SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE AHP UNTUK PEMILIHAN OBJEK WISATA KABUPATEN KULON PROGO.
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daerah Istimewa Yogyakarta masih menjadi destinasi pariwisata favorit di Indonesia setelah Bali. Aliran uang yang masuk ke provinsi DIY dari sektor pariwisata sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pariwisata di Yogyakarta sangat berkembang dan sangat penting bagi perekonomian di DIY. Namun demikian wisatawan yang berkunjung belum merata ke lima kabupaten dan kota di Provinsi DIY. Rata-rata wisatawan berkunjung ke Yogyakarta, Sleman, dan Gunungkidul. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Kepala Bidang Promosi Dinas Pariwisata DIY bahwa pemerataan pariwisata masih perlu dilakukan agar tidak terjadi ketimpangan.
Dua kabupaten lain yaitu Bantul dan Kulon Progo mempunyai potensi wisata yang tak kalah menarik dibanding Yogyakarta, Sleman, dan Gunungkidul. Kabupaten Kulon Progo merupakan Kabupaten dengan kunjungan wisata paling sedikit, padahal banyak objek wisata di Kulon Progo yang menarik dan layak dikunjungi. Ada 33 objek wisata yang ada di daerah Kulon Progo mulai dari wisata alam, desa wisata, wisata kuliner, wisata religi, wisata pendidikan, wisata minat khusus, wisata adat dan tradisi, serta wisata kerajinan. Selain 33 objek wisata tersebut masih banyak lagi objek wisata yang menarik yang telah dieksplorasi oleh pengunjung. Banyaknya destinasi wisata yang menarik sangat berpotensi untuk mendatangkan wisatawan.
(2)
2 Diperlukan berbagai usaha untuk meningkatkan kunjungan wisatawan di Kabupaten Kulon Progo. Salah satu cara yang paling efektif adalah dengan melakukan promosi. Dalam penawaran pariwisata ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu aspek daya tarik destinasi, aspek transportasi (aksesibilitas), aspek fasilitas utama dan pendukung, dan aspek kelembagaan. Setiap wisatawan tentu mempunyai persepsi dan nilai prioritas tersendiri untuk masing-masing aspek tersebut.
Suatu sistem sangat diperlukan sebagai media promosi untuk memberikan informasi yang lengkap tentang objek wisata Kabupaten Kulon Progo, sehingga calon wisatawan mengetahui profil lengkap objek wisata, mulai tertarik, dan kemudian mengunjungi objek wisata tersebut. Sistem tersebut adalah sistem informasi. Pada era serba digital seperti ini diperlukan dukungan perangkat keras dan perangkat lunak komputer untuk dapat mengolah data menjadi sebuah sistem informasi agar dapat diakses secara cepat tanpa terbatas tempat dan waktu. Seperti yang diungkapkan oleh Bodnar dan Hopwood (dalam Kadir, 2003) bahwa sistem informasi adalah kumpulan perangkat keras dan perangkat lunak yang dirancang untuk mentransformasikan data ke dalam bentuk informasi yang berguna.
Salah satu jenis sistem informasi adalah sistem pendukung keputusan. Alter (dalam Kadir,2003) menyatakan bahwa sistem pendukung keputusan adalah sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan, dan pemanipulasian data yang digunakan untuk membantu pengambilan keputusan pada situasi semiterstruktur dan situasi yang tidak terstruktur. Suatu sistem pendukung keputusan akan mampu membantu calon wisatawan dalam
(3)
3 mendapatkan informasi yang lengkap tentang objek wisata yang akan dikunjungi. Selain itu sistem juga dapat membantu pengambilan keputusan dalam pemilihan objek wisata terbaik menurut nilai prioritas terhadap aspek pariwisata dimana nilai tersebut ditentukan sendiri oleh calon wisatawan.
Bagi pemerintah sistem ini juga cukup membantu karena dapat dipergunakan untuk mengetahui aspek apa saja yang paling banyak dipertimbangkan oleh calon wisatawan saat berkunjung ke objek wisata di Kabupaten Kulon Progo. Dengan mengetahui aspek-aspek yang paling banyak menjadi pertimbangan wisatawan, diharapkan pemerintah mampu melakukan pembenahan terhadap aspek tersebut sehingga pariwisata Kabupaten Kulon Progo menjadi semakin baik.
Ada berbagai macam metode pengambilan keputusan, salah satunya adalah metode Analitical Hierarchy Process (AHP) yaitu suatu metode pengambilan keputusan dengan beberapa faktor yang dikelola dalam struktur hierarki (Saaty, 1990). Metode AHP menggunakan persepsi manusia untuk inputannya, seperti yang diungkapkan oleh Manurung (2010:2) bahwa AHP merupakan model pendukung yang peralatan utamanya berupa sebuah hierarki fungsional yang input utamanya berupa persepsi manusia.
Berdasarkan uraian tersebut muncul suatu gagasan untuk membuat sistem pendukung keputusan dengan metode AHP untuk pemilihan objek wisata Kabupaten Kulon Progo. Sistem tersebut menggunakan metode Analitical Hierarchy Process (AHP) karena input utamanya adalah persepsi/penilaian wisatawan terhadap masing-masing aspek pariwisata.
(4)
4 Sistem ini diharapkan dapat membantu wisatawan dalam memilih destinasi wisata terbaik menurut nilai prioritas terhadap aspek yang bersangkutan, serta diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengetahui aspek-aspek yang paling banyak dipertimbangkan wisatawan yang akan berkunjung ke Kabupaten Kulon Progo, sehingga dapat memberikan pertimbangan dalam pembangunan pariwisata. Dengan adanya pembenahan dan pembangunan objek wisata, diharapkan dapat memberikan kenyamanan kepada wisatawan sehingga tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kulon Progo meningkat, dan terjadi pemerataan pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta.
B. Batasan Masalah
Dalam tugas akhir ini tidak dilakukan penelitian untuk mendapatkan nilai masing-masing objek wisata terhadap setiap aspek pariwisata. Penentuan nilai setiap objek wisata sebagai alternatif diberikan oleh penulis berdasarkan pendapat travel blogger dan pengunjung objek wisata.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah yang akan menjadi pokok bahasan dalam tugas akhir ini yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana merancang sebuah sistem pendukung keputusan dengan metode AHP untuk memilih objek wisata di Kabupaten Kulonprogo?
2. Apakah sistem sudah memenuhi kebutuhan pengguna dalam memperoleh informasi objek wisata dan membantu pengambilan keputusan untuk pemilihan objek wisata Kabupaten Kulon Progo ?
(5)
5 D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Merancang sebuah sistem pendukung keputusan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk memilih objek wisata di Kabupaten Kulonprogo.
2. Mengetahui apakah sistem sudah memenuhi kebutuhan pengguna dalam hal memperoleh informasi objek wisata dan pengambilan keputusan untuk pemilihan objek wisata Kabupaten Kulon Progo.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis sebagai referensi untuk pembangunan sistem pendukung keputusan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).
2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis
Melalui penelitian ini diharapkan mendatangkan manfaat bagi penulis yaitu dapat lebih memahami cara merancang dan membuat sistem pendukung keputusan dengan metode AHP.
b. Bagi Pengguna
Membantu pengguna dalam menentukan objek wisata di wilayah Kulon Progo sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
(6)
6 c. Bagi Lembaga
Membantu pemerintah daerah Kulon Progo dalam meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung.
(7)
7 BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) a. Pengertian Sistem Informasi
Menurut Kadir (2003:54) sistem adalah sekumpulan elemen yang saling terkait atau terpadu yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan, dan pengertian informasi menurut Aji Supriyanto (2005 : 243) adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih bermakna bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan baik saat ini maupun di masa mendatang. Menurut Bodnar dan Hopwood (dalam Kadir, 2003) sistem informasi adalah kumpulan perangkat keras dan perangkat lunak yang dirancang untuk mentransformasikan data ke dalam bentuk informasi yang berguna. Sistem informasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Transaction Processing System (TPS) atau Sistem Pemrosesan Transaksi berfungsi untuk memproses transaksi bisnis seperti pembayaran, pemesanan, dll.
b) Sistem Informasi Manajemen (SIM) berfungsi untuk menampilkan informasi untuk kepentingan manajer.
c) Decission Support System (DSS) atau Sistem Pendukung Keputusan berfungsi untuk membantu pengambilan keputusan.
d) Executive Information System (EIS) atau Sistem Informasi Eksekutif berfungsi untuk kebutuhan eksekutif yaitu merencanakan bisnis.
(8)
8 e) Expert System (ES) atau Sistem Pakar berfungsi untuk merepresentasika pemikiran para pakar/ahli dalam suatu sistem informasi yang berguna untuk mengambil suatu keputusan.
f) Communication and Collaboration System atau Sistem Komunikasi dan Kolaborasi berfungsi untuk meningkatkan komunikasi dan kolaborasi pihak-pihak dalam suatu organisasi.
g) Office Automation (OA) atau Sistem Otomatisasi Kantor berfungsi untuk mendukung aktivitas kantor sehari-hari.
Untuk dapat membangun suatu sistem informasi diperlukan komponen-komponen yang dapat menyusunnya. Komponen-komponen-komponen tersebut menurut Tata Sutabri (2012 : 39-40) adalah sebagai berikut :
1) Blok masukan
Merupakan data dan juga termasuk metode serta media untuk menangkap data yang dimasukkan.
2) Blok model
Terdiri dari kombinasi prosedur, logika, dan model matematika yang akan mengolah dan memanipulasi data yang sudah ada untuk kemudian dapat dikeluarkan menjadi output yang diinginkan.
3) Blok keluaran
Merupakan bagian paling penting dari suatu informasi karena merupakan produk atau hasil atau keluaran dari proses manipulasi data-data yang terkumpul. Dengan keluaran ini pengguna dapat memperoleh informasi
(9)
9 sesuai yang diinginkan untuk kemudian dipergunakan untuk membuat suatu keputusan.
4) Blok teknologi
Teknologi terdiri dari 3 bagian utama yaitu teknisi (brainware), perangkat lunak (software), dan perangkat keras (hardware). Teknologi inilah yang akan menerima input, melakukan pengolahan data, menjalankan model, dan mengeluarkan output. Sistem secara keseluruhan dikendalikan oleh teknologi. 5) Blok basis data
Basis data merupakan kumpulan data yang saling berhubungan. Pada blok ini data yang jumlahnya cukup banyak dikelola dengan baik.
6) Blok kendali
Untuk dapat menghasilkan suatu sistem informasi yang berkualitas, maka diperlukan blok kendali untuk mencegah hal-hal yang akan merusak sistem, menjaga sistem agar tetap aman, dan selalu memastikan sistem berjalan dengan baik.
b. Pengertian Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
Sistem Pendukung Keputusan atau decision support systems (DSS) merupakan sistem informasi berbasis komputer (termasuk dalam sistem berbasis pengetahuan / manajemen pengetahuan) yang dipakai untuk mendukung keputusan dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Menurut Turban (dalam Atmajaya, 2011) sistem pendukung keputusan menggabungkan kemampuan komputer dalam pelayanan interaktif dengan pengolahan atau pemanipulasi data yang memanfaatkan model atau aturan
(10)
10 penyelesaian yang tidak terstruktur. Alter (dalam Kadir, 2003) juga mengatakan bahwa sistem pendukung keputusan adalah sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan, dan pemanipulasian data yang digunakan untuk membantu pengambilan keputusan. Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem pendukung keputusan adalah sistem berbasis komputer yang berperan dalam memberikan informasi yang interaktif dalam membantu pengambilan keputusan.
Proses pengambilan keputusan menurut Herbert A. Simon (dalam Manurung, 2002:24) terdiri dari 3 fase proses yaitu :
a) Intelligence
Intelelligence yaitu fase penelusuran informasi untuk keadaan-keadaan yang memungkinkan dalam rangka mendukung pengambilan keputusan.
b) Design
Design merupakan fase pencarian, pengembangan, serta analisis kemungkinan suatu tindakan. Fase ini terdiri atas dua langkah yaitu:
(1) Identifikasi Masalah.
Dalam mengidentifikasi masalah, dilakukan pencarian perbedaan antara keadaan yang sebenarnya dengan keadaan yang ingin dicapai.
(2) Formulasi Masalah.
Masalah dipertajam dengan menentukan batasan-batasan permasalahan dan merinci masalah pokok ke dalam sub-sub masalah.
c) Choice
Kegiatan memilih tindakan atau alternatif tertentu dari berbagai macam kemungkinan yang dapat ditempuh.
(11)
11 c. Multi Criteria Decision Making (MCDM)
Multi criteria decision making (MCDM) adalah suatu pengambilan keputusan dengan beberapa kriteria untuk menentukan alternatif terbaik. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam menyelesaikan permasalahan MCDM, antara lain :
(1) Simple Additive Weighting Method (SAW) (2) Weighted Product (WP)
(3) Axiomatic Design (4) ELECTRE
(5) Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) (6) Analytic Hierachy Process (AHP)
Dalam kajian teori ini tidak dijelaskan satu per satu metode tersebut. Pada pembahasan selanjutnya hanya akan menguraikan lebih lengkap tentang metode yang digunakan yaitu AHP dan metode SAW.
2. Analytical Hierarchy Process (AHP)
a. Definisi Analytical Hierarchy Process (AHP)
Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah suatu teori pengambilan keputusan multikriteria dengan beberapa faktor yang dikelola dalam struktur hierarki (Saaty, 1990). Hierarki dalam AHP dimaksudkan pada urutan secara menurun tingkatan level mulai dari tujuan suatu kriteria yang bersangkutan, subkriteria, dan alternatif-alternatif pada urutan level-level selanjutnya.
(12)
12 Melalui metode AHP masalah-masalah kompleks yang akan dicari penyelesaiannya diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu berupa kriteria tujuan dan alternatif. Kemudian dilakukan penilaian terhadap pasangan dari kriteria-kriteria tersebut untuk kemudian diambil keputusan.
b. Kelebihan metode AHP
AHP memiliki kelebihan (Saaty, 2012) sebagai berikut : 1) Unity
AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu model yang fleksibel dan mudah dipahami.
2) Complexity
AHP memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan sistem dan integrasi secara deduktif.
3) Interdependence
AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak memerlukan hubungan linier.
4) Hierarchy Structuring
Elemen-elemen dikelompokkan ke sistem level mulai dari atas sampai ke level terendah.
5) Measurement
AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk memperoleh prioritas.
(13)
13 6) Consistency
AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam keputusan untuk menentukan prioritas.
7) Synthesis
AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya masing-masing alternatif.
8) Tradeoffs
AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem sehingga orang mampu memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan mereka.
9) Judgement and Consensus
AHP tidak mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil penilaian yang berbeda.
10) Process Repetition
AHP mampu membuat orang menyaring definisi dari suatu permasalahan dan mengembangkan penilaian serta pengertian mereka melalui proses pengulangan.
c. Proses AHP
1) Mendefinisikan masalah dan menentukan jenis solusi yang dicari.
2) Menyusun hirarki yang diawali dengan tujuan utama, dilanjutkan dengan kriteria-kriteria dan alternatif yang akan dirangking.
3) Menentukan prioritas elemen.
(14)
14 a) Menyusun matriks perbandingan berpasangan (pairwase comparison) yaitu matriks yang menggambarkan pengaruh elemen yang satu terhadap yang lain. Matriks perbandingan berpasangan dituliskan dalam matriks K sebagai berikut [ ]
b) Matriks perbandingan berpasangan diisi dengan angka. Untuk membuat nilai perbandingan, dibutuhkan skala (berupa angka) untuk mengindikasikan seberapa penting/dominan suatu elemen dibanding dengan elemen yang lain dengan kriteria yang dimaksud. Skala perbandingan dalam angka yang diungkapkan oleh Saaty dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Skala Perbandingan Nilai Berpasangan Intensitas
Kepentingan Keterangan
1 Kedua elemen sama-sama berkontribusi untuk tujuan.
3 Penilaian elemen yang satu sedikit lebih penting dibanding elemen lainnya.
5 Penilaian elemen yang satu sangat kuat/sangat penting dibanding elemen lainnya.
7 Penilaian elemen yang satu jelas lebih penting/dominan dibanding elemen lainnya. 9 Penilaian elemen yang satu mutlak lebih penting
dibanding elemen lainnya.
2, 4, 6, 8 Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan.
Kebalikan
Jika aktivitas i mendapatkan suatu angka
dibandingkan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan aktivitas i.
(15)
15 4) Sintesis.
Perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks.
b) Membagi setiap nilai pada kolom dengan jumlah total kolom yang bersesuaian untuk memperoleh normalisasi matriks.
c) Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membagi jumlah elemen pada setiap baris untuk mendapatkan prioritas (bobot) yang diharapkan. 5) Mengukur konsistensi.
Setelah proses sintesis, langkah selanjutnya adalah mengukur konsistensi dengan tahapan sebagai berikut :
a) Mengalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif elemen kedua, dan seterusnya.
b) Menjumlahkan nilai-nilai setiap baris.
c) Hasil dari penjumlahan setiap baris dibagi dengan elemen prioritas relatif yang bersangkutan.
d) Menjumlahkan hasil bagi tersebut dengan banyaknya elemen yang ada. Hasilnya disebut λ maks.
6) Menghitung Consistency Index (CI)
Consistency Index (CI) dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Sanada, Wahyudin, Sutarno, 2013 : 3)
(16)
16 dengan
7) Menghitung Consistency Ratio (CR).
Rasio konsistensi dapat dihitung dengan membagi CI dengan IR (Sanada, Wahyudin, Sutarno, 2013 : 3) seperti dituliskan dalam rumus berikut
dengan . Nilai ketidakkonsistenan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai Index Random Ukuran
Matriks Nilai IR
1,2 0,00
3 0,58
4 0,90
5 1,12
6 1,24
7 1,32
8 1,41
9 1,45
10 1,49
11 1,51
12 1,48
13 1,56
14 1,57
15 1,59
8) Memeriksa konsistensi hirarki
Jika CR>0,1 maka penilaian comparative judgement harus diperbaiki. Namun jika CR≤0,1 maka hasil perhitungan dinyatakan benar.
(17)
17 3. Simple Additive Weighting Method (SAW)
Konsep dasar metode SAW adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif pada semua kriteria seperti yang diungkapkan oleh Kusumadewi (dalam Usito, 2013). Dalam metode SAW terdapat 2 jenis kriteria yaitu benefit (keuntungan) dan cost (biaya). Benefit adalah kriteria yang memberikan keuntungan bagi pengguna (pengambil keputusan), sedangkan cost adalah kriteria yang akan menimbulkan biaya bagi para pengambil keputusan.
Langkah-langkah metode SAW adalah sebagai berikut : a. Menentukan alternatif yaitu
b. Menentukan kriteria yang akan dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan yaitu
c. Memberikan nilai semua alternatif terhadap masing-masing kriteria. d. Menentukan bobot untuk setiap kriteria.
e. Membuat matriks keputusan X. Matriks dibentuk berdasarkan nilai alternatif terhadap masing-masing kriteria , dimana i=1,2,3,4,...m dan j=1,2,3,4,...n [ ]
f. Melakukan normalisasi matriks X dengan rumus sebagai berikut
{
(18)
18 Matriks hasil normalisasi adalah matriks R seperti berikut.
[
]
g. Nilai akhir diperoleh dari penjumlahan dan perkalian elemen baris matriks ternormalisasi (R) dengan bobot (W)
∑
Hasil perhitungan yang terbesar mempunyai makna bahwa alternatif merupakan alternatif terbaik.
4. Metodologi Pengembangan Sistem
Suatu informasi dipastikan sudah ada sebelumnya, baik yang merupakan sistem informasi konvensional atau sistem informasi modern. Dalam mengembangkan suatu sistem informasi tentu diperlukan cara atau metodologi yang tepat. Ada beberapa metodologi yang sudah ada untuk mengembangkan sistem informasi, namun metode yang paling sering digunakan adalah metode siklus hidup atau system development life cycle (SDLC). SDLC dapat dilaksanakan dengan cara pendekatan air terjun (waterfall). Tahap-tahap pengembangan sistem dengan metode waterfall menurut Pressman (dalam Aan Yulianto, 2014) adalah sebagai berikut :
a) Analysis
Menganalisis sistem yang telah ada agar dapat disusun sistem baru yang lebih baik. Analisis terstruktur biasanya akan menggunakan alat (tool) untuk
(19)
19 merancang sistem baru. Tool yang digunakan untuk merancang sistem secara logis dapat digambarkan dengan Data Flow Diagram (DFD). Untuk merancang sistem secara fisik dapat menggunakan bagan alir sistem (system flow) atau bagan alir dokumen. DFD dan system flow akan dijelaskan lebih lengkap sebagai berikut:
(1) Data Flow Diagram (DFD)
Data Flow Diagram (DFD) menurut Tata Sutabri (2012:117) adalah suatu jaringan yang menggambarkan suatu sistem komputerisasi, manual, atau gabungan dari keduanya, yang digambarkan dalam bentuk kumpulan komponen sistem yang saling berhubungan sesuai aturan mainnya.
DFD akan menggambarkan suatu sistem dari level yang paling tinggi dan diuraikan sampai ke level yang paling rendah. Tahapan DFD (Tata Sutabri, 2012:120) adalah sebagai berikut :
(a) Diagram Konteks
Diagram pada tahap ini digunakan untuk menggambarkan sistem secara umum.
(b) Diagram Nol
Diagram nol dibuat untuk menggambarkan tahapan proses yang telah diuraikan dalam diagram konteks dengan lebih terperinci.
(c) Diagram Detail
Pada diagram detail tahapan proses digambarkan lebih detail dibandingkan dengan diagram nol.
(20)
20 Simbol-simbol yang digunakan dalam Data Flow Diagram (DFD) dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Simbol-Simbol DFD
Simbol Nama Simbol Keterangan
External Entity
Simbol untuk
menggambarkan sumber atau tujuan data.
Proses
Simbol untuk
menggambarkan poses pengolahan atau transformasi data.
Data Flow
Simbol untuk
menggambarkan aliran data.
Data Store
Simbol untuk
menggambarkan tempat penyimpanan data.
(2) System Flow
System Flow menjelaskan urutan prosedur yang akan diterapkan dalam sistem meliputi media input, output, dan jenis media penyimpanan dalam proses pengolahan data. Tujuannya adalah agar tahap-tahap penyelesaian dapat digambarkan dengan sederhana, jelas dan rapi. System flow biasanya menggunakan simbo-simbol tertentu, namun tidak menutup kemungkinan bagi pemrogram untuk membuat simbol sendiri jika simbol yang telah tersedia dirasa kurang, namun harus dilengkapi dengan kamus simbol untuk menjelaskan arti dari masing-masing simbol.
(21)
21 Simbol-simbol dalam system flow antara lain terdiri dari simbol input dan output, proses, dan simbol penghubung.
Tabel 4. Simbol Input dan Output System Flow Simbol Input dan Output
Input-Output Simbol yang menandaka proses input dan output
Document
Simbol yang menyatakan input dan output berupa dokumen dalam bentuk cetak/kertas
Disk and On-line Storage
Simbol untuk
menyatakan input berasal dari disk atau output di simpan ke disk
Tabel 5. Simbol Proses System Flow Simbol Proses
Process
Simbol yang
menunjukkan proses yang dilakukan komputer
Decision
Simbol untuk kondisi yang akan menghasilkan beberapa kemungkinan jawaban / aksi
Predefined Process
Simbol untuk mempersiapkan
penyimpanan yang akan digunakan sebagai tempat pengolahan didalam storage
Terminal
Simbol untuk permulaan atau akhir darti suatu program
Manual Input
Simbol untuk pemasukan data secara manual on-line keyboard
(22)
22 Tabel 6. Simbol Penghubung System Flow
Simbol Penghubung
Arus / Flow Penghubung antar proses
Connector
Simbol keluar / masuk prosedur atau proses dalam lembar / halaman yang sama
Off-line Connector
Simbol keluar / masuk prosedur atau proses dalam lembar / halaman yang lain
b) Design
Tahap kedua setelah analysis adalah design. Tahap design memberikan gambaran dan rancang bangun yang jelas dari kebutuhan-kebutuhan yang telah dianalisis sebelumnya.
c) Code
Code adalah tahap implementasi desain sistem yang telah dirancang ke dalam bahasa pemrograman.
d) Test
Test merupakan tahap pengujian terhadap program yang telah dibuat. Pengujian dilakukan agar fungsi-fungsi bebas dari error, selain itu juga digunakan untuk mengetahui apakah hasil dari pengujian telah menunjukkan kesesuaian terhadap kebutuhan yang telah dianalisis sebelumnya. Salah satu jenis pengujian yang dilakukan kepada pengguna adalah pengujian betha. Pengertian pengujian betha dan aspek yang akan diujikan kepada pengguna akan dijelaskan lebih rinci sebagai berikut :
(23)
23 (1) Pengujian Betha
Pengujian ini dilakukan pada pengguna untuk mengetahui seberapa jauh sistem dapat beroperasi. Pengujian ini akan bersifat objektif karena yang menilai adalah pengguna langsung.
Sesuai namanya, Betha merupakan alphabet kedua dalam bahasa Yunani. Pengujian Betha adalah pengujian yang dilakukan sesudah pengujian Alpha (pengujian internal, biasanya diujikan pada pembuat sistem dan pihak yang terlibat). Sistem dengan versi Betha umumnya sudah mempunyai fitur yang lengkap sama seperti versi penuh yang akan dilucurkan. Perbedannya hanya terletak pada bug (kesalahan) yang nantinya tidak lagi ditemukan di versi penuh yang akan diluncurkan.
(2) Kualitas Perangkat Lunak
Dalam melakukan pengujian harus ditentukan dahulu aspek-aspek apa saja yang akan diujikan. Aspek-aspek ini mengacu pada standar kualitas perangkat lunak. Berbagai macam model kualitas perangkat lunak telah diungkapkan oleh beberapa pakar. Masing-masing mempunyai kekurangan dan kelebihan. Dalam penelitian ini, digunakan model ISO sebagai model karakteristik kualitas perangkat lunak. Dipilih model ISO karena model ini merupakan model standar internasional. Model ini menentukan 6 karakteristik yaitu functionality, reliability, usability, efficiency, maintainability, dan portabilitas. Berikut adalah penjelasan dari karakteristik tersebut menururt K. Khosravi, and Y.G. Guéhéneuc dalam (Parwita, 2012 : 92-93) :
(24)
24 (a) Functionality yaitu kemampuan produk perangkat lunak untuk menyediakan fungsi yang memenuhi dan sesuai dengan yang dibutuhkan ketika perangkat lunak digunakan dalam kondisi tertentu.
(b) Reliability yaitu kemampuan produk perangkat lunak untuk mempertahankan tingkat kinerja tertentu ketika digunakan dalam suatu kondisi. Reliability atau keandalan dapat juga diartikan sejauh mana produk beroperasi tanpa kegagalan dalam kondisi tertentu selama periode waktu tertentu.
(c) Usability yaitu kemampuan produk perangkat lunak dapat digunakan. Mulai dari usaha yang diperlukan untuk mempelajari, mengoperasikan, menyiapkan input, dan mengartikan output.
(d) Efficiency yaitu sejauh mana produk perangkat lunak secara efektif menggunakan (atau meminimalkan konsumsi atas) sumber dayanya. Sumber daya yang dimaksud dapat mencakup semua jenis sumber daya seperti komputer, mesin, fasilitas, dan personil. Efisiensi berkaitan dengan apakah model dapat memenuhi tujuannya tanpa pemborosan sumber daya.
(e) Maintainability yaitu kemampuan produk perangkat lunak untuk dapat dimodifikasi.
(f) Portabilitas yaitu kemampuan produk perangkat lunak untuk dapat dipindahkan dari suatu lingkungan ke lingkungan yang lain.
5. PHP
a. Pengertian PHP
PHP atau (PHP Hypertext Prepocessor) merupakan bahasa pemrograman yang dapat disisipkan ke dalam HTML (yang merupakan bahasa untuk membuat
(25)
25 suatu halaman web), oleh karenanya PHP banyak digunakan untuk memogram situs web yang dinamis.
b. Keunggulan PHP
Salah satu alasan digunakannya bahasa pemrograman PHP adalah karena bahasa pemrograman ini mempunyai banyak kelebihan, diantaranya :
1) PHP bersifat free atau gratis.
2) PHP memiliki tingkat akses yang lebih cepat.
3) PHP memiliki tingkat lifecycle (siklus hidup) yang cepat sehingga selalu mengikuti perkembangan teknologi internet.
4) Memiliki tingkat keamanan yang tinggi.
5) Mampu berjalan di beberapa server yang ada, misalnya Apache, Microsoft IIS, PWS, AOLserver, phttpd, fhttpd, dan Xitami.
6) Mampu berjalan di Linux sebagai platform sistem operasi utama bagi PHP, namun juga dapat berjalan di FreeBSD, Unix, Solaris, Windows sistem operasi yang paling banyak digunakan, dan lain sebagainya.
7) Mendukung akses ke beberapa database yang sudah ada, baik yang gratis maupun berbayar antara lain MySQL, PosgreSQL, mSQL, Informix, dan MicrosoftSQL server.
c. Struktur dan Penulisan program PHP
Ada beberapa cara dalam menuliskan bahasa pemrograman PHP yaitu : 1) Kode bahasa PHP yang penulisannya menyatu dengan tag-tag HTML
dalam satu file.
Kode PHP diletakkan antara tanda <? atau <?php dan diakhiri dengan tanda ?> yang menjadi identitas bahasa pemrograman PHP.
(26)
26 Contoh penulisan :
<html> <body> <?
echo”Mencoba Bahasa Pemrograman PHP”; ?>
</body> </html>
2) Penulisan kode PHP dalam sebuah file yang dituliskan dalam bentuk perintah-perintah PHP keseluruhan. Yaitu semua tag HTML maupun kode PHP dituliskan dalam bentuk kode-kode PHP, yaitu diawal dengan tanda <? Dan diakhiri dengan ?> secara keseluruhan.
Contoh penulisan : <?
echo” <html> <body>
Mencoba Bahasa Pemrograman PHP </body>
</html>; ?>
3) Model javascript
Pada model javascript, penulisan bahasa PHP diawali dengan tag <script language=”php”> dan diakhiri dengan </script>
4) Model ASP (Active Server Page)
Pada model ASP, penulisan bahasa PHP diawali dengan tag <% dan diakhiri dengan %>
Yang perlu diperhatikan saat menulis bahasa PHP selain tag seperti di atas adalah bahwa setiap satu statement atau perintah diakhiri dengan titik-koma (;). PHP juga bersifat case sensitive untuk nama identifier yang dibuat
(27)
27 oleh user (berupa variabel, konstanta, dll), namun tidak case sensitive untuk identifier bawaan dari PHP.
6. Basis Data
a. Pengertian Basis Data
Menurut Aji Supriyanto (2005 : 190) basis data adalah kumpulan data-data yang membentuk suatu berkas yang saling berhubungan dengan aturan tertentu untuk membentuk data baru atau informasi.
Data-data yang saling berkaitan satu sama lain disimpan dalam suatu tempat yang kemudian diolah sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan suatu informasi yang bermanfaat untuk pengguna. Data-data tersebut direpresentasikan dalam bentuk file-file, dimana file tersebut berisikan record-record yaitu rekaman yang menggambarkan suatu individu tertentu. Sedangkan field merupakan suatu atribut dari record yang sejenis yang menunjukkan suatu item dari data. Misal field nama berisikan nama-nama pegawai. Penjelasan mengenai file, record, dan field dapat dilihat pada Gambar 1.
(28)
28 Untuk mendukung proses pembentukan database diperlukan komponen-komponen (Budi Sutedjo Dharma Oetomo, S. Kom., MM, 2002: 116) yaitu diagram konteks, DFD, kamus data, flowchart, ERD, dan normalisasi. Ada beberapa komponen yang lain, namun dalam tulisan ini hanya akan disampaikan beberapa yang memang harus dikaji lebih dalam.
b. Database Management System (DBMS)
Untuk mengelola basis data diperlukan suatu perangkat lunak yang disebut dengan DBMS. Database Management System (DBMS) atau Sistem Manajemen Basis Data adalah suatu sistem atau perangkat lunak yang dirancang untuk mengelola suatu basis data (membuat, memelihara, mengontrol, dan mengakses basis data) dengan cara yang praktis dan efisien.
Dengan adanya DBMS suatu basis data dapat dikelola dengan baik dan diproses dengan baik dalam sistem sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Dalam Database Management System (DBMS) terdapat beberapa model basis data yang digunakan untuk menggambarkan data dan hubungan antar data yang ada dalam basis data tersebut, antara lain :
1) Model Basis Data Hierarkis 2) Model Basis Data Network 3) Model Basis Data Relasional 4) Model Basis Data Objek
Model basis data tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Model hierarkis, network, dan relasional adlah model data yang berbasis
(29)
29 rekaman. Model yang paling banyak digunakan saat ini adalah model basis data relasional.
c. Model Basis Data Relasional
Aji Supriyanto (2005 : 202) menyebutkan bahwa basis data relasional memiliki dua buah teknik, yaitu :
a) Teknik normalisasi
Normalisasi adalah proses pengelompokkan data elemen menjadi suatu tabel yang menunjukkan entitas dan relasinya. Proses normaliasi tentu diawali dengan data yang yang tidak normal yaitu kumpulan data yang akan direkam dan tidak ada keharusan mengikuti suatu format. Data tidak normal bisa saja tidak lengkap dan bisa terjadi duplikasi. Aturan-aturan dalam bentuk normalisasi adalah sebagai berikut :
1) Bentuk normal pertama (1NF)
Bentuk normal pertama terbentuk jika semua atribut tidak dapat lagi menjadi atribut-atribut yang lebih kecil.
2) Bentuk normal kedua (2NF)
Bentuk normal kedua adalah bentuk normal pertama dimana semua atribut bukan kuncinya hanya bergantung pada kunci primer.
3) Bentuk normal ketiga (3NF)
Bentuk normal ketiga adalah bentuk normal kedua dimana semua atribut bukan kuncinya tidak memiliki ketergantungan transitif (nilai data bergantung pada suatu atribut yang juga bergantung pada atribut yang lain) terhadap kunci primer.
(30)
30 b) Teknik entity relationship diagram (ERD)
ERD merupakan notasi grafis yang digunakan untuk menjelaskan suatu struktur data dan hubungan antar data.
d. ERD
ERD merupakan singkatan dari Entity Relationship Diagram digunakan untuk memodelkan struktur data dan hubungan antar data. (Aji Supriyanto, 2005 : 207).
Menurut ERD menggunakan beberapa notasi dasar atau simbol untuk menggambarkan struktur dan hubungan antar data yaitu :
a) Entity (entitas)
Merupakan notasi untuk mewakili suatu objek dengan karakteristik yang sama yang dilengkapi oleh atribut. Pada umumnya objek dapat berupa benda, pekerjaan, tempat, dan orang.
b) Relasi
merupakan notasi untuk menghubungkan beberapa entitas berdasarkan dengan kenyataan yang ada.
c) Atribut
Yaitu notasi yang menjelaskan karakteristik dari suatu entitas dan juga relasinya.
d) Garis Penghubung
Untuk merangkaikan keterkaitan antar entitas, relasi, dan atribut diperlukan notasi garis penghubung. Notasi yang digunakan dalam pembuatan ERD dapat dilihat pada Gambar 2.
(31)
31 = Entitas
= Relasi
= Attribut
= Garis penghubung Gambar 2. Simbol-Simbol ERD
e. MySQL
Structure Query Language (SQL) adalah bahasa yang digunakan untuk mengakses basis data/database. Salah satu jenis database sever yang telah banyak dikenal dan digunakan adalah MySQL. My Structure Query Language (MySQL) berfungsi untuk mengolah database menggunakan bahasa Query standar yang dimiliki SQL (Structure Query Language).
. Beberapa kelebihan mySQL dibanding dengan software DBMS yang lain adalah MySQL bersifat open source dan dapat digunakan di berbagai macam platform (windows, linux, dll), bahasa pemrograman PHP sangat mendukung database MySQL. Beberapa contoh script PHP untuk MySQL yaitu :
mysql_connect() = Untuk membuka koneksi ke server database MySQL mysql_create_db() = Untuk membuat database
(32)
32 7. Objek Wisata Kabupaten Kulon Progo
Gambar 3. Peta Wisata Kabupaten Kulon Progo
Kulon Progo adalah salah satu kabupaten di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di wilayah sebelah barat. Seperti namanya, Kulon Progo merupakan bahasa Jawa, dimana “kulon” berarti barat dan “progo” merupakan nama sungai, maka Kulon Progo bermakna di sebelah barat Sungai Progo. Potensi wisata Kabupaten Kulon Progo sangat bervariasi antara lain :
a) Wisata alam
Kabupaten Kulon Progo mempunyai pesona alam yang sungguh indah sehingga sangat sayang untuk dilewatkan. Wisata alam yang terdapat di Kulon Progo antara lain :
(33)
33 1) Pantai Glagah
Lokasi Pantai Glagah berada di Kecamatan Temon, Kulon Progo kira-kira 10 Km dari kota Wates dan kurang lebih 2 km dari jalan raya Jogja – Jakarta. Pantai Glagah merupakan pantai indah dengan hamparan pasir hitam yang luas sekaligus berlaguna. Di pantai ini terdapat kawasan gumuk pasir dengan rumput grinting dan laguna Glagah yang sangat luas terhampar untuk aktivitas perahu wisata, olah raga kano, kayak, berenang atau memancing.
Gambar 4. Pantai Glagah 2) Pantai Congot
Lokasi Pantai Congot berada di di Desa Jangkaran, Temon, Kulon Progo di sebelah barat Pantai Glagah atau 15 Km dari Wates.
Sama seperti Pantai Glagah, Pantai Congot juga membentang luas dengan pasir hitam yang berasal dari gunung api. Pasir hitam terbawa sampai di laut oleh Sungai Progo di bagian timur (dekat Pantai Trisik) dan Sungai Bogowonto.
(34)
34 Gambar 5. Pantai Congot
3) Pantai Trisik
Pantai Trisik merupakan pantai yang landai berupa hamparan pasir hitam yang halus.
Pantai Trisik terletak di arah tenggara Kulon Progo tepatnya di Banaran, Galur (kira-kira 20 Km dari Wates dan 30 km dari Jogja).
Tidak jauh dari Pantai Trisik terdapat Muara Sungai Progo yang terletak di sebelah timur kawasan Pantai Trisik. Kawasan muara ini sering menjadi tempat untuk pengamatan burung dan lokasi penangkaran habitat penyu yang dikelola swadaya oleh masyarakat.
Gambar 6. Pengunjung Sedang Melakukan Pengamatan Burung di Pantai Trisik
(35)
35 4) Waduk Sermo
Waduk Sermo satu-satunya waduk di DIY. Luasnya kurang-lebih 157 ha. Waduk Sermo terletak di Hargowilis, Kokap (5 km dari Wates, 36 Km dari Jogja) berlatar belakang hutan dan Pegunungan Menoreh.
Gambar 7. Waduk Sermo 5) Puncak Suroloyo
Suroloyo terletak di puncak tertinggi Pegunungan Menoreh di 1017 Mdpl di dengan pemandangan indah di perbatasan Jogjakarta dan Jawa Tengah. Berjarak kira-kira 50 Km dari Jogja, tepatnya di Dusun Keceme, Desa Gerbosari, Kec. Samigaluh.
Dari sini para pengunjung dapat menikmati Candi Borobudur, Gn. Merapi, Gn. Merbabu, Gn. Sindoro, Gn. Sumbing di sisi utara dan Kota Jogjakarta serta Samudera Hindia di sisi selatan.
(36)
36 Gambar 8. Pemandangan di Puncak Suroloyo
6) Goa Kiskendo
Goa Kiskendo merupakan salah satu obyek wisata kawasan karst yang terletak di dusun Sokamoyo, desa Jatimulyo, Kec. Girimulyo di Pegunungan Menoreh. Terletak 38 Km dari Jogja dan 21 KM dari Wates.
Goa Kiskendo adalah goa alami di Perbukitan Menoreh Panjang keseluruhan goa ini belum diketahui secara pasti tetapi kurang lebih 600 meter dari mulut goa dapat ditelusuri dengan aman. Sebagai goa aktif masih terjadi proses pembentukan stalagtit dan stalagmit di goa Kiskendo.
Gambar 9. Goa Kiskendo b) Desa wisata
Desa wisata yang terdapat di Kabupaten Kulon Progo antara lain sebagai berikut :
(37)
37 1) Desa wisata Nglinggo
Desa Wisata Nglinggo adalah sebuah dusun di Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh di Pegunungan Menoreh. Dusun ini mempunyai daya tarik alam pegunungan, wisata trekking, air terjun, nuansa pedesaan, perkebunan teh dan kopi.
Gambar 10. Perkebunan Teh di Desa Wisata Nglinggo 2) Desa wisata Kalibiru
Kalibiru adalah desa wisata yang digagas oleh masyarakat setempat yang terletak di Hargowilis, Kokap pada ketinggian 450 Mdpl di Perbukitan Menoreh Kulonprogo Yogyakarta, (40 Km dari Jogjakarta atau 7 Km di dari Kota Wates) dengan daya tarik wisata Outbound Training, Wisata Pedesaan, Wisata Budaya, Wisata Pendidikan, Wisata Keluarga, Wisata Trekking, dan Wisata Terapi Alam. Kalibiru adalah hutan kemasyarakatan.
(38)
38 Gambar 11. Outbound di Desa Wisata Kalibiru
3) Desa wisata Sermo
Desa wisata Sermo terletak di di Hargowilis, Kokap, Kulon Progo. Daya tarik utama Desa Wisata Sermo adalah Waduk Sermo, satu-satunya waduk dan terbesar di Yogyakarta. Wisatawan dapat melakukan banyak kegiatan wisata seperti berkeliling waduk dengan perahu, bersepeda di pedesaan, memancing, berkemah, tracking atau kegiatan outbond di sekitar Waduk Sermo, termasuk belanja produk lokal: ikan krispi, gula merah dan gula kristal.
(39)
39 4) Desa wisata Sidorejo
Desa wisata Sidorejo terletak di kecamatan Lendah kabupaten Kulon Progo. Salah satu objek wisata yang menarik dari desa ini adalah Bendung Sapon yang merupakan sumber irigasi bagi daerah sekitarnya yang meliputi tiga kecamatan yaitu Panjatan, Galur, dan Temon.
Gambar 13. Bendung Sapon di Desa Wisata Sidorejo 5) Desa wisata Jatimulyo
Para pengunjung Desa Wisata Jatimulyo, kecamatan Girimulyo, Kulon Progo adalah yang berminat menjelajah Goa Kiskendo atau Semitro lebih dalam lagi. Desa Wisata Jatimulyo menyediakan paket wisata susur gua yang dirancang untuk pengunjung yang suka melakukan petualangan alam dengan ketrampilan khusus seperti para caver atau pegiat pencinta alam.
(40)
40 c) Wisata kuliner
1) Gula semut
Daerah Kokap di Kabupaten Kulon Progo, merupakan salah satu penghasil produksi gula kelapa dalam bentuk gula cetak. Salah satu pengembangan dari produk gula kelapa di wilayah Kulon Progo adalah Gula Semut/gula kristal. Hasil olahan gula jawa ini menjadi butiran-butiran kristal seperti gula pasir sehingga mudah disimpan, hemat tempat dan lebih awet. Dengan menambahkan beberapa herbal/empon-empon, akan didapat berbagai rasa tambahan seperti rasa jahe, temulawak, kencur, dan lain-lainnya, sehingga sangat baik digunakan sebagai minuman kesehatan.
Gambar 15. Proses Pembuatan Gula Semut 2) Geblek
Geblek merupakan makanan tradisional khas kulonprogo yang terbuat dari sari ketela. Dusun tegalsari merupakan salah satu penghasil geblek terbaik di kulon progo. Geblek tegalsari diproduksi oleh beberapa warga tegalsari yang sudah bertahun tahun memproduksi geblek. Geblek dipasarkan dalam bentuk mentah dan matang.
(41)
41 Gambar 16. Geblek dan Tempe Benguk
Makanan ini nikmat disantap dikala hangat, apalagi dimakan bersama dengan tempe benguk bacem atau tempe benguk besengek.
3) Jenang madu sirat
Jenang Madu Sirat ini hanya dapat kita temukan di daerah Kulon Progo, khususnya di daerah Gadingan, kota Wates. Makanan ini dibuat dari tepung ketan, gula jawa, santan dan parutan kelapa muda. dengan citarasa manis dan gurih yang khas, makanan ini tahan disimpan cukup lama.
(42)
42 d) Wisata religi
1) Sendangsono
Sendangsono adalah obyek wisata yang terbuka untuk umum, namun secara khusus menjadi tempat ziarah pemeluk Katholik untuk penghormatan kepada Ibu Maria. Sendangsono terletak di Desa Banjaroyo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon ProgoTempat peziarahan Sendangsono dibangun dengan arsitektur khas dengan bangunan-bangunan artistik serta penataan lingkungan yang asri, sejuk dan indah.
Gambar 18. Sendangsono 2) Makam Nyi Ageng Serang
Nyi Ageng Serang adalah pahlawan nasional perempuan, penasehat spiritual Pangeran Diponegoro selama melawan Belanda dalam Perang Jawa (1825 - 1830) yang diberi gelar Pahlawan Nasional. Makam Nyi Ageng Serang terletak di atas bukit di Dusun Beku, Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo, ± 6 km dari jalan Dekso-Muntilan. Jarak dari Yogyakarta ± 32 km, dari kota Wates ± 30 km.
(43)
43 Gambar 19. Makam Nyi Ageng Serang
Biasanya peziarah datang untuk mencari berkah (ngalap berkah), mendoakan mereka yang sudah meninggal dengan kepercayaan mistik masyarakat. Biasanya ramai pada malam Selasa dan Jum’at Kliwon.
3) Makam Girigondo
Makam Girigondo adalah makam kerabat Paku Alam. Terletak di atas Perbukitan Menoreh di Desa Kaligintung, Temon yang berjarak sekitar 10 km dari kota Wates. Di Girigondo dimakamkan KGPAA Paku Alam V, VI,VII, VIII beserta keluarganya.
(44)
44 e) Wisata pendidikan
1) Wild Rescue Center (WRC)
Wild Rescue Center (WRC) adalah program untuk konservasi satwa liar, pendidikan pengembangan pengetahuan konservasi dan kampanye konservasi satwa liar Indonesia. WRC terletak di Paingan, Sendangsari, Pengasih seluas 14 hektar. Program utama WRC adalah merehabilitasi dan merawat satwa liar khususnya orangutan.
Gambar 21. Perawatan Orangutan di WRC 2) Dolan Deso Boro
Dolan Deso Boro terletak di area pedesaan yang nyaman di desa Banjarasri (Boro) Kalibawang, Kulonprogo. Dolan Deso Boro merupakan tempat wisata pemdidikan dan minat khusus dengan misi pelestarian lingkungan.
(45)
45 f) Wisata minat khusus
1) Arung jeram / rafting Progo
Sungai Progo sebelah atas bagi penggemar olahraga minat khusus terutama rafting dan kayaking merupakan spot yg potensial dan menantang untuk dicoba. Banyaknya jeram dengan berbagai variasi tingkat kesulitan menjadikan Sungai progo atas sebagai spot yg wajib diarungi oleh penghoby. dengan panjang pengarungan sekitar 12 km dapat ditempuh kurang lebih 2,5 jam perjalanan. Indahnya pemandangan di kiri dan kanan sungai serta ada air terjun yang masih alami menjadikan pengarungan lebih berkesan.
Gambar 23. Rafting Progo 2) Towielfiet
Towielfiet dalah wisata desa menggunakan sepeda lama berkeliling desa sambil mengenal kearifan lokal dan kehidupan sehari-hari di pedesaan. Keunikan dari Towilfiets adalah para wisatawan diajak berkeliling desa menggunakan sepeda. sepanjang perjalanan, oleh Host Towilfiets, wisatawan dikenalkan dengan berbagai macam kegiatan sehari-hari warga masyarakat, seperti mananam padi, menuai padi, dan lain-lain. Wisata desa ini sangat
(46)
46 diminati oleh wisatawan baik manca negara maupun lokal. Alamat kantor penyedia wisata Towielfiet berada di Bantar, Banguncipto, Sentolo, Kulonprogo.
Gambar 24. Towielfiet 3) Sport fishing
Salah satu tempat Sport Fishing yang sangat menantang adalah di Pantai Glagah. Spot tersebut berada di pemecah ombak/Break Water, yang berada di ujung Barat dan ujung Timur muara sungai Serang. Pada pagi sampai sore hari, banyak sekali angler/pemancing yang menjajal spot tersebut dengan berbagai model umpan.
(47)
47 g) Wisata adat dan tradisi
1) Labuhan Pura Pakualaman
Upacara ini dilaksanakan bertepatan dengan 10 Muharram atau 10 Sura menurut penanggalan Jawa. Upacara labuhan yang akan melabuhkan tiga gunungan dimulai dengan upacara kecil di Pesanggrahan Puro Pakualaman di Desa Glagah, Temon, Kulon Progo (arah menuju Pantai Glagah dari jalan raya Wates – Purworejo). Setelah acara doa, gunungan dibawa berarak-arak menuju Pantai Glagah yang berjarak sekitar 2 km dari pesanggrahan Puro Pakualaman. Nilai utama dari upacara adat Labuhan Pura Pakualaman ini adalah harapan agar masyarakat selalu menjaga tradisi budaya dan selalu bersyukur kepada Sang Maha Pencipta atas segala pemberian-Nya.
Gambar 26. Upacara Adat Labuhan Pura Pakualaman 2) Rebo Pungkasan Kembul Dhahar Sewu Dulur
Tradisi ini merupakan tradisi turun-temurun yang dilaksanakan di Bendung Kayangan di Dusun Turus, Desa Pendoworejo, Girimulyo, Kulon Progo untuk mengenang jasa Mbah Bei Kayangan yang merupakan seorang abdi dalem yang berinisiatif membuat Bendungan Kayangan yang sampai
(48)
48 sekarang dirasakan manfaatnya bagi penduduk sekitar. Upacara ini dilaksanakan setiap Rabu akhir (pungkasan) di Bulan Sapar.
Gambar 27. Upacara Adat Rebo Pungkasan Kembul Dhahar Sewu Dhuwur 3) Saparan Jayakusuma
Saparan Jaya Kusuma diadakan setiap Kamis Wage atau Senin Wage di Bulan Sapar. Pada tahun 2014 yang lalu upacara adat ini dilaksanakan di Dusun Sengir, Desa Kalirejo, Kokap, Kulon Progo. Pukul 10.00 - selesai.
Gambar 28. Upacara Adat Saparan Jayakusuma 4) Ruwatan 1 Suro Gunung Lanang
Ruwatan 1 Suro Gunung Lanang atau ruwatan sukerto Gunung Lanang adalah upacara untuk memperingati malam satu suro atau 1 Muharram tahun
(49)
49 Hijriah. Para "sukerto" atau peserta sebelumnya dimandikan dengan dari "padasan"/tempat air seperti Kendi besar dengan menggunakan busana khusus. tujuan dari ruwatan ini adalah permohonan doa kepada Tuhan YME agar mereka tidak mendapatkan halangan/aral dalam perjalanan hidupnya, serta diberikan kemudahan dalam rejeki. Kemudian semua sesaji dan ubarampe labuhan sukerto ini kemudian dilarung ke tengah laut dengan menggunakan perahu nelayan.
Gambar 29. Upacara Adat Ruwatan 1 Suro Gunung Lanang 5) Jamasan Pusaka 1 Suro Suroloyo
Upacara jamasan pusaka diadakan di Suroloyo, Dusun Keceme, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh setiap tanggal 1 Suro tahun baru jawa. Pusaka yang dijamasi adalah Tombak Kyai Manggala Murti dan Songsong Kyai Manggolo Dewo. Pusaka ini merupakan pemberian dari Kraton Kasultanan Yogyakarta.
(50)
50 Gambar 30. Upacara Adat Jamasan Pusaka 1 Suro Suroloyo
6) Gumbregi
Upacara adat Gumbregi adalah upacara adat tradisi yang dilaksanakan masyarakat setiap Jumat Kliwon pada bulan Jawa Sura oleh masyarakat Dusun Karanggede, Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo.
Gambar 31. Upacara Adat Gumbregi 7) Sermo Hamengku Gati
Sermo Hamengku Gati ini merupakan kegiatan rutin setiap 2 tahun sekali tiap bulan syawal, pertama kali dilaksanakan tahun 2010, kemudian 2012 & 2014. Sermo Hamengku Gati dilaksanakan di lapangan Nggudang, Sermo Tengah, Hargowilis, Kokap, Kulon Progo di tepi barat Waduk Sermo. Selain
(51)
51 kegiatan upacara adat juga dilaksanakan parade seni budaya dari beberapa group kesenian setempat.
Gambar 32. Upacara Adat Sermo Hamengku Gati 8) Saparan Kalibuka
Kalibuka adalah sebuah pedusunan di Desa Kalireja, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo. Terdapat dua pedukuhan yaitu Kalibuka I dan Kalibuka II. Upacara Adat Saparan Kalibuka dilaksanakan di kedua pedukuhan ini.
Upacara Adat Saparan Kalibuka diselenggarakan pada Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon pada bulan Sapar. Upacara ini biasanya diadakan bersamaan dengan tradisi bersih desa atau merti dusun yang diawali dengan membersihkan tempat upacara dan jalan menuju ke Sebatur. Biasanya rumpun bambu / pring gedhe dibersihkan dan pagar bambu diganti dengan yang baru. Pada malam harinya diadakan tahlilan dan tirakatan di Sebatur.
(52)
52 h) Wisata kerajinan
1) Batik
Desa Gulurejo dan Ngentakrejo, Lendah merupakan sentra kerajinan Kabupaten Kulon Progo. Terdapat belasan hingga 20-an perajin batik di wilayah tersebut. Batik yang diproduksi pun beraneka ragam, mulai dari motif batik klasik hingga geblek renteng yang menjadi ciri khas Kulonprogo. Harga yang dibanderol pun memiliki kisaran bervariasi mulai dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah.
Gambar 34. Batik Geblek Renteng Khas Kulon Progo 2) Serat alam
Desa Salamrejo merupakan sentra kerajinan serat alam. letak desa ini tepatnya berada di jalan Wates Km 17, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo. Daerah ini terletak 9 km di sebelah timur Kota Wates dan 17 km di sebelah barat Kota Yogyakarta. Salamrejo dikenal sebagai kawasan setra kerajinan agel karena menganyam agel menjadi keterampilan penduduk.
(53)
53 Gambar 35. Kerajinan Dari Eceng Gondok sebagai Salah Satu Serat Alam
Kulon Progo 3) Tenun ATBM
Kerajinan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) adalah hasil tenun tradisional yang berkualitas menggunakan bahan baku katun yang ditenun secara tradisional dengan menggunakan alat tenun bukan mesin. Sentra kerajinan tenun ATBM terletak di Dusun Boro, Desa Banjarasri, Kec. Kalibawang dan Dusun Janti Kidul XII, Jatisarono, Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo.
(54)
54 Dengan berbagai macam objek wisata yang tersedia, keputusan destinasi wisata yang akan diambil oleh wisatawan tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Medlik, 1980 dan Jackson, 1989 (dalam Utama, 2011 : 4-5) telah mengidentifikasi faktor-faktor penarik yang menyebabkan wisatawan memilih tujuan wisata tertentu yaitu iklim destinasi, promosi pariwisata, iklan, pemasaran, kejadian khusus, potongan harga, mengunjungi teman, mengunjungi kerabat, daya tarik wisata, budaya, lingkungan alamiah dan buatan. Ada empat aspek yang harus diperhatikan dalam penawaran pariwisata (Rai Utama, 2011 : 4-5), yaitu :
1) Aspek daya tarik destinasi.
Setiap destinasi wisata pasti mempunyai daya tarik tersendiri baik daya tarik alam, budaya, maupun masyarakatnya.
2) Aspek transportasi (aksesibilitas).
Transportasi sangat penting terkait akses bagi wisatawan domestik dan mancanegara agar dengan mudah dapat mencapai tujuan ke tempat wisata baik secara internasional maupun akses terhadap tempat-tempat wisata pada sebuah destinasi.
3) Aspek fasilitas utama dan pendukung.
Fasilitas sangat perlu diperhatikan agar wisatawan dapat dengan nyaman menikmati dan tinggal lebih lama di destinasi wisata yang telah dipilih. 4) Aspek kelembagaan.
Aspek kelembagaan tersebut dapat berupa dukungan lembaga keamanan, lembaga pariwisata sebagai pengelola destinasi, dan lembaga pendukung lainnya yang dapat menciptakan kenyamanan wisatawan.
(55)
55 B. Penelitian yang Relevan
Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian yang telah diakukan sebelumnya yang mempunyai relevansi dengan objek penelitian dalam karya tulis ini. Penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
1. “Sistem Pendukung Keputusan Bidang Keahlian Menggunakan Metode
Analytical Hierarchy Process (Studi Kasus : Prodi PTI FT UNY).” Oleh Ahmat Anton Wahyu A. W. Tahun 2014. Penelitian tersebut menghasilkan sebuah aplikasi sistem pendukung keputusan untuk memilih bidang keahlian sesuai dengan kemampuan dan minat sehingga pilihan tidak lagi bersifat subjektif. Aplikasi tersebut telah diuji dan memenuhi kelayakan pada aspek functionality, reliability, efficiency, usability.
2. “Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Destinasi Wisata DKI
Jakarta Menggunakan Metode AHP Berbasis Web.” Oleh Budi Setiawan
Santoso, dkk. Tahun 2014. Penelitian ini menghasilkan sebuah aplikasi yang membantu wisatawan memperoleh destinasi wisata sesuai yang diinginkan berdasarkan jenis kategori yang diinginkan. Kategori tersebut diperoleh berdasarkan pemilihan prioritas jarak atau harga dari lokasi awal yang dimasukkan.
3. “Personalized Tourist Recomended Systems Based on Analytic Hierarchy
Process (AHP).” Oleh Cut Fiarni, dkk. Tahun 2013. Aplikasi yang dihasilkan
dari penelitian ini dapat memberikan rekomendasi objek wisata sesuai dengan input penilaian terhadap prefensi faktor keamanan, kenyamanan, dan ketersediaan kendaraan umum yang telah ditentukan sebelumnya oleh user,
(56)
56 serta disusun sesuai dengan budget yang dimiliki wisatawan. Peneliti menyarankan agar memperluas objek penelitian seperti menambah fitur pemilihan hotel dan lain sebagainya.
4. “Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Paket Wisata dan Reservasi Travel
dengan Metode AHP dan TOPSIS Berbasis Web.” Oleh I Nyoman Giri
Sasmita Atmajaya. 2011. Penelitian ini telah berhasil mengimplementasikan metode pada aplikasi yang dibuat dan dapat menganalisa kriteria dan alternatif yang dibandingkan, kemudian memberikan urutan prioritas paket wisata.
5. “Sistem Keputusan Pemilihan Mahasiswa Berprestasi di Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta dengan Metode AHP dan TOPSIS.” Oleh Aan Yulianto. Tahun 2014. Pada penelitian ini metode AHP berhasil digunakan untuk proses pembobotan kriteria sesuai dengan permintaan (input) dan metode TOPSIS dapat digunakan untuk pengolahan data mahasiswa sehingga diperoleh solusi pemenang mahasiswa berprestasi.
6. “Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Prioritas Pelanggan Dealer Suzuki
Soekarno-Hatta Malang Menggunakan Metode AHP dan SAW.” Oleh Silvi Agustina, Aditya Rachmadi, S.ST,. M.TI. dan Satrio Agung Wicaksono, S.Kom., M.Kom. Penelitian tersebut mampu menghasilkan perankingan pelanggan dan lokasi promosi dengan menggabungkan dua metode yaitu AHP sebagai metode pembobotan dan SAW sebagai metode perankingan.
(57)
57 C. Kerangka Pikir
Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten di wilayah DIY dengan jumlah wisatawan paling rendah. Diperlukan berbagai usaha untuk meningkatkan kunjungan wisatawan di Kabupaten Kulon Progo, salah satu cara yang paling efektif adalah dengan melakukan promosi.
Suatu sistem sangat diperlukan sebagai media promosi untuk memberikan informasi yang lengkap tentang objek wisata Kabupaten Kulon Progo, sehingga calon wisatawan mengetahui profil lengkap objek wisata, mulai tertarik, dan kemudian mengunjungi objek wisata tersebut. Sistem tersebut adalah sistem informasi, yaitu sistem yang menggabungkan perangkat keras dan perangkat lunak komputer untuk dapat mengolah data menjadi sebuah sistem informasi agar dapat diakses secara cepat tanpa terbatas tempat dan waktu.
Untuk itu dibuatlah sistem pendukung keputusan dengan metode AHP untuk pemilihan objek wisata Kabupaten Kulon Progo yang diharapkan dapat membantu wisatawan dalam memilih destinasi wisata terbaik menurut nilai prioritas terhadap aspek yang bersangkutan, serta diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengetahui aspek-aspek yang paling banyak dipertimbangkan wisatawan yang akan berkunjung ke Kabupaten Kulon Progo, sehingga dapat memberikan pertimbangan dalam pembangunan pariwisata. Dengan adanya pembenahan dan pembangunan objek wisata, diharapkan dapat memberikan kenyamanan kepada wisatawan sehingga tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kulon Progo meningkat, dan terjadi pemerataan pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta.
(58)
135 DAFTAR PUSTAKA
Aan Yulianto. 2014. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta dengan Metode AHP dan TOPSIS. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Agustina,S., Rachmadi,A., dan Wicaksono,S.A. 2013. Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Prioritas Pelanggan Dealer Suzuki Soekarno-Hatta Malang Menggunakan Metode AHP dan SAW.
Ahmat Anton Wahyu. 2014. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Bidang Keahlian Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (Studi Kasus : Prodi PTI FT UNY). Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Aji Supriyanto. 2005. Pengantar Teknologi Informasi. Jakarta : Salemba Infotek. Angelina, J. Siklus Hidup Pengembangan Sistem. Diakses dari
https://www.academia.edu/5464810/Materi_02_-_SDLC pada tanggal 27 Februari 2015, jam 23.02 WIB.
Anharku. Flowchart. (2009) Diakses dari http://ilmukomputer.org/wp-content/uploads/2009/06/anharku-flowchart.pdf pada tanggal 28 Februari 2015, jam 07.46 WIB.
Atmaja, I.N.G.S. 2011. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Paket Wisata dan Reservasi Travel dengan Metode AHP dan TOPSIS Berbasis Web. Skripsi. STIKOM Surabaya.
Banureaj, J.M.F, Prinsip Kerja AHP. Diakses dari
https://sites.google.com/site/banureaj/ta-jonas/ahp/prinsip-kerja-ahp pada tanggal 23 Februari 2015, jam 4.16 WIB.
Budparpora Kab. Kulon Progo. Informasi Wisata. Diakses dari
http://budparpora.kulonprogokab.go.id/index.php pada tanggal 26 Februari 2015, jam 22.26 WIB.
Cut Fiarni, dkk. Personalized Tourist Recomended Systems Based on Analytic Hierarchy Process (AHP). Seminar Nasional Sistem Informasi Indonesia. 2013
Edhy Sutanta. 2011. Basis Data dalam Tinjauan Konseptual. Yogyakarta : Penerbit ANDI.
(59)
136 Eka Arifa Rusqiyati. 2015. Wisata Budaya Masih Jadi Magnet Turis
Mancanegara. Diakses dari
http://www.antarayogya.com/berita/329013/wisata-budaya-masih-jadi-magnet-turis-mancanegara30 pada tanggal 30 Januari 2015 jam 21.27 WIB.
Kadir, Abdul. 2003. Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta:Penerbit ANDI. Manurung Iqbal Hasan. 2002. Pokok-Pokok Materi Teori Pengambilan
Keputusan. Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia.
Muammar Arie Fauzan. 2010. Sistem Pendukung Keputusan Untuk Pemilihan Objek Wisata Kota Surabaya Menggunakan Metode AHP. UPN Jawa Timur.
M. Rudyanto Arief. 2011. Pemrograman Web Dinamis menggunakan PHP dan MySQL. Yogyakarta: Penerbit ANDI
Nur Ichsan. 2010. Waterfall dan Prototyping (Metode Pengembangan Sistem). Diakses dari http://nurichsan.blog.unsoed.ac.id/2010/11/19/metode-pengembangan-waterfall-prototyping/ pada tanggal 5 Februari 2015 jam 5.31.
Nustanul Arifin Noer. 2010. Belajar Mudah Riset Operasional. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Oetomo, Budi Sutedjo Dharma. Perencanaan & Pembangunan Sistem Informasi. Penerbit ANDI. Yogyakarta. 2002.
Parwita, W.G.S dan Putri, L.A.A.R. 2012. Komponen Penilaian Kualitas Perangkat Lunak Berdasarkan Software Quality Models. Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan. Semarang.
Setiawan, B.S., Izatillah, M., Ibrahim, M., dan Wulandari, L. 2013. Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Destinasi Wisata DKI Jakarta Menggunakan Metode AHP Berbasis Web.
Sanada, Heri; Wahyudin; Heri Sutarno. 2013. Rancang Bangun Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Penerimaan Siswa Baru dengan Metode AHP dan PROMETHEE di SMA. Jurnal Ilmu Komputer (JIK). Vol.1 No.1.
Susi. Simbol-simbol Flowchart. Diakses dari
http://susi22.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/27505/SIMBOL.doc
(60)
137 Tata Sutabri. 2012. Analisis Sistem Informasi. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Thomas L. Saaty. 1990. How to Make a Decision : The Analytic Hierarchy Process. Europen Journal of Operational Research 48. Hlm. 9-26.
... 2008. Decision Making with The Analytic Hierarchy Process. Int J. Services Sciences, Vol. 1, No.1. 83-98.
Usito, Joko Nugroho. 2013. Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Proses Belajar Mengajar Menggunakan Metode Simple Additive Weighting (SAW). Tesis. Universitas Diponegoro.
Utama, I.G.B.R. 2011. Pengembangan Wisata Kota Sebagai Pariwisata Masa Depan Indonesia.
Yudi Priyadi. 2014. Kolaborasi SQL & ERD dalam Implementasi Database. Yogyakarta : Penerbit ANDI.
(1)
55 B. Penelitian yang Relevan
Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian yang telah diakukan sebelumnya yang mempunyai relevansi dengan objek penelitian dalam karya tulis ini. Penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
1. “Sistem Pendukung Keputusan Bidang Keahlian Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (Studi Kasus : Prodi PTI FT UNY).” Oleh Ahmat Anton Wahyu A. W. Tahun 2014. Penelitian tersebut menghasilkan sebuah aplikasi sistem pendukung keputusan untuk memilih bidang keahlian sesuai dengan kemampuan dan minat sehingga pilihan tidak lagi bersifat subjektif. Aplikasi tersebut telah diuji dan memenuhi kelayakan pada aspek functionality, reliability, efficiency, usability.
2. “Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Destinasi Wisata DKI Jakarta Menggunakan Metode AHP Berbasis Web.” Oleh Budi Setiawan Santoso, dkk. Tahun 2014. Penelitian ini menghasilkan sebuah aplikasi yang membantu wisatawan memperoleh destinasi wisata sesuai yang diinginkan berdasarkan jenis kategori yang diinginkan. Kategori tersebut diperoleh berdasarkan pemilihan prioritas jarak atau harga dari lokasi awal yang dimasukkan.
3. “Personalized Tourist Recomended Systems Based on Analytic Hierarchy
Process (AHP).” Oleh Cut Fiarni, dkk. Tahun 2013. Aplikasi yang dihasilkan
dari penelitian ini dapat memberikan rekomendasi objek wisata sesuai dengan input penilaian terhadap prefensi faktor keamanan, kenyamanan, dan ketersediaan kendaraan umum yang telah ditentukan sebelumnya oleh user,
(2)
56 serta disusun sesuai dengan budget yang dimiliki wisatawan. Peneliti menyarankan agar memperluas objek penelitian seperti menambah fitur pemilihan hotel dan lain sebagainya.
4. “Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Paket Wisata dan Reservasi Travel dengan Metode AHP dan TOPSIS Berbasis Web.” Oleh I Nyoman Giri Sasmita Atmajaya. 2011. Penelitian ini telah berhasil mengimplementasikan metode pada aplikasi yang dibuat dan dapat menganalisa kriteria dan alternatif yang dibandingkan, kemudian memberikan urutan prioritas paket wisata.
5. “Sistem Keputusan Pemilihan Mahasiswa Berprestasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta dengan Metode AHP dan TOPSIS.” Oleh Aan Yulianto. Tahun 2014. Pada penelitian ini metode AHP berhasil digunakan untuk proses pembobotan kriteria sesuai dengan permintaan (input) dan metode TOPSIS dapat digunakan untuk pengolahan data mahasiswa sehingga diperoleh solusi pemenang mahasiswa berprestasi.
6. “Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Prioritas Pelanggan Dealer Suzuki Soekarno-Hatta Malang Menggunakan Metode AHP dan SAW.” Oleh Silvi Agustina, Aditya Rachmadi, S.ST,. M.TI. dan Satrio Agung Wicaksono, S.Kom., M.Kom. Penelitian tersebut mampu menghasilkan perankingan pelanggan dan lokasi promosi dengan menggabungkan dua metode yaitu AHP sebagai metode pembobotan dan SAW sebagai metode perankingan.
(3)
57 C. Kerangka Pikir
Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten di wilayah DIY dengan jumlah wisatawan paling rendah. Diperlukan berbagai usaha untuk meningkatkan kunjungan wisatawan di Kabupaten Kulon Progo, salah satu cara yang paling efektif adalah dengan melakukan promosi.
Suatu sistem sangat diperlukan sebagai media promosi untuk memberikan informasi yang lengkap tentang objek wisata Kabupaten Kulon Progo, sehingga calon wisatawan mengetahui profil lengkap objek wisata, mulai tertarik, dan kemudian mengunjungi objek wisata tersebut. Sistem tersebut adalah sistem informasi, yaitu sistem yang menggabungkan perangkat keras dan perangkat lunak komputer untuk dapat mengolah data menjadi sebuah sistem informasi agar dapat diakses secara cepat tanpa terbatas tempat dan waktu.
Untuk itu dibuatlah sistem pendukung keputusan dengan metode AHP untuk pemilihan objek wisata Kabupaten Kulon Progo yang diharapkan dapat membantu wisatawan dalam memilih destinasi wisata terbaik menurut nilai prioritas terhadap aspek yang bersangkutan, serta diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengetahui aspek-aspek yang paling banyak dipertimbangkan wisatawan yang akan berkunjung ke Kabupaten Kulon Progo, sehingga dapat memberikan pertimbangan dalam pembangunan pariwisata. Dengan adanya pembenahan dan pembangunan objek wisata, diharapkan dapat memberikan kenyamanan kepada wisatawan sehingga tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kulon Progo meningkat, dan terjadi pemerataan pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta.
(4)
135 DAFTAR PUSTAKA
Aan Yulianto. 2014. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta dengan Metode AHP dan TOPSIS. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Agustina,S., Rachmadi,A., dan Wicaksono,S.A. 2013. Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Prioritas Pelanggan Dealer Suzuki Soekarno-Hatta Malang Menggunakan Metode AHP dan SAW.
Ahmat Anton Wahyu. 2014. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Bidang Keahlian Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (Studi Kasus : Prodi PTI FT UNY). Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Aji Supriyanto. 2005. Pengantar Teknologi Informasi. Jakarta : Salemba Infotek. Angelina, J. Siklus Hidup Pengembangan Sistem. Diakses dari
https://www.academia.edu/5464810/Materi_02_-_SDLC pada tanggal 27 Februari 2015, jam 23.02 WIB.
Anharku. Flowchart. (2009) Diakses dari http://ilmukomputer.org/wp-content/uploads/2009/06/anharku-flowchart.pdf pada tanggal 28 Februari 2015, jam 07.46 WIB.
Atmaja, I.N.G.S. 2011. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Paket Wisata dan Reservasi Travel dengan Metode AHP dan TOPSIS Berbasis Web. Skripsi. STIKOM Surabaya.
Banureaj, J.M.F, Prinsip Kerja AHP. Diakses dari https://sites.google.com/site/banureaj/ta-jonas/ahp/prinsip-kerja-ahp pada tanggal 23 Februari 2015, jam 4.16 WIB.
Budparpora Kab. Kulon Progo. Informasi Wisata. Diakses dari http://budparpora.kulonprogokab.go.id/index.php pada tanggal 26 Februari 2015, jam 22.26 WIB.
Cut Fiarni, dkk. Personalized Tourist Recomended Systems Based on Analytic Hierarchy Process (AHP). Seminar Nasional Sistem Informasi Indonesia. 2013
Edhy Sutanta. 2011. Basis Data dalam Tinjauan Konseptual. Yogyakarta : Penerbit ANDI.
(5)
136 Eka Arifa Rusqiyati. 2015. Wisata Budaya Masih Jadi Magnet Turis
Mancanegara. Diakses dari
http://www.antarayogya.com/berita/329013/wisata-budaya-masih-jadi-magnet-turis-mancanegara30 pada tanggal 30 Januari 2015 jam 21.27 WIB.
Kadir, Abdul. 2003. Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta:Penerbit ANDI. Manurung Iqbal Hasan. 2002. Pokok-Pokok Materi Teori Pengambilan
Keputusan. Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia.
Muammar Arie Fauzan. 2010. Sistem Pendukung Keputusan Untuk Pemilihan Objek Wisata Kota Surabaya Menggunakan Metode AHP. UPN Jawa Timur.
M. Rudyanto Arief. 2011. Pemrograman Web Dinamis menggunakan PHP dan MySQL. Yogyakarta: Penerbit ANDI
Nur Ichsan. 2010. Waterfall dan Prototyping (Metode Pengembangan Sistem). Diakses dari http://nurichsan.blog.unsoed.ac.id/2010/11/19/metode-pengembangan-waterfall-prototyping/ pada tanggal 5 Februari 2015 jam 5.31.
Nustanul Arifin Noer. 2010. Belajar Mudah Riset Operasional. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Oetomo, Budi Sutedjo Dharma. Perencanaan & Pembangunan Sistem Informasi. Penerbit ANDI. Yogyakarta. 2002.
Parwita, W.G.S dan Putri, L.A.A.R. 2012. Komponen Penilaian Kualitas Perangkat Lunak Berdasarkan Software Quality Models. Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan. Semarang.
Setiawan, B.S., Izatillah, M., Ibrahim, M., dan Wulandari, L. 2013. Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Destinasi Wisata DKI Jakarta Menggunakan Metode AHP Berbasis Web.
Sanada, Heri; Wahyudin; Heri Sutarno. 2013. Rancang Bangun Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Penerimaan Siswa Baru dengan Metode AHP dan PROMETHEE di SMA. Jurnal Ilmu Komputer (JIK). Vol.1 No.1.
Susi. Simbol-simbol Flowchart. Diakses dari
http://susi22.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/27505/SIMBOL.doc pada tanggal 28 Februari 2015, jam 07.57 WIB.
(6)
137 Tata Sutabri. 2012. Analisis Sistem Informasi. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Thomas L. Saaty. 1990. How to Make a Decision : The Analytic Hierarchy Process. Europen Journal of Operational Research 48. Hlm. 9-26.
... 2008. Decision Making with The Analytic Hierarchy Process. Int J. Services Sciences, Vol. 1, No.1. 83-98.
Usito, Joko Nugroho. 2013. Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Proses Belajar Mengajar Menggunakan Metode Simple Additive Weighting (SAW). Tesis. Universitas Diponegoro.
Utama, I.G.B.R. 2011. Pengembangan Wisata Kota Sebagai Pariwisata Masa Depan Indonesia.
Yudi Priyadi. 2014. Kolaborasi SQL & ERD dalam Implementasi Database. Yogyakarta : Penerbit ANDI.