Pengertian Wanita Karir Kehidupan Wanita Karir Yang Telah Berumah Tangga

5

BAB II LANDASAN TEORI

A. Wanita Karir yang telah Berumah Tangga

1. Pengertian Wanita Karir

Wanita Karir menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Alwi, 2006 adalah wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi usaha, perkantoran, dsb. Makna karir sendiri menurut Kamus besar Bahasa Indonesia Alwi, 2006 adalah perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan, jabatan, atau dapat dinyatakan sebagai pekerjaan yang memberikan harapan untuk maju. Pengertian wanita karir menurut Anoraga 1998 adalah wanita yang mengalami perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan, jabatan dan lain-lain sebagai hasil dari kerja kerasnya baik dengan menggunakan pikiran maupun tenaga fisik. Wanita yang memiliki karir biasanya mendapatkan dorongan-dorongan yang konsisten dari orang tuanya untuk mencapai keberhasilan dalam situasi yang kompetitif. Masdani dalam Aminatun, 2008 menggambarkan wanita karir sebagai wanita yang bekerja dengan menghayati serta menerima bahwa pekerjaannya itu merupakan jalan untuk mengembangkan kemampuan dirinya. Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa wanita karir adalah seorang wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi, dan mengalami perkembangan dalam pekerjaan, jabatan dan lain-lain sebagai hasil dari kerja, serta menghayati bahwa pekerjaannya itu merupakan jalan untuk mengembangkan kemampuan dirinya.

2. Kehidupan Wanita Karir Yang Telah Berumah Tangga

Semakin meningkat jumlah wanita karir terutama di kota besar, semakin kompleks pula dinamika kehidupan Data dari “The Institute of Science and Technology Journal’s” menunjukkan bahwa perempuan Indonesia telah bekerja saat berusia 22 tahun belum menikah. Hanya sebagian kecil dari mereka yang berhenti bekerja setelah berumah tangga dalam Siregar, 2007. Seorang wanita karir yang telah berumah tangga pada umumnya berada pada tahap perkembangan dewasa awal dan dewasa madya. Menurut teori perkembangan Levinson dalam Waskito. J Irmawati, H, 2004, membangun sebuah karir dan keluarga adalah dua target utama untuk wanita pada tahap dewasa awal. Hal ini didukung dengan pernyataan Hurlock 1997 yang menjabarkan bahwa pada tahap ini manusia berada pada tahap awal pembentukan karir dan keluarga, dimana seseorang perlu membuat pilihan yang tepat demi menjamin masa depannya terhadap pekerjaan dan keluarga. Pada masa ini juga wanita akan menghadapi dilema antara pekerjaan dan keluarga. Berbagai masalah mulai timbul terutama dalam perkembangan karir dan juga hubungan dalam keluarga. Sikap wanita terhadap pekerjaan pada tahap ini hanya melibatkan komitmen untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang dianggap penting. Wanita kurang berusaha untuk membangun komitmen demi untuk mendapatkan sebuah jabatan profesional yang bermanfaat untuk kepentingan jangka panjang Waskito. J Irmawati, H, 2004,. Hal ini berlangsung hingga wanita memasuki tahap dewasa madya. Pada fase ini, para wanita mulai berfikir untuk membuat perubahan dalam kehidupan keluarga dan pekerjaan. Wanita pada tahap ini justru mencurahkan banyak waktu untuk membangun karir, dan memperoleh pengakuan serta berusaha mencapai karir profesional di tempat kerja mereka. Pada kedua tahap perkembangan ini seorang wanita berkarir yang berumah tangga akan selalu dihadapkan pada konflik peran. Menurut W. S. Christine, dkk 2010 dalam konflik pekerjaan, seseorang dapat mengalami konflik dalam dirinya karena harus memilih tujuan yang saling bertentangan. Ketidak jelasan yang dirasakan dalam melakukan pekerjaan baik yang harus dipilih atau didahulukan. Sedangkan konflik keluarga adalah kondisi dimana seseorang mengalami tekanan dalam wilayah keluarga Weny dalam Nurachman, Nani, dkk, 2011 mengungkapkan secara tradisional wanita memiliki peran pengasuhan dan tanggung jawab dalam urusan rumah tangga. Wanita yang masuk dalam dunia kerja tentu akan memiliki tanggung jawab ganda. Pengasuhan dan mengurus keluarga menjadi masalah pokok bagi wanita yang berkarir. Wanita karir dituntut untuk dapat membagi waktu, energi dan menjaga kesehatan mentalnya agar dapat mencapai keseimbangan antara keluarga dan pekerjaanya tanpa mengorbankan dirinya sendiri. Tuntutan tersebut mengarahkan wanita karir yang telah berumah tangga untuk memilih profesi yang dianggapnya aman. Pilihan wanita karir yang telah berumah tangga untuk memilih profesi yang dianggapnya aman sesuai dengan pendapat Nani dkk 2011, yang menyatakan bahwa persepsi postif wanita terhadap pekerjaannya tidak ditentukan oleh jabatan, asalkan pekerjaan itu memuaskan bagi mereka. Aktualisasi diri dan pengembangan diri dalam pekerjaan yang dapat memberi manfaat untuk dapat berinteraksi lebih baik dengan lingkungan sekitarnya dirasa sebagai manfaat penting dari pekerjaan. Kesempatan wanita karir untuk memilih profesi yang dianggap aman saat ini terbuka luas. Namun pada kenyataannya mennurut Aminatun 2008 para wanita karir masih mengalami beberapa hambatan. Masalah persepsi atau anggapan di kalangan masyarakat sering menjadi faktor penghambat, karena dapat memicu ketidakharmonisan dan permasalahan dalam keluarga. Hal ini didukung pendapat pendapat Savitry dalam Nani, 2011 yang mengungkapkan meski tidak lepas dari pengaruh budaya, dukungan dari lingkungan dan pasangan hidup sangat penting bagi performansi wanita dalam karirnya. Masalah lain yang dapat menghambat wanita dalam meniti karirnya adalah tidak semua wanita karir mampu melakukan pembagian waktu antara keluarga dan karir. Kebanyakan dari wanita karir belum mampu menjaga keseimbangan peran dalam karir dan keluarga Aminatun, 2008.

B. Makna Kerja