Unsur-unsur Humanisme dalam Novel Tabula Rasa Karya Ratih Kumala : Analisis Psikologi Sastra

(1)

UNSUR-UNSUR HUMANISME DALAM NOVEL TABULA RASA KARYA RATIH KUMALA: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA

Skripsi

Oleh

ITANA TARIGAN 060701030

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNSUR-UNSUR HUMANISME DALAM NOVEL TABULA RASA KARYA RATIH KUMALA

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA

Oleh

Itana Tarigan

Departemen Sastra Indonesia

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Unsur-unsur Humanisme dalam Novel Tabula Rasa Karya Ratih Kumala : Analisis Psikologi Sastra. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur humanisme. Untuk mencapai tujuan tersebut maka data dikumpulkan dari novel yang berjudul yang berjudul Tabula rasa dengan menggunakan metode membaca heuristik dan hermeneutik. Data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diambil dari bahan analisis yaitu novel Tabula Rasa dan data sekunder diambil dari buku lain tentang humanisme, kepribadian, sastra dan psikologi sastra. Penelitian ini menggunakan teori psikologi sastra, menurut Hartoko psikologi sastra adalah ilmu yang mendekati karya sastra dari sudut psikologi. Dari analisis tersebut diperoleh hasil bahwa ada tiga unsur humanisme yang terdapat dalam novel Tabula Rasa yaitu tempramen, perasaan dan daya ekspresi.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas berkat dan rahmat Allah SWT yang begitu besar kepada penulis. Penulis telah diberikan kesehatan dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini berjudul Unsur-unsur Humanisme dalam Novel Tabula Rasa Karya Ratih Kumala : Analisis Psikologi Sastra. Skripsi ini disusun untuk melengkapi persyararatan memperoleh gelar sarjana sastra di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini disusun berdasarkan data yang diambil dari novel yang berjudul Tabula Rasa dengan menggunakan metode membaca heuristik dan hermeneutik. Data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diambil dari bahan analisis yaitu novel Tabula Rasa dan data sekunder diambil dari buku lain tentang humanisme, kepribadian, sastra, dan psikologi sastra. Penelitian ini menggunakan teori psikologi sastra, menurut Hartoko psikologi sastra adalah ilmu yang mendekati karya sastra dari sudut psikologi.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menerima bantuan dari berbagai pihak antara lain: bapak dekan, ketua departemen dan sekretaris, dosen pembimbing I dan II, staf pengajar, pegawai perpustakaan, orang tua dan sahabat-sahabat maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., Sebagai dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Ketua Departemen Sastra Indonesia yaitu, Prof. Dr. Ikhwannuddin Nasution, M.Si., yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan


(4)

segala administrasi yang mendukung penyusunan skripsi ini.

3. Dosen pembimbing I yaitu, Prof. Dr. Ikhwannuddin Nasution, M.Si. dan dosen pembimbing II, yaitu Drs. Isma Tantawi, M.A. yang sudah dengan sabar mengajari penulis.

4. Seluruh staf pengajar Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang telah mengajari penulis tentang pengetahuan sastra sehingga dapat membantu melengkapi penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh pegawai Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

6. Ayahanda S. Tarigan dan ibunda L br Ginting yang telah memberi dukungan, baik secara moril maupun materil.

7. Saudara-saudara yang turut memperhatikan perkembangan skripsi ini. Buat Suryani Tarigan, Liasta Tarigan, Eti Anna Tarigan dan Adi Syah Putra Tarigan. Terima kasih untuk dukunngan yang telah diberikan.

8. Sahabat-sahabat satu jurusan, Novi Yessa Harahap, Tengku Sakinah, Yuni Wulandari serta teman-teman lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namanya. Terima kasih untuk semua kenangan manis yang telah kita lewati bersama.

9. Teman spesial penulis pada saat ini, Harrison Sinuhaji, S.T. Terima kasih karena selalu bertanya kepada penulis kapan wisuda.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca yang dapat menyempurnakan


(5)

skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan 10 September 2010 Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.1.1 Latar Belakang ... 1

1.1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

1.2.1 Tujuan Penelitian ... 3

1.2.2 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Konsep dan Landasan Teori ... 5

2.1.1 Konsep ... 5

2.1.2 Landasan Teori ... 9

2.2 Tinjauan Pustaka ...11

BAB III METODE PENELITIAN ...13

3.1 Metode Pengumpulan Data ...13

3.2 Metode dan Teknik Pengkajian Data ... 13

3.3 Bahan Analisis Data ...14

3.4 Sinopsis Novel ...14

BAB IV UNSUR-UNSUR HUMANISME PADA NOVEL TABULA RASA 20 4.1 Tempramen ...20

4.2 Perasaan ...23

4.3 Daya ekspresi ...27


(7)

5.1 Simpulan ...35 5.2 Saran ...36

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

UNSUR-UNSUR HUMANISME DALAM NOVEL TABULA RASA KARYA RATIH KUMALA

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA

Oleh

Itana Tarigan

Departemen Sastra Indonesia

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Unsur-unsur Humanisme dalam Novel Tabula Rasa Karya Ratih Kumala : Analisis Psikologi Sastra. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur humanisme. Untuk mencapai tujuan tersebut maka data dikumpulkan dari novel yang berjudul yang berjudul Tabula rasa dengan menggunakan metode membaca heuristik dan hermeneutik. Data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diambil dari bahan analisis yaitu novel Tabula Rasa dan data sekunder diambil dari buku lain tentang humanisme, kepribadian, sastra dan psikologi sastra. Penelitian ini menggunakan teori psikologi sastra, menurut Hartoko psikologi sastra adalah ilmu yang mendekati karya sastra dari sudut psikologi. Dari analisis tersebut diperoleh hasil bahwa ada tiga unsur humanisme yang terdapat dalam novel Tabula Rasa yaitu tempramen, perasaan dan daya ekspresi.


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar belakang

Karya sastra adalah hasil pikiran pengarang yang menceritakan segala permasalahan yang ada di masyarakat pada kehidupan sehari-hari. Pengarang menceritakan permasalahan tersebut ke dalam bentuk karya sastra. Pengarang mengungkapkan permasalahan itu karena pengarang berada dalam ruang dan waktu, dalam ruang dan waktu itu pengarang senantiasa terlibat dengan beraneka ragam permasalahan. Dalam bentuknya yang paling nyata, ruang dan waktu tertentu itu adalah masyarakat atau sebuah kondisi sosial, tempat berbagai pranata nilai di dalamnya berinteraksi (Jabrohim, dkk 2001: 167). Berbagai masalah yang dituangkan pengarang ke dalam bentuk karya sastra membuat karya sastra itu menjadi menarik.

Sastra dapat dikatakan sebagai cerminan masyarakat, tetapi tidak berarti struktur masyarakat seluruhnya tergambar dalam sastra. Hal yang didapat di dalamnya adalah gambaran masalah masyarakat secara umum ditinjau dari sudut lingkungan tertentu yang terbatas dan berperan sebagai mikrokosmos sosial, seperti lingkungan bangsawan, penguasa, gelandangan, dan rakyat jelata. Sastra sebagai gambaran masyarakat bukan berarti karya sastra tersebut menggambarkan keseluruhan warna dan rupa masyarakat yang ada pada masa tertentu dengan permasalahan tertentu pula. Novel merupakan salah satu di antara bentuk sastra yang paling peka terhadap cerminan masyarakat.


(10)

Menurut Faruk (1994: 45) novel mempresentasikan suatu gambaran yang jauh lebih realistik mengenai kehidupan sosial. Ruang lingkup novel sangat memungkinkan untuk melukiskan situasi lewat kejadian atau peristiwa yang dijalin oleh pengarang atau melalui tokoh-tokohnya. Kenyataan dunia seakan-akan terekam dalam novel seperti kenyataan hidup yang sebenarnya. Dunia novel adalah pengalaman pengarang yang sudah melewati perenungan kreasi dan imajinasi sehingga dunia novel itu tidak harus terikat oleh dunia sebenarnya.

Tabula rasa berasal dari bahasa pada pandangan bawaan, dengan kata lain "kosong". Seluruh sumber sedikit demi sedikit melalu melihat bahwa pengalamanlah yang berpengaruh terhada dipengaruhi oleh pendapat

Dalam ketika lahir berupa "kertas kosong" tanpa aturan untuk memproses yang ditambahkan serta aturan untuk memprosesnya dibentuk hanya oleh pengalaman alat inderanya. Pendapat ini merupakan inti dari Anggapan Locke, tabula rasa dapat diartikan bahwa pikiran individu "kosong" saat lahir dan juga ditekankan tentang kebebasan individu untuk mengisi jiwanya sendiri. Sejalan dengan itu (Dalam KBBI, 2005: 1117) tabularasa adalah teori


(11)

yang menyatakan bahwa setiap individu dilahirkan dengan jiwa yang putih dan bersih (yang akan menjadikan anak itu baik atau buruk adalah lingkungannya).

Manusia tidak akan dapat terpisah dari latar belakang lingkungan sosialnya. Tindakan serta pola pikir manusia akan selalu dipengaruhi oleh alam bawah sadar manusia yang tercipta dari pengalaman-pengalaman hidup yang telah dijalani. Setiap individu bebas menentukan karakternya sendiri namun identitas dasarnya sebagai umat manusia tidak dapat ditukar.

Novel Tabula Rasa adalah novel yang memiliki kompleksitas yang tinggi bila ditinjau dari teori humanisme. Pemahaman terhadap unsur-unsur humanisme yang ada pada diri manusia membuat pembaca mengerti tentang arti dan pemicu setiap tindakan tokoh yang ada dalam novel tersebut. Hal inilah yang menimbulkan ketertarikan penulis untuk meneliti unsur-unsur humanisme dalam novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala dengan analisis psikologi sastra.

1.1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana unsur-unsur humanisme yang terdapat dalam novel Tabula Rasa, yang direkonstruksi pengarang dan yang dipertunjukkan tokoh-tokohnya?


(12)

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.2.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis unsur-unsur humanisme yang terdapat dalam novel Tabula Rasa, baik yang direkonstruksi pengarang dan yang dipertunjukkan tokoh-tokoh dalam novel Tabula Rasa.

1.2.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Dapat menambah wawasan para pembaca skripsi ini dalam mengkaji dan mengapresiasi karya sastra Indonesia.

2. Memberikan gambaran terhadap para pembaca mengenai teori Humanisme dan unsur-unsur humanisme yang terdapat dalam novel Tabula Rasa.

3. Dapat memberikan kontribusi untuk penelitian novel Tabula Rasa selanjutnya.

4. Dapat memberikan kontribusi untuk penelitian Teori Humanisme selanjutnya.


(13)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep

Konsep adalah rancangan atau buram surat; ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI, 2005: 588). Selain itu menurut Malo (1985: 47), ”Konsep-konsep yang dipakai dalam ilmu sosial walaupun kadang-kadang istilahnya sama dengan yang digunakan sehari-hari, namun makna dan pengertiannya dapat berubah”. Dalam hal ini, konsep yang dimaksudkan adalah gambaran dari objek yang berupa novel berjudul Tabula Rasa yang selanjutnnya akan dibahas melalui skripsi yang berjudul “Unsur-unsur Humanisme dalam Novel Tabula Rasa Karya Ratih Kumala: Analisis Psikologi Sastra”.

Dalam penelitian ini digunakan beberapa konsep yang akan menjadi dasar pembahasan selanjutnnya, yaitu:

2.1.1.1 Psikologi Sastra

Psikologi berasal dari perkataan Yunani ‘psyche’ yang artinya jiwa dan ‘logos’ yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologis (menurut arti kata) psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya, maupun latar belakangnya (Abu, 1979: 1). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 792), dijelaskan bahwa pengertian


(14)

psikologi adalah ilmu yang berkaitan dengan proses mental baik normal maupun abnormal yang pengaruhnya pada perilaku atau ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia, baik mengenai gejala-gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya yang tercermin dalam tingkah laku serta aktivitas manusia. Tingkah laku serta aktivitas manusia dalam psikologi sastra tentunya tidak dikaji secara langsung pada kehidupan nyata seperti objek kajian psikologi pada umumnya melainkan dikaji pada tokoh yang terdapat dalam karya sastra. Menurut Hartoko (dalam Endraswara, 2008: 70) psikologi sastra adalah ilmu sastra yang mendekati karya sastra dari sudut psikologi

Psikologi sastra merupakan suatu pendekatan yang mempertimbangkan segi-segi kejiwaan dan menyangkut batiniah manusia. Lewat tinjauan psikologi akan nampak bahwa fungsi dan peran sastra adalah untuk menghidangkan citra manusia yang seadil-adilnya dan sehidup-hidupnya atau paling sedikit untuk memancarkan bahwa karya sastra pada hakikatnya bertujuan untuk melukiskan kehidupan manusia (Hardjana, 1985: 66). Psikologi sastra sebagai cabang ilmu sastra yang mendekati sastra dari sudut psikologi. Perhatiannya dapat diarahkan kepada pengarang, dan pembaca (psikologi komunikasi sastra) atau kepada teks itu sendiri (Hartoko dan B. Rahmanto, 1986: 126).

Wellek dan Austin Warren (1989: 90) mengemukakan bahwa psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan pengertian, yaitu


(15)

(2) Studi proses kreatif.

(3) Studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra, dan

(4) Studi yang mempelajari dampak sastra pada pembaca atau psikologi pembaca.

Berdasarkan pendapat Wellek dan Austin Warren di atas, penelitian pada novel Tabula Rasa ini mengarah pada pengertian ketiga yaitu pendekatan psikologi sebagai studi tipe dan hukum-hukum yang diterapkan pada karya sastra. Secara spesifik dapat dijelaskan bahwa analisis yang dilakukan akan diarahkan pada kondisi kejiwaan tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita, untuk mengungkap kepribadiannya secara menyeluruh.

2.1.1.2 Humanisme

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, humanisme adalah (1) aliran yang bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan dan mencita-citakan pergaulan hidup yang lebih baik (2) paham yang menganggap manusia sebagai objek studi terpenting (bukan alam atau Tuhan), (3) kemanusiaan. Pengertian lain humanisme adalah aliran zaman Renaissance yang menjadikan sastra klasik (dalam bahasa Latin dan Yunani) sebagai dasar dari seluruh peradaban. Sedangkan humanitas adalah (1) kodrat manusia, (2) perikemanusiaan. Pengertian lain humanitas adalah cabang pengajaran mengenai kebudayaan klasik Yunani dan Latin seperti seni, sastra, sejarah, dan filsafat Sedangkan pengertian humanis adalah (1) orang yang mendambakan dan memperjuangkan terwujudnya pergaulan hidup yang lebih baik, berdasarkan asas-asas perikemanusiaan;


(16)

pengabdi kepentingan sesama umat manusia, (2) penganut suatu paham yang menganggap manusia sebagai objek terpenting. humanisme penganut suatu aliran yang menganggap studi sastra dan budaya (Yunani, Latin) sebagai unsur dasar yang utama bagi pendidikan dan ilmu pengetahuan. Sedangkan humanisasi adalah pemanusiaan; penumbuhan rasa perikemanusiaan.

Humanisme adalah gerakan filosofis yang menekankan nilai pribadi individu dan sentralitas nilai manusia pada umumnya. Pendekatan humanistik terhadap kepribadian juga memperhatikan tentang permasalahan etika dan nilai pribadi (Friedman dan Miriam W. Schustack, 2006: 337). Pendekatan humanistik dapat difokuskan pada ilmu-ilmu kepribadian. Sifat-sifat dasar manusia sebagai unsur-unsur humanisme tentunya dapat dikaji lebih mendalam dengan meminjam ilmu-ilmu kepribadian.

Beberapa ilmuan juga memberikan pengertian tentang humanisme. Albert V.E. Avey (dalam Munir, 2007: 2) mengartikan humanisme sebagai doktrin yang menekankan bahwa yang terpenting dalam alam semesta adalah faktor alam semesta itu sendiri. Herlianto (dalam Munir, 2007: 3) mengartikan humanisme sebagai usaha untuk menekankan kembali peran manusia dan kemanusiannya dalam dunia, kehidupan dan alam semesta. Dalam pengertian umum, humanisme adalah keyakinan bahwa martabat manusia terletak pada kebebasan dan rasionalitas yang inheren pada setiap individu. Simpulan yang dapat ditarik dari keterangan di atas, humanisme adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat dasar manusia serta peran dan nilai-nilai kemanusiaannya dalam dunia.


(17)

2.1.1.3 Novel

Novel adalah salah satu bentuk dari karya sastra. Novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata yang mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Kata novel berasal dari bahasa Latin novellus, yang kemudian diturunkan menjadi novies, yang berarti baru. Perkataan baru ini bila dikaitan dengan kenyataan bahwa novel merupakan jenis cerita fiksi yang muncul belakangan dibandingkan dengan cerita pendek dan roman (Waluyo, 2002: 36).

Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan yang menggelarkan kehidupan manusia berdasar sudut pandang pengarang, dan mengandung nilai hidup, yang diolah dengan teknik kisahan dan ragaan (Zaidan, dkk 1996: 136). Novel dibangun dari sejumlah unsur dan setiap unsur akan saling berhubungan serta saling menentukan, yang kesemuanya itu akanmenyebabkan novel tersebut menjadi sebuah karya sastra yang bermakna pada hidup. Unsur-unsur tersebut yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua unsur tersebut harus dipahami dalam upaya pengkajian karya sastra. Waluyo (2002: 37) berpendapat bahwa ciri-ciri novel adalah (1) ada perubahan nasib pada tokoh cerita, (2) ada beberapa episode dalam kehidupan tokoh utamanya, (3) biasanya tokoh utama tidak sampai mati. Novel juga dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian.

2.2 Landasan Teori

Landasan teori yang mendasari penelitian ini adalah Teori Psikologi Sastra kemudian akan dilanjutkan dengan teori kepribadian untuk membahas unsur-unsur humanisme dalam novel Tabula Rasa. Dengan penyatuan kedua teori ini maka unsur-unsur humanisme dalam novel Tabula Rasa akan dikaji sedetail


(18)

mungkin. Analisis Teori Psikologi Sastra diaplikasikan dengan mengunakan teori kepribadian. Teori kepribadian memiliki fungsi deskriptif (menguraikan atau menerangkan). fungsi deskriptif ini menjadikan suatu teori kepribadian bisa mengorganisasi dan menerangkan tingkah laku atau kejadian-kejadian yang dialami individu secara sistematis (dalam Koswara, 1991: 6).

Menurut Ludwig Klages (dalam Suryabrata, 2008: 96) mengemukakan bahwa ada empat aspek kepribadian itu, yaitu:

1. Materi atau bahan (stoff). 2. Struktur (struktur).

3. Kualitas atau sifat (artung). 4. Tektonik atau bangun.

Dari empat aspek kepribadian tersebut aspek struktur kepribadianlah yang akan dijelaskan lebih lanjut dengan mengkaji unsur-unsur humanisme yang terdapat di dalamnya. Dalam uraiannya mengenai struktur ini Klages bermula dengan memberikan pengertian tentang istilah struktur. Bila materi dipandang sebagai isi atau bahan, maka struktur dipandang sebagai sifat-sifat bentuknya atau sifat-sifat formalnya. Berdasarkan defenisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa materi adalah bentuk atau wujudnya sedangkan struktur adalah sifat dari bentuk atau wujud tersebut.

Adapun struktur kepribadian menurut Klages yaitu: 1. Tempramen,

2. Perasaan, 3. Daya ekspresi,


(19)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 1168), tempramen adalah sifat batin yang tetap mempengaruhi perbuatan, perasaan dan pikiran. Klages membedakan tempremen menjadi dua jenis yakni sanguinis dan phlegmatis. Tempramen sanguinis lebih bersifat ekspresif dengan daya reaksi yang tinggi, memiliki kemauan yang cukup kuat dan senantiasa bersikap aktif serta selalu mencoba menghindarkan diri dari rintangan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Tempramen phlegmatis adalah kebalikan dari pada orang yang bertempramen sanguinis temponya lambat suasana hati yang depresif, daya reaksi yang berat. Keinginan untuk selingan dan perubahan sedikit sekali dan kerapkali menunjukkan sifat-sifat yang sangat teliti dan penuh pertimbangan kesusilaan (Suryabrata, 2008: 110).

Menurut Klages (dalam Suryabrata, 2007: 110) dalam tiap perasaan terdapat keinginan, Adapun keinginan tersebut yaitu keinginan menerima dan keinginan menolak. Keinginan menerima dikaitkan dengan perasaan cinta maupun suka dan keinginan menolak dikaitkan dengan perasaan benci. Erich Fromm yakni psikoanalis humanistik memposisiskan cinta sebagai fokus utama manusia. Lebih lanjut Erich Fromm (dalam Friedman dan Miriam W. Schustack 2006: 340), mengemukakan bahwa cinta tidak mungkin ada tanpa kepribadian yang dewasa dan produktif. Struktur kepribadian yang ketiga yaitu daya ekspresi.

Dalam (KBBI, 2005: 241-290) daya dapat diartikan sebagai kemapuan untuk melakukan sesuatu atau bertindak sedangkan ekspresi adalah pengungkapan atau proses menyatakan perasaan. Berdasarkan defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa daya ekspresi adalah kemampuan untuk mengungkapkan perasaan. Manusia memiliki dorongan nafsu. Dorongan dorongan nafsu ini adalah


(20)

proses jiwa yang tentunya akan muncul setelah perasaan menyukai hadir dalam diri manusia yang dewasa dan produktif seperti yang diungkapkan Friedman dan Schustack. Lebih lanjut ketiga aspek struktur kepribadian tersebut akan dibahas pada bab pembahasan berikutnya.

2.3 Tinjauan Pustaka

Beberapa Penelitian tentang Novel Tabula Rasa adalah;

1. Penelitian Indriyani (Universitas Negeri Semarang, 2006) dalam skripsinya “Analisis Novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala berdasarkan: Pendekatan Struktural dan Feminisme”. Penelitian ini menemukan adanya (1) unsur struktural dalam novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala, (2) figur tokoh perempuan dalam novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala, (3) perjuangan tokoh perempuan dalam mewujudkan feminisme di novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala.

2. Penelitian Endah Fajarini (Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2006) dalam skripsinya yang berjudul "Aspek Moral Pada Tokoh Utama Novel Tabula rasa Karya Ratih Kumala Tinjauan Psikologi Sastra" mengungkapkan, berdasarkan analisis psikologi sastra, aspek moral pada tokoh utama dalam novel ini adalah: (a) aspek sikap rela berkorban dan bertanggung jawab, sikap tokoh atau tingkah laku yang mencerminkan jati dirinya, (b) aspek kesetiaan tokoh utama, sikap patuh terhadap nilai atau norma-norma tertentu dalam kehidupan, dan (c) aspek kemandirian, sikap seseorang yang berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa bantuan orang lain.


(21)

3. Penelitian Wiyatmi (Universitas Negeri Yogyakarta) dalam skripsinya yang berjudul “Fenomena Homoseksual dalam Novel Indonesia Mutakhir”. Membahas beberapa novel yang menyinggung masalah homoseksual. Salah satu novel yang dibahasnya adalah novel Tabula Rasa.

4. Penelitian Hertati yang berjudul “Problem-problem Sosial dalam Novel Tabula Rasa Karya Ratih Kumala”. Membahas mengenai problem penyalahgunaan narkotika, seks bebas dan penyimpangan seksual yang terdapat dalam novel Tabula Rasa.

Berdasarkan kajian di atas, maka penelitian baru tentang unsur-unsur humanisme dalam kajian yang sama yaitu novel Tabula Rasa perlu dilakukan. Dalam penelitian yang berbeda ini karya sastra dikaji melalui pendekatan psikologi. Dengan demikian diperlukan teori yang dapat membantu untuk mengungkapkan unsur-unsur humanisme.


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan Data

Sebuah penelitian membutuhkan metode. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pembacaan heuristik (membaca dari awal sampai akhir) dan hermeneutik (membaca berulang). Menurut Riffaterre (dalam Jabrohim, 2001: 84) Metode pembacaan heuristik adalah metode pembacaan “tata bahasa” ceritanya, yaitu pembacaan dari awal sampai akhir cerita secara berurutan. Untuk mempermudah pembacaan ini dapat berupa pembuatan sinopsis secara berurutan. Cerita yang beralur sorot balik (dapat) dibaca secara alur lurus. Pembacaan heuristik itu adalah penerangan kepada bagian-bagian cerita secara berurutan. Begitu juga, analisis bentuk formalnya merupakan pembacaan heuristik. Metode pembacaan hermeneutik adalah pembacaan ulang (retroaktif) sesudah pembacaan heuristik dengan memberi konvensi sastranya. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengidentifikasikan unsur-unsur humanisme yang terdapat di novel Tabula Rasa.

3.2 Metode dan Teknik Pengkajian Data

Adapun metode dan teknik pengkajian data dilakukan dengan cara meng-identifikasikan unsur-unsur humanisme dalam novel Tabula Rasa ini antara lain sebagai berikut:

1 Peneliti membaca data yang dikumpulkan untuk memahaminya secara keseluruhan.


(23)

2 Peneliti memilih unsur-unsur humanisme yang terdapat dalam novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala.

3 Peneliti mengkaji unsur-unsur humanisme tersebut lalu data yang ada dideskripsikan dan dianalisis.

Data yang ada kemudian diinterpretasikan sehingga terjalin antarstruktur yang saling berkaitan. Hasil yang diperoleh berupa uraian penjelasan karena penelitian ini bersifat deskriptif.

3.3 Bahan Analisis

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dari novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala, yaitu:

Judul : Tabula Rasa Karya : Ratih Kumala Penerbit : Grasindo Tebal buku : 184 halaman Cetakan : 2, 2004

Teknik pengumpulan data dilaksanakan melalui studi kepustakaan dengan mencatat pada kartu data. Penelitian ini juga akan menggunakan data primer dan data sekunder, data primer diambil dari bahan analisis yaitu novel Tabula Rasa dan data sekunder diambil dari buku lain tentang humanisme, kepribadian, sastra dan psikologi sastra.


(24)

3.4 Sinopsis Novel

Berawal dengan pindahnya Galih dan seluruh anggota keluarganya ke Negara Rusia. Dengan berat hati Galih terpaksa menuruti keinginan ayahnnya untuk pindah ke Negara Rusia. Pekerjaan ayahnya di kedutaan Negara Indonesia membuatnya sering berpindah dari negara satu ke negara lainya. Kuliahnnya di Jakarta ditransfer ke Universitas Moskow. Sebagai keluarga dari kedutaan Indonesia Galih dapat dengan mudah memasuki Universitas Moskow tersebut, hanya perlu menyesuaikan kredit yang sempat ditempuhnya di Universitas Indonesia. Hasilnya banyak mata kuliah yang telah ditempuh di Jakarta terbuang percuma karena penyesuaian mata kuliah tersebut. Setelah beberapa hari tinggal di Kota Moskow Galih dan keluarganya pergi ke Kremlin untuk melihat patung Lenin. Rusia adalah negeri indah dengan gedung-gedung kuno yang terawat. Galih bersama ibu dan adiknya Dian akhirnya memilih untuk melihat Katedral St Basil, di sinilah untuk pertama kali Galih bertemu dengan Krasnaya. Keindahan katedral St Basil membuat banyak orang mencoba melukisnya. Seorang gadis yang sedang melukis menarik perhatian Galih. Sementara yang lain melukis St Basil gadis ini malah melukis Kremlin lengkap dengan Red Squernya. Namun gadis tersebut tidak menyadari keberadaan Galih yang sedang memperhatikanya.

Beberapa hari setelah kejadian itu Galih bersama temannya Diaz pergi untuk menghabiskan malam Tahun Baru di Kremlin tepatnya di Saviour’s Tower. Di tempat itu Galih bertemu kembali dengan gadis yang pernah dilihatnya melukis di dekat Katedral St Basil. Galih memberitahukan hal itu kepada Diaz. Lalu Diaz berkata seseorang yang melukis di tempat ini, biasanya akan datang kembali untuk melukis jika lukisannya belum selesai. Galih pun menjadi gembira


(25)

karena berharap akan kembali bertemu dengan gadis itu. Beberapa hari kemudian Galih dan Diaz pergi ke Kremlin untuk melihat patung Lenin dan gadis itu. Gadis itu ternyata sedang melukis, Galih berusaha mendekatinya dan akhirnya Galih dapat berkenalan dengan Krasnaya. Krasnaya bekerja sebagai penjaga toko di dekat Kremlin. Sejak peristiwa itu Galih semakin sering menemui Krasnaya di toko tempat Krasnaya bekerja. Sering berjalannya waktu, Galih dan Krasnaya menjadi semakin akrab. Keduanya sering menghabiskan waktu bersama, Galih mencintai Krasnaya begitu pun sebaliknya. Namun hal itu tidak berlangsung lama. Negara Rusia pada awal berdirinya adalah negara komunis sampai pada akhirnya gerakan perestroika yang dipelopori oleh Gorbachev berkembang pesat. Gerakan ini menentang komunis dan menginginkan agar Negara Rusia menjadi Negara Kapitalis. Latar belakang Indonesia yang pernah terkait komunis berdampak kepada citra ayah Galih sebagai duta dari Negara Indonesia. Hal yang sama juga terjadi pada ayah Krasnaya yang bekerja sebagai Intelejen Negara Rusia. Kebersamaan Galih dengan Krasnaya membuat Badan Intelejen Negara Rusia mencurigai adanya hubungan kerjasama antara Ayah Galih dengan Ayah Krasnaya terkait dengan penyebaran komunis di Negara Rusia. Ayah Krasnaya dicurigai akan membocorkan rahasia Negara Rusia.

Pada saat itu di Negara Rusia terjadi pergolakan yang menyebabkan Galih dan keluarganya harus kembali ke Indonesia untuk sementara waktu hingga Negara Rusia aman kembali. Krasnaya dan ayahnya yang dicurigai menjadi mata-mata Indonesia karena terlalu dekat dengan Galih anak duta besar Negara Indonesia ditangkap dan dibunuh oleh Badan Intelejen Negara Rusia. Beberapa minggu kemudian keadaan Rusia mulai aman. Galih bersama keluarganya


(26)

kembali ke Negara Rusia. Berita meninggalnya Krasnaya akhirnya diketahuinya. Galih terpukul atas kejadian yang menimpa Krasnaya yang secara tidak langsung disebabkan oleh dirinya. Galih sakit karena menyesali kematian Krasnaya, pada saat itu Dian berusaha menghibur dan merawat galih dengan baik.

Seiring dengan berjalannya waktu Galih sudah tidak tinggal di Negara Rusia. Keluarganya kembali ke Negara Indonesia saat masa tugas ayahnya berakhir. Galih telah menjadi dosen di Universitas Gajah Mada. Kenangannya terhadap Krasnaya membuatnya belum berumah tangga meskipun usianya sudah cukup dewasa. Hingga pada suatu waktu Galih bertemu dengan seorang gadis yang sedang melukis di sebuah bangunan tua dekat pasar burung tempat Galih sering membeli makanan burungnya. Gadis itu kembali mengingatkan Galih kepada Krasnaya. Gadis itu ternyata kuliah ditempat Galih mengajar sebagai dosen. Gadis itu bernama Raras, setelah pertemuan itu Galih dan Raras menjadi akrab, Galih menyukai Raras namun tidak sebaliknya.

Masa lalu Raras ternyata sama pahitnya dengan masa lalu Galih. Raras mencintai Violet temannya sejak kecil, yang juga seorang wanita. Kebersamaan antara Raras dan Violet menumbuhkan rasa sayang di hati Raras. Sejak Rimbang saudari kembar Raras meninggal karena diperkosa oleh teman ayahnya. Raras mulai kesepian. Violetlah yang mengisi kekosongan di hati Raras hingga keduanya menjadi dewasa. Violet yang sudah dewasa mulai terjebak dengan pergaulan bebas dan narkoba, namun sebagai sahabat Raras selalu berusaha menyadarkan violet agar tidak mengkonsumsi narkoba. Ketergantungan violet dengan narkoba membuatnya berulang kali masuk pusat rehabilitasi. Violet pun akhirnya meninggal. Hingga akhir hidupnnya Violet tetap menjadi pecanndu


(27)

narkoba. Raras yang selalu menyadarkan dan menjaga Violet begitu terpukul saat meninggalnya Violet karena ‘over dosis’. Raras menyesal karena tidak sempat mengatakan kepada Violet bahwa Raras sudah mencintai Violet sejak mereka masih kecil. Kenangan akan Violet masih tetap ada di hati Raras walaupun Raras dan Galih sudah berpacaran. Bahkan pada saat Raras sudah mengetahui bahwa dirinya sedang mengandung anak akibat hubungannnya dengan Galih. Raras tetap tidak bisa mencintai Galih. Raras menggugurkan kandungannya. Raras tetap tidak bisa melupakan Violet dan memilih untuk hidup dengan segala kenangannya bersama Violet. Raras ingin tetap mencintai sesama jenisnya dan Galih terpaksa menerima keputusan Raras.


(28)

BAB IV

UNSUR-UNSUR HUMANISME DALAM NOVEL TABULA RASA

Manusia mempunyai kemampuan untuk bertindak dan berpikir menurut insiatifnya sendiri. Sebagai mahkluk sosial, manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Interaksi manusia satu dengan manusia lainnya membuat unsur-unsur humanisme yang ada pada setiap manusia akan berkembang menurut inisiatifnya sendiri. Oleh karena itu, unsur-unsur humanisme yang terdapat dalam novel Tabula Rasa akan dihasilkan melalui proses interaksi para tokoh dalam novel Tabula Rasa yang dikaji dalam skripsi ini.

4.1 Unsur-unsur Humanisme dalam Novel Tabula Rasa 4.1.1 Tempramen

Manusia memiliki tipe kepribadian masing-masing yang sifatnya unik walau memiliki banyak kesamaan-kesamaan. Perbedaan-perbedaan itu terlihat dari temperamen masing-masing. Dari segi temperamen, manusia dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu sanguinis dan phlegmatis (Dalam Suryabrata, 2008: 108). Temperamen merupakan sifat dasar yang dimiliki oleh setiap manusia. Menurut Gordon W.Allport temperamen adalah gejala karakteristik daripada sifat emosi individu, termasuk juga mudah tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan serta kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya. Segala cara daripada fluktuasi dan intensitas suasana hati. Gejala ini bergantung pada faktor konstitusional, dan karenanya terutama berasal dari keturunan (Terdapat dalam http://www.telaga.org/ringkasan.php?kepribadian.htm, 20 Desember 2010).


(29)

4.1.1.1 Tempramen Sanguinis

Tempramen sanguinis tidak begitu banyak ditemukan pada watak tokoh dalam novel Tabula Rasa. Beberapa tokoh seperti Violet dan Babushka atau nenek Krasnaya memiliki tempramen sanguinis. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan monolog tokoh Violet berikut ini:

Dia bilang, kita harus berpisah karena dia harus kawin dengan gadis itu. Aku disuruh melupakan dia karena dia sudah mulai melupakan aku, lalu aku disuruhnya cari cowok lain saja. “Asu!” aku langsung membanting telepon (Kumala, 2004: 79).

Tokoh Violet memiliki daya reaksi yang tinggi terhadap sesuatu yang tidak disukainya. Menurut Ludwig Klages (Dalam Suryabrata, 2008: 109) Daya reaksi yang tinggi itu pada orang sanguinis berakar pada hasrat bergerak atau bereaksi. Ketika Violet merasa kesal atas perkataan pacarnya melalui pembicaraan di telepon maka Violet membanting telepon milik temannya Raras tanpa memperdulikan akibatnya.

Selain tokoh Violet, tokoh Babushka juga memiliki tempramen sanguinis. Dapat dilihat dari monolog tokoh Galih mengenai Babushka pada kutipan berikut;

Kembali aku teringat sepuluh tahun yang lalu waktu aku diusir oleh Babushka, nenek Krasnaya. Saat menemuinya beberapa hari kemudian setelah hari kematian Krasnaya dan ayahnya (Kumala, 2004: 133).

Selain mengusir, Babushka juga mengeluarkan kata-kata kasar pada Galih seperti pada kutipan berikut ini:

Berani-beraninya kau datang ke sini, Pergi kau! Pembunuh! Kau telah membunuh anak dan cucuku (Kumala, 2004: 133).

Lebih lanjut Klages mengemukakan bahwa dari suasana hati yang aktif dan ekspansif inilah terdapat seorang sanguinis yang tidak pernah merasa puas, tidak sabar dan tetap arahnya (dalam Suryabrata, 2008: 109).


(30)

Krasnaya dan ayahnya yang diculik dan dibunuh Badan Intelejen Negara Rusia karena dicurigai menjadi mata-mata membuat Babushka begitu terpukul dan tidak mampu bersikap bijaksana terhadap Galih. Suasana hati yang ekspansif seperti inilah yang mendorong Babushka menolak kenyataan dan kehilangan kesabaran yang menyebabkan Babushka menyalahkan Galih sepenuhnya atas kematian anak dan cucunya.

4.1.1.2 Tempramen Phlegmatis

Suasana hati yang depresif dan daya reaksi yang berat sebagai ciri-ciri dari tempramen phlegmatis terdapat pada tokoh Raras, yang tergambar melalui kutipan berikut:

Gale mendekati Violet, menyuapinya dengan bubur yang memang disediakan untuk makan siang. Akhirnnya Violet makan, dari tadi tak ada nutrisi yang masuk ke tubuhnya selain gizi yang disuntikkan dengan air opname. Mereka berbicara. Aku iri, bukan.. mungkin cemburu, ya, cemburu… kata yang lebih tepat. Maka kutinggal mereka (Kumala, 2004: 99).

Daya reaksi yang berat yang terdapat pada tokoh Raras tergambar pada kutipan di atas, saat Raras merasa cemburu pada tokoh Gale yang sedang menyuapi Violet maka Raras lebih memilih untuk meninggalkan Gale dan Violet. Tempramen phlegmatis sering kali menunjukkan sifat-sifat yang sangat teliti dan penuh pertimbangan kesusilaan. Menurut Klages (Dalam Suryabrata, 2008: 110) Seseorang yang memiliki tempramen phlegmatis lebih tertarik pada kenyataan-kenyataan. Berpikirnya juga konkret dan kadang-kadang kurang dinamikanya. Kecemburuan atau ketidaksukaan Raras pada keadaan tersebut tidak membuat Raras melakukan tindakan yang ekspansif terhahap rasa cemburunya. Dengan


(31)

alasan-alasan kesusilaan tempramen phlegmatis selalu berusaha menghindarkan diri dari konflik.

4.1.2 Perasaan

Perasaan adalah suatu gejala psiko-fisiologis yang menimbulkan efek pada persepsi, sikap, dan tingkah laku, serta tergambarkan dalam bentuk ekspresi tertentu. Perasaan termasuk gejala jiwa yang dimiliki oleh semua orang , hanya corak dan tingkatannya tidak sama (Terdapat dalam http://www.indonesia indonesia.com/f/74265-pengertian-perasaan, 20 Desember 2010). Menurut Klages (Dalam Suryabrata, 2007: 110) dalam tiap perasaan terdapat keinginan, Adapun keinginan tersebut yaitu keinginan menerima dan keinginan menolak. Keinginan menerima dikaitkan dengan perasaan cinta maupun suka dan keinginan menolak dikaitkan dengan perasaan benci.

4.1.2.1 Rasa Cinta terhadap Lawan Jenis

Menurut Klages dalam tiap perasaan terkandung keinginan, adapun keinginan itu pada pokoknya ada dua macam yaitu keinginan menerima dan keinginan menolak. Daya untuk membeda-bedakan keinginan yang ada adalah fungsi dari kegiatan batin (Dalam Suryabrata, 2008: 110). Keinginan untuk menerima yang mengakibatkan timbulnya rasa cinta tokoh Galih kepada Raras. Interaksi terhadap lawan jenis yang pada akhirnya menimbulkan rasa cinta tergambar hampir pada setiap karya sastra begitu juga pada novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala. Rasa cinta Galih terhadap Raras di latarbelakangi adanya kesamaan antara Raras dan Krasnaya yang telah meninggal. Raras suka melukis


(32)

seperti halnya Krasnaya. Kanvas dan kuas itu semakin kembali mengingatkannku akan mimpi-mimpiku yang dulu (Kumala, 2004: 59). Kenangan akan Krasnaya pada diri Raras membuat Galih merasa bahwa cintanya yang telah hilang akan datang kembali.

Raras mengingatkanku pada sosok menara yang pernah ada. Effiel dapat kutemukan lagi di Paris, menaraku telah kembalikah? (Kumala, 2004: 60). Rasa cinta yang dirasakan Galih terhadap Raras lebih tergambar lagi pada kutipan dibawah ini:

Tahukah kamu dari jauh selalu kunikmati gerakmu. Aku tak pernah yakin dengan perasaan ini (apakah aku pria yang sedang jatuh cinta ?), atau aku hanya kembali terlena dengan adanya gambaran dirinya pada bahasa tubuhmu caramu berdandan, dan keras kepalamu. Belum pernah kuungkapkan tapi aku tahu itu semua ada pada dirimu (Kumala, 2004: 3). Rasa cinta terhadap lawan jenis juga dialami tokoh lain pada novel ini. Gale adalah lelaki yang dikenal Violet di tempat rehabilitasi narkoba. Di tempat inilah keduanya berkenalan dan akhirnya saling mencintai. Namannya Gale lalu Violet tersenyum, selanjutnya iya menjelaskan tentang Gale kepada Raras (Kumala, 2004: 88) pada kutipan monolog Raras, Raras mempertanyakan apakah Violet telah jatuh cinta pada Gale. Apakah gadis itu sedang mulai jatuh cinta lagi (Kumala, 2004: 88). Hubungan cinta antara Violet dan Gale terlihat jelas pada kutipan berikut:

Violet, kamu adalah warna. Bukan cerah tetapi bilur-bilur temaran biru dan ungu yang transparan menutupi masa lalu.

Saat pergi kau di pelukanku.

Aku juga mencintaimu (Kumala, 2004: 103).

Kutipan tersebut adalah kutipan monolog tokoh Gale yang terpukul karena kematian Violet.


(33)

4.1.2.2 Kasih Sayang Ayah kepada Anaknya

Sebagai orang tua tunggal ayah Krasnaya begitu mencintai putrinya. Sewaktu Krasnaya memperkenalkan Galih kepada ayah dan neneknya, ayah Krasnaya yang biasa dipanggi Otec tidak terlalu simpati terhadap Galih yang diperkenalkan Krasnaya sebagai putra dari duta besar Indonesia. Namun demi menjaga perasaan putrinya Otec diam saja. Namun pekerjaan Otec sebagai mata-mata negara ternyata menjadi penghalang besar bagi hubungan Galih dan Krasnaya. Orang-orang di kantor tempat ayah Krasnaya bekerja mencurigai hubungan Galih dan Krasnaya. Mereka mencurigai semua orang yang memungkinkan untuk mengobarkan kembali komunisme di Negara Uni Soviet tersebut. Latarbelakang Indonesia yang pernah terkait dengan komunisme membuat mereka memiliki alasan untuk mencurigai Galih. Demi kesalamatan purti satu-satunya, Otec dengan terpaksa melarang Krasnaya berhubungan dengan Galih, hal itu tergambar pada kutipan berikut:

Krasnaya , dengar…jangan terlalu dekat dengan Galih! Papa tidak ingin kau terlalu dekat dengan Galih. Aku menyayangimu, kamu adalah hidupku! hidup matiku. (Kumala, 2004: 117)

Bahkan pada saat Otec diintrogasi oleh Badan Intelejen Negara Soviet, Otec berulang-ulang memohon agar mereka tidak menyakiti putrinya Krasnaya. Otec hanya memohon untuk keselamatan putrinnya Krasnaya, seperti yang terdapat dalam kutipan berikut:

“ Anakku hanya berteman, kumohon.. Jangan kausakiti mereka. Jangan kausakiti anakku.”(Kumala, 2004: 32)


(34)

Begitu besarnya kasih sayang Otec kepada putrinya, hingga pada saat genting sekalipun Otec tetap berusaha menyelamatkan putrinya. Walaupun pada akhirnya Otec dan Krasnaya tewas di tangan Badan Intelejen Negara Soviet tersebut.

4.1.2.3 Kasih Sayang Adik terhadap Kakaknya

Galih begitu terpukul atas kematian Krasnaya yang secara tidak langsung disebabkan olehnya. Galih berusaha meredam semua emosi dan rasa kehilangan yang mendalam atas kematian Krasnaya. Galih sakit, Dian adiknya berusaha menghibur dan merawatnya. Dian menyayangi Galih hal ini tergambar pada kutipan berikut:

Kakak sakit? Lalu ditempelkanya punggung tangannya didahi kakaknya. Ia menyentuh kulit wajah Galih yang basah keringat, panas. Ya ampun! Ayo balik ke kamar (Kumala, 2004: 54).

Dian tahu penyebab Galih sakit walaupun Galih breusaha menutupinya. Dian mengerti akan kondisi kakaknya. Tanpa banyak bicara Dian merawat kakaknya hal ini tergambar pada kutipan berikut:

Tanpa ba-bi-bu Dian keluar kamar dan kembali lagi dengan baskom kecil dan handuk kecil. Handuknya diperas setelah direndam dalam air, ditempelkannya ke dahi kakaknya. Galih diam saja. Wajahnya dipalingkan ke tembok kiri, menghindari pandangan mata adiknya. Diam-diam ia menahan tangis (Kumala, 2004: 55).

Galih memang sangat dekat dengan Dian, bahkan melebihi kedekatan Galih dengan ibunya. Banyak hal yang hanya diungkapkan Galih kepada Dian. Tidak ada batasan di antara keduanya. Ia dapat cerita apa saja pada Dian, tapi belum bisa cerita apa-apa pada orangtuanya (Kumala, 2004: 136). Sebagai adik Dian menjadi tempat yang nyaman bagi Galih untuk mencurahkan segala perasaannya terutama mengenai kesedihannya sejak Krasnaya meninggal dunia.


(35)

4.1.2.4 Kasih Sayang terhadap Sahabat

Persahabatan yang paling menonjol pada novel ini adalah persahabatan antara Raras dan Violet. Mereka bersahabat sejak kecil. Raras memiliki saudara kembar yang bernama Rimbang. Namun Rimbang meninggal dunia karena diperkosa oleh teman ayahnya. Rasa kesepian Raras karena telah kehilangan Rimbang membuat Raras semakin dekat dengan Violet. Violetlah yang mengisi kesepian di hati Raras, karena itulah Raras menjadi sangat mencintai Violet.

Cinta dapat tumbuh di mana saja dan tidak dapat dibatasi oleh batasan apa pun. Itulah yang dirasakan Raras terhadap Violet. Tidak seperti Raras, Violet tetap menjadi wanita yang mencintai pria. Violet tetap menganggap Raras layaknya sahabat. Raras selalu berusaha menjaga Violet dari kebisaan mengkonsumsi narkoba, hal ini tergambar pada kutipan beriku:

Aku mondar-mandir sambil mengusap-usap lenganku mencari kehangatan sebab aku kedinginan. Dingin. Tambah dingin. Aneh, aku harus dapat barang itu, pikirku. Kugapai telepon. Raras masih ngedumel. Kupencet nomor telepon Titto, tiba-tiba teleponku disepak Raras. Kami mulai bertengkar hebat. Raras tau aku akan cari barang itu, dia tidak setuju. (Kumala, 2004: 79)

Sebagai sahabat Violet banyak bercerita tentang kehidupan pribadinya kepada Raras. Mereka sangat dekat, bahkan pada saat Violet mulai berhubungan dengan Gale. Violet juga memberitahukannya kepada Raras. Walaupun sangat cemburu, Raras tetap berusaha menahan semua perasaanya.

“ kau lihat dia, Ras?”

Raras mencoba mencari jelas orang yang ditunjuk. Lelaki kecil berkacamata, sedang di pojok asyik dengan bukunya.

“ namanya Gale”. Lalu Violet tersenyum , selanjutnya ia menjelaskan tentang Gale kepada Raras (Kumala, 2004: 88).


(36)

Selain persahabatan Raras dan Violet, pada novel ini terdapat pula persahabatan tokoh lain seperti persahabatan Galih dan Diaz serta persahabatan Raras dengan Argus. Persahabatan Galih dan Diaz terjalin sewaktu mereka tinggal di Negara Rusia hal ini tergambar pada kutipan berikut:

Sudah hampir dua bulan kami tinggal di Moskow, aku mulai dapat banyak teman selain Diaz yang masih menjadi teman baikku (Kumala, 2004: 18). Diaz adalah teman yang baik untuk Galih. Sebagai sahabat mereka sering menghabiskan waktu bersama, hal itu tergambar pada kutipan berikut:

Akhirnya kami memutuskan untuk ke Kremlin “kita ke Kremlin aja, orang-orang kumpul di depan Saviour’s Tower. Biasa, hitung mundur sambil menunggu jam 12 malam,“ kata Diaz. Kremlin lagi? Sebetulnya aku memutuskan untuk pergi ke sana tanggal 1 januari, tapi aku juga penasaran dengan tradisi acara ulang tahun di Rusia (Kumala, 2004: 10). Persahabatan antara Raras dan Argus juga terjalin baik. Jarak tidak menghalangi persahabatan yang mereka jalin walaupun keduanya tinggal di benua yang berbeda. Raras tinggal di Indonesia dan Argus tinggal di Amerika tepatnya di Kanada. Mereka menjalin komunikasi melalui internet, seperti pada kutipan email berikut ini:

r_dhamar2000: hello there, i’am not expecting you online. I thought you’re sleeping (halo, kukira kamu tidak online. Kupikir kamu tidur.) scarface_ca : I was, it’s around 3 AM here. What time is it now there? ( memang tadi aku tidur. Sekarang di sini sekitar jam 3 pagi. Disana jam berapa?) (Kumala, 2004: 145).

Persahabatan keduanya menjadi semakin akrab ketika Raras datang berkunjung ke Kanada menemui Argus, hal ini tergambar dalam kutipan berikut:

Dengan modal visiting berjangka waktu eman bulan akhirnnya Raras sampai ke tanah yang dingin ini. Untung, masuk kanada tidak sesulit USA yang superpakem apalagi setelah kasus WTC (Kumala, 2004: 147).


(37)

4.1.3 Daya Ekspresi

Menurut Klages manusia mempunyai dorongan-dorongan nafsu. Dorongan-dorogan nafsu ini adalah proses jiwa, dorongan-dorongan itu baru dapat disaksikan kalau telah menampakkan diri dalam proses-proses jasmaniah seperti perubahan detak jantung, perubahan pernafasan, dan sebagainya (Dalam Suryabrata, 2008: 115). Proses-proses kejiwaan tersebut secara teknis disebut ekspresi. Batasan ekspresi adalah penguasaan diri karna tiap-tiap orang mempunyai kekuatan untuk menguasai diri.

Daya ekspresi atau kemampuan pengungkapan perasaan yang terjadi pada tokoh Raras tergambar pada kutipan berikut;

Dia menempelkan pipinya ke wajahku. Aku terlalu sibuk mengamati detailnya, hingga lupa bahwa hatiku seakan lari seperti kuda (Kumala, 2004: 122)

Proses jiwa atau dorongan-dorongan nafsu yang diaplikasikan melalui daya reaksi terdapat pada kutipan tersebut dan dapat dilihat dengan jelas jika telah menampakkan proses jasmani seperti perubahan detak jantung yang tergambar dalam kutipan ..hingga lupa bahwa hatiku seakan lari seperti kuda (Kumala, 2004: 77). Daya ekspresi adalah bagian dari kemampuan dasar yang dimiliki oleh setiap manusia.

4.2 Karakter Tokoh

Karakter atau watak adalah sifat, sikap, jiwa, dan prilaku para tokoh sedangkan tokoh adalah pelaku dalam sebuah karya sastra atau yang membawa jalannya cerita dan peristiwa. Setiap tokoh dalam karya sastra memiliki karakter yang berbeda-beda. Dengan melihat karakter tokoh yang terdapat dalam karya


(38)

sastra tersebut jelas tergambar unsur-unsur humanisme yang secara umum dapat diartikan sebagai sifat-sifat dasar manusia. Berikut ini beberapa tokoh serta uraian mengenai watak dan karakternya yang berperan penting dalam penegasan unsur-unsur humanisme yang terdapat dalam novel Tabula Rasa.

1. Galih

Galih merupakan tokoh utama yang membawa kesuluruhan peristiwa pada novel Tabula Rasa. Tokoh ini dikategorikan sebagai tokoh protagonis namun tidak memiliki watak atau karakter yang menonjol. Tokoh Galih dalam beberapa bagian novel Tabula Rasa mengambil peran sebagai pencerita seperti pada kutipan berikut:

Aku sendiri agak terkejut dengan rusia yang menurutku termasuk salah satu negeri indah dengan gedung-gedung kuno yang lumayan terawat. Memang, pemerintah disini menyediakan biaya untuk perawatan gedung-gedung kuno, terutama yang bersejarah. Dan, aku yakin kalu aku sudah travel sana-sini di Rusia, aku akan melihat lebih banyak gedung kuno nan megah. Tapi WC di mana-mana bahkan ditempat umum pun sangat kurang terawat (Kumala, 2004: 6).

Secara subjektif tokoh Galih menceritakan keadaan Negara Rusia. Tokoh ini juga sering memberikan penilaian terhadap sesuatu yang dilihat atau dialaminya. Wanita Rusia yang telah menikah biasanya memiliki tubuh gemuk (Kumala, 2004: 18). Tokoh Galih digambarkan sebagai pria yang sopan, mudah bergaul dengan siapa saja serta memiliki sifat yang penyayang hal ini dapat dilihat pada kutipan percakapan antara Galih dan Dian berikut ini:

Kakak cinta banget ya sama Krasnaya? kata Dian. “Krasnaya sudah meninggal” jawab Galih.

Justru itu Krasnaya sudah meninggal berapa tahun, coba? kata Dian (Kumala, 2004: 137).


(39)

Galih begitu menyayangi Krasnaya. Rasa sayangnya kepada Krasnaya tetap ada walaupun Krasnaya sudah meninggal dunia. Kehilangan seseorang yang dicintai membuatnya tetap melajang dalam waktu yang cukup lama.

2. Raras

Tokoh Raras digambarkan sebagai wanita memiliki kelainan yaitu menyukai sesama jenis. Kelainan tokoh Raras tergambar jelas pada kutipan berikut:

Aku melihat kamu. Kau lunglai terkapar di kamar yang berantakan serta terikat di tempat tidur. Menyadari diriku mencintaimu seperti pagi mencintai matahari dan kalangan mencintai rembulan (Kumala, 2004: 80).

Raras mencintai Violet yang juga seorang wanita. Raras memiliki kelainan namun Violet tidak pernah mengetahuinya. Raras sering memandangi Violet dan mengagumi tubuh Violet. Aku mengagumimu, indah.. apa yang aku punya kau juga punya, Kita punya vagina, Kita juga punya buah dada (Kumala, 2004: 80). Dalam beberapa bagian tokoh ini juga mengambil peran sebagai pencerita, baik tentang peristiwa yang dialaminya serta dalam mengambarkan tokoh lain. Aku memandangimu terbakar di dalam peti di balik kaca, kamu mengeluarkan bau yang sedap. Terlalu sedap (Kumala, 2004: 102).

Tokoh Raras adalah wanita yang lembut dan setia kawan. Tokoh Raras selalu sabar menghadapi sahabatnya Violet yang terkadang semaunya sendiri. Sebagai sahabat Raras selalu berusaha membantu Violet, hal ini tergambar dalam kutipan berikut:

Vi! Bangun! Bangun! Ditamparnya Violet berkali-kali, tak juga bangun. Bibirnya biru, kulit putihnya pucat pasi dengan sisa tenaga Raras membopong Violet (Kumala, 2004: 92).


(40)

Tokoh Raras juga memiliki kontrol emosi yang cukup baik serta penuh pertimbangan dalam bertindak. Rasa cinta Raras terhadap Violet dapat di kontrol dengan baik mengingat Violet adalah wanita normal, Hal ini tergambar pada kutipan berikut:

Kamu berbicara tentang Gale membuat perasaanku yang tadinya naik seperti statik grafik kini menjadi datar. Itu karena dia masih belum bersih betul. “Kamu kan bisa datang berkunjung ke pusat rehab, masa mau nunggu di dalam terus sampe Gale keluar?“ ucapku menggodamu. Berat, tapi kuucap juga sambil aku mengingatkan pada diriku bahwa Violet adalah perempuan sejati dan bukan seperti aku (Kumala, 2004: 88).

Perasaan Raras terhadap Violet dapat ditahan dengan baik. Hal inilah yang membuat Violet tidak pernah menyadari rasa cinta dan kelainan yang dimiliki oleh Raras hingga akhir hayatnya.

3. Violet

Tokoh Violet digambarkan sebagai sosok gadis yang terjerat narkoba karena keadaan keluarganya yang kurang harmonis. Burhanlah yang pertama kali memberikan narkoba kepada Violet hingga akhirnya Violet kecanduan berikut kutipannya:

Aku sudah tidak tahan lagi! Seminggu sudah dia tidak telepon setelah dua minggu sebelumnya burhan memperkenalkanku pada suntikan olahan candu mentah alias morfin yang merupakan alkaloid utama opium (Kumala, 2004: 78).

Tokoh ini memiliki watak yang keras dan kurang memperdulikan etika serta tidak menghormati orangtuanya. Keadaan keluarganya yang kurang harmonis dapat di lihat melalui kutipan berikut:

Aku tau malam itu mami menangis tersedu-sedu, yang kudengar adalah suara papi yang berdengung seperti tawon, mengomel dan menyumpahi anaknya yang tidak tahu diuntung. Aku tidak perduli (Kumala, 2004: 90).


(41)

Ketidakarifan sikap ayah Violet yang justru mengomel dan menyumpahi anaknya disaat Violet terpuruk menggambarkan kondisi keluarganya yang kurang harmonis. Selain tidak perduli terhadap perasaan orangtuannya Violet juga kurang memperdulikan perasaan sahabatnya Raras. Aku langsung membanting telepon. Hp Raras terpental diiringi jeritannya yang tercekik kaget (Kumala, 2004: 79). Violet tega membanting HP Raras yang dipinjamya untuk menelepon Burhan kekasihnya.

4. Krasnaya

Tokoh Krasnaya digambarkan sebagai gadis Rusia yang memiliki kegemaran melukis. Tokoh ini memiliki seorang ayah yang bekerja sebagai intelejen Negara Rusia dan seorang nenek yang bekerja sebagai penjaga perpustakaan umum. Selain melukis tokoh ini juga bekerja sebagai penjaga toko dan menjadi guide. Tokoh ini banyak diceritakan oleh tokoh Galih seperti pada kutipan berikut:

Dia bilang kadang-kadang dia jadi guide untuk turis asing, disamping bekerja jaga di salah satu toko dekat daerah Kremlin, namanya pusat perbelanjaan Kalinin Prospek (Kumala, 2004: 17).

Dalam novel ini sosok Krasnaya dapat dikenal melalui penceritaan tokoh Galih. Wajah Krasnaya setengah terkejut, tapi dia tersenyum. Manis sekali (Kumala, 2004: 22). Tokoh ini tidak begitu banyak berdialog langsung dengan tokoh yang lainnya.

5. Gale

Tokoh Gale adalah sosok lelaki yang dikenal Violet didalam pusat rehabilitasi. Gale juga pengguna narkoba sama seperti Violet. Keduanya menjalin


(42)

hubungan percintaan yang dimulai di pusat rehabilitasi tempat mereka bertemu pertama kalinya. Gale merupakan sosok pria penyayang dan sangat mencintai Violet, hal ini tergambar dalam kutipan berikut :

Violet, kamu adalah warna. Bukan cerah, tetapi bilur-bilur temaram biru dan ungu yang transparan menutup masa lalu. Saat pergi kau di pelukannku. Aku juga mencintaimu (Kumala, 2004: 103).

Setelah kematian Krasnaya, Gale begitu merasa kehilangan dan mengalami depresi. Maka tangisnya pecah lelaki itu menangis dengan bibir mewek seperti balita kehilangan permen (Kumala, 2004: 113). Gale menangis setiap mengingat Violet. Gale juga tidak pernah mandi sejak Violet meninggal. Lalu ia mencium ketiaknya sendiri. Huek!sudah berapa harikah ia disana? berarti berhari-hari ia tak mandi (Kumala, 2004: 113).

6. Ayah Krasnaya

Tokoh ini digambarkan sebagai sosok orang tua yang bertanggung jawab yang selalu berusaha melindungi anaknya walau dalam kondisi yang membahayakan jiwanya hal ini tergambar pada kutipan berikut:

Ujung bibir ayahnya terluka, ”Apa yang terjadi?siapa yang berbuat ini?” Bukan siapa-siapa! Jangan sentuh aku! Aku tidak apa-apa, hanya tersandung,” pria setengah baya itu berusaha melindungi diri sendiri atau berusaha melindungi Putrinya? (Kumala, 2004: 117).

Ayah Krasnaya atau Otec sudah diancam dan diperlakukan kasar oleh rekan kerjanya di Badan Intelejen Negara namun Otec tetap menyembunyikan hal itu agar putrinya tidak risau. Tokoh ini bersedia berkorban demi anaknya. Tokoh ini juga selalu bersikap lembut terhadap putrinya, seperti yang tergambar dalam kutipan berikut:

Ia mencoba mencari kalimat yang tepat untuk menjelaskan pada putri satu-satunya,”kau tahu aku tak keberatan kau berteman dengannya...tapi... aku


(43)

tidak bisa berbahasa inggris. Akan sulit bagiku untuk mengerti segala perkataannya, atau mengenalnya lebih jauh”(Kumala, 2004: 116).

Otec mendapat tekanan dari rekan-rekannya yang bekerja di Badan Intelejen Negara Rusia karena putrinya Krasnaya menjalin hubungan dengan Galih. Meskipun terancam Otec tetap berusaha menasehati Krasnaya dengan cara yang baik.

7. Dian

Tokoh Dian digambarkan sebagai adiknya tokoh utama yaitu Galih. Dian adalah sosok wanita yang periang dan sopan. Dian memiliki hubungan persaudaraan yang cukup baik dengan kakaknya Galih, hal itu tergambar dalam kutipan berikut ini:

“kakak sakit?” lalu ditempelkan punggung tangannya di dahi kakaknya. Ia menyentuh kulit wajah galih yang basah keringat. Panas. “ya ampun! Ayo balik ke kamar”(Kumala, 2004: 54).

Dian mampu menjadi saudara serta mampu menjadi teman saat keadaan Galih tidak stabil akibat kepergian Krasnaya. Kakak, kenapa? Ingat krasnaya lagi ya? (Kumala, 2004: 55) Sebagai seorang adik Dian selalu memperhatikan keadaan Galih.

8. Babushka

Babushka digambarkan sebagai nenek dari Krasnaya, sosok wanita tua memiliki watak yang keras dan kontrol emosi yang tidak terlalu baik. Pada dasarnya Babushka merupakan nenek serta ibu yang baik untuk Krasnaya dan Otec. Meninggalnya Krasnaya dan Otec membuatnya tidak mampu bersikap bijaksana. Tokoh Babushka sebagian besar diceritakan oleh tokoh utama yaitu Galih hal tergambar pada kutipan berikut:


(44)

Berani-beraninya kau datang ke sini, Pergi kau! Pembunuh! Kau telah membunuh anak dan cucuku, aku tidak bisa melupakan kalimat itu hingga sekarang. Hatiku nanar, melebur dengan segala sumpah serapah yang keluar dari mulut orangtua itu, seember dosa seperti disiramkan ke wajahku (Kumala, 2004: 133).

Otec dan Krasnaya meninggal karena Dibunuh Badan Intelejen Negara Rusia yang curiga dengan hubungan Krasnaya dan Galih. Babushka terpukul dan menyalahkan Galih atas meninggalnya anak dan cucunya.

9. Diaz

Tokoh Diaz digambarkan sebagai sahabat tokoh utama yaitu Galih. Diaz dan Galih menjalin persahabatan saat mereka berada di Rusia. Saat pertama kali pindah ke Rusia Diaz adalah satu-satunya teman Galih, hal ini tergambar pada kutipan berikut:

Malam ini adalah malam tahun baru. Satu-satunya teman yang bisa kuajak ngobrol di sini hanya Diaz. Karena ia sudah tinggal cukup lama di Rusia, bahasa Rusianya lumayan bagus. Ini lebih baik sebab berarti aku punya teman walau hanya satu (Kumala, 2004: 10).

Sebagai sahabat Diaz sangat mengerti akan perasaan Galih terhadap Krasnaya. Diaz sering menggoda Galih yang sedang jatuh cinta kepada Krasnaya seperti yang terdalam dalam kutipan berikut ini:

“Eh... tuh, lihat!“ diaz menunjuk pada sekumpulan orang sedang melukis. Dia salah satunya. Aku langsung setengah panik, tapi tidak terlihat histeris. Berusaha setenang mingkin dengan hati yang menyimpan kegirangan. Memang kuusahakan seperti itu agar Diaz tidak menggodaku (Kumala, 2004: 15)

10. Argus

Tokoh Argus adalah sosok pria yang mencintai sesama jenis hal ini tergambar dalam kutipan berikut:


(45)

Dua orang laki-laki itu keluar dari Deevas dan masuk ke salah satu mobil berwarna carcoal. Sebelum argus menstater mobilnya keduanya berciuman (Kumala, 2004: 144).

Argus menjalin persahabatan dengan raras melalui internet. Sebagai seorang sahabat argus banyak memberikan nasehat kepada raras yang masih bimbang akan jati dirinya sebenarnya, hal itu tergambar pada kutipan berikut ini:

Kamu masih dalam ego distonik, krisis jati diri kusarankan kamu cepat memilih, jadi hetero atau lesbian. That’s up to you, it’s your life (Kumala, 2004: 153).


(46)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Setelah dilakukan uraian dari hasil penganalisisan terhadap unsur-unsur humanisme yang terdapat dalam novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala, maka dapat ditarik simpulan bahwa dalam novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala terdapat tiga unsur humanisme, unsur-unsur humanisme tersebut adalah tempramen, perasaan dan daya ekspresi. Tempramen terbagi atas dua macam, tempramen sanguinis dan tempramen phlegmatis. Tempramen sanguinis terdapat pada tokoh Violet dan tokoh Babushka atau nenek Krasnaya. Tempramen phlegmatis terdapat pada tokoh Raras. Unsur humanisme yang kedua adalah perasaan. Situasi perasaan terdapat dalam empat bentuk rasa kasih sayang dalam novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala yakni; (1) rasa cinta terhadap lawan jenis, (2) kasih sayang ayah kepada anaknya, (3) kasih sayang adik terhadap kakaknnya, dan (4) kasih sayang terhadap sahabat. Unsur humanisme yang ketiga adalah Daya ekspresi, daya ekspresi atau kemampuan untuk mengungkapkan perasaan digambarkan oleh tokoh Raras.

5.2 Saran

Ada beberapa saran yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Diperlukan lebih banyak lagi kajian mengenai unsur-unsur humanisme dalam karya sastra untuk mengungkap keseluruhan unsur-unsur humanisme yang ada agar lebih mendekati sempurna. Selain itu


(47)

pengenalan mengenai humanisme melalui penelitian seperti ini harus terus dilakukan mengingat teori humanisme belum banyak dikenal dan dikaji. 2. Dalam meneliti unsur-unsur humanisme yang terdapat dalam karya sastra

sebaiknya tidak bertumpu kepada satu pendapat para ahli melainkan banyak didukung oleh pendapat para ahli lainnya. Hal ini bertujuan agar

penelitian tersebut memiliki kompleksitas yang tinggi dan bermanfaat bagi penelitian berikutnya.


(48)

DAFTAR PUTAKA

Abu, Ahmadi. 1979. Psikologi Sosial. Surabaya: Bina Ilmu.

Endaswara, Suwandi. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra. Yogyakarta: Media

Pressindo.

Faruk. 1994. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Belajar (Anggota IKAPI).

Friedman, Howard S. dan Miriam W. Schustack. 2006. Kepribadian: Teori Klasik dan Riset Modern. Jakarta: Erlangga.

Hardjana, Andre. 1985. Kritik Sastra: Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia. Hartoko, Dick. dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta:

Kanisius.

Http://id.wikipedia.org/wiki/Tabula_Rasa. ( 25 Mei 2010)

Http://www.Telaga.org/ringkasan.php?Kepribadian.htm. (20 Desember 2010) Http://www.Indonesiaindonesia.com/f/74265-pengertian-perasaan. (20 Desember

2010)

Jabrohim, dkk. (Ed.). 2001. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.

Koswara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: Eresco. Kumala, Ratih. 2004. Tabula Rasa. Jakarta: Grasindo.

Malo, Monase. 1985. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Karunika.

Munir, Miftahul. 2007. Filsafat Humanisme Teistik. Jakarta: Pustaka Jaya.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.


(49)

Waluyo, Herman J. 1994. Pengkajian Cerita Fiksi. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan (edisi terjemahan oleh Melanie Budianta). Jakarta: Gramedia.

Zaidan, Abdul Rozak, Anita K. Rustapa, dan Hani’ah. 1996. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.


(1)

Berani-beraninya kau datang ke sini, Pergi kau! Pembunuh! Kau telah membunuh anak dan cucuku, aku tidak bisa melupakan kalimat itu hingga sekarang. Hatiku nanar, melebur dengan segala sumpah serapah yang keluar dari mulut orangtua itu, seember dosa seperti disiramkan ke wajahku (Kumala, 2004: 133).

Otec dan Krasnaya meninggal karena Dibunuh Badan Intelejen Negara Rusia yang curiga dengan hubungan Krasnaya dan Galih. Babushka terpukul dan menyalahkan Galih atas meninggalnya anak dan cucunya.

9. Diaz

Tokoh Diaz digambarkan sebagai sahabat tokoh utama yaitu Galih. Diaz dan Galih menjalin persahabatan saat mereka berada di Rusia. Saat pertama kali pindah ke Rusia Diaz adalah satu-satunya teman Galih, hal ini tergambar pada kutipan berikut:

Malam ini adalah malam tahun baru. Satu-satunya teman yang bisa kuajak ngobrol di sini hanya Diaz. Karena ia sudah tinggal cukup lama di Rusia, bahasa Rusianya lumayan bagus. Ini lebih baik sebab berarti aku punya teman walau hanya satu (Kumala, 2004: 10).

Sebagai sahabat Diaz sangat mengerti akan perasaan Galih terhadap Krasnaya. Diaz sering menggoda Galih yang sedang jatuh cinta kepada Krasnaya seperti yang terdalam dalam kutipan berikut ini:

“Eh... tuh, lihat!“ diaz menunjuk pada sekumpulan orang sedang melukis. Dia salah satunya. Aku langsung setengah panik, tapi tidak terlihat histeris. Berusaha setenang mingkin dengan hati yang menyimpan kegirangan. Memang kuusahakan seperti itu agar Diaz tidak menggodaku (Kumala, 2004: 15)

10. Argus

Tokoh Argus adalah sosok pria yang mencintai sesama jenis hal ini tergambar dalam kutipan berikut:


(2)

Dua orang laki-laki itu keluar dari Deevas dan masuk ke salah satu mobil berwarna carcoal. Sebelum argus menstater mobilnya keduanya berciuman (Kumala, 2004: 144).

Argus menjalin persahabatan dengan raras melalui internet. Sebagai seorang sahabat argus banyak memberikan nasehat kepada raras yang masih bimbang akan jati dirinya sebenarnya, hal itu tergambar pada kutipan berikut ini:

Kamu masih dalam ego distonik, krisis jati diri kusarankan kamu cepat memilih, jadi hetero atau lesbian. That’s up to you, it’s your life (Kumala, 2004: 153).


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Setelah dilakukan uraian dari hasil penganalisisan terhadap unsur-unsur humanisme yang terdapat dalam novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala, maka dapat ditarik simpulan bahwa dalam novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala terdapat tiga unsur humanisme, unsur-unsur humanisme tersebut adalah tempramen, perasaan dan daya ekspresi. Tempramen terbagi atas dua macam, tempramen sanguinis dan tempramen phlegmatis. Tempramen sanguinis terdapat pada tokoh Violet dan tokoh Babushka atau nenek Krasnaya. Tempramen phlegmatis terdapat pada tokoh Raras. Unsur humanisme yang kedua adalah perasaan. Situasi perasaan terdapat dalam empat bentuk rasa kasih sayang dalam novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala yakni; (1) rasa cinta terhadap lawan jenis, (2) kasih sayang ayah kepada anaknya, (3) kasih sayang adik terhadap kakaknnya, dan (4) kasih sayang terhadap sahabat. Unsur humanisme yang ketiga adalah Daya ekspresi, daya ekspresi atau kemampuan untuk mengungkapkan perasaan digambarkan oleh tokoh Raras.

5.2 Saran

Ada beberapa saran yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Diperlukan lebih banyak lagi kajian mengenai unsur-unsur humanisme dalam karya sastra untuk mengungkap keseluruhan unsur-unsur humanisme yang ada agar lebih mendekati sempurna. Selain itu


(4)

pengenalan mengenai humanisme melalui penelitian seperti ini harus terus dilakukan mengingat teori humanisme belum banyak dikenal dan dikaji. 2. Dalam meneliti unsur-unsur humanisme yang terdapat dalam karya sastra

sebaiknya tidak bertumpu kepada satu pendapat para ahli melainkan banyak didukung oleh pendapat para ahli lainnya. Hal ini bertujuan agar

penelitian tersebut memiliki kompleksitas yang tinggi dan bermanfaat bagi penelitian berikutnya.


(5)

DAFTAR PUTAKA

Abu, Ahmadi. 1979. Psikologi Sosial. Surabaya: Bina Ilmu.

Endaswara, Suwandi. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra. Yogyakarta: Media

Pressindo.

Faruk. 1994. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Belajar (Anggota IKAPI).

Friedman, Howard S. dan Miriam W. Schustack. 2006. Kepribadian: Teori Klasik dan Riset Modern. Jakarta: Erlangga.

Hardjana, Andre. 1985. Kritik Sastra: Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia. Hartoko, Dick. dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta:

Kanisius.

Http://id.wikipedia.org/wiki/Tabula_Rasa. ( 25 Mei 2010)

Http://www.Telaga.org/ringkasan.php?Kepribadian.htm. (20 Desember 2010) Http://www.Indonesiaindonesia.com/f/74265-pengertian-perasaan. (20 Desember

2010)

Jabrohim, dkk. (Ed.). 2001. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.

Koswara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: Eresco. Kumala, Ratih. 2004. Tabula Rasa. Jakarta: Grasindo.

Malo, Monase. 1985. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Karunika.

Munir, Miftahul. 2007. Filsafat Humanisme Teistik. Jakarta: Pustaka Jaya.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.


(6)

Waluyo, Herman J. 1994. Pengkajian Cerita Fiksi. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan (edisi terjemahan oleh Melanie Budianta). Jakarta: Gramedia.

Zaidan, Abdul Rozak, Anita K. Rustapa, dan Hani’ah. 1996. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.