3.2 Sejarah Singkat PT INALUM
Usaha untuk mendayagunakan Sungai Asahan satu-satunya sungai yang mengalir dari Danau Toba dan bermuara ke Selat Malaka, sudah dilakukan berulang-ulang
sejak era pendudukan Hindia Belanda. Kemudian dilanjutkan pada masa pendudukan Jepang dan menjadi kenyataan setelah Indonesia Merdeka.
Studi kelayakan paling awal dilakukan tahun 1919 oleh pemerintah Hindia Belanda dan tahun 1939
Maatschappij Tot Exploitatie Van de Waterkracht in de Asahan River MEWA
mulai merintis pembangunan PLTA Pembangkit Tenaga Listrik Air Siguragura. Namun pecahnya Perang Dunia II membuyarkan rencana
tersebut. Selanjutnya tahun 1962 Pemerintah Indonesia dan Rusia menandatangani
perjanjian kerjasama untuk mengadakan studi kelayakan pembangunan Proyek Asahan. Tetapi, kondisi politik yang tidak menguntungkan pada tahun 1965 juga
telah menggagalkan usaha ini.
Nippon Koei
, perusahaan konsultan Jepang, pada tahun 1968 menyerahkan laporan kelayakan sementara tentang Proyek Aluminium Asahan yang kemudian
disusul dengan laporan mengenai
Power Development Project.
Tahun 1970 dilakukan penandatanganan perjanjian antara Departemen Pekerjaan Umum dan
Tenaga Listrik dengan
Nippon Koei
untuk
Engineering Service
mengenai perencanaan dan penyelidikan secara rinci Proyek PLTA No.2 dari
pengembangan pembangunan Asahan dan laporan akhirnya diserahkan tahun 1972. Laporan tersebut menyatakan bahwa PLTA layak untuk dibangun dengan
sebuah Peleburan Aluminium sebagai pemakai utama dari listrik yang dihasilkannya.
Universitas Sumatera Utara
Tanggal 7 Juli 1975 di Tokyo, setelah melalui perundingan-perundingan yang panjang dan melelahkan serta dengan tersedianya bantuan ekonomi dari
Pemerintah Jepang untuk proyek ini, Pemerintah Republik Indonesia dan 12 penanam modal Jepang menandatangani Perjanjian Induk MoU untuk PLTA
dan Pabrik Peleburan Aluminium Asahan. Kedua belas penanam modal Jepang tersebut adalah
Sumitomo Chemical Company Ltd. , Sumitomo Shoji Kaisha Ltd. , Nippon Light Metal Company Ltd. , C. Itoh Co. Ltd. , Nissho Iwai Co. Ltd. ,
Nichimen Co. Ltd. , Showa Denko K.K. , Marubeni Corporation, Mitsubishi Chemical Industries Ltd. , Mitsubishi Corporation, Mitsui Aluminium Co. Ltd. ,
dan
Mitsui Co. Ltd.
Perjanjian induk ini merupakan langkah pembuka yang semakin melicinkan jalannya pembangunan Proyek Asahan.
Kemudian, ke-12 penanam modal tersebut bersama Pemerintah Jepang membentuk sebuah perusahaan penanam modal dengan nama Nippon Asahan
Aluminium Co. Ltd., NAA yang berkedudukan di Tokyo, pada tanggal 25 Nopember 1975.
Tanggal 6 Januari 1976, PT. Indonesia Asahan Aluminium PT INALUM, sebuah perusahaan patungan antara Pemerintah Indonesia dan
Nippon Asahan Aluminium Co. Ltd.
didirikan di Jakarta. PT INALUM adalah perusahaan yang membangun dan mengoperasikan Proyek Asahan, sesuai dengan Perjanjian
Induk. Perbandingan saham antara Pemerintah Indonesia dan
Nippon Asahan Aluminium Co. Ltd.
Pada waktu perusahaan didirikan adalah 10 dengan 90. Pada bulan Oktober 1978 perbandingan tersebut berubah menjadi 25 dengan
75 dan sejak Juni 1987 menjadi 41,13 dengan 58,87.
Universitas Sumatera Utara
Untuk melaksanakan ketentuan dalam Perjanjian Induk, pemerintah Indonesia kemudian mengeluarkan SK Presiden No. 5 tahun 1976 yang
merupakan landasan hukum terbentuknya Otorita pengembangan Proyek Asahan yang kemudian berganti nama menjadi Otorita asahan, sebagai Wakil Pemerintah
yang bertanggung jawab atas lancarnya pembangunan dan pengembangan Proyek Asahan.
PT INALUM dapat dicatat sebagai pelopor dan perusahaan pertama di Indonesia bahkan di Asia Tenggara yang bergerak dalam bidang industri
peleburan aluminium dengan investasi sebesar 411 milyar Yen.
Universitas Sumatera Utara
3.3 Struktur Organisasi Perusahaan