61
kalau yang mengajari si ribka anaknya itu tulang, kalo keperluan lainnya nantulang yang ngurus.”
Sumber: Hasil wawancara, 05 Mei 2015, pukul 20.00 wib – selesai
Hal ini juga di pertegas oleh peryataan Ibu Berniati: “dalam mengerjakan pekerjaan rumah, kami lakukan bersama-
sama, yang mana pekerjaan yang bisa dikerjai ya dikerjai, biasanya itu si iges anaknya cuci piring, ngepel, kalo bapaknya
nyiram bunga, kalo nantulang masak lah.”
Sumber: Hasil wawancara, 05 Mei 2015, pukul 19.00 wib – selesai
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap informan terlihat bahwa pengambilan keputusan di bidang pengeluaran kebutuhan pokok di
keluarga dilakukan oleh suami dan istri, dimana istri yang lebih dominan.
4.3.2.3 Pengambilan Keputusan Di Bidang Pembentukan Keluarga
Pengambilan keputusan di bidang pembentukan keluarga adalah proses interaksi antara suami dan istri dalam membuat keputusan yang mendukung
keberlangsungan keluarga dan masing-masing anggota keluarga berupa keputusan untuk sekolah anak, pembuatan peraturan didalam keluarga, melakukan investasi,
membantu sanak saudara baik dari pihak suami maupun istri. Dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan menyekolahkan
anak tidak sepenuhnya di tangan istri melainkan melibatkan suami, dengan begitu peran tradisional perempuan terkait sektor domestik urusan rumah tangga cepat atau
lambat mulai mengalami perubahan. Seperti yang dikemukakan oleh Ibu Ratna: “kalo yang berhubungan dengan sekolah Ribka anaknya tulanglah,
karena tulang mu yang lebih ngerti lagian kalau dirumahkan bapaknya yang ngajarin si ribka, jadi lebih tau lah tulang kalau soal
itu. Memang mintak pendapat tapi yang nentuin tulang mu juga.”
Sumber: Hasil wawancara, 05 Mei 2015, pukul 20.00 wib – selesai
62
Namun, berbeda bagi sebagian keluarga yang mana pengambilan keputusan dalam menyekolahkan anak diputuskan oleh istri. Seperti yang dikemukan oleh
keluarga Ibu Esra: “ kalo urusan sekolah les anak-anak, saya maminya yang ngurus
karna bapaknya gak ada waktu. Jadi saya ajalah yang menyempatkan waktu saya.”
Sumber: Hasil wawancara, 21 Mei 2015, pukul 16.00 wib – selesai Hal yang serupa juga disampaikan oleh Ibu Lastri:
“untuk urusan sekolah anak-anak itu ibu yang ngurusin, tapi ibu bertanya terlebih dahulu sama anak-anak ibu misalnya kemana yang
mereka inginkan.” Sumber: Hasil wawancara, 08 Juni 2015, pukul16.00 wib – selesai
Dalam pengambilan keputusan yang berhubungan pembuatan peraturan di keluarga dan pemilihan tempat tinggal, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
dengan informan umumnya dibicarakan dengan suami dan masing-masing memiliki kesempatan untuk membuat peraturan dalam keluarga. Seperti pernyataan Ibu
Berniati: “... Iya, kebersamaan dalam keluargalah, kita kok yang menjalaninya
sama-sama. Tapi yang lebih dominan ya istri lah apalagi menyangkut urusan anak. Karena yang lebih dekat kan maminya jadi lebih tahu
lah apa yang seharusnya dilakukan dan yang dilarang. Kalau dirumah nantulang memeng kayak gitu, gaka tau lah knapa uda dari
dulu memang gitu”. Sumber: Hasil wawancara, 05 Mei 2015, pukul 19.00 wib – selesai
Hal yang sama ditambahkan Ibu Ratna: “ada yang dibuat tulang ada yang dibuat nantulang. Misalnya kalo
aturan yang dibuat tulang itu kalo pagi-pagi harus sarapan, sedangkan yang nantulang bangun itu harus jam 5 taulah si Ribka
kalo beres-beres itu lama.” Sumber: Hasil wawancara, 05 Mei 2015, pukul 20.00 wib – selesai
Dalam menentukan investasi keluarga, pada umumnya istri membicarakan bersama suami terlebih dahulu, meskipun nantinya yang memutuskan tetap istri,
63
berhubung yang tahu kondisi keuangan keluarga adalah istri. Seperti pernyataan Bapak Suyanto,
“ kalo untuk investasi itu biasanya kita diskusikan dulu berdua, meskipun nantinya istri yang memutuskan.”
Sumber: Hasil wawancara, 24 Juni 2015, pukul 17.00 wib – selesai
Hal serupa dikatakan Ibu Ratna: “soal itu saya yang lebih nyari tau, nanti kalo udah pasti ku kasih
taulah sama tulangmu, ya paling kalo bagus usul nantulang di iyakannya aja.”
Sumber: Hasil wawancara, 05 Mei 2015, pukul 20.00 wib – selesai
Namun, berbeda dengan Ibu Berniati yang memutuskan sendiri bahkan tidak diketahui oleh suaminya, seperti penuturannya:
”kalo soal investasi itu saya yang lebih condong, di satu sisi ada yang suami tahu, di sisi lain ada yang tidak suami tahu.”
Sumber: Hasil wawancara, 05 Mei 2015, pukul 19.00 wib – selesai
Dalam pengambilan keputusan untuk membantu sanak saudara baik dari pihak suami maupun isteri, umumnya para informan membicarakan secara bersama-
sama akan tetapi keputusan akhir lebih dominan diputuskan istri. Seperti yang disampaikan oleh ibu Ratna:
“keputusan bersama, tapi lebih seringlah nantulang yang mutuskan dan mengasih, karna uang kan nantulang yang memegang.”
Sumber: Hasil wawancara, 05 Mei 2015, pukul 20.00 wib – selesai
Hal serupa juga di tambahkan oleh Ibu Yenni: “kalo kami bicarain dulu, biasanya kalo mau ngasih ke keluarga
kakak, diusahain suami kakak lah yang ngasih, baru kalo mau ngasih ke keluarganya kakak lah yang ngasih.
Sumber: Hasil wawancara, 17 Mei 2015, pukul 17.00 wib – selesai
Ditambahkan Ibu Berniati: “Biasanya itu yang mutusin saya, dan saya terapkan kepada suami
dan anak-anak untuk membiasakan diri berjiwa sosial”. Sumber: Hasil wawancara, 05 Mei 2015, pukul 19.00 wib – selesai
64
Berdasarkan hasil wawancara dan analisis bahwa pengambilan keputusan di bidang pembentukan keluarga yang terdiri dari beberapa keputusan seperti
menyekolahkan anak, peraturan dirumah, investasi, dan membantu keluarga dapat disimpulkan bahwa dilakukan oleh suami dan istri bersama, dimana istri lebih
dominan.
4.3.2.4 Pengambilan Keputusan Di Bidang Kegiatan Sosial