Leeway Space Kerangka Teori

3. Erupsinya gigi molar kedua permanen. Ketika akan erupsi, gigi molar kedua permanen tumbuh kearah mesiolingual. Gigi molar kedua permanen ini terbentuk di palatal dan diarahkan ke oklusi yang benar dengan mekanisme Cone Funnel cusp palatal jatuh pada fossa oklusal. Hal ini mengakibatkan panjang lengkung akan berkurang akibat gaya tekanan erupsi gigi molar kedua ke arah mesial dan kemudian crowding akan terlihat pada fase ini. 4. Pembentukan oklusi.

2.3 Leeway Space

Ukuran mesiodistal gigi kaninus dan molar desidui lebih besar dibandingkan dengan ukuran yang diperlukan untuk erupsi gigi permanen penggantinya. Perbedaan ukuran lebar mesiodistal antara gigi desidui dan permanen disebut sebagai Leeway space. 7,26 Nance pada tahun 1947 melakukan penelitian dan memperoleh hasil bahwa terdapat selisih antara lebar mesiodistal gigi kaninus hingga molar desidui dan lebar mesiodistal gigi kaninus hingga premolar permanen. Selisih ini dinamakannya sebagai Leeway space Gambar 8. 6 Besar Leeway space pada rahang atas sekitar 1-1,5 mm pada setiap kuadrannya dan rahang bawah sekitar 2-2,5 mm pada setiap kuadrannnya dengan perbedaan variasi pada setiap individu. 17 Ukuran Leeway space pada rahang bawah lebih besar dibandingkan dengan rahang atas. Hal ini disebabkan karena gigi molar desidui rahang bawah lebih besar dibandingkan dengan gigi molar desidui rahang atas. 7 Gigi molar kedua desidui ini memiliki selisih lebar hingga 2 mm lebih besar dibandingkan dengan gigi premolar kedua permanen. Gigi molar rahang bawah biasanya bergerak lebih ke mesial dibandingkan dengan gigi molar rahang atas. Selama oklusi normal ini berlangsung, sekitar 2 mm dari Leeway space akan digunakan untuk pergerakan ke anterior oleh gigi molar permanen. 17,26 Dengan mengetahui ukuran Leeway space dengan tepat, para klinisi dapat lebih mudah menentukan keputusan apakah diperlukan perawatan ortodontik atau tidak. Pada beberapa kasus, ukuran Leeway space akan berkurang ketika gigi desidui mengalami karies pada permukaan sehingga gigi tersebut dapat tanggal lebih awal. Dalam hal ini perawatan ortodontik menjadi penting untuk mempertahankan ruang bagi erupsi gigi permanen nantinya. 26 Gambar 9. Leeway space 26

2.4 Metode Pengukuran Mesiodistal Gigi

2.4.1 Metode Moorrees

Moorrees dkk., dalam penelitiannya mengemukakan bahwa lebar mesiodistal gigi diperoleh dengan cara mengukur lingkaran terbesar diantara titik kontak interdental gigi menggunakan kaliper yang diletakkan sejajar dengan bidang oklusal gigi 15,27 Gambar 10 A.

2.4.2 Metode Mullen

Mullen dkk., dalam penelitiannya mengemukakan cara pengukuran mesiodistal gigi menggunakan kaliper digital yakni diperoleh dengan cara meletakkan ujung tip kaliper tegak lurus dengan bidang oklusal gigi 28 Gambar 10 B. Metode ini lebih banyak digunakan dibandingkan metode yang lainnya. Sutan melakukan uji t terhadap metode Mullen dan metode Moorrees dan menemukan hasil bahwa metode Mullen dianggap lebih tepat dibandingkan metode Moorrees. 15 Gambar 10. Cara pengukuran mesiodistal gigi menggunakan metode : A Moorrees; B Mullen.

2.5 Analisis Kebutuhan Ruang pada Masa Gigi Bercampur

Berbagai literatur mengemukakan ada tiga analisis yang dapat digunakan untuk memprediksi lebar ukuran mesiodistal gigi kaninus permanen dan premolar permanen yang belum erupsi, yakni analisis radiografi, non radiografi, dan kombinasi. 9 Analisis radiografi dapat digunakan baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Nance adalah orang yang pertama sekali menggunakan analisis radiografi untuk menganalisis perbedaan ukuran mesiodistal gigi kaninus, molar pertama, molar kedua desidui dan gigi kaninus, premolar pertama, premolar kedua yang belum erupsi. 5 Melihat ukuran mesiodistal gigi dari teknik radiografi memerlukan hasil gambar tidak distorsi karena akan mempengaruhi keakuratan hasil pengukuran. 29 Namun sekarang sudah ada analisis radiografi yang lebih akurat untuk memprediksi lebar gigi yang belum erupsi, yaitu dengan menggunakan cone-beam computed tomograph, dimana teknik ini menggunakan gambar tiga dimensi. Keunggulan dari radiografi tiga dimensi ini adalah dapat memprediksi dengan baik ukuran mesiodistal gigi, selain itu dapat menentukan dengan tepat dan efisien analisis oklusi pasien. Kekurangan radiografi tiga dimensi ini yaitu memerlukan operator yang berpengalaman dan harganya yang relatif mahal. 1,14,19,30 A B Analisis non radiografi yang digunakan untuk memprediksi ukuran gigi permanen yang belum erupsi dikembangkan dari perhitungan statistik korelasi. 16 Analisis persamaan regresi pertama kali digunakan oleh Ballard dan Wylie pada tahun 1947, selain itu dikembangkan pula oleh beberapa peneliti dengan teknik yang berbeda yakni Moyers pada tahun 1973 dan Tanaka-Johnston pada tahun 1974. 2,14-16,19 Analisis Moyers menggunakan tabel probabilitas untuk memprediksi ukuran mesiodistal kaninus dan premolar yang akan erupsi pada maksila dan mandibula. 12 Tabel ini digunakan dengan cara menjumlahkan ukuran mesiodistal dari keempat insisivus permanen mandibula, kemudian hasilnya dibandingkan dengan nilai pada tabel probabilitas. 2,12,19 Analisis Tanaka-Johnston merupakan analisis yang menggunakan perhitungan praktis, oleh karena menggunakan rumus prediksi yang diperoleh dari suatu perhitungan regresi linier baik untuk mandibula maupun maksila. 13 Analisis ini tidak menggunakan tabel probabiliti seperti analisis Moyers dan dianggap sangat sederhana, memiliki tingkat keakuratan yang cukup baik dengan tingkat kesalahan yang kecil. 2,13,19 Analisis kombinasi gabungan merupakan analisis yang menggabungkan antara analisis radiografi dengan teknik perhitungan pada model dalam memprediksi jumlah lebar mesiodistal gigi kaninus dan premolar yang akan erupsi. Analisis ini pertama kali dikembangkan oleh Hixon dan Oldfather pada tahun 1958. 9 Analisis kombinasi merupakan analisis yang paling akurat karena melihat dari gambaran radiografi dan juga menjumlahkan keempat gigi insisivus pada cetakan model untuk memprediksi ukuran mesiodistal kaninus dan premolar permanen. 9,14,19

2.5.1 Analisis Moyers

Analisis Moyers ini menggunakan keempat gigi insisivus permanen bawah yang sudah erupsi sebagai pedoman dengan pertimbangan sebagai berikut : 12,19 1. Gigi permanen yang tumbuh paling awal. 2. Mudah diukur dengan tepat intra oral atau ekstra oral. 3. Ukuran tidak bervariasi apabila dibandingkan insisivus permanen atas. Analisis Moyers menggunakan jumlah lebar mesiodistal insisivus rahang bawah untuk memprediksi ukuran mesiodistal kaninus dan premolar permanen rahang atas maupun rahang bawah. Moyers menyatakan untuk memprediksi ukuran mesiodistal kaninus dan premolar yang belum erupsi dapat menggunakan tabel probabiliti dengan tingkat kerpercayaan 5-95. Namun, Moyers menyarankan penggunaan tabel probabiliti pada derajat kepercayaan 75 sebagai acuan karena tingkat tersebut dianggap aman dari maloklusi crowded dan diastema. 15 Cara penggunaan tabel probabiliti Moyers adalah sebagai berikut : 12,19 1. Lebar mesiodistal keempat insisivus permanen bawah diukur dan dijumlahkan. 2. Gunakan jumlah lebar mesiodistal keempat insisivus permanen bawah untuk memprediksi jumlah lebar mesiodistal kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua pada rahang bawah dan rahang atas dengan menggunakan tabel probabilitas pada derajat kepercayaan 75. 3. Tentukan jumlah ruang yang tersedia pada regio kaninus-premolar dengan mengukur jarak antara distal insisivus lateral sampai mesial molar pertama permanen. 4. Bandingkan jumlah ruang yang tersedia dengan ruang yang diperkirakan.

2.5.2 Analisis Tanaka-Johnston

Analisis Tanaka-Johnston diperkenalkan pada tahun 1974 yang dikembangkan dari 506 sampel yang berasal dari keturunan Eropa Utara. 13 Analisis ini merupakan pengembangan dari analisis Moyers dan tidak membutuhkan foto radiografi maupun tabel sehingga praktis digunakan. Metode Tanaka-Johnston memiliki koefisien korelasi sebesar 0,63 untuk rahang atas dan 0,65 untuk rahang bawah. Rumus analisis Tanaka- Johnston dapat dilihat pada rumus dibawah ini. 13,15,19 Rumus : ● Perkiraan lebar mesiodistal kaninus dan premolar permanen rahang bawah dalam satu kudran : = ∑ ����� ����������� ������� ��������� ������ ����� � + ��, � �� ● Perkiraan lebar mesiodistal kaninus dan premolar permanen rahang atas dalam satu kudran : = ∑ ����� ����������� ������� ��������� ������ ����� � + �� ��

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Ukuran Mesiodistal Gigi

2.6.1 Genetik

Lebar mesiodistal gigi juga dipengaruhi oleh genetik. 26 Penelitian Hucal membandingkan antara 97 pasangan kembar monozigot dan dizigot ditemukan bahwa terdapat hubungan faktor genetik yang kuat pada kembar monozigot terhadap ukuran gigi dan morfologi gigi. 5 Berdasarkan pengetahuan terkini, jaringan-jaringan utama yang dapat mengalami deformitas dentofasial karena pengaruh genetik antaranya termasuk gigi yang meliputi ukuran, bentuk, jumlah, mineralisasi gigi, letak erupsi, dan posisi benih gigi. 21 Berdasarkan kedua penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara faktor genetik dengan ukuran gigi.

2.6.2 Jenis Kelamin

Pada penelitian Al-Bitar dkk., mengenai pengukuran lebar mesiodistal gigi permanen pada 367 orang Jordania dengan menggunakan kaliper, diperoleh bahwa laki- laki memiliki ukuran gigi yang lebih besar dari perempuan dan gigi insisivus lateralis maksila memiliki tingkat variabilitas lebih besar sementara gigi molar pertama memiliki tingkat variabilitas terendah dalam ukuran lebar mesiodistal. 20 Hal ini disebabkan oleh periode proses amelogenesis yang panjang pada gigi desidui dan permanen laki-laki, sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran gigi sangat dipengaruhi oleh jenis kelamin, dimana ukuran gigi laki-laki lebih besar dibandingkan dengan perempuan. 6,29,30

2.6.3 Lingkungan

Hucal menyatakan variasi ukuran gigi merupakan pencerminan proses evolusi yang sedang berlangsung. Variasi lebar mesiodistal gigi dapat disebabkan oleh variasi ras, gender, dan lingkungan. 5 Faktor lingkungan yang dimaksudkan adalah nutrisi. Nutrisi sebagai faktor pertumbuhan dapat mempengaruhi erupsi, proses kalsifikasi, bahkan bentuk dan ukuran gigi. Keterlambatan waktu erupsi gigi dapat dipengaruhi oleh faktor kekurangan nutrisi, seperti vitamin D. Ukuran gigi terkait dengan faktor lingkungan setelah kelahiran hanyalah sedikit pengaruhnya. 6,31

2.6.4 Ras Proto-Melayu

Ras adalah sekelompok manusia yang dapat dibedakan dari kelompok lain dengan ciri-ciri jasmaniah tertentu yang diperoleh dari keturunan, sesuai dengan hukum genetika. 32,33 Indonesia terdiri atas beragam suku bangsa. Suku-suku bangsa tersebut awalnya berasal dari ras Mongoloid dan Australomelanesid yang membentuk sub-ras Proto Melayu. Kelompok manusia pada gelombang pertama yang tiba di kepulauan Indonesia, dikenal sebagai ras Melayu Tua atau Proto Melayu. Kelompok Proto Melayu datang sebelum 3000 SM dari Yunan melalui Indo Tiongkok untuk mencapai Indonesia. 32 Ras Proto-Melayu terdiri atas suku Batak di Sumatera Utara, Gayo, Sasak, dan Toraja di Sulawesi Barat. Ras Proto-Melayu yang menempati pulau Sumatera adalah suku Batak. 15 Suku Batak memiliki beberapa sub suku yang masih memiliki ikatan kuat antara satu dengan lainnya, yaitu sub suku Toba, Mandailing, Karo, Simalungun, dan Pakpak. Namun ada juga yang menyebut sebelas, yaitu kelima sub tersebut ditambah dengan Pasisir, Angkola, Padang Lawas, Melayu, Nias dan Gayo. 33 Sutan dalam penelitiannya mengatakan bahwa lebar mesiodistal gigi suku Batak lebih besar dari suku Jawa dan Madura, tetapi lebih kecil dibandingkan ras campuran Proto-Melayu dan Deutro- Melayu. 15 Perbedaan latar belakang rasetnik dapat mempengaruhi perkembangan gigi geligi dan perkembangan oklusal seseorang. 14 Hucal melakukan penelitian variasi besar gigi permanen yang terdapat pada berbagai ras. Penelitian perbedaan lebar mesiodistal pada gigi rahang atas dilakukan pada sampel orang kulit putih di Amerika, Jepang, suku Aborigin di Australia, dan Norwegia. Dari data yang didapatkan, Hucal menyimpulkan bahwa besar gigi permanen sangat bermacam-macam pada setiap ras yang berbeda. 5

2.7 Kerangka Teori

Perbandingan Prediksi Leeway Space dengan Menggunakan Analisis Tanaka-Johnston dan Analisis Moyers Pada Murid Sekolah Dasar Suku Batak di Kota Medan Deutro-Melayu Proto-Melayu Kaukasoid Mongoloid Negroid Ras Lingkungan Jenis Kelamin Genetik Radiografi Kombinasi Analisa ruang pada masa gigi bercampur Faktor yang mempengaruhi ukuran mesiodistal gigi Leeway space Fase Transisi Kedua Fase Intertransisi Persamaan regresi Tanaka-Johnston dan Moyers Periode Perkembangan Gigi Geligi Pra dental Desidui Bercampur Permanen Fase Transisi Pertama Suku Batak Suku Toraja Suku Sasak Suku Gayo

2.8 Kerangka Konsep