BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Permasalahan filsafat secara garis besar menyentuh wilayah-wilayah tertentu dalam penyelidikannya. Hubungan masing-masing sangat erat dan ada
keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, sehinga menjadi mustahil bagi seorang yang mengadakan telaah falsafi tanpa mengungkap secara sistematis
permasalahan tersebut. Medan dan wilayah yang dimaksud adalah ontologi, epistimologi, dan aksiologi.
Metafisika ontologi memperkatakan masalah yang berkaitan dengan tiap ada atau yang dianggap ada, juga hakikat ada. Segala yang menyangkut
pengetahuan dianggap diperkatakan oleh teori pengetahuan epistimologi. Manusia dalam tindakan dan laku perbuatannya digerakkan oleh nilai-nilai
aksiologi. Mengetahui masuk ke dalam wilayah teori pengetahuan dan sesuatu masuk ke dalam metafisika, teori pengetahuan dan teori metafisika bermuara pada
teori nilai.
1
Karenanya, menjadi penting untuk sedikit mengungkapkan arti nilai dalam bahasan ini. Karena nilai merupakan “sesuatu” yang menjadi ultimate goal
tujuan akhir dari segala aktivitas penyelidikan ontologis dan epistimologis dalam telaah filosofi.
2
Nilai adalah ukuran untuk menghukum atau memilih tindakan dan tujuan tertentu. Nilai sesungguhnya tidak terletak pada barang atau peristiwa, tetapi
manusia memasukkan nilai ke dalamnya, jadi, barang mengandung nilai, karena subjek yang tahu dan menghargai nilai itu. Tanpa hubungan subjek atau objek,
nilai tidak ada. Suatu benda ada sekalipun manusia tidak ada. Tapi benda itu tidak bernilai, kalau manusia tidak ada. Karena itu, nilai adalah cita, idea, bukan fakta.
1
Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat: Pengantar Kepada Teori Nilai, Jakarta: Bulan Bintang, 1981, h. 468-469.
2
Sidi Gazalba. Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi dan Sosiografi, Jakarta: Bulan Bintang, 1987, Cet. 2, h. 217.
Sebab itulah, tidak ada ukuran-ukuran yang obejaktif tentang nilai dan karenanya ia tidak dapat dipastikan secara kaku.
3
Nilai boleh juga dikatakan sebagai suatu prinsip, tolok ukur, atau sifat yang dianggap berharga atau diharapkan. Nilai adalah keyakinan dan kepercayaan
yang memberi makna dalam hidup kita. Nilai-nilai memberi kita arah dan petunjuk.
Sumber nilai bukan pikiran tapi hati perasaan. Karena itu, soal nilai berlawanan dengan soal ilmu. Ilmu terlibat dalam fakta, sedangkan nilai dengan
cita. Salah benarnya suatu teori ilmu dapat dipikirkan. Indah - Jeleknya suatu barang dan baik buruknya suatu peristiwa dapat dirasakan. Sedangkan perasaan
tidak ada ukurannya, karena tergantung kepada setiap orang. Jadi, subjektif sekali.
4
Menurut Hoffmeister, nilai adalah implikasi hubungan yang diadakan oleh manusia yang sedang memberi nilai pada suatu benda dengan suatu ukuran.
5
Nilai merupakan realitas abstrak. Nilai kita rasakan dalam diri kita masing-masing
sebagai daya dorong atau prinsip-prisip yang menjadi penting dalam kehidupan, sampai pada suatu tingkat, dimana sementara orang lebih siap untuk
mengorbankan hidup mereka daripada mengorbankan nilai.
6
Maka, pada saat orang-orang sepakat sangat sedikit sekali hal yang bisa dilakukan dengan sedikit keunggulan kepribadian pendidikan untuk sebuah
kesuksesan dan keberhasilan suatu organisasi atau profesi yang digelutinya, dipimpinnya atau dikendalikan olehnya, maka gagasan akan pentingnya
pendidikan menjadi semakin membuat penasaran. Pentingnya pendidikan, nilai- nilai luhur; harus dimiliki agar dapat menarik orang siswa untuk simpati
padanya, orang terpikat dengan apa yang dibicarakannya, dilakukannya,
3
Sidi Gazalba, Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi dan Sosiografi, Jakarta: Bulan Bintang, 1987, Cet. 2, h. 217-218.
4
Pudjijanto, Etika Sosial dalam Sistem Nilai Bangsa Indonesia, dalam Dialog Manusia, Filsafat, Budaya, dan Pembangunan,
Malang: YP2LPM, 1984, h. 176.
5
Yvon Ambriose, Pendidikan Nilai, dalam E.M. K. Kaswardi peny. Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000,
Jakarta: Gramedia, 1993, h. 20.
6
Yvon Ambriose, Pendidikan Nilai, dalam E.M. K. Kaswardi peny. Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000,
Jakarta Gramedia, 1993, h. 27-28.
direncanakannya, dan tertarik dengan ide - idenya, serta orang berminat bekerjasama dengannya. Orang seperti ini sering berhasil dalam menjalankan
usahanya bahkan dalam proses belajar mengajar. Pendidikan mendapat peranan khusus dalam menjalani kehidupan kita.
David dan Karl percaya bahwa agar individu dapat mencapai keberhasilan di dunia yang kompleks dan penuh persaingan ini, mereka harus giat
mengembangkan kekuatan kemampuan pribadinya. Utamanya pendidikan. Dengan kata lain pendidikan adalah apa yang kita janjikan, apa yang kita
perjuangkan, dan yang lebih penting lagi usaha kita untuk melukiskannya kepada pihak luar siswa. Orang tidak dapat melihat isi hati kita, mereka hanya mampu
melakukan pemahaman dan keyakinan mereka pada apa yang kita lakukan, persepsi yang mereka bentuk berupa pengamatan tentang tindakan kita sehari-
hari.
7
Maka melalui tindakan itulah kita dapat menciptakan keunggulan kepribadian kita. Kemahiran kita dalam mengelola kepribadian.
Membentuk kepribadian yang unggul, merupakan pembentukan
kepribadian yang utuh, menyeluruh dan seimbang. Pembentukan kepribadian tersebut adalah bentuk kepribadian yang diarahkan pada pengembangan faktor
dasar bawaan dan faktor ajar lingkungan. Sehingga akan tercipta kepribadian insan yang sempurna, dapat menjadi teladan, dan menjadi individu yang
menghasilkan kontribusi bermanfaat bagi lingkungan. Pada gilirannya cita-cita tersebut di atas membutuhkan konsep yang
matang. Dalam hal ini pendidikan berperan penting. Justru dengan pendidikan banyak hal yang dapat disampaikan. Pendidikan menjadi sarana penghubung
antara satu manusia dengan yang lainnya, yang saling membutuhkan, yaitu dalam masalah pengembangan kepribadian maupun intelektual.
Pendidikan juga merupakan b imbingan dan asuhan terhadap peserta didik agar setelah menerima bimbingan dan asuhan tersebut, para peserta didik mampu
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran tersebut. Lebih dari itu, peserta
7
David McNally dan Karl D. Speak, Be Your Own Brand, Resep Jitu Meraih Personal Brand Yang Unggul
, Jakarta: Gramedia, 2004, Cet 2, h. 1 – 2.
didik juga menjadikan ajaran tersebut sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidupnya.
8
Karena memang proses pendidikan diselenggarakan diantaranya bertujuan untuk memupuk sifat-sifat pribadi sukses dengan berusaha membiasakan
menanamkan i’tikad dan kepercayaan yang benar dalam jiwa, agar menjadi orang yang berkepribadian unggul, membimbing dan membiasakan peserta didik untuk
berkepribadian mulia serta memiliki kebiasaan dan adat yang baik.
9
Dengan demikian, eksistensi manusia di muka bumi sebagai penguasa khalifah fill ardi
sangat mungkin tercipta. Penguasa di sini lebih menekankan pada tujuan mencapai kesuksesan pribadi yang efektif.
Namun apabila kita amati, dunia pendidikan dewasa ini, tampaklah adanya gejala-gejala penurunan nilai moral peserta didik, yang justru harus diusung
tinggi-tinggi. Perilaku tersebut dapat kita lihat dari beberapa kasus, seperti peserta didik yang kurang menghargai dirinya sendiri, tidak punya pandangan ke depan,
ketergantungan pada orang lain, serta lebih bersikap pasif. Kemudian akan mengarah kepada perbuatan negatif yang tidak produktif.
Menurut para peneliti seharusnya seorang yang efektif dan ingin sukses mempunyai beberapa sifat dan ciri kepribadian berikut: percaya diri,
berorientasikan kemanusiaan, berorientasikan tugas dan keputusan, keaslian ide kreatif, berorientasi masa depan, selalu siap mengambil resiko, mempunyai
kemampuan membuat keputusan, berorientasikan perencanaan, kemampuan mengendalikan perusahaan, dan kemampuan manajemen. Ciri-ciri tersebut akan
diterangkan lebih lanjut pada kajian teori pribadi sukses. Dari analisa di atas terlihat dan dapat dipahami bahwa wacana tersebut
mencerminkan kepribadian yang bertolak belakang dengan ciri-ciri kepribadian yang seharusnya dimiliki pribadi unggulsukses.
Salah satu hal yang mempengaruhi adalah bahan bacaan. Meskipun hasil penelitian yang diadakan beberapa penerbit buku menunjukkan daya baca remaja
masih tidak terlalu tinggi, tapi untuk lima tahun terakhir ini terjadi peningkatan
8
Zakiyah Darajat, et all., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 1992, h. 23
9
Direktorat Pendidikan Agama Islam, Kurikulum Madrasah Tsanawiyah, Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, 1975, h. 22-27.
penjualan buku-buku remaja. Novel-novel dalam hal ini menduduki urutan teratas, dari data penjualan.
10
Menyikapi fenomena ini, tampaklah bahwa buku-buku novel turut mempengaruhi perubahan kepribadian. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
Jacob Sumardjo, yang mengatakan bahwa novel merupakan ragam sastra yang saat ini sangat digemari oleh masyarakat, baik oleh pembaca maupun sastrawan.
11
Novel merupakan cerita yang berbentuk prosa. Pada dasarnya novel selalu hadir dengan sebuah gambaran atau cermin kehidupan manusia dalam mengarungi
hidup dan kehidupannya. Novel juga merupakan gambaran lingkungan kemasyarakatan serta jiwa tokoh yang hidup di suatu masa dan suatu tempat.
Secara sosiologis, manusia dan peristiwa dalam novel adalah pantulan yang ditampilkan oleh pengarang pada suatu keadaan tertentu.
12
Cerminan dan gambaran tersebutlah yang mempengaruhi pembaca yang membacanya.
Ada salah satu novel yang sangat diminati di kalangan remaja maupun
dewasa, adalah novel dengan judul Laskar Pelangi, karya Andrea Hirata. Penulis
yang memiliki hobi naik komidi putar ini menyelesaikan Strata 1-nya di bidang Ekonomi. Karya fiksi pertamanya ini adalah berupa novel yang beraliran saintifik.
Ketika novel tersebut diterbitkan dan dipasarkan, minat pembaca sangat tinggi. Ini terbukti dengan awal dicetaknya novel tersebut pada 2005 hingga mencapai
cetakan ke 13, November 2007. Dalam tataran penulis muda Indonesia Andrea Hirata termasuk salah satu
penulis yang amat menjanjikan. Hal ini dibuktikannya melalui Laskar Pelangi, menjadi novel best seller. Ini tidak mudah dilakukan oleh seorang penulis pertama
yang bukan dari kalangan sastra. Tapi Andrea mampu melakukannya, terlebih Laskar Pelangi karyanya mampu beredar di luar negeri, bahkan mencapai best
seller di Malaysia.
10
Harian Kompas tentang bukti presentase minat baca sastra tertinggi 21,1 hasil HU Sabtu, 19 Februari 2005
11
Jacob Sumardjo, Memahami Kesusastraan, Bandung: Alumni 1984, h. 53
12
Korric Layun Rampah, Suara pancaran Sastra, Jakarta: Garuda Metropolitan, 1988, h. 17
Dalam novel tersebut Andrea dapat menjaring banyak komentar dari kalangan sastra dan kalangan akademisi seperti Prof. Sapardi Djoko Damono,
guru besar sastra Universitas Indonesia, yang mengatakan: “Sebagai penulis pemula ini cukup ajaib, dengan gaya realis bertabur metafora, ini berani, tak biasa,
tak terduga, dan amat memikat.” Tentu tak terlepas dari muatan intelektualitas dan spiritualitas. Sastrawan
Ahmad Tohari mengatakan, “Andrea adalah jaminan bagi sebuah karya sastra bergaya saintifik dengan penyampaian yang cerdas dan menyentuh.”
Syafi’i Ma’arif, mantan Ketua Umum Muhammadiyah berkomentar: “Andrea langsung membidik pusat kesadaran.”
Novel pertama Andrea Hirata, Laskar Pelangi, telah berkembang bukan hanya sebagai bacaan sastra, namun sebagai referensi ilmiah. Novel ini banyak
dirujuk untuk penulisan skripsi, tesis, dan telah diseminarkan oleh birokrat untuk menyusun rekomendasi kebijakan pendidikan.
Dalam novel tersebut Andrea mengisahkan tentang perjalanan pertemanan 10 orang bocah kampung Belitong dalam menempuh pendidikan yang berkualitas.
Dengan tokoh-tokoh manusia yang sederhana, jujur, gigih, penuh dedikasi, ulet, sabar, tawakal, takwa yang dituturkan secara indah dan cerdas.
13
“Sebuah kisah tentang anak-anak yang luar biasa, yang mampu melahirkan
semangat serta kreativitas yang mencengangkan.” Harian Pikiran Rakyat
“Buku Laskar Pelangi memberiku semangat baru yang tak ternilai untuk mengajar murid-murid, meskipun kami selalu dirundung kesusahan demi
kesusahan, meskipun dunia tak peduli. Buku ini membuatku sangat bangga
menjadi seorang guru.” Herni Kusyari, guru SD di daerah terpencil.
Dari sekian pujian untuk Laskar Pelangi, maka penulis menyajikan pentingnya nilai-nilai pendidikan dalam novel tersebut dan manfaatnya bagi
peserta didik di sekolah, dalam hal ini penulis ingin memberi judul skripsi, yaitu:
Analisa Nilai-Nilai Pendidikan dan Ciri-ciri Pribadi Sukses dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata.
13
Hirata Andrea, Laskar Pelangi, Yogyakarta: PT Bentang, 2006, h. 531-533
B. Permasalahan