TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER
TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) MATA KULIAH MASAIL FIQHIYYAH I Pendahuluan
Permasalahan akan Fiqih terus berkembang mengikuti perkembangan zaman yang terus berubah. Ini membutuhkan penyelesaian dari sisi Ilmu Fiqih sebagai perangkat penyelesaian problematika yang kompleks dalam muamalah agama Islam. Islam harus mampu menjawab segala permasalahan-permasalahan tersebut yang tetap bersandar pada tuntunan dari Alquran dan Hadits Nabi.
Fikih sebagai perangkat akan terus mengalami perdebatan dan perbedaan karena seiring banyaknya pendapat dan rujukan dari para fuqoha. Selain daripada merujuk pada Alquran dan Hadits para fuqoha juga merujuk pada Ijma, Qiyas, Istihsan, Al-Maslahah Mursalah, Al-Urf, Al-Istihshab, Al-Zara’I, Syar’un man Qoblana , Mazdhab sahabat. Maka dari perihal tersebut perbedaan ikhlilaf sangat dimungkinkan terjadi.
Dalam penyelesaikan setiap permasalahan dalam fiqih kita harus tetap menghindari sikap taklid dan atau fanatisme, prinsip mempermudah dan menghindarkan kesulitan, berdialog dengan masyarakat melalui bahasa kodisi masanya dan melalui pendekatan persuasive aktif serta komunikatif, bersikap moderat terhadap kelompok tekstualis (literalis) dan kelompok kontekstualis, serta mengetahui ketentuan hukum bersifat jelas tidak mengandung interpretasi.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada keluarga yang telah memberikan dukungan serta semangat sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis pun ingin berterimakasih kepada dosen mata kuliah Masailul Fiqhiyyah I, Bapak Dr. H.A.Saepulloh, M.Pd dan tak lupa juga kepada keluarga besar Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Darussalam Ciamis, khususnya jurusan Pendidikan Agama Islam, yang telah memberikan semangat kepada penulis dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini juga tak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan isi makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa dan mencapai cita-citanya
(2)
ISI MATERI MASAILUL FIQHIYYAH
1. Sebutkan prinsip-prinsip perdagangan dalam Islam? 2. Bagaimana fikisasi masailul Fiqhiyyah?
3. Jelaskan dan beri contoh masailul Fiqhiyyah?
4. Apa yang dimaksud dengan uang muka dan future komoditi?Jelaskan menurut hukum Islam!
5. Kemukakan pengertian dan perbedaan bai bitsamani;l ajil dan bain bil wafa! 6. Bagaimana penyelesaian kredit menurut bank konvensional dan bank syariah?
1. Sebutkan prinsip-prinsip dalam perdagangan Islam?
Berdagang dalam pandangan Islam merupakan bagian dari muamalah antar manusia yang menjadi amal shaleh bagi kedua belah pihak, baik pedagang maupun pembeli. Jika dilakukan dengan ikhlas karena Allah dan apa yang dilakukannya bukan hal terlarang. Berdagang dalam Islam diarahkan agar para pihak yang melakukan merasa senang dan saling
(3)
menguntungkan, karena itu faktor-faktor yang dapat menimbulkan perselisihan dan kerugian masing-masing pihak, harus dihindarkan.
Untuk itu Islam mengajarkan agar perdagangan itu diatur dalam administrasi dan pembukuan yang tertib, Allah berfirman :
(4)
282. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah[179] tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
[179] Bermuamalah ialah seperti berjualbeli, hutang piutang, atau sewa menyewa dan sebagainya.
(5)
Persaksian ini ditujukan untuk menghindari perselisihan dan memberi kejelasan tentang adanya peristiwa jual beli, sehingga ada bukti bahwa jual beli telah berlangsung. Dalam konteks jual beli sekarang ini persaksian dan tulisan dilakukan dalam bentuk administrasi, seperti adanya faktur pembelian sebagai bukti bahwa barang telah diterima pembeli, ada kuitansi sebagai bukti bahwa uang telah diterima penjual. Saksi dan penulis yang menyulitkan dalam ayat di atas maksudnya adalah sistem yang tidak beres atau petugas administrasi yang dapat merugikan pembeli maupun penjual.
Jual beli dalam konsep Islam didasarkan atas kesukaan kedua pihak untuk membeli dan menjual, sehingga tidak ada perasaan menyesal setelah peristiwa jual beli berlangsung, Allah berfirman :
29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu[287]; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
[287] larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, Karena umat merupakan suatu kesatuan.
Jual beli dalam keadaan terpaksa atau dipaksakan oleh salah satu pihak, baik pembeli maupun penjual, bukanlah cara yang sesuai dengan ajaran Islam, karena itu tidak sah jual beli di bawah ancaman, ketakutan dan keterpaksaan.
Aspek saling menguntungkan dan saling meridlai merupakan ciri utama dalam konsep perdagangan Islam, karena itu hal-hal yang dapat mengganggu kedua aspek di atas sekali diperhatikan agar jual beli dapat terhindar dari kekecewaan dan kerugian. Untuk itu dalam masalah jual beli terdapat aturan tentang khiyar.
(6)
Khiyar adalah pilihan, yaitu kesempatan dimana pembeli atau penjual menimbang nimbang atau memikirkan secara matang sebelum transaksi jual beli dilakukan. Nabi bersabda :
هللا دبع نع نايفس انثدح فسوي نب دمحم انثدح
يبنلا نع امهنع هللا ىضر رمع نبا نع رانيد نب
امهنيب عيب ل نيعيبي لك : لاق ملسو هيلع هللا ىلص
(يراخبلا هاور) رايخلا عيب ل
ل إ اقرفتي ىتح
Jika dua orang melakukan jual beli, maka keduanya boleh melakukan khiyar sebelum mereka berpisah dan sebelum mereka bersama-sama atau salah seorang mereka khiyar, maka mereka berdua melakukau jual beli dengan cara itu dengan demikian jual beli menjadi wajib. " (HR. Ats-Tsalatsah).
Dua pihak melakukan jual beli boleh melakukan khiyar selama mereka belum berpisah. Jika keduanya melakukan transaksi dengan benar dan jelas, keduanya diberkahi dalam jual beli mereka. Jika mereka menyembunyikan dan berdusta, Allah akan memusnahkan keberkahan jual beli mereka. Karena itu dalam dunia perdagangan, Islam mengajarkan agar para pihak bertindak jujur. Kejujuran dalam jual beli ini menempalkan mereka yang melakukan, transaksi pada tempat baik dan mulia dalam pandangan Allah, sebagaimana disabdakan Nabi :
"Pedagang yang jujur lagi terpercaya adalah bersama-sama para Nabi, orang-orang yang benar dan para syuhada. " (HR. Tirmidzi dan Hakim)
Tempat yang terhormat bagi pedagang yang jujur disejajarkan dengan para Nabi. Karena bedagang dengan jujur berarti menegakkan kebenaran dan keadilan yang merupakan para Nabi. Disejajarkan dengan orang-orang saleh, karena pedagang yang jujur merupakan bagian dari amal salehnya, sedangkan persamaan dengan para syuhada, karena berdagang adalah berjuang membela kepentingan dan kehormatan diri dan keluarganya dengan cara yang benar dam adil.
Berdagang memerlukan kemauan, semangat dan kerja keras, memeras keringat dan pikiran, tekun, telaten dan sabar. Karena itu tidak heran apabila kedudukan seorang syuhada, pahlawan yang tewas di medan pertempuran.
(7)
Untuk menghindari kekecewaan dalam transaksi jual beli, Islam mengajarkan agar pembeli melihat dan memeriksa barang yang hendak dibelinya, si penjual tidak mempunyai hak untuk menerima pembayarannya, dan jual beli itu belum bisa dilangsungkan, artinya pembeli memiliki hak khiyar (untuk meneruskan jual beli atau membatalkannya), Nabi bersabda :
”Barang siapa yang membeli sesuatu yang belum dilihatnya maka ada hak khiyar baginya apabila dia lelah melihatnya. " (HR. Daruqutni dan Bailiaqi.)
Apabila barang itu telah dilihat dan diperiksa calon pembeli, maka tidak berarti pada saat itu terjadi jual beli, pembeli masih memiliki hak untuk memiliki (khiyar), baik barang maupun harga selama keduanya belum mengambil keputusan, Nabi bersabda :
"Sesungguhnya kedua belah pihak yang berjual beli, boleh khiyar dalam jual beli selama keduanya belum berpisah. " (HR. Bukhari).
Dalam jual beli barang tertentu yang memiliki spesifikasi yang khusus, sebaiknya dituliskan spesifikasi barang yang akan dipesan atau dibeli, misalnya ukuran, type, bahan dasar, warna dan sebagainya yang menunjukkan kualitas dan kwantitas barang yang dimaksud. Apabila tidak sesuai dengan pesanan, pembeli dalam kondisi khiyar, ia boleh menolaknya.
Hak khiyar yang dimiliki oleh penjual maupun pembeli adalah untuk mempertimbangkan secara matang suatu peristiwa jual beli, apabila seseorang telah memutuskan membeli atau menjual suatu barang, maka orang lain tidak boleh menjual atau membelinya, pembeli atau penjual terdahulu telah dinyatakan sah berjual beli dan barang itu bukan lah menjadi milik penjual. Nabi bersabda :
"Janganlah salah seorang kaum menjual barang yang telah dijual saudaranya. " (HR.
Ahmad dan Nassai)
Barang yang diperdagangkan adalah barang yang sudah jelas adanya, sehingga pembeli dapat melihat dan memeriksanya sebelum menetapkan penawaran dan membelinya. Ajaran Islam melarang menyembunyikan kecacatan barang yang dijualnya dengan sengaja untuk memperoleh keuntungun sendiri, sabda Nabi :
(8)
"Seorang muslim itu bersaudara dengan muslim yang lainnya, tidak halal bagi seorang muslim menjual kepada suadaranya barang cacat kecuali ia jelaskan. " (HR. Ahmad dan Ibnu Majah, Daruqutni, Al-Hakim dan Athabrani).
Barang yang diperdagangkan adalah barang yang sudah jelas adanya, sehingga pembeli dapat melihat dan memeriksanya sebelum menetapkan penawaran dan membelinya. Ajaran Islam melarang menyembunyikan kecacatan barang-barang yang dijualnya dengan sengaja untuk memperoleh keuntungan sendiri, sabda Nabi :
Seorang muslim itu bersaudara dengan muslim yang lainnya, tidak halal bagi seorang
muslim menjual kepada saudaranya barang cacat kecuali ia jelaskan. (HR Ahmad dan Ibnu Majah, Daruqutni, Al- Hakim dan Athabrani).
Barang yang diperjual belikan adalah barang yang halal untuk diperjualbelikan barang yang haram dimakan atau diminum haram pula diperjualbelikanya, yaitu :
1. Menjual/membeli anjing, kecuali anjing pemburu, sabda Nabi, Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah berkata :
"Harga anjing itu haram, kecuali anjing pemburu. "(HR- Muslim dan Nassai)
2. Bangkai, darah, daging babi dan daging binatang yang disembelih atas nama selain Allah, Allah berfirman :
"Sesungguhnya Allah hanya mengharamkau alas kalian (memakan) bangkai, darah, daging babi dan apa-apa yang disembelihbitkan karena Allah. " (QS. An-Nalil.
16:115)
Barang-barang yang disebut di atas haram dimakan, dan haram pula diperjual belikannya. Sabda Nabi :
"Sesungguhnya Allah dan RasulNya lelah mengharamkan jual beli arak, bangkai, babi dan palung-palung. " (Mutafaq Alaih)
(9)
3. Arak, Khamer, judi dan sejenisnya. Syariat Islam mengharamkan pula memperjual belikan minuman yang memabukkan, seperti arak dan lain-lain minuman yang memabukkan, sabdaNabi :
"Barang siapa yarg membiarkan anggurnya pada masa petikan, untuk dia jual kepada orang yang menjadikannya arak, maka sesungguhnya dia menempuh api neraka dengan sengaja. " (HR. Tabrani)
Minuman yang beraneka ragam seperti sekarang ini mengharuskan kita untuk teliti dan waspada, sebab nama yang bukan Khamar tidak mengandung arti boleh diminum atau diperjual belikan, karena itu yang menjadi ukuran bukan lagi nama, melainkan jenis minuman, yaitu minuman keras, Nabi bersabda :
"Segolongan umatku akan minum khamr, mereka berikan nama dengan bukan khamr. 4. Senjata
Dalam keadaan tidak aman atau suasana perang, diharamkan menjual senjata, karena senjata akan memperpanjang peperangan dan permusuhan, Nabi bersabda :
"Rasulullah mencegah menjual senjata ditengah berlangsungnya fitnah. " (Baihaqi) 5. Ijon
Jual beli dengan cara ijon adalah jual beli dimana barang yang dibeli belum menjadi barang yang layak diperjual belikan, misalnya membeli jeruk, tatkala pohon jeruk itu berbunga. Jual beli dengan cara ini diharamkan oleh syariat Islam, Sabda Nabi:
Nabi SAW, melarang menjual buah-buahan hingga masak. Maka ditanyakan orang "Bagaimana tanda masaknya? " Sabda Nabi : "Kemerah-merahan, kekuning-kuningan dan bisa dimakan. "(HR. Bukhari)
Diharamkan pula memperjual belikan barang yang belum saatnya memberi manfaat, bahkan jika barang itu belum layak untuk dimanfaatkan, apalagi jika barang itu berbahaya, maka tidak dibolehkan untuk diperjualbelikan, sabda Nabi:
"Jika engkau jual kepada saudaramu buah lain ditimpa bahaya, maka tidak boleh engkau ambil daripadanya sesuatu. Dengan jalan apa engkau boleh mengambil harta saudaramu dengan tidak benar? " (HR. Muslim)
(10)
Maksudnya jika apabila benda yang akan dijual itu dapat musibah, sedangkan uang harganya sudah diterima, maka tidak boleh uang itu digunakan tetapi harus dikembalikan kepada pembeli.
Rasulullah SAW, telah melarang buah-buahan sebelum nyata jadinya. la larang penjual dan pembeli. (Mutafaq 'alaih)
Jual beli dengan cara ijonan adalah jual beli yang tidak jelas yang dapat mengakibatkan salah satu pihak merasa kecewa dan dirugikan, karena itu hukumnya haram.
2. Bagaimana fikisasi masailul Fiqhiyyah?
Pada Rasulullloh saw segala permasalahan keagamaan dan permasalahn sosial lainnya yang bersifat muamalah bisa diselesaikan. Karena para sahabat langsung mendapatkan petunjuk, penyelesaian dari beliau. Sehingga tidak diragukan lagi kebenarannya.
Namun, semuanya berubah setelah Rasululloh meninggal dan mengakibatkan terputusnya wahyu, sehingga para sahabat dalam menyelesaikan masalah-masalah yang memerlukan penjelasan hukum, para sahabat menempuh dengan beberapa jalan berikut :
1. Mencari ketentuan dalam Alquran
2. Mencari ketentuan hukum dari hadits Nabi Muhammad saw
3. Memusyawarahkan secara massal, dimana Khalifah mengundang tokoh-tokoh dan para shabat untuk membahas permasalahan tentang hal-hal baru dalam masyarakat. Lebih-lebih dewasa ini, dimana maslah lebih berkembang denga pesat dan luas seiring dengan canggihnya teknologi dan informasi. Dibutuhkan pemikiran dan ijtihad yang jeli untuk menetapkan ketentuan hukum yang tidak menyimpang dari syariat Islam.
Maka dari itu permaslahan-permaslahan kaegamaan atau sosial yang terangkum dalam ilmu fiqih dewasa ini juga terus mengalami perkembangan. Membtuhkan mujtadi dan pemikir. Tentu ini harus melalui tahapan dan syarat supaya seseorang bisa menhasilkan ketentuan hukum tersebut. Seperti harus adanya syarat bagi para mujtahid :
1. Tida boleh merusak dasar aqidah Islam 2. Tidak boleh merusak martabat manusia
(11)
4. Tidak boleh melanggar moralitas dan akhlak manusia
Faktor yang menyebabkan munculnya Masail fiqhiyyah adalah ;
1. Faktor sosiologis yaitu pranata sosial yang berbeda dimsyarakat dan kecenderungan pada hal pergaulan. Sehingga muncul maslah fiqih baru seperti Aborsi, Asuransi dan lainnya
2. Astronomis yaitu perbedaan waktu siang malam, letak daerah yang membedakan waktu sholat, waktu puasa, hari raya,arah kiblat dan sebagainya.
3. Perbedaan madzhab juga berpengaruh pada perbedaan cara pengambilan hukum, seperti nikah beda agama, haid, ibadah haji dan lainnya
4. Kemajuan IPTEK. Seperti Online, facebook, twitter dan mesia online lainnya 5. Ekonomis. Bunga bank, pajak, zakat
Untuk menghindari taqlid buta dan fanatisme maka Masailul Fiqhiyyah menjadi Ilmu Fiqih kontemporer yang berguna untuk mengidentifikasi masalah masalah fiqih yang berkembang. Dan tetap menerapkan kaidah fiqih dan dalil dalil syara’ yang terperinci yang tidak asal-asalan. Pemahaman terhadap nash-nash Alquran dan hadits sangat diperlukan supaya kandungan dari nash nash tersebut juga bisa dipahami.
(12)
3. Jelaskan dan beri contoh masailul Fiqhiyyah?
Permasalahan fiqih dalam beberapa dekade terakhir dan zaman ini sangat banyak. Aka tetapi disini akan dicontohkan mengenai hal tersebut. Yaitu asuransi.
Asuransi adalah dana yang diberikan kepada seseorang yang mendapatkan musibah seperti misal kecelakaan dan kematian. Dalam Islam jaminan kecelakaan dan musibah menggunakan sisitem zakat dan tidak mengikat melalui persyaratan tertentu. Sedangkan asuransi konvensional harus mendaftarkan diri sebagai peserta atau anggpota untuk mendapatkan auransi atau jamainan ketika nanti mendapatkan kecelakaan atau musibah. Dalam asuransi seseorang diharuskan membayarkan premi secara rutin.
Dalam masyarakat yang bukan Islam, orang-orang berusaha membuat sistem untuk menjamin kehidupan sosial lainnya. Dan terkadang tidak bernilai sosial akan tetapi bernilai bisnis dalam skala besar dan menguntungkan. Jadi sebenarnya dalam Islam sudah menawarkan sistem zakat yang tidak mengikat. Tapi dalam pelaksanaanya dua hal ini mungkin berbeda.
Cara kerja sistem zakat tidak menunggu ia harus jadi anggota atau tidak. Yang terpenting ia dalam kedaaan butuh pasti akan mendapatkan santunan apabila mendapat kecelakaan atau musibah. Sedang cara kerja Auransi harus melauli tahapan yang dijelaskan diatas. Yaitu mengambil dana dari dana yang dibayarkan secara rutin oleh orang yang mendapatkan musibah tersebut.
Dari segi praktek dan transaksi, asuransi ini memiliki cacat syari dikarenakan bukan produk dari sisitem Islam. Diantaranya adalah:
1. Akad asuransi bersifat ghoror. Karena dalam akadnya si penanggung dan yang ditanggung tidak mengetahui jumlah yang pasti dalam pengambilan asuransi atau jaminan tersebut.
2. Akad asuransi ini tidak berdasar pada syarat-syarat dari kedua belah pihak. Akan tetapi pihak perusahaan asuransi yang menentukan syarat-syaratnya.
(13)
4. Dana yang masuk kedalam asuransi konvensional akan dipakai dalam bisnis yang dimungkinan dalam praktek ribawi atau bisnis harama lainnya. Yang pembayar tidak mengetahuinya.ak tunai
5. Asuransi ini termasuk tukar menukar atau jula beli mata uang tapi tidak tunai. Perbedaan diantara Ulama
a.Yang menharamkan : Sama dengan judi
Adanya unsur yang tidak pasti Asuransi mengandung riba
Hidup mati, musibah celaka, seolah menjadi objek bisnis dan sama saja mendahului takdir Allah swt
b. Yang membolehkan :
Pendapat ini dikemukakan oleh Abd. Wahab Khalaf.dengan alasan : Tidak ada nash yang melarangnya
Ada kesepakatan kedua belah pihak Saling menguntungkan
Premi yang terkumpul dapat dipakai untuk proyek yang lebih produktif lainnya. Asuransi termasuk akad mudharabah atau bagi hasil
Asuransi termasuk koperasi taawunah c.Pendapat ketiga
Asuransi sosial boleh dan komersial menjadi haram. Apabila asuransi ini tidak memenuhi ketentuan syari berikut maka akan menjadi haram :
Asuransi harus dibangun berdasarkan taawun, kerjasama, tolong menolong Asuransi harus bersifat mudharabah
Setiap uang setoran dipakai untuk hal-hal yang tidak menyimpang dari syariat Islam.
Pendapat tersebut dikemukakan oleh Abdu Zahra. Seorang guru besar Hukum Islam di Universitas Cairo Maka dari itu muncullah istilah dari pendapat ketiga diatas dengan istilah Asuransi syariah. Dengan ketentuan-ketentuan syari dan syariay Islam.
(14)
1. Apa yang dimaksud dengan uang muka dan future komoditi?Jelaskan menurut hukum Islam!
A. UANG MUKA
Definisi uang muka dalam istilah fiqih dikenal dengan al Urbuun. Kata ini sinonimnya, Urbaan atau ‘Urbaan. Secara bahasa artinya traksaksi dalam jual beli. Sebagian Ulama menyatakan uang muka adalah apabila seorang membeli sesuatu atau menyewa sesuatu akan tetapi membayar sebagiannya dan menangguhkan untuk pembayaran yang belu dapat diselesaikannya dengan persetujuan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai keabsahan hukum jual beli ini :
1. Jual beli dengan uang muka tidak sah.
Ini menurut pendapat mayoritas ulama Hanafiyyah, Malikiyyah, dan Syafiiyah. Karena menurut Syafii karena terdapat syarat fasad dan ghoror. Juga termasuk makan harta orang lain dengan bathil. Dasar argumentasinya adalah sebagai berikut :
a. Hadits dari Amru bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya bahwa :
عيب نع ملسو هيلع هللا ىلص هللا لوسر ىهن
نابرعلا.
Rasululloh saw melarang jual beli dengan sistem uang muka.
c. Jenis jual beli seperti ini seperti memakan harta orang lain secara bathil.Karena Allah swt berfirman dalam Surat An-Nisaa’ ayat ke 29 yang berbunyi :
29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu[287]; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.[287] larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, Karena umat merupakan suatu kesatuan.
2. Jual beli ini boleh/diperbolehkan.
a. Pendapat ini menurut mayoritas madzhab Hambaliyah. Kebolehan pendapat ini diriwayatkan dari Umar, Ibnu Umar, Said bin Al Musayyib dan Muhammad Ibnu Sirrin. Dan
(15)
b. Hadits Amru bin Syuaib adalah lemah sehingga tidak dapat dijadikan hujjah atau sumber hukum. Karena periwayatan hadits tersebut kembali pada orang yang tsiqoh tidak disebut namanya.
d. Panjar ini adalah kompensasi dari penjual menunggu dan menyimpan barang transaksi dalam beberapa waktu atau tenggang.
B. FUTURE KOMODITI
Kemajuan fasilitas teknologi informasi dewasa ini sangat berpengaruh pada system traksaksi jual beli dibelahan dunia baik Indonesia maupun di luar negeri. Tidak dipungkiri kita sebagai umat Islam Indonesia harus mampu mengambil kesimpulan tentang hokum transaksi tersebut dipandang dari hokum Islam.
Pada zaman sekarang ini kita mengenal system bisnis baru yaitu Future Trading atau Future Komoditi. Atau bisa artikan sebagai perdagangan masa depan. Dalam Islam bisnis ini hamper mirip dengan Bai’ Salam yaitu jual beli yang disepakati secara tunai akan tetapi barangnya ditangguhkan beberapa waktu. Dalam akad ini harga sudah tetap tidak boleh dirubah.
Hadits Rasululloh SAW yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas berkata :
Rasululloh SAW dating ke Madinah, sedang para penduduk Madinah melakukan transaksi Salam setahun atau dua tahun. Maka Rasululloh SAW bersabda ; Barangsiapa melakukan Salaf/Salam maka lakukanlah dalam takaran yang jelas, timbangan yang jelas, dan waktu yang jelas. (Muttafaqun Alaih).
Perbedaannya adalah apabila Bai Salam hanya terbatas pada transaksi jual beli saja. Akan tetapi pada Future Komoditi seorang pembeli tidak hanya membeli saja akan tetapi juga berniat untuk berdagang dan menjual kembali dengan fluktuasi harga. Pada hitungan tertentu saat harga rendah dia akan membeli sebanyak-banyaknya barang. Sambil menunggu harga baik kembali ketika barang atau dagangan sudah siap.
Letak keharaman akad ini a. Gambling
(16)
Unsur penambahan dan pengurangan seperti ini mengandung maysir atau gambling. Dalam perjalananya konteksnya sangat erat dengan perjudian. Karena dalam transaksi ini tidak pernah memeriksa atau mengecek barang yang diperjual-belikan.
b. Unsur Jahalah.
Dalam syariat Islam salah satu syarat sahnya jual beli adalah wujudnya barang. Apabila fisik barang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara jelas, maka akad ini semakin jelas keharamannya.
5. Kemukakan pengertian dan perbedaan bai bitsamanil ajil dan bain bil wafa! A. Bai’ Bits Tsamanil Ajil
Allah swt berfirman dalam Surat Al Baqoroh 275 :
275. Orang-orang yang makan (mengambil) riba[174] tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila[175]. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu[176] (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.(17)
[174] Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya Karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. riba yang dimaksud dalam ayat Ini riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman Jahiliyah. [175] Maksudnya: orang yang mengambil riba tidak tenteram jiwanya seperti orang kemasukan syaitan.
[176] riba yang sudah diambil (dipungut) sebelum turun ayat ini, boleh tidak dikembalikan.
Pada dasarnya Allah swt menghalalkan jual beli dalam bentuk tunai atau kredit. Akan tetapi ada beberapa jual beli dan bisnis yang dilarang. Seperti dua transaksi satu barang. Karena Rasululloh saw melarang hal tersebut.
Terkait hal tersebut ada beberapa pendapat : 1. Pertama
Harga tunai dan kredit berbeda. Tetaukan pilihanya menentapi dalam akad sebelum berpisah pembeli sudContoh beli motor tunai 10 juta, kalo kredit 13 juta. Transaksi bentuk jual beli ini disebut Bai Bits Tsamani Ajil.
2. Kedua
Sama dengan bentuk pertama diatas akan tetapi dalam transaksi tidak ada kejelasan transaksi mana yang mau diambil. Apakah yang tunai atau kredit. Jadi tidak adanya kejelasan akad penentuan.
3. Ketiga
Transaksi jula beli yang mensyaratkan syarat tertentu sehingga terjadi akad jual beli.
Jadi Bai Bits Tsmanil Ajil adalah istilah baru dalam ilmu fiqih. Yang intinya adalah jual beli yang cara pembayarannya ditangguhkan atau diberikan kemudian. Dengan syarat tidak ada mark up apabila pembayaran tertunda dari kesepakatan pada akad awal.
(18)
Baiul’ wafa adalah transaksi jual beli dimana penjual mengambil barang yang dijual dengan mengambil lagi barang tersebut karena pembeli mempunyai hutang yang semisal dengan harga barang tersebut Misalkan sebagai contoh adalah apabila kita butuh uang kemudian kita menjual motor kita tanpa harus berpindah tangan. Akan tetapi kita membayarkannya dengan cicilan atau jangka waktu tertentu. Dengan syarat penjual betul berkomitmen dengan akad tersebut dan menyelesaikannya.
6. Bagaimana penyelesaian kredit menurut bank konvensional dan bank syariah?
Bank Syariah
1. Islam memandang harta yang dimiliki oleh manusia adalah titipan/amanah Allah SWT sehingga cara memperoleh, mengelola, dan memanfaatkannya harus sesuai ajaran Islam
2. Bank syariah mendorong nasabah untuk mengupayakan pengelolaan harta nasabah (simpanan) sesuai ajaran Islam
3. Bank syariah menempatkan karakter/sikap baik nasabah maupun pengelolaan pada posisi yang sangat penting dan menempatkan sikap akhlakul karimah sebagai sikap dasar hubungan antara nasabah dan bank
4. Adanya kesamaan ikatan emosional yang kuat didasarkan prinsip keadilan, prinsip kesederajatan dan prinsip ketentraman antara Pemegang Saham, Pengelola Bank dan Nasabah atas jalannya usaha bank syariah
5. Prinsip bagi hasil:
Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi
Besarnya nisbah bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh
Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan
Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi hasil
Bagi hasil tergantung kepada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika proyek itu tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak
(19)
1. Pada bank konvensional, kepentingan pemilik dana (deposan) adalah memperoleh imbalan berupa bunga simpanan yang tinggi, sedang kepentingan pemegang saham adalah diantaranya memperoleh spread yang optimal antara suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman (mengoptimalkan interest difference). Dilain pihak kepentingan pemakai dana (debitor) adalah memperoleh tingkat bunga yang rendah (biaya murah). Dengan demikian terhadap ketiga kepentingan dari tiga pihak tersebut terjadi antagonisme yang sulit diharmoniskan. Dalam hal ini bank konvensional berfungsi sebagai lembaga perantara saja
2. Tidak adanya ikatan emosional yang kuat antara Pemegang Saham, Pengelola Bank dan Nasabah karena masing-masing pihak mempunyai keinginan yang bertolak belakang
3. Sistem bunga:
Penentuan suku bunga dibuat pada waktu akad dengan pedoman harus selalu untung untuk pihak Bank
Besarnya prosentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan.
Jumlah pembayaran bunga tidak mengikat meskipun jumlah keuntungan berlipat ganda saat keadaan ekonomi sedang baik
Eksistensi bunga diragukan kehalalannya oleh semua agama termasuk agama Islam
Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.
(20)
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Mahjuddin, Mpd.I, 2007, Masa'il Fiqhiyah ,Jakarta: Kalam Mulia.
Prof.DR.H. Yunus,Mahmud, 1989,Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wadzuriyah
[1] Mahmud Yunus. Kamus Arab-Indonesia.b-Indonesia. (Jakarta: Yayasan Penyelenggara, Penerjemah dan Penafsir al-Quran) hal 161
Abdurrohman Kasdi. Masail Fiqhiyyah Kajian Fiqih atas Masalah-masalah Kontemporer. Kudus: Nora Media Enterprise. 2011
(1)
b. Hadits Amru bin Syuaib adalah lemah sehingga tidak dapat dijadikan hujjah atau sumber hukum. Karena periwayatan hadits tersebut kembali pada orang yang tsiqoh tidak disebut namanya.
d. Panjar ini adalah kompensasi dari penjual menunggu dan menyimpan barang transaksi dalam beberapa waktu atau tenggang.
B. FUTURE KOMODITI
Kemajuan fasilitas teknologi informasi dewasa ini sangat berpengaruh pada system traksaksi jual beli dibelahan dunia baik Indonesia maupun di luar negeri. Tidak dipungkiri kita sebagai umat Islam Indonesia harus mampu mengambil kesimpulan tentang hokum transaksi tersebut dipandang dari hokum Islam.
Pada zaman sekarang ini kita mengenal system bisnis baru yaitu Future Trading atau Future Komoditi. Atau bisa artikan sebagai perdagangan masa depan. Dalam Islam bisnis ini hamper mirip dengan Bai’ Salam yaitu jual beli yang disepakati secara tunai akan tetapi barangnya ditangguhkan beberapa waktu. Dalam akad ini harga sudah tetap tidak boleh dirubah.
Hadits Rasululloh SAW yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas berkata :
Rasululloh SAW dating ke Madinah, sedang para penduduk Madinah melakukan transaksi Salam setahun atau dua tahun. Maka Rasululloh SAW bersabda ; Barangsiapa melakukan Salaf/Salam maka lakukanlah dalam takaran yang jelas, timbangan yang jelas, dan waktu yang jelas. (Muttafaqun Alaih).
Perbedaannya adalah apabila Bai Salam hanya terbatas pada transaksi jual beli saja. Akan tetapi pada Future Komoditi seorang pembeli tidak hanya membeli saja akan tetapi juga berniat untuk berdagang dan menjual kembali dengan fluktuasi harga. Pada hitungan tertentu saat harga rendah dia akan membeli sebanyak-banyaknya barang. Sambil menunggu harga baik kembali ketika barang atau dagangan sudah siap.
Letak keharaman akad ini a. Gambling
(2)
Unsur penambahan dan pengurangan seperti ini mengandung maysir atau gambling. Dalam perjalananya konteksnya sangat erat dengan perjudian. Karena dalam transaksi ini tidak pernah memeriksa atau mengecek barang yang diperjual-belikan.
b. Unsur Jahalah.
Dalam syariat Islam salah satu syarat sahnya jual beli adalah wujudnya barang. Apabila fisik barang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara jelas, maka akad ini semakin jelas keharamannya.
5. Kemukakan pengertian dan perbedaan bai bitsamanil ajil dan bain bil wafa! A. Bai’ Bits Tsamanil Ajil
Allah swt berfirman dalam Surat Al Baqoroh 275 :
275. Orang-orang yang makan (mengambil) riba[174] tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila[175]. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu[176] (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
(3)
[174] Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya Karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. riba yang dimaksud dalam ayat Ini riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman Jahiliyah. [175] Maksudnya: orang yang mengambil riba tidak tenteram jiwanya seperti orang kemasukan syaitan.
[176] riba yang sudah diambil (dipungut) sebelum turun ayat ini, boleh tidak dikembalikan.
Pada dasarnya Allah swt menghalalkan jual beli dalam bentuk tunai atau kredit. Akan tetapi ada beberapa jual beli dan bisnis yang dilarang. Seperti dua transaksi satu barang. Karena Rasululloh saw melarang hal tersebut.
Terkait hal tersebut ada beberapa pendapat : 1. Pertama
Harga tunai dan kredit berbeda. Tetaukan pilihanya menentapi dalam akad sebelum berpisah pembeli sudContoh beli motor tunai 10 juta, kalo kredit 13 juta. Transaksi bentuk jual beli ini disebut Bai Bits Tsamani Ajil.
2. Kedua
Sama dengan bentuk pertama diatas akan tetapi dalam transaksi tidak ada kejelasan transaksi mana yang mau diambil. Apakah yang tunai atau kredit. Jadi tidak adanya kejelasan akad penentuan.
3. Ketiga
Transaksi jula beli yang mensyaratkan syarat tertentu sehingga terjadi akad jual beli.
Jadi Bai Bits Tsmanil Ajil adalah istilah baru dalam ilmu fiqih. Yang intinya adalah jual beli yang cara pembayarannya ditangguhkan atau diberikan kemudian. Dengan syarat tidak ada mark up apabila pembayaran tertunda dari kesepakatan pada akad awal.
(4)
Baiul’ wafa adalah transaksi jual beli dimana penjual mengambil barang yang dijual dengan mengambil lagi barang tersebut karena pembeli mempunyai hutang yang semisal dengan harga barang tersebut Misalkan sebagai contoh adalah apabila kita butuh uang kemudian kita menjual motor kita tanpa harus berpindah tangan. Akan tetapi kita membayarkannya dengan cicilan atau jangka waktu tertentu. Dengan syarat penjual betul berkomitmen dengan akad tersebut dan menyelesaikannya.
6. Bagaimana penyelesaian kredit menurut bank konvensional dan bank syariah?
Bank Syariah
1. Islam memandang harta yang dimiliki oleh manusia adalah titipan/amanah Allah SWT sehingga cara memperoleh, mengelola, dan memanfaatkannya harus sesuai ajaran Islam
2. Bank syariah mendorong nasabah untuk mengupayakan pengelolaan harta nasabah (simpanan) sesuai ajaran Islam
3. Bank syariah menempatkan karakter/sikap baik nasabah maupun pengelolaan pada posisi yang sangat penting dan menempatkan sikap akhlakul karimah sebagai sikap dasar hubungan antara nasabah dan bank
4. Adanya kesamaan ikatan emosional yang kuat didasarkan prinsip keadilan, prinsip kesederajatan dan prinsip ketentraman antara Pemegang Saham, Pengelola Bank dan Nasabah atas jalannya usaha bank syariah
5. Prinsip bagi hasil:
Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi
Besarnya nisbah bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh
Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan
Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi hasil
Bagi hasil tergantung kepada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika proyek itu tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak
(5)
1. Pada bank konvensional, kepentingan pemilik dana (deposan) adalah memperoleh imbalan berupa bunga simpanan yang tinggi, sedang kepentingan pemegang saham adalah diantaranya memperoleh spread yang optimal antara suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman (mengoptimalkan interest difference). Dilain pihak kepentingan pemakai dana (debitor) adalah memperoleh tingkat bunga yang rendah (biaya murah). Dengan demikian terhadap ketiga kepentingan dari tiga pihak tersebut terjadi antagonisme yang sulit diharmoniskan. Dalam hal ini bank konvensional berfungsi sebagai lembaga perantara saja
2. Tidak adanya ikatan emosional yang kuat antara Pemegang Saham, Pengelola Bank dan Nasabah karena masing-masing pihak mempunyai keinginan yang bertolak belakang
3. Sistem bunga:
Penentuan suku bunga dibuat pada waktu akad dengan pedoman harus selalu untung untuk pihak Bank
Besarnya prosentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan.
Jumlah pembayaran bunga tidak mengikat meskipun jumlah keuntungan berlipat ganda saat keadaan ekonomi sedang baik
Eksistensi bunga diragukan kehalalannya oleh semua agama termasuk agama Islam
Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Mahjuddin, Mpd.I, 2007, Masa'il Fiqhiyah ,Jakarta: Kalam Mulia.
Prof.DR.H. Yunus,Mahmud, 1989,Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wadzuriyah
[1] Mahmud Yunus. Kamus Arab-Indonesia.b-Indonesia. (Jakarta: Yayasan Penyelenggara, Penerjemah dan Penafsir al-Quran) hal 161
Abdurrohman Kasdi. Masail Fiqhiyyah Kajian Fiqih atas Masalah-masalah Kontemporer. Kudus: Nora Media Enterprise. 2011