, larangan “ketidakpastian gharar menjadi hilang dan dapat ditolerir. Para pakar ekonomi Islam mengakui Takaful yang berbasis pada voluntary contribution dan bertumpu pada prinsip kerjasama saling tolong menolong mutual cooperation tidak memiliki motif keuntungan profit motive diantara sesama partisipan, sehingga dapat diterima berdasarkan hukum Islam. 16

2. Implementasi Mutual Cooperation atau Kerjasama dalam Kebajikan