Profil Keluarga Dampingan GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

satu bangunan sebagai kamar mandi, serta sanggah sebagai tempat persembahyangan. Atapnya terbuat dari seng, dengan dinding batako yang disemen dan lantai dari semen tanpa ubin. Sedangkan untuk dapur, terletak di bangunan yang terbuat dari dinding yang diplester beratapkan seng dan terkesan lebih gelap daripada bangunan lain dikarenakan terkena asap dari pembakaran kayu bakar pada tungku masak. Bangunan rumah terdiri dari dua ruangan, yaitu sebuah kamar tidur dan satu ruang keluarga. Satu ruang tidur dipakai oleh Bapak I Made Yasa beserta istrinya dan ruang lainnya dipakai sebagai tempat penyimpanan perabotan lainnya. Secara umum kondisi rumah terasa cukup pengap karena jumlah ventilasi dan pencahayaan dari sinar matahari yang kurang.

1.2. Ekonomi Keluarga Dampingan

1.2.1. Pendapatan Keluarga

Pendapatan utama keluarga Bapak I Made Yasa diperoleh dari istrinya yang bekerja sebagai buruh tani. Bapak I Made Yasa sudah 6 bulan berhenti bekerja sebagai buruh tani karena kondisi fisiknya yang terbatas akibat faktor usia dan penyakit yang dideritanya. Sehari-hari Bapak Made Yasa hanya berdiam di rumah sambil menunggu istrinya pulang dari ladang dan memasak di dapur. Istrinya, Ibu Ni Wayan Nuriani, bekerja sebagai buruh tani di ladangnya di Desa Abangsongan. Pekerjaan ini dilakukannya setiap hari dari pagi hari hingga siang hari, mulai pukul 08.00 sampai 13.00 WITA. Penghasilan yang didapat sangat tergantung dari jumlah dagangan hasil panennya yang dijual di pasar, dengan rata- rata penghasilan per minggunya Rp. 100.000,00 – Rp. 200.000,00. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari dikatakan cukup, termasuk untuk biaya makan 3 kali sehari, tagihan listrik, kebutuhan air, dan biaya untuk berobat per bulan. Terkadang Bapak I Made Yasa menerima bantuan dana dari anaknya yang bekerja sebagai montir di Ubud per minggunya.

1.2.2. Pengeluaran Keluarga

Penghasilan keluarga Bapak I Made Yasa termasuk kurang jika dibandingkan dengan pengeluaran yang secara rutin dikeluarkan setiap hari. Adapun alokasi pengeluaran keluarga diutamakan untuk: a. Kebutuhan sehari – hari Pendapatan sebagian besar digunakan untuk kebutuhan dapur seperti makan dan minum, kurang lebihnya sebesar Rp 30.000,00 per harinya. Selain itu juga untuk kebutuhan sembahyang sekitar Rp 5.000,00 per harinya. b. Kesehatan Bapak I Made Yasa memiliki riwayat penyakit jantung koroner sejak 6 bulan yang lalu. Ketika itu Bapak I Made Yasa tengah bertani di kebunnya, beliau sedang menyabit gulma di sekitar tanaman saat tiba-tiba Bapak I Made Yasa merasa pening dan pusing, ia merasakan nyeri di dada kirinya dan menjalar ke bahu. Bapak I Made Yasa mengatakan rasanya seperti tertindih benda berat di dadanya sehingga ia sangat sulit bernapas. Gejala tersebut dirasakannya kurang lebih selama 10 menit. Kemudian, tiba-tiba ia pingsan. Beberapa menit kemudian, ia tersadar telah dibawa ke IGD RS Surya Husada dan didiagnosa mempunyai penyakit jantung koroner. Bapak I Made Yasa dirawat inap selama ± 1 minggu dan selanjutnya rutin kontrol ke poli jantung di rumah sakit. Pasien mengatakan rutin mengonsumsi obat dari dokter spesialis sejak saat itu. Sedangkan istrinya, Ibu Ni Wayan Nuriani tidak melaporkan adanya masalah kesehatan pada dirinya. Kebiasaan merokok dan minum-minuman beralkohol di keluarganya tidak ada. Kondisi rumah dan lingkungannya cukup bersih, namun agak terasa kumuh. Ketersediaan air bersih dan jamban dalam keluarga sudah terpenuhi. Keluarga ini menggunakan jaminan BPJS kesehatan dan berobat ke puskesmas atau praktik dokter terdekat ketika mengalami keluhan yang tidak membaik dengan istirahat. c. Kebutuhan sosial dan lain-lain Kebutuhan ini yaitu biaya listrik, biaya air, dan biaya lainnya. Biaya listrik dikatakan sekitar Rp. 25.000,00 per bulan, sedangkan biaya air sekitar Rp. 200.000,00 per 2 bulan dikarenakan keterbatasan sumber air di Desa Abangsongan. Biaya lainnya seperti iuran banjar, pakaian, dan keperluan tersier lainnya keluarga Bapak I Made Yasa tidak mengalokasikannya secara pasti.