Pengecekan konsistensi Langkah dan Prosedur AHP

15 Matriks perbandingan berpasangan tersebut juga dilakukan pada empat dimensi yang lain. 2. Untuk mendapatkan nilai perbandingan kepentingan untuk bagian dimensi dan bagian alternatif, matriks perbandingan berpasangan diatas dibuat sebagai kuisioner pembobotan yang akan diberikan pada responden sebagai pengambil keputusan. Dalam hal ini adalah pihak manajemen rumah sakit, misalnya direktur atau wakil direktur bagian medis rumah sakit. 3. Dari hasil matriks perbandingan tersebut, kemudian dilakukan sintesis perbandingan dan dapatkan nilai prioritas. Hal ini dilakukan pada semua matriks yang telah dibuat, baik pada bagian dimensi maupun alternatif, yaitu dengan tahap berikut ini : a. Hitung Total Kolom Jumlahkan nilai kepentingan yaitu nilai d ij untuk dimensi dan a ij untuk alternatif pada tiap kolom pada masing-masing matriks. b. Buat Normalized Matriks Bagilah tiap nilai kepentingan dengan total kolom pada masing-masing matriks, atau dapat dinotasikan sebagai berikut : Nilai Normalisasi =   n 1 ij dij d i atau   n 1 ij aij a i ................... 2.1 c. Hitung Nilai Prioritas Dengan cara menghitung rata-rata untuk tiap baris pada normalized matriks.

C. Pengecekan konsistensi

Pengecekan konsistensi dilakukan untuk melihat apakah perbandingan berpasangan yang sudah dibuat masih berada di dalam batas kontrol penerimaan 16 atau tidak. Jika ternyata tidak, maka perlu dilakukan kajian ulang untuk menyelidiki apakah konsistensi tersebut dapat diaplikasikan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap pengecekan konsistensi adalah sebagai berikut : 1. Membuat matriks nilai kolom kali nilai prioritas, dengan cara kalikan setiap nilai kepentingan pada matriks perbandingan berpasangan pada kolom j dengan nilai prioritas pada baris ke-i, dimana j = i. 2. Hitung total kolom : jumlahkan tiap kolom pada matriks tersebut. 3. Kemudian bagilah total kolom dengan nilai prioritas pada tiap variabel. 4. Hitung  max : rata-rata dari hasil point 3 diatas. 5. Hitung Consistency Index CI : CI = 1   n n Max  ................................... 2.2 dimana n : jumlah itemvariabel yang dibandingkan. 6. Hitung Consistency Ratio CR : RI CI CR  , ................................... 2.3 di mana RI adalah indeks random konsistensi. Jika rasio konsistensi ≤ 0.1, hasil perhitungan data dapat dibenarkan. 7. Menyusun matriks baris antara alternative versus kriteria yang isinya hasil perhitunganyang tertinggi. 8. Hasil alhirnya berupa prioritas global sebagai nilai yang digunakan oleh pengambil keputusan berdasarkan skor. Dimana RI : random index yang nilainya dapat dilihat pada tabel 2.3 Tabel 2.3 Nilai Indeks Random Urutan Matriks 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 17 Jika CR 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan konsisten. Jika CR 01, maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks. kriteria yang diberikan tidak konsisten. Sehingga jika tidak konsisten, maka pengisian nilai-nilai pada matriks berpasangan pada unsure kriteria maupun alternatif harus diulang. Batasan diterima tidaknya konsistensi suatu matriks sebenarnya tidak ada yang baku, hanya menurut beberapa eksperimen dan pengalaman inkonsistensi sebesar 10 ke bawah ialah tingkat inkonsistensi yang masih dapat diterima Apabila A adalah matriks perbandingan berpasangan yang tidak konsisten, maka vektor bobot yang berbentuk Aw T = nw T dapat didekati dengan cara: a. Menormalkan setiap kolom j dalam matriks A, sedemikian hingga  i ij a = 1, yang disebut sebagai A’ b. Untuk setiap baris i dalam A’, hitunglah nilai rata-ratanya w i =  j ij a n 1 ............................................................... 2.4 dengan w i adalah bobot tujuan ke-i dari vektor bobot.

2.3 Konsep Dasar Sistem Dan Informasi