Kiki Anggrita : Hubungan Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Amplas Tahun 2009, 2010.
Proporsi pemberian ASI pada bayi kelompok usia 0 bulan 73,1 , 1 bulan 55,5 , 2 bulan 43 , 3 bulan 36 , dan kelompok usia 4 bulan 16,7 . Dengan
bertambahnya usia bayi terjadi penurunan pola pemberian ASI sebesar 1,3 kali atau sebesar 77,2 . Hal ini memberikan adanya hubungan antara pemberian ASI
dengan sosial ekonomi ibu dimana ibu mempunyai sosial ekonomi rendah mempunyai peluang 4,6 kali untuk memberikan ASI dibanding ibu dengan sosial
ekonomi tinggi. Bertambahnya pendapatan keluarga atau status sosial yang tinggi serta lapangan pekerjaan bagi perempuan berhubungan dengan pemberian susu
botol. Artinya mengurangi kemungkinan untuk menyusui bayi dalam waktu yang lama Purnamawati, 2003.
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan masih rendahnya tingkat pemberian ASI eksklusif oleh ibu pada bayinya. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk lebih mengetahui dan memahami
bagaimana tingkat pemberian ASI eksklusif yang diberikan oleh ibu pada bayinya, maka peneliti mencoba membahasnya dalam bentuk skripsi dengan judul
“Hubungan Karakteristik Ibu Menyusui terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Amplas Tahun 2009”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana hubungan
karakteristik ibu menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif”.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif.
Kiki Anggrita : Hubungan Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Amplas Tahun 2009, 2010.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan faktor umur ibu terhadap pemberian ASI
eksklusif. 2.
Untuk mengetahui hubungan faktor pendidikan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif.
3. Untuk mengetahui hubungan faktor pekerjaan ibu terhadap pemberian
ASI eksklusif. 4.
Untuk mengetahui hubungan faktor pendapatan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif.
5. Untuk mengetahui prevalensi pemberian ASI eksklusif terhadap
karakteristik ibu.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Untuk pengembangan wawasan bagi peneliti dalam melaksanakan
penelitian. 2.
Untuk dijadikan bahan masukan bagi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3. Untuk memberikan informasi kepada petugas kesehatan di Puskesmas
tentang pelaksanaan pemberian ASI eksklusif.
Kiki Anggrita : Hubungan Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Amplas Tahun 2009, 2010.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ASI
ASI adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu yang berguna
sebagai makanan yang utama bagi bayi Roesli, 2000. ASI mengandung nutrisi, hormon,unsur kekebalan faktor pertumbuhan, anti
alergi, serta anti infalamasi. Sehingga ASI merupakan makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial, maupun spiritual
Purwanti, 2004.
2.2. Stadium ASI Purwanti, 2004
2.2.1. ASI Stadium I ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang pertama
disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4. setelah persalinan komposisi kolostrum ASI mengalami perubahan. Kolostrum berwarna
kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum merupakan pencahar yang membersihkan mekonium sehingga mukosa
usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini meneyebabkan bayi yang mendapat ASI pada minggu ke-1 sering defekasi dan
feses berwarna hitam. Kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah antibodi yang siap melindungi
bayi saat kondisinya masih lemah. Kandungan protein dalam kolostrum lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein dalam susu matur. Jenis protein
globulin membuat konsistensi kolostrum menjadi pekat ataupun padat sehingga bayi lebih lama merasa kenyang meskipun hanya mendapat sedikit kolostrum.
Lemak kolostrum lebih banyak mengandung kolesterol dan lisotin sehingga bayi sejak dini sudah terlatih mengolah kolesterol. Kandungan hidrat arang
kolostrum lebih rendah dinbandingkan susu matur akibat dari aktivitas bayi pada