xiii
BAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BUKIT
HULU BANYU KALIMANTAN SELATAN
3.1 Pengertian Pakaian Adat
Pakaian adat yaitu semua kelengkapan yang dipakai oleh seseorang yang menunjukkan kebudayaan suatu masyarakat. Dengan melihat pakaian seseorang,
orang akan mengatakan bahwa orang tersebut dari suatu daerah, jadi pakaian adat mewakili masyarakat suatu daerah membedakannya dengan adat daerah lain.
Busana yang dipakai untuk menutup tubuh manusia dikenakan secara turun- temurun. Pakaian tersebut mempunyai suatu lambang dan menjadi bagian pada
upacara tertentu. Pakaian tradisional di setiap suku daerah masing-masing dapat kita lihat
jelas pada waktu upacara pernikahan atau upacara keagamaan. Pakaian tradisional setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri dan sekaligus menunjukkan
ciri khas dari masyarakat yang bersangkutan.
3.2 Bahan dan Pembuatan Pakaian Adat
Pada awalnya, manusia memanfaatkan kulit pepohonan dan kulit hewan sebagai bahan pakaian, kemudian memanfaatkan benang yang dipintal dari
kapas, bulu domba serta sutera yang kemudian dijadikan kain sebagai bahan pakaian. Kini dikenal berbagai macam jenis kain diantaranya. Kain sutera, wol,
Universitas Sumatera Utara
xiv dan mori, bahan ini yang sering digunakan oleh masyarakat Suku Bukit Hulu
Banyu. Pembuatan kain sutera merupakan serat protein alami yang dapat ditenun
menjadi tekstil. Jenis sutera yang paling umum adalah sutera dari kepompong yang dihasilkan. Sutera bertekstur mulus, lembut, namun tidak licin. Pemintalan
benang sutera dari kepompong ulat sutera, sehingga seluruh kepompong dapat diurai menjadi sehelai benang yang tak terputus. Ini membolehkan sutera ditenun
menjadi kain yang lebih kuat. Sutera juga dihasilkan oleh beberapa jenis serangga lain, namun hanya jenis sutera dari ulat sutera yang digunakan untuk
pembuatan tekstil. Pernah juga dijalankan kajian terhadap sutera-sutera lain yang menampakkan perbedaan dari aspek molekul. Sutera dihasilkan terutama oleh
larva serangga yang lengkap, tetapi juga dihasilkan oleh beberapa serangga dewasa Produksi sutera juga kerap dijumpai khususnya pada serangga, dan
kadang kala digunakan untuk membuat sarang. Jenis yang lain juga menghasilankan sutera, seperti laba-laba. Proses pembuatannya ialah , Mula-
mula kain dijadikan bahan dijahit jelujur dengan jarum tangan. Jahit itu harus menuruti motif yang sudah dibuat sebelumnya pada kain. Setelah selesai disaring
kain langsung dicelup perlahan-lahan kedalam zat pewarna. Kalau sudah kering barulah kain tersebut diberi motif-motif tambahan. Bagian pinggirannya menurut
kebiasaan diberi motif bunga. Motif-motif ini dilukis pada bagian tengah kain, kalau dahulu dipakai rotan sebagai kuasnya tetapi sekarang sudah menggunakan
spidol.
Universitas Sumatera Utara
xv
3.3 Pakaian Adat Dalam Upacara Keagamaan