Sehingga bentuk hipotesanya adalah sebagai berikut :
1 X
LogY
Jika terjadi kenaikan pada X
1
pembiayaan jalan maka Y pertumbuhan ekonomi akan mengalami kenaikan, ceteris
paribus.
2 X
LogY
Jika terjadi kenaikan pada X
2
jumlah kendaraan bermotor maka Y pertumbuhan ekonomi akan mengalami kenaikan, ceteris
paribus.
3 X
LogY
Jika terjadi kenaikan pada X
3
pajak kendaraan bermotor maka Y pertumbuhan ekonomi akan mengalami kenaikan, ceteris
paribus.
3.5 Test Of Goodness Of Fit Uji Kesesuaian
1. Koefisien Determinasi R-Square
Koefisien Determinasi yang dinotasikan R², merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi karena dapat menginformasikan baik atau tidaknya
model regresi yang di estimasi. Nilai koefisien determinasi mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel terikat dapat diterangkan oleh variabel
bebasnya. Bila R² = 0 artinya, variasi dari variabel terikat dapat diterangkan oleh variabel bebasnya
Universitas Sumatera Utara
2. Uji F-statistik Uji Keseluruhan
Uji F statistik dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut : Ha : b1 = 0…………………………..i = 1 ada pengaruh
Ho : b1 = b2 = bk…………………...bk = 0 tidak ada pengaruh
Nilai F-
hitung
dapat diperoleh dengan rumus : F-
hitung
=
1 1
2 2
k n
R k
R
Keterangan : R
2
= koefisien Determinasi K = Jumlah variabel independen
n = Jumlah sampel
Dengan kriteria pengujian pada tingkat kepercayaan 1 – α 100
sebagai berikut : Ho diterima jika F F
α Ho ditolak jika F F
α Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan F
tabel. Jika F-
hitung
F-
tabel
maka Ho ditolak, yang berarti variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
3. Uji t-statistik Uji Parsial
Uji t-statistik dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel independent X
1
, X
2
, X
3
secara parsial terhadap variabel dependen Y. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut :
Ho : bi = b Ha : bi
≠ b Dimana bi adalah koefisien variabel independent ke-ii nilai parameter
hipotesis, biasanya b dianggap = 0. artinya tidak ada pengaruh variabel xi terhadap Y. bila nanti t-
hitung
t-
tabel
maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independent yamg diuji
berpengaruh secara nyata signifikan terhadap variabel dependen.
3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik meliputi :
1. Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi, apakah terdapat korelasi variabel independen diantara satu sama lainnya.
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai R squarenya, F
hitung
, t
hitung
serta standar error. Adanya multikolinearitas ditandai dengan :
1. Standar error tidak terhingga
2. Tidak ada satupun t statistik yang signifikan pada
α = 10, α = 5, α = 1
3. Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori
4. R square sangat tinggi
Universitas Sumatera Utara
2. Autokorelasi
Autokorelasi terjadi apabila error term μ dari periode waktu yang
berbeda Observasi Data Cross Section berkorelasi. Dikatakan bahwa Error term berkorelasi atau mengalami korelasi serial apabila variabel
ei, ej ≠ 0 untuk i ≠ j. dalam hal ini dapat dikatakan memiliki masalah
autokorelasi. Terdapat beberapa cara untuk menguji keberadaan autokorelasi yaitu :
1. Dengan memplot grafik
2. Dengan Durbin Watson Uji D-W test
D-hitung = t
e et
et
2 2
1
Dengan hipotesis sebagai berikut : Ho :
ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi Ha :
ρ ≠ 0, artinya ada autokorelasi Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen
tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin Watson untuk berbagai nilai
α. Hipotesis yang digunakan adalah :
Universitas Sumatera Utara
0 dl du 2 4-du 4-dl 4
Gambar 3.1 Kurva Durbin Watson Test
Dimana :
Ho : tidak ada autokorelasi Dw dl
: tolak Ho ada korelasi positif Dw 4-dl
: tolak Ho ada korelasi negatif Du Dw 4-du : terima Ho tidak ada korelasi
dl ≤ Dw ≤ du : pengujian tidak bisa disimpulkan inconclusive
4-du ≤ Dw ≤ 4-dl : pengujian tidak bisa disimpulkan inconclusive
3.7 Defenisi Operasional