Analisa Nilai-nilai Pendidikan dan Ciri-ciri Pribadi Sukses dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata

(1)

SKRIPSI

ANALISA NILAI-NILAI PENDIDIKAN DAN CIRI-CIRI

PRIBADI SUKSES DALAM NOVEL LASKAR PELANGI

KARYA ANDREA HIRATA

OLEH :

BAMBANG SIDIK PRIYATNO

NIM : 104015000578

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1430 H/2009 M


(2)

Lembar Pengesahan Skripsi

ANALISA NILAI-NILAI PENDIDIKAN

DAN CIRI-CIRI PRIBADI SUKSES DALAM NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA

Skripsi ini Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

oleh :

Bambang Sidik Priyatno NIM : 104015000578

Dibawah bimbingan

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2009


(3)

KATA PENGANTAR

Tak ada yang pantas didahulukan untuk dijadikan tambatan kata ucapan terimakasih dan ruang merefleksikan rasa syukur yang setulus-tulusnya, kecuali Allah S.W.T. yang Maha Mampu (Al-Qodir) melimpahkan kekuasaan-Nya kepada hamba (penulis) berupa akal pikiran dan kecerdasan yang sedikit saja. Rasa syukur atas nikmat waktu yang diberikan, Atas kekuatan mengalahkan rasa malas dan banyak nikmat yang tak mampu penulis tuliskan walau berpeluh darah.

Maka kepada hamba-Nya yang mulia penulis bersholawat dan berdoa, karena ia layak menerima segunung lantunan kebaikan atas jasa-jasa agung yang tak ternilai. Dialah Muhammad S.A.W. sosok agung nan sabar menghadapi rupa-rupa karakter pengikutnya: yang penurut, yang cerdas, yang pemarah, pencela, pembangkang, dan banyak sifat hitam-putih para sahabat dan tabi’in yang Muhammad taklukkan. Beliaulah pembimbing ke arah aktulisasi pikiran yang diharapkan Tuhan-Nya. Allah yang Maha Mengetahui.

Lembar-lembar kertas ini penulis jadikan sebagai tempat pertanggungjawaban dan membuktikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan bahwa berbagai disiplin ilmu yang penulis pelajari pada akhirnya akan tertuang pada skripsi ini. Berikut penulis titipkan skripsi yang berjudul “Analisa Nilai-Nilai Pendidikan dan Ciri-Ciri Pribadi Sukses dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata.” Tema seperti ini sangat relevan dengan kondisi pendidikan bangsa Indonesia yang terus berkembang serta semangat hidup remaja yang pasang surut.

Sekali lagi, inilah persembahan paling berharga dari penulis sekaligus tanda terimakasih kepada keluarga besar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, umumnya kepada civitas akademik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta.

Tidak akan luput dari ingatan penulis haturkan ketulusan rasa syukur sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah berjasa, telah membantu dalam proses penelitian ini hingga selesai. Mereka yang penulis banggakan adalah:


(4)

1. Kepada pasangan paling harmonis. Wanita terkuat, paling teguh, penyabar, dan tak kenal lelah, dialah Ibunda Ruhaini yang kucintai. Allah! Ampunilah dosa-dosa beliau dan sayangilah ia seperti ia menyayangiku di waktu kecil. Ibu, aku tak kan mampu membalas air susumu. Bapak Sentana, pria unggul yang selalu berjuang setiap pagi. Keluar rumah sewaktu anak-anaknya masih terlelap dan kembali bersama senja membawa makanan yang mungkin sedikit jumlahnya, namun nikmatnya tiada terkira ketika ia ada di tengah-tengah hangatnya kebersamaan. Beliaulah tedeng aling-aling/perisai keluarga terkuat dan dibanggakan. Ya… Allah! Berikan kekuatanmu pada mereka dengan segala dinamika kehidupan.

2. Keluarga besar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan serta pihak Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah banyak membantu berbagai fasilitas penunjang penelitian. Drs. H. Nurochim, M.M., Kak Lulu El Maknun, Teh Ifah, Bang Romli. I respect to you.

3. Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, M.A., selaku pembimbing skripsi yang banyak memberi ilmu dan dukungan moral serta mengorbankan banyak waktunya untuk membimbing penulis.

4. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Selaku Dekan FITK. Bimbinglah anak-anakmu dengan ilmu yang diamanahkan-Nya. Bismillah! Bismillah! Bismillah! You can do it!

5. Kepada Bang Andrea Hirata, penulis tetralogi Laskar Pelangi, yang telah memberi izin dan berbagai bantuan kelengkapan data yang penulis butuhkan. Dan hanya Allah yang Maha Tahu segala maksud yang tidak manusia tahu dari tulisanmu.

6. Teman-teman IPS angkatan 2004 : Dede Darmawan dan Adi Abdul Hadi, mereka yang memberi semangat selama proses bimbingan bersama penulis. Semoga Allah memberi segala kebaikan pada kalian. Amin!!! Juga kepada Suharto, Sainan, Lukman, Yuli, Zahra, Maryam, Haris, Hardi, Tarminah, Syaiful, Ade, M. Mahfud, Faisal, Siam, Euis,


(5)

Sarah, Hasanah, Reni, Iman, Fadhil, Gilang, Topan, Solahuddin, dan Dwi.

7. Secara istimewa terima kasih tak terhingga untuk Yayu Yayah J., Kak Tama, Iin Tabiin, Lillah, Luthfi, Alif R. al-Qaady, dan Adinda Ityanu Rahmatin yang menjadi sumber inspirasi serta pengingat akan khilaf-khilaf yang penulis lakukan. Serta canda tawa menyegarkan hati dan fisik. Terima kasih banyak!!!

8. Untuk sahabat dan teman-teman komunitas seni: di Forum Lingakar Pena Cabang Ciputat (FLP_C) atas diskusi tentang dunia kepenulisan. Teman-teman Lingkar Sastra Tarbiyah (LST). Teman-teman POSTAR (Pojok Seni Tarbiyah). Dan The Sangkar Burung Kost.

9. Kepada rekan-rekan tim guru Adzkia Islamic School Daarut Tauhiid yang memotivasi penulis, seluruh siswa-siswi SMP-SMA AIS, serta sahabat-sahabat di Daarut Tauhiid Jakarta.

10.Akhirnya kepada seluruh guruku, teman-teman jauh dan dekat yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, tanpa mengurangi rasa hormat dan terima kasih atas sumbangan doa dan bantuan langsung maupun tidak. Dan kepada seluruhnya, semoga Allah selalu membimbing ke jalan-Nya dan memberi kebebasan berfikir untuk mencapai ridlo-Nya. Amiin!!!

Jakarta, 04 Mei 2009 Bambang Sidik Priyatno


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……….……… i

DAFTAR ISI ……… iv

DAFTAR TABEL ...……… ix

BAB I : PENDAHULUAN ………. 1

...

...

...

...

! "

BAB II : DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL

...

# ! $

1...%

! # $

$ &


(7)

' %

(

) (

2...

& % # & *

3...

&

4...

% & $

...

%! # +!,

-1...%

! # +!,

-...

!

& ...

! ! ! ! (

' ...

*

...

.

2.../

' .

3....

0 0 1' & 2


(8)

...3

) " 4 # 4 $

1...

!

(-2...

%

(-3...

& "

(-...%

" 1 " 4 (

BAB IV : ISI NOVEL LASKAR PELANGI ... 32

...

(

...

((

...

! " ((

...

! + ((

( ...

0 ! ! 4 # (*

...

! ! ! ! (.

...

! ! (.

...


(9)

&...

! ! ! ! (2

' ...

! ! ! (2

...

! ! ! (2

...

! ! & (2

...

! ! (2

...+

4 (2

&... (2 ' ...

( ( ...

( * ...

!# 6 & +!, %

! +!, (

BAB V : NILAI-NILAI PENDIDIKAN DAN CIRI-CIRI PRIBADI

SUKSES DALAM NOVEL LASKAR PELANGI ... 40

...+

1

*-...


(10)

*-...7

& & &

*-( ...8

& *

* ...

* . ...

" *

2 ...

/ % *

...

1' & *

...%

*

...

69 % *

( ...

# 6 # ' " *

* ...

9 ) & # *

. ...

/ *(

2 ...

% % " *(

...%

*(

...%


(11)

...%

# **

...%

+ 1 1' &

!, % " 4 *.

BAB VI : ANALISA TEORITIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN DAN

CIRI_CIRI PRIBADI SUKSES DALAM NOVEL LASKAR PELANGI ... 46

...

! ! *2

...+

1 *2

...

*2 &...

7 & & & *

' ...

.

...7

.(

...8

& ..

...

/ % ..

...

1' & .

...%


(12)

&...

6 9 % .

' ...

# # ' "

2-...

/ 2

...

% % " 2(

...%

2.

...%

: !, 22

...

# +!, # % #

2 BAB VII : PENUTUP ... 69

...%

# 2$

...

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

Unsur-unsur Novel ... 21 Kerangka Teori Novel Laskar Pelangi ... 39 Kerangka Nilai-nilai Pendidikan dan Ciri-ciri Pribadi Sukses dalam


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Permasalahan filsafat secara garis besar menyentuh wilayah-wilayah tertentu dalam penyelidikannya. Hubungan masing-masing sangat erat dan ada keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, sehinga menjadi mustahil bagi seorang yang mengadakan telaah falsafi tanpa mengungkap secara sistematis permasalahan tersebut. Medan dan wilayah yang dimaksud adalah ontologi, epistimologi, dan aksiologi.

Metafisika (ontologi) memperkatakan masalah yang berkaitan dengan tiap ada atau yang dianggap ada, juga hakikat ada. Segala yang menyangkut pengetahuan dianggap diperkatakan oleh teori pengetahuan (epistimologi). Manusia dalam tindakan dan laku perbuatannya digerakkan oleh nilai-nilai (aksiologi). Mengetahui masuk ke dalam wilayah teori pengetahuan dan sesuatu masuk ke dalam metafisika, teori pengetahuan dan teori metafisika bermuara pada teori nilai.1 Karenanya, menjadi penting untuk sedikit mengungkapkan arti nilai dalam bahasan ini. Karena nilai merupakan “sesuatu” yang menjadi ultimate goal (tujuan akhir) dari segala aktivitas (penyelidikan) ontologis dan epistimologis dalam telaah filosofi.2

Nilai adalah ukuran untuk menghukum atau memilih tindakan dan tujuan tertentu. Nilai sesungguhnya tidak terletak pada barang atau peristiwa, tetapi manusia memasukkan nilai ke dalamnya, jadi, barang mengandung nilai, karena subjek yang tahu dan menghargai nilai itu. Tanpa hubungan subjek atau objek, nilai tidak ada. Suatu benda ada sekalipun manusia tidak ada. Tapi benda itu tidak bernilai, kalau manusia tidak ada. Karena itu, nilai adalah cita, idea, bukan fakta.

1

Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat: Pengantar Kepada Teori Nilai, (Jakarta: Bulan Bintang, 1981), h. 468-469.

2

Sidi Gazalba. Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi dan Sosiografi, (Jakarta:Bulan Bintang, 1987), Cet. 2, h. 217.


(15)

Sebab itulah, tidak ada ukuran-ukuran yang obejaktif tentang nilai dan karenanya ia tidak dapat dipastikan secara kaku.3

Nilai boleh juga dikatakan sebagai suatu prinsip, tolok ukur, atau sifat yang dianggap berharga atau diharapkan. Nilai adalah keyakinan dan kepercayaan yang memberi makna dalam hidup kita. Nilai-nilai memberi kita arah dan petunjuk.

Sumber nilai bukan (pikiran) tapi hati (perasaan). Karena itu, soal nilai berlawanan dengan soal ilmu. Ilmu terlibat dalam fakta, sedangkan nilai dengan cita. Salah benarnya suatu teori ilmu dapat dipikirkan. Indah - Jeleknya suatu barang dan baik buruknya suatu peristiwa dapat dirasakan. Sedangkan perasaan tidak ada ukurannya, karena tergantung kepada setiap orang. Jadi, subjektif sekali.4

Menurut Hoffmeister, nilai adalah implikasi hubungan yang diadakan oleh manusia yang sedang memberi nilai pada suatu benda dengan suatu ukuran.5 Nilai merupakan realitas abstrak. Nilai kita rasakan dalam diri kita masing-masing sebagai daya dorong atau prinsip-prisip yang menjadi penting dalam kehidupan, sampai pada suatu tingkat, dimana sementara orang lebih siap untuk mengorbankan hidup mereka daripada mengorbankan nilai.6

Maka, pada saat orang-orang sepakat sangat sedikit sekali hal yang bisa dilakukan dengan sedikit keunggulan kepribadian (pendidikan) untuk sebuah kesuksesan dan keberhasilan suatu organisasi atau profesi yang digelutinya, dipimpinnya atau dikendalikan olehnya, maka gagasan akan pentingnya pendidikan menjadi semakin membuat penasaran. Pentingnya pendidikan, nilai-nilai luhur; harus dimiliki agar dapat menarik orang (siswa) untuk simpati padanya, orang terpikat dengan apa yang dibicarakannya, dilakukannya,

3

Sidi Gazalba, Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi dan Sosiografi, (Jakarta:Bulan Bintang, 1987), Cet. 2, h. 217-218.

4

Pudjijanto, Etika Sosial dalam Sistem Nilai Bangsa Indonesia, dalam Dialog Manusia, Filsafat, Budaya, dan Pembangunan, (Malang: YP2LPM, 1984), h. 176.

5

Yvon Ambriose, Pendidikan Nilai, dalam E.M. K. Kaswardi (peny.) Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, (Jakarta: Gramedia, 1993), h. 20.

6

Yvon Ambriose, Pendidikan Nilai, dalam E.M. K. Kaswardi (peny.) Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, (Jakarta Gramedia, 1993), h. 27-28.


(16)

direncanakannya, dan tertarik dengan ide - idenya, serta orang berminat bekerjasama dengannya. Orang seperti ini sering berhasil dalam menjalankan usahanya (bahkan dalam proses belajar mengajar).

Pendidikan mendapat peranan khusus dalam menjalani kehidupan kita. David dan Karl percaya bahwa agar individu dapat mencapai keberhasilan di dunia yang kompleks dan penuh persaingan ini, mereka harus giat mengembangkan kekuatan kemampuan pribadinya. Utamanya pendidikan. Dengan kata lain pendidikan adalah apa yang kita janjikan, apa yang kita perjuangkan, dan yang lebih penting lagi usaha kita untuk melukiskannya kepada pihak luar (siswa). Orang tidak dapat melihat isi hati kita, mereka hanya mampu melakukan pemahaman dan keyakinan mereka pada apa yang kita lakukan, persepsi yang mereka bentuk berupa pengamatan tentang tindakan kita sehari-hari.7 Maka melalui tindakan itulah kita dapat menciptakan keunggulan kepribadian kita. Kemahiran kita dalam mengelola kepribadian.

Membentuk kepribadian yang unggul, merupakan pembentukan kepribadian yang utuh, menyeluruh dan seimbang. Pembentukan kepribadian tersebut adalah bentuk kepribadian yang diarahkan pada pengembangan faktor dasar (bawaan) dan faktor ajar (lingkungan). Sehingga akan tercipta kepribadian insan yang sempurna, dapat menjadi teladan, dan menjadi individu yang menghasilkan kontribusi bermanfaat bagi lingkungan.

Pada gilirannya cita-cita tersebut di atas membutuhkan konsep yang matang. Dalam hal ini pendidikan berperan penting. Justru dengan pendidikan banyak hal yang dapat disampaikan. Pendidikan menjadi sarana penghubung antara satu manusia dengan yang lainnya, yang saling membutuhkan, yaitu dalam masalah pengembangan kepribadian maupun intelektual.

Pendidikan juga merupakan b imbingan dan asuhan terhadap peserta didik agar setelah menerima bimbingan dan asuhan tersebut, para peserta didik mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran tersebut. Lebih dari itu, peserta

7

David McNally dan Karl D. Speak, Be Your Own Brand, Resep Jitu Meraih Personal Brand Yang Unggul, (Jakarta: Gramedia, 2004), Cet 2, h. 1 – 2.


(17)

didik juga menjadikan ajaran tersebut sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidupnya.8

Karena memang proses pendidikan diselenggarakan diantaranya bertujuan untuk memupuk sifat-sifat pribadi sukses dengan berusaha membiasakan menanamkan i’tikad dan kepercayaan yang benar dalam jiwa, agar menjadi orang yang berkepribadian unggul, membimbing dan membiasakan peserta didik untuk berkepribadian mulia serta memiliki kebiasaan dan adat yang baik.9 Dengan demikian, eksistensi manusia di muka bumi sebagai penguasa (khalifah fill ardi) sangat mungkin tercipta. Penguasa di sini lebih menekankan pada tujuan mencapai kesuksesan pribadi yang efektif.

Namun apabila kita amati, dunia pendidikan dewasa ini, tampaklah adanya gejala-gejala penurunan nilai moral peserta didik, yang justru harus diusung tinggi-tinggi. Perilaku tersebut dapat kita lihat dari beberapa kasus, seperti peserta didik yang kurang menghargai dirinya sendiri, tidak punya pandangan ke depan, ketergantungan pada orang lain, serta lebih bersikap pasif. Kemudian akan mengarah kepada perbuatan negatif yang tidak produktif.

Menurut para peneliti seharusnya seorang yang efektif dan ingin sukses mempunyai beberapa sifat dan ciri kepribadian berikut: percaya diri, berorientasikan kemanusiaan, berorientasikan tugas dan keputusan, keaslian ide kreatif, berorientasi masa depan, selalu siap mengambil resiko, mempunyai kemampuan membuat keputusan, berorientasikan perencanaan, kemampuan mengendalikan perusahaan, dan kemampuan manajemen. Ciri-ciri tersebut akan diterangkan lebih lanjut pada kajian teori pribadi sukses.

Dari analisa di atas terlihat dan dapat dipahami bahwa wacana tersebut mencerminkan kepribadian yang bertolak belakang dengan ciri-ciri kepribadian yang seharusnya dimiliki pribadi unggul/sukses.

Salah satu hal yang mempengaruhi adalah bahan bacaan. Meskipun hasil penelitian yang diadakan beberapa penerbit buku menunjukkan daya baca remaja masih tidak terlalu tinggi, tapi untuk lima tahun terakhir ini terjadi peningkatan

8

Zakiyah Darajat, et all., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 1992), h. 23 9

Direktorat Pendidikan Agama Islam, Kurikulum Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, 1975), h. 22-27.


(18)

penjualan buku-buku remaja. Novel-novel dalam hal ini menduduki urutan teratas, dari data penjualan.10

Menyikapi fenomena ini, tampaklah bahwa buku-buku novel turut mempengaruhi perubahan kepribadian. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Jacob Sumardjo, yang mengatakan bahwa novel merupakan ragam sastra yang saat ini sangat digemari oleh masyarakat, baik oleh pembaca maupun sastrawan.11

Novel merupakan cerita yang berbentuk prosa. Pada dasarnya novel selalu hadir dengan sebuah gambaran atau cermin kehidupan manusia dalam mengarungi hidup dan kehidupannya. Novel juga merupakan gambaran lingkungan kemasyarakatan serta jiwa tokoh yang hidup di suatu masa dan suatu tempat. Secara sosiologis, manusia dan peristiwa dalam novel adalah pantulan yang ditampilkan oleh pengarang pada suatu keadaan tertentu.12 Cerminan dan gambaran tersebutlah yang mempengaruhi pembaca yang membacanya.

Ada salah satu novel yang sangat diminati di kalangan remaja maupun dewasa, adalah novel dengan judul Laskar Pelangi, karya Andrea Hirata. Penulis yang memiliki hobi naik komidi putar ini menyelesaikan Strata 1-nya di bidang Ekonomi. Karya fiksi pertamanya ini adalah berupa novel yang beraliran saintifik. Ketika novel tersebut diterbitkan dan dipasarkan, minat pembaca sangat tinggi. Ini terbukti dengan awal dicetaknya novel tersebut pada 2005 hingga mencapai cetakan ke 13, November 2007.

Dalam tataran penulis muda Indonesia Andrea Hirata termasuk salah satu penulis yang amat menjanjikan. Hal ini dibuktikannya melalui Laskar Pelangi, menjadi novel best seller. Ini tidak mudah dilakukan oleh seorang penulis pertama yang bukan dari kalangan sastra. Tapi Andrea mampu melakukannya, terlebih Laskar Pelangi karyanya mampu beredar di luar negeri, bahkan mencapai best seller di Malaysia.

10

HarianKompas tentang bukti presentase minat baca sastra tertinggi 21,1 % hasil HU (Sabtu, 19 Februari 2005)

11

Jacob Sumardjo, Memahami Kesusastraan, (Bandung: Alumni 1984), h. 53 12

Korric Layun Rampah, Suara pancaran Sastra, (Jakarta: Garuda Metropolitan, 1988), h. 17


(19)

Dalam novel tersebut Andrea dapat menjaring banyak komentar dari kalangan sastra dan kalangan akademisi seperti Prof. Sapardi Djoko Damono, guru besar sastra Universitas Indonesia, yang mengatakan: “Sebagai penulis pemula ini cukup ajaib, dengan gaya realis bertabur metafora, ini berani, tak biasa, tak terduga, dan amat memikat.”

Tentu tak terlepas dari muatan intelektualitas dan spiritualitas. Sastrawan Ahmad Tohari mengatakan, “Andrea adalah jaminan bagi sebuah karya sastra bergaya saintifik dengan penyampaian yang cerdas dan menyentuh.”

Syafi’i Ma’arif, mantan Ketua Umum Muhammadiyah berkomentar: “Andrea langsung membidik pusat kesadaran.”

Novel pertama Andrea Hirata, Laskar Pelangi, telah berkembang bukan hanya sebagai bacaan sastra, namun sebagai referensi ilmiah. Novel ini banyak dirujuk untuk penulisan skripsi, tesis, dan telah diseminarkan oleh birokrat untuk menyusun rekomendasi kebijakan pendidikan.

Dalam novel tersebut Andrea mengisahkan tentang perjalanan pertemanan 10 orang bocah kampung Belitong dalam menempuh pendidikan yang berkualitas. Dengan tokoh-tokoh manusia yang sederhana, jujur, gigih, penuh dedikasi, ulet, sabar, tawakal, takwa (yang) dituturkan secara indah dan cerdas.13

“Sebuah kisah tentang anak-anak yang luar biasa, yang mampu melahirkan semangat serta kreativitas yang mencengangkan.” Harian Pikiran Rakyat

“Buku Laskar Pelangi memberiku semangat baru yang tak ternilai untuk mengajar murid-murid, meskipun kami selalu dirundung kesusahan demi kesusahan, meskipun dunia tak peduli. Buku ini membuatku sangat bangga menjadi seorang guru.” Herni Kusyari, guru SD di daerah terpencil.

Dari sekian pujian untuk Laskar Pelangi, maka penulis menyajikan pentingnya nilai-nilai pendidikan dalam novel tersebut dan manfaatnya bagi peserta didik di sekolah, dalam hal ini penulis ingin memberi judul skripsi, yaitu: Analisa Nilai-Nilai Pendidikan dan Ciri-ciri Pribadi Sukses dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata.

13


(20)

B. Permasalahan

Berdasarkan naskah novel Laskar Pelangi yang penulis baca, bahwa Andrea Hirata tidak merekomendasikan ‘secara langsung’ nilai-nilai pendidikan dan ciri-ciri pribadi sukses yang tertuang di dalam novel Laskar Pelangi kepada pembaca..

C. Tujuan dan Signifikansi

Secara sederhana, tujuan merupakan target yang diharapkan akan tercapai setelah melakukan sebuah pekerjaan tertentu. Jika target itu tercapai, maka pekerjaan tersebut layak disebut berhasil. Adapun tujuan skripsi yang mengambil bahasan sastra ini, diantaranya adalah untuk:

a. !,

" 4

b. ! # 1 # ' 1' # &

" !, "

4

Adapun manfaat dari penulisan skipsi ini yaitu ketika penulis beranggapan perlu adanya peranan penting akan masukan kepada dunia pendidikan dan mengetahui ilmu tentang pribadi sukses yaitu berupa karya sastra yang mengandung nilai-nilai konstruktif. Dari itu, mungkin juga novel yang dikaji dalam skripsi ini layak menjadi bahan bacaan para remaja secara nasional. Atau setidaknya, novel ini menjadi salah satu novel yang disarankan untuk dibaca para siswa oleh guru sekolah.

a. ' &


(21)

b. ' # ! !

# & & # 1# " &

# " " " # #

E. Metode Penelitian yang Digunakan

Penelitian yang penulis gunakan adalah library research. Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan bahan dan data tentang sastra dan pendidikan pribadi sukses dalam referensi yang tersedia pada perpustakaan, seperti Universitas Negeri Jakarta, Universitas Indonesia, Perpustakaan Umum Iman Jama, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan tentunya Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu penulis juga menggunakan media internet dalam mencari data dan referensi tambahan.

Sumber data utama yang penulis gunakan adalah novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Pengolahan data yang telah terkumpul tersebut, penulis menggunakan metode deskriptif analisis. Yakni data dikaji dan dianalisa, kemudian penulis mencoba menyusun berdasarkan kerangka pembahasan.

Dalam kajian ini akan disajikan berbagai pendapat para tokoh tentang sastra (estetika), tokoh pendidikan, tokoh kewirausahaan dan tokoh psikologi. Ketiga hal tersebut dipakai sebagai alat analisa terhadap novel Laskar Pelangi untuk mengurai bagaimana nilai-nilai pendidikan dan ciri-ciri pribadi sukses yang terkandung di dalamnya. Dari kajian tersebut kemudian penulis membuat kesimpulan.

Adapun teknik penulisan yang dipakai dalam skripsi ini adalah teknik penulisan yang sudah biasa dipakai dalam lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Buku pedoman penulisan skripsi ini adalah: ‘Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta’. Dengan demikian, skripsi ini akan memiliki keragaman dengan skripsi lain.


(22)

BAB III

BIOGRAFI DAN LINGKUNGAN ANDREA HIRATA

Riwayat Hidup yang penulis sajikan disini adalah dari pengakuan pengarang novel Laskar Pelangi sendiri, yaitu:

Detail nama lengkap penulis novel Laskar Pelangi adalah Andrea Hirata Seman. Andrea lahir sebagai anak ke-10 dari 11 bersaudara di Desa Gantung, Kec. Manggar, Kab. Belitung Timur. Ia lahir pada tanggal 24 Oktober. Tahunnya dirahasiakan. Ibunya adalah NA Masturah Seman Said Harun, ia seorang guru ngaji dan pedagang pakaian (membantu suaminya menafkahi keluarga). Ayah Andrea adalah Seman Said Harun.

Dalam pertumbuhannya, Andrea berbeda dibanding saudara-saudaranya. Sejak kelas 1 SD, ia selalu meminta kertas koran bekas bungkus sayuran untuk dibaca. Andrea yang pendiam sudah punya minat belajar sejak kecil. Sebelum genap umurnya enam tahun, tanpa sepengetahuan orangtuanya ia sudah mendaftar sendiri ke SD yang letaknya beberapa ratus meter dari rumahnya.

Sebenarnya, nama pertama Andrea adalah Aqil Barraq Badruddin. Secara harfiah artinya anak soleh berjidat mengilap. Sayang, nama tak sepadan dengan kelakuan yang nakal tidak terkendali. Kemudian ayahnya menyerah setelah nama pemberiannya tak ada yang mampu meredam ulah Andrea. Andrea diminta mencari nama sendiri.

Dari sebuah tulisan di majalah, ia mendapatkan nama Andrea Galliano, seorang wanita di Italia yang memanjat tiang telepon dan mengancam akan terjun jika Elvis Presley tak menjawab suratnya. Tertarik pada nama Andrea, ia memilih nama itu. Ayah dan ibunya yang sebetulnya tak setuju, hanya bisa pasrah.14

Dalam catatan biografi Andrea ini, penulis akan membagi ke dalam tiga bagian yaitu masa sekolah, masa kuliah, dan masa pengabdian dalam masyarakat. Selain itu, penulis juga akan memfokuskan penggambaran biografi Andrea kepada

14


(23)

bidang sastra. Ini penting karena ia mempelajari sastra secara otodidak atau informal.

Andrea Hirata Seman memulai pendidikan Sekolah Dasarnya di SD Muhammadiyah Belitung. Begitu juga dengan bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) nya di tempuh pada tempat yang sama, yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari rumahnya. Andrea Hirata menghabiskan masa kecilnya di Belitong. Setamat SMA, ia merantau ke Jawa, melanjutkan studi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.15

S1 dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan S2 dari Sheffield Hallam University (SHU), Inggris. Ia sempat melakukan riset di Universite de Paris, Sorbonne, Prancis dan risetnya itu, yang juga dikisahkan dalam buku ini mendapat penghargaan khusus dari SHU. Hasil riset tersebut telah ditulis Andrea dalam buku berbahasa Inggris dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Seusai meraih gelar sarjana ekonomi seperti telah ditulis di atas, ia berhasil mendapatkan beasiswa dari Uni Eropa untuk mengambil gelar master di Universite de Paris, Sorbonne, Perancis serta Sheffield Hallam University, di Inggris.16

Sekarang ia tinggal di Bandung dan bekerja di kantor pusat PT. Telkom.17

! " #

Sebagaimana diketahui, bahwa Andrea Hirata Seman adalah seorang sastrawan terkemuka, baik dari sisi produktivitasnya maupun dari keberagaman tema yang diangkat. Karya tulisnya telah menyebar dalam bentuk novel tetralogi. Karya pertamanya adalah Laskar Pelangi (best seller). Penulis novel Laskar Pelangi itu berlatar belakang pendidikan ekonomi. Tapi dia juga meminati bidang

15

www.sastrabelitong.multiply.com, Biografi Andrea Hirata, 12 Agustus 2008 16

www.sastrabelitong.multiply.com, Biografi Andrea Hirata, 12 Agustus 2008 17


(24)

keilmuan (science). Ternyata karyanya laku keras dan mendapatkan pujian dari sejumlah pakar sastra. Seperti yang diakui Andrea, Laskar Pelangi adalah kisah masa kecilnya. Masa kecil di sebuah desa miskin di Belitong. Laskar Pelangi adalah novel perdananya. Buku kedua, Sang Pemimpi, Seperti juga buku perdananya, menjadi best seller. Buku ketiganya, Edensor, dan keempat adalah Maryama Karpov. Semua karyanya merupakan tetralogi Laskar Pelangi.


(25)

BAB IV

ISI NOVEL LASKAR PELANGI

$

Setiap karya sastra tentu mengandung dan menawarkan tema tertentu. Namun apa isi tema tersebut tidak mudah ditunjukkan. Ia harus difahami dan ditafsirkan melalui cerita dan data berupa unsur-unsur pembangun cerita. Kesulitan tersebut sejalan dengan kesulitan yang dihadapi jika kita diminta untuk mendefinisikan tema.

Menurut Stanton, tema adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Namun, ada banyak makna yang dikandung dan ditawarkan oleh sebuah karya sastra. Maka masalahnya kemudian adalah makna khusus yang mana yang dapat dinyatakan sebagai tema atau jika makna tersebut dianggap sebagai bagian - bagian tema, sub tema, atau tema - tema tambahan, makna yang manakah dan bagaimanakah yang dapat dianggap sebagai makna pokok sekaligus tema pokok novel yang bersangkutan.18

Kriteria utama yang terkandung dalam karya sastra bersifat merasuki keseluruhan cerita, yakni dasar cerita yang menjadi gagasan umum. Pemilihan tema-tema tertentu ke dalam sebuah karya sastra bersifat subjektif. Masalah kehidupan manakah yang paling menarik perhatian penulis sehingga merasa terdorong untuk mengungkapkan ke dalam bentuk karya sastra.19

Adapun tema utama yang dituangkan dalam Novel Laskar Pelangi adalah perjuangan menempuh prestasi (pendidikan) yang tak kenal kata menyerah.

! % &

Dalam Laskar Pelangi terdapat beberapa latar tempat seperti nama kota atau daerah tempat peristiwa tersebut berlangsung yang disebut secara eksplisit

18

Robert Stanton, Sebuah Pengantar Fiksi, (terj.) An Introduction to Fiction, (New York: Holit, 1965), h. 20

19

Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Jogjakarta: Gajah Mada University Press, 2005), Cet. 5, h. 72


(26)

(terang, jelas, gamblang) dan ada pula yang disebut secara implisit. Secara garis besar, Belitung merupakan latar tempat yang dominan dalam Laskar Pelangi.

Sebagian besar cerita di Laskar Pelangi terjadi di Belitung. Namun secara khusus terdapat berapa tempat yang pun disebut secara dominan, yaitu:

! " #

& ;

% ' 1 ' 0 #

" ! "

-Sekolah kami adalah salah satu dari ratusan atau mungkin ribuan sekolah miskin di seantero negeri ini yang jika disenggol sedikit saja oleh kambing yang senewen ingin kawin, bisa rubuh berantakan.21

! + < + = 0 # #

& ;

Sekolah-sekolah PN Timah, yaitu TK, SD, dan SMP PN berada dalam kawasan Gedong. Sekolah-sekolah ini berdiri megah di bawah naungan Aghatis berusia ratusan tahun dan di dikelilingi pagar besi tinggi berukir melambangkan kedisiplinan dan mutu tinggi pendidikan. Sekolah PN merupakan center of excellent atau tempat bagi semua hal yang terbaik. Sekolah ini demikian kaya raya karena didukung sepenuhnya oleh PN Timah, sebuah korporasi yang kelebihan duit. Institusi pendidikan yang sangat modern ini lebih tepat disebut percontohan bagaimana seharusnya generasi muda dibina.

… Ruangan kelasnya dicat warna-warni dengan tempelan gambar kartun yang edukatif, poster operasi dasar matematika, tabel pemetaan unsur kimia, peta dunia, jam dinding, thermometer, foto para ilmuan dan penjelajah yang member inspirasi, dan ada kapstok topi. Di setiap kelas

20

Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta, Pt. Bentang Pustaka, 2006), Cet. 5, h. 14 21


(27)

ada patung anatomi tubuh yang lengkap, globe yang besar, white board, dan alat peraga konstelasi planet-planet.22

( : 0 ! ! 4 # 0

! ! 4 # 0 # ! # 1 "

! 0 " # " >

& ! ! " ) # " & '

> # 0 # # & !&

0 0 # 0

& # 0 # & & " "

! # " & & ! ! 4 #

# # ' ! # (

Sedangkan latar waktu yang digunakan dalam Laskar Pelangi ialah pada abad ke -19 dan seterusnya. Hal ini dapat dilihat pada sebuah narasi pada Novel Laskar Pelangi, yaitu:

! " #

" &

& " " " & 1 $0 ! #!

' # ! 0 & " "

& # ! ! ! "

& 1 & " ' # & '! !

! & & 1 *

Kemudian latar sosial yang diceritakan dalam Laskar Pelangi adalah tentang status sosial masyarakat Belitong dan kehidupan sosial pada waktu itu, dimana nampak sekali perbandingan jumlah populasi penduduknya. Antara orang Tionghoa dan penduduk asli Belitung. Hal itu dapat dilihat dalam narasi:

22

Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka, 2005), Cet. 5. h. 57-58

23

Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka, 2005), Cet. 5. h. 195-196

24


(28)

9 ! ! ! # #

! #!# ! % 0 ! 4! 0 !

! 0 " 1 "

" & # # # # ' 0

! 0 % 0 " # # &

# " # ! ! 0 &

& ) !" & #

! %! # ; #

# # & " "

0 !

& & # 1

9 ' " " &!

.

& '

Laskar pelangi menampilkan beberapa tokoh cerita, baik yang disebut dengan nama diri ataupun tidak. Tokoh yang disebut dengan nama diri sebanyak 14 tokoh, yaitu Ibu Muslimah, Pak Harfan, Ikal, Mahar, Lintang, A Kiong, Kucai, Bore, Harun, Sahara, Trapani, Bu Frisca, Flo, dan A Ling. Tokoh-tokoh tersebut terlibat intensif dalam peristiwa dan beberapa tokoh yang hanya muncul dalam satu peristiwa. Dan tokoh-tokoh tanpa nama diri antara lain: Ibu dari Ikal, Guru-guru sekolah PN Timah, Staff PN Timah, Orang tua murid sekolah Muhammadiyah, nelayan, buruh tambang, dll. Tokoh-tokoh yang muncul tanpa penyebutan nama tersebut merupakan tokoh yang tidak terlibat secara intensif dalam setiap peristiwa atau hanya berfungsi sebagai pelengkap.

! ! 5

Tokoh utama dalam Novel Laskar Pelangi adalah Ibu Muslimah, ia dapat dikatakan sebagai tokoh utama karena terlibat secara intensif dalam berbagai peristiwa yang membangun cerita, berhubungan dengan tokoh-tokoh

25


(29)

dalam cerita, dan menjadi pusat sorotan dalam cerita karena waktu yang digunakan untuk mengisahkan pengalaman tokoh tersebut lebih panjang.

& ! ! ! !

Tokoh Protagonis adalah Ikal dan Pak Harfan. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab II bahwa tokoh utama dan tambahan dengan tokoh protagonis dan antagonis dapat digabungkan.

' ! ! !

Tokoh antagonis dalam novel ini adalah Bu Frisca sebagai kepala sekolah PN Timah.

! ! !

Tokoh tritagonis dalam Novel Laskar Pelangi adalah ibu Muslimah. Beliau juga dapat dikatakan tokoh utama-tritagonis.

! ! &

Tokoh pembantu dalam Novel Laskar Pelangi adalah selain yang diatas.

'

Dan beberapa tokoh yang digambarkan berikut adalah tokoh yang mendominasi dan menyebar dalam rangkaian cerita pada Novel Laskar Pelangi.

+ 4

Seorang wanita muda berjilbab. Staff guru di sekolah SD Muhammadiyah. Ibu Mus adalah guru yang pandai, kharismatik, dan memiliki pandangan jauh ke depan.

& :

: ! " ! :

" ' > ' )

: " # + ' 0 # "

! &! ' > ' "


(30)

Seorang dengan bakat seni yang terpendam. Sampai pada suatu ketika dia mempunyai kesempatan untuk menunjukan bakatnya dalam tarik suara. Dari situlah kemampuan seni yang dia miliki terus berkembang. Idenya aneh dan unik. Dialah salah satu anggota Laskar Pelangi yang mengharumkan nama SD Muhammadiyah dalam hal seni. Karena tuntutan tanggung jawab keluarga dia hanya berijazah SMA, sehingga dia tidak dapat mengembangkan bakatnya lagi.

Dia lahir dari keluarga miskin yang masih ada hubungan darah kebangsaan kerajaan lama. Semangat belajarnya sangat tinggi, untuk sampai di sekolah dia harus menempuh jarah 80 km, lengkap dengan berbagai resiko yang harus dihadapi. Lintang adalah siswa sekolah Muhammadiyah yang berprestasi, cerdas di bidang sains dan pengetahuan umum. Sifatnya yang tidak sombong dengan ilmu yang dimiliki membuat teman-temannya menyukainya. Bahkan tidak jarang dia selalu membantu teman-teman kelasnya. Ia juga salah satu siswa yang mengharumkan nama SD Muhammadiyah dengan prestasi yang dimiliki. Dia tidak dapat meneruskan studinya karena tuntutan tanggungjawab keluarga. Ketika dia dewasa hanya menjadi seorang sopir.

'

Dalam Laskar Pelangi, pengarang, dalam hal ini Andrea Hirata Seman, menggunakan sudut pandang “aku” sebagai pencerita yang serba tahu atau thirth person omniscient. Dalam sudut pandang ini, cerita dikisahkan dari pengarang.

( ) * + % ' "

Buku ini merupakan kisah masa kecil pengarangnya, Andrea Hirata Seman. Kisahnya diawali dari sebuah Sekolah Muhammadiyah, salah satu sekolah kampung di pulau Belitung yang gedungnya – menurut sang pengarang – lebih mirip gudang kopra. Dengan segala keterbatasan fasilitasnya sekolah yang terdiri dari SD dan SMP ini memulai tahun ajaran barunya bersama sepuluh orang siswa


(31)

baru yang salah satu diantaranya menderita keterbelakangan mental (Harun). Sepuluh siswa, tepat di ambang batas minimal yang ditetapkan Kantor Diknas setempat. Laskar pelangi adalah nama yang diberikan ibunda guru, Ibu Muslimah, disebabkan kesukaan kesepuluh muridnya (yang nantinya di tengah cerita akan bertambah karena kehadiran gadis tomboi bernama Flo) nongkrong di atas pohon filicium untuk melihat pelangi. Selanjutnya buku ini bercerita tentang Laskar Pelangi, tentang gairah mereka dalam menuntut ilmu, tentang kecemerlangan intelegensi Lintang, tentang kecerdasan seni Mahar, tentang perseteruan Zahara dan A Kiong, tentang cerita Harun dan kucingnya, tentang cinta pertama Ikal, tentang hari-hari sepanjang sembilan tahun masa SD dan SMP yang mereka lalui di sekolah kampung itu.

Sungguh ada keterhenyakkan yang mengharukan ketika menyusuri gelombang semangat mereka sepanjang halaman buku ini. Seperti kisah Lintang yang tidak pernah membolos meski harus mengayuh sepedanya menempuh jarak 80 kilometer pulang - pergi, hingga alas kakinya yang terbuat dari ban bekas mengeluarkan bau terbakar. Belum lagi resiko yang harus dialami Lintang jika bertemu buaya. Juga tentang kisah Ibu Muslimah, guru mereka yang penuh kasih dan begitu berdedikasi mendidik mereka dengan gaji hanya 15 Kilogram beras per bulan.

Ada juga kisah pembangkangan Flo, gadis kaya anggota kesebelas Laskar Pelangi yang hanya mau sekolah di sekolah kampung itu sebagai bentuk protes terhadap ayahnya sekaligus karena ketertarikannya terhadap Mahar yang pernah menyelamatkannya.

Layaknya oase di tengah gurun pasir, buku ini seolah membawa semangat baru di tengah carut-marut dunia pendidikan di tanah air. Kepiawaian pengarang serta kejenakaannya dalam menceritakan detail keindahan Belitung, penokohan maupun keseluruhan alur cerita dalam buku ini membuat kita tidak sanggup meletakkan buku ini sebelum tuntas membacanya.


(32)

KERANGKATEORI NOVEL LASKAR PELANGI Aku Perjuangan menempuh prestasi (pendidikan) tanpa kenal Sinopsis/ Substansi Novel Laskar Pelangi Setting atau Latar Cerita Tokoh dan Penokohan N.A. Muslimah Hafsari Penokohan Ikal Bu Sisca Mahar Kucai Sahara Lintang Tokoh Antagonis Tokoh Protagoni s Tokoh Utama Tokoh Pembantu Tokoh Isi Novel Laskar

Pelangi Tema Cerita Point of View Belitong Kelenteng Pasar Ikan, Toko

Sinar Harapan (Belitong timur) Sekolah PN

SekolahSD Muhammadiyah


(33)

BAB V

NILAIPENDIDIKANDAN CIRI-CIRI PRIBADI SUKSES

DALAM NOVEL LASKAR PELANGI

A. Nilai-nilai Pendidikan

1. Tujuan Pendidikan

Sekolah-sekolah PN Timah, yaitu TK, SD, dan SMP PN berada dalam kawasan Gedong. Sekolah-sekolah ini berada di bawah naungan Aghatis berusia ratusan tahun dan dikelilingi pagar tinggi berulir melambangkan kedisiplinan dan mutu tinggi pendidikan. Sekolah PN merupakan center of excellen atau tempat bagi segala hal yang terbaik. Sekolah ini demikia kaya raya karena didukung sepenuhnya oleh PN Timah, sebuah korporasi yang kelebihan duit. Institusi pendidikan yang sangat modern ini lebih tepat disebut percontohan bagaimana seharusnya generasi muda dibina. 26

Namun anak perempuannya ini bersikeras ingin menjadi laki-laki. Setiap hari beliau berusaha memperempuankan Flo antara lain dengan memaksakanya kursus piano. Grand Piano itu didatangkan dengan kapal khusus dari Jakarta. Guru privat yang merupakan instruktur musik profesional, juga dijemput dari Tanjong Pandan. Lebih dari itu, di sela kesibukanya, bapaknya rela menunggui Flo kursus, namun yang beliau dapat tak lebih dari uapan - uapan itu. Flo bahkan tak berminat menyentuh tuts-tuts hitam putih yang berkilat - kilat karena pikirannya melayang ke suasana tempat ia latihan kick boxing dan angkat barbel.27

2. Guru sebagai Pembimbing

Pak Harfan tampak amat bahagia menghadapi murid, tipikal “guru” yang sesungguhnya, seperti dalam lingua asalnya, India, yaitu orang yang tak hanya mentransfer pelajaran, tapi juga secara pribadi menjadi sahabat dan pembimbing spiritual bagi muridnya.28

Dalam narasi yang lain:

Bagi kawanan Laskar Pelangi, Pak Harfan dan Bu Mus adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang sesungguhnya. Merekalah mentor, penjaga, sahabat, pengajar, dan guru spiritual. Mereka yang pertama menjelaskan secara gamblang implikasi amal makruf nahi mungkar sebagai pegangan kami sepanjang hayat. Mereka ajari kami membuat rumah - rumahan dari perdu apit - apit, mengusap luka - luka di kaki kami membimbing cara mengambil wudhu, melongok ke dalam sarung kami

26

Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 57 27

Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 47 28


(34)

ketika disunat, mengajari kami doa sebelum tidur, memompa ban sepeda kami, dan kadang-kadang membuatkan kami air jeruk sambal.29

3. Fasilitas dan Sumber Belajar

Gedung - gedung sekolah PN didesain dengan arsitektur yang tak kalah indahnya dengan rumah bergaya Victoria di sekitarnya. Ruangan kelasnya dicat warna-warni dengan tempelan gambar kartun edukatif, poster operasi dasar matematika, tabel pemetaan unsur kimia, peta dunia, jam dinding, termometer, foto para ilmuan dan penjajah yang menginspirasi, dan ada kapstok topi. Di setiap kelas ada patung anatomi tubuh yang lengkap, globe yang besar, white board, dan alat peraga konstelasi planet-plenet.

Di dalam kelas-kelas itu puluhan siswa brilian bersaing ketat dalam standar mutu yang tinggi. Sekolah-sekolah ini memiliki perpustakaan, kantin, guru BP, laboratorium, perlengkapan kesenian, kegiatan ekstrakulikuler yang bermutu, fasilitas hiburan dan sarana olahraga – termasuk sebuah kolam renang yang masih disebut dalam bahasa Belanda: zwembad.30

4. Pelajar Sejati

“Inilah sel Pak Karno di sebuah penjara di Bandung, di sini beliau menjalani hukuman dan setiap hari belajar, setiap waktu membaca buku. Beliau adalah salah satu orang tercerdas yang pernah dimiliki bangsa ini.”31

5. Pantang Menyerah dalam Belajar

Lintang memang tak memiliki pengalaman emosional dengan Bodenga seperti yang aku alami, tapi bukan baru sekali itu ia dihadang buaya dalam perjalanan ke sekolah. Dapat dikatakan tak jarang Lintang mempertaruhkan nyawa demi menempuh pendidikan, namun tak seharipun ia pernah bolos. Delapan puluh kilometer pulang pergi ditempuhnya dengan sepeda setiap hari. Tak pernah mengeluh. Jika kegiatan sekolah berlangsung sampai sore, ia akan tiba malam harinya di rumahnya. Sering aku merasa ngeri membayangkan perjalanannya.32

6. Pendidikan Wirausaha dan Kemandirian

Memang menyenangkan menginjak remaja. Di sekolah, mata pelajaran mulai terasa bermanfaat. Misalnya pelajaran membuat telur asin, menyemai biji sawi, membedah perut kodok, keterampilan menyulam, menata janur, membuat pupuk dari kotoran hewan, dan praktek memasak. Konon di Jepang pada tingkat ini para siswa telah belajar semikonduktor, sudah bisa menjelaskan perbedaan antara istilah analoh dan digital, sudah

29

Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 32 30

Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 57-58 31

Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 31 32


(35)

belajar membuat animasi, belajar software development, serta praktik merakit robot.33

B. Ciri-ciri Pribadi Sukses

1. Kerja keras

Setelah seharian mengajar, Bu Muslimah melanjutkan bekerja menerima jahitan sampai jauh malam untuk mencari nafkah, menopang hidup dirinya dan adik-adiknya.34

2. Networking/Jaringan Kerja

Kucai memiliki network yang luas. Ia pintar bermain kata-kata. Kalau hanya masalah perselisihan peneng sepeda dengan aparat desa, informasi dimana bisa menjual beras jatah PN, atau informasi bagaimana cara mendapatkan karcis pasar malam separuh harga, serahkan saja padanya, ia bisa memberi solusi total.35

3. Dapat/Bisa Dipercaya

Barang siapa yang kami tunjuk sebagai amir dan telah kami tetapkan gajinya untuk itu, maka apapun yang ia terima selain gajinya itu adalah penipuan!36

4. Tanggung Jawab Pemimpin

Kata - kata itu (poin a) mengajarkan arti penting memegang amanah sebagai pemimpin dan Al-quran mengingatkan bahwa kepemimpinan seseorang akan dipertanggungjawabkan nanti di akhirat…”37

5. Memanfaatkan Waktu

Jika tiba di rumah ia (Lintang) tak langsung istirahat melainkan segera bergabung dengan anak-anak seusia di kampungnya untuk bekerja sebagai kuli kopra. Itulah penghasilan sampingan keluarganya dan juga sebagai kompensasi terbebasnya dari pekerjaan di laut serta ganjaran yang ia dapat dari “kemewahan” bersekolah.38

33

Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 191 34

Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 30 35

Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 70 36

Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 71 37

Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 71 38


(36)

6. Semangat Kerja Keras dan Pantang Menyerah

Beliau menorehkan benang merah kebenaran hidup yang sederhana melalui kata-katanya yang ringan namun bertenaga seumpama titik-titik air hujan. Beliau mengobarkan semangat kami untuk belajar dan membuat kami tercengang dengan petuahnya tentang keberanian dan pantang menyerah melawan kesulitan apapun. Pak Harfan memberi kami pelajaran pertama tentang keteguhan pendirian, tentang ketekunan, tentang keinginan kuat untuk mencapai cita-cita. Beliau meyakinkan kami bahwa hidup bisa demikian bahagia dalam keterbatasan jika dimaknai dengan keiikhlasan berkorban untuk sesama. Lalu beliau menyampaikan sebuah prisip yang diam-diam menyelinap jauh ke dalam dadaku serta memberi arah bagiku hingga dewasa, yaitu bahwa hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya.39

“Tabahkan hati kalian, kelarkan seluruh kemampuan!” ledak Bu Mus memberi semangat kepada kami, para mamalia. Pak Harfan sudah tidak bisa bicara apa-apa. Tangannya membekap dada seperti orang berdoa.40

“Dalam tarian ini kalian harus mengeluarkan seluruh energi dan harus tampak gembira! Bersuka ria seperti karyawan PN baru terima jatah kain, sepeti orang Sawang dapat utangan, seperti para pelaut terdampar di sekolah perawat!”41

7. Kejujuran

Sifat lain Sahara yang amat menonjol adalah kejujurannya yang luar biasa dan benar-benar menghargai kebenaran. Ia pantang berbohong. Walaupun diancam akan dicampakkan ke dalam lautan api yang berkobar-kobar, tak satupun dusta akan keluar dari mulutnya.42

8. Kreatif dan inovatif

Para guru mengangguk-angguk salut dengan ide Mahar. Mereka salut karena selain akan menampilkan sesuatu yang berbeda, menampilkan suku terasing di Afrika adalah ide yang cerdas. Suku itu tentu berpakaian seadanya. Semakin sedikit pakaiannya – atau dengan kata lain semakin tidak berpakaian suku itu – maka anggaran biaya untuk pakaian semakin sedikit. Ide Mahar bukan saja baru dan yahud dari segi nilai seni tapi juga aspiratif terhadap kondisi kas sekolah. Ide yang sangat istimewa.43

39

Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 24 40

Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 240 41

Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 230 42

Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 75 43


(37)

C. Kesimpulan

Dari paparan kutipan beberapa narasi yang mengandung nilai - nilai pendidikan dan ciri-ciri pribadi sukses dari novel Laskar Pelangi, penulis berkesimpulan:

Nilai-nilai pendidikan (di atas) berdasarkan hasil temuan penulis, yaitu: pertama: kompetensi guru meliputi guru sebagai fasilitator dan guru sebagai pembimbing. Karakter guru fasilitator tergambar pada Pak Harfan selaku kepala sekolah. Sedangkan sosok guru sebagai pembimbing ada pada Pak Harfan dan Bu Muslimah (staff guru) di SD Muhammadiyah Belitung. Kedua: tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan yang penulis temukan dalam novel Laskar Pelangi tergambar pada kondisi sekolah PN Timah. Sekolah tersebut menerapkan kedisiplinan dan mutu tinggi pendidikan. Sekolah PN merupakan center of excellent atau tempat bagi segala hal terbaik. Oleh Andrea, sekolah ini dijadikan permisalan selayaknya instansi pendidikan yang layak dan di sanalah (di sekolah berstandar sangat baik) seharusnya generasi muda dibina. Ketiga: tentang fasilitas dan sumber belajar yang memadai tergambar pada sekolah PN. Keempat: tentang pelajar sejati, yang dianalogikan dengan budaya belajar Ir. Soekarno. Walau dalam terali besi beliau tetap terus belajar sepanjang hari dan sepanjang waktu. Kelima: tentang semangat belajar lintang (siswa) yang luar biasa. Terakhir adalah nilai pendidikan wirausaha dan kemandirian, yang mengajarkan siswa-siswi SMP Muhammadiyah tantang beberapa bidang usaha ekonomi yang menjurus kepada pembinaan kemandirian anak didik.

Sedangkan ciri-ciri pribadi sukses yang penulis temukan dalam novel Laskar Pelangi ialah:

1. Kerja keras

2. Networking/Jaringan Kerja 3. Dapat dipercaya

4. Kemandirian

5. Pantang menyerah/putus asa 6. Kejujuran


(38)

7. Kreatif dan inovatif

D. Kerangka Nilai-Nilai Pendidikan dan Ciri-ciri Pribadi Sukses dalam

Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata

Dapat dipercaya

Kerja keras

Jujur Pemanfaatan

waktu Kerja keras

Networking/ Jaringan kerja Ciri-ciri Pribadi

Pendidikan wirausaha dan kemandirian Pantang menyerah

dalam belajar Pelajar sejati Tujuan pendidikan

Tanggung jawab Fasilitas dan

sumber belajar Nilai-nilai Guru sebagai

pembimbing

Novel Laskar Pelangi

Kreatif dan inovatif


(39)

BAB VI

ANALISA TEORITIS NILAI-NILAI PENDIKAN DAN CIRI-CIRI PRIBADI SUKSES DALAM NOVEL LASKAR PELANGI

A.Analisa Teoritis dan Teori Temuan

7. Nilai-nilai Pendidikan: a. Tujuan Pendidikan

Sekolah - sekolah PN Timah, yaitu TK, SD, dan SMP PN berada dalam kawasan Gedong. Sekolah-sekolah ini berada di bawah naungan Aghatis berusia ratusan tahun dan dikelilingi pagar tinggi berulir melambangkan kedisiplinan dan mutu tinggi pendidikan. Sekolah PN merupakan center of excellent atau tempat bagi segala hal yang terbaik. Sekolah ini demikian kaya raya karena didukung sepenuhnya oleh PN Timah, sebuah korporasi yang kelebihan duit. Institusi pendidikan yang sangat modern ini lebih tepat disebut percontohan bagaimana seharusnya generasi muda dibina.44

Dalam penggalan narasi lain dari Novel Laskar Pelangi yang menggambarkan tujuan pendidikan adalah:

Namun anak perempuannya ini bersikeras ingin menjadi laki-laki. Setiap hari beliau berusaha memperempuankan Flo antara lain dengan memaksakanya kursus piano. Grand Piano itu didatangkan dengan kapal khusus dari Jakarta. Guru privat yang merupakan instruktur musik profesional, juga dijemput dari Tanjong Pandan. Lebih dari itu, di sela kesibukanya, bapaknya rela menunggui Flo kursus, namun yang beliau dapat tak lebih dari uapan - uapan itu. Flo bahkan tak berminat menyentuh tuts-tuts hitam putih yang berkilat-kilat karena pikirannya melayang ke suasana tempat ia latihan kick boxing dan angkat barbel.45

Secara umum tujuan yang telah ditetapkan oleh pendidik dan selalu dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan yang terdapat pada anak didik itu sendiri yang dihubungkan dengan syarat-syarat dan alat-alat untuk mencapai tujuan umum itu.

44

Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 57 45


(40)

Hubungan yang mengedepankan kepentingan umum, terkait dengan kepribadian manusia, nilai-nilai hidup, kesusilaan dan tidak melupakan nilai-nilai agama.

Berikut penulis memberikan contoh beberapa tujuan yang bisa dijadikan acuan standar mengapa sekolah kita harus ada: Menjadi Sekolah Yang Layak, Dicontoh & Mudah Ditiru, Menjadi Lembaga Dakwah Berbasis Pendidikan. Sekolah ini ada agar anak-anak dapat membaca Al Qur’an dengan baik & benar, Menjadi Sekolah Model Bagi Sekolah-Sekolah lain.

Jika diteliti lebih jauh maka tujuan pendidikan di atas menginginkan terbentuknya manusia yang tidak hanya peduli dan sejahtera secara pribadi sendiri. Tujuan secara umum menginginkan pendidikan dan pembelajaran dapat membentuk secara utuh empat potensi dasar pada diri manusia. Keempat unsur tersebut adalah kejernihan ilmu, daya amarah, dorongan syahwat dan kecenderungan diri pada keadilan. Walaupun keempat unsur itu akan akan banyak mengalami hambatan bahkan sulit sama sekali menerapkan keempat-empatnya, karena akan selalu ada kecenderugan pada salah satu atau beberapa hal.

Tujuan umumnya adalah untuk membuat peserta didik mampu mengimplentasikan keimanan dengan baik.

Dalam pendidikan formal, tujuan pendidikan tergambar dengan jelas dan rinci pada kurikulum. Seperti yang ditegaskan dalam undang-undang Sistem Pendidkan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal (3), bahwa pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mencapai beberapa tujuan pendidikan seperti yang dicantumkan dalam Undang - Undang Sisidiknas No. 20 tahun 2003 pasal (3), dapat ditempuh dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan cara pengajaran atau cara lain yang meliputi aspek sikap, tingkah laku, kebiasaan


(41)

dan pandangan hidup. Untuk tujuan umum tersebut, perlu adanya pengkhususan tujuan yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi tertentu. Misalnya tugas dari suatu lembaga pendidikan, bakat anak didik dan tingkatan pendidikan. Tujuan khusus pendidikan adalah tujuan pada setiap jenjang pendidikan pada setiap jenjang atau tingkat yang dilalui. Misalnya tujuan khusus pendidikan di Madrasah Aliyah berbeda dengan tujuan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah.46

b. Peran Guru sebagai Pembimbing

Sedikit banyak telah dijelaskan dalam teori pendidikan (Islam), bahwa guru adalah orang yang bertanggung jawab atas perkembangan anak didik. Bobot tanggung jawab yang diamanahkan kepada guru tentu tidak ringan. Pendidik/guru dalam menjalani amanahnya sebagai tenaga pendidik tidak hanya mentransfer ilmu tanpa mengindahkan proses KBM yang menyenangkan, tentu bukan tipikal guru yang sebenarnya. Tentu proses pembelajaran aktif iniovatif kreatif dan menyenangkan menjadi keharusan yang tanpa bisa ditawar-tawar harus terinternalisasi ke dalam proses KBM.

Dalam bukunya Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Syaiful Bahri Djamarah mengatakan bahwa Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau/mushola, di rumah, dan sebagainya.47

Dalam Novel Laskar Pelangi, nampaknya Andrea Hirata menampilkan kosep pendidikan berupa sosok guru yang berperan sebagai pembimbing bagi anak didiknya. Sebagai gambaran, berikut penulis tampilkan bagian dalam Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang mengetengahkan konsep guru sebagai pembimbing.

46

Tim Redaksi, Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 5-6

47

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), Cet. 3, h. 31


(42)

Pak Harfan tampak amat bahagia menghadapi murid, tipikal “guru” yang sesungguhnya, seperti dalam lingua asalnya, India, yaitu orang yang tak hanya mentransfer pelajaran, tapi juga secara pribadi menjadi sahabat dan pembimbing spiritual bagi muridnya.48

Dalam bagian ini, Andrea menampilkan bagaimana perilaku dan perangai seharusnya seorang guru kepada anak didik. Guru yang tak hanya mentransfer ilmu. Pada kesempatan ini Andrea menampilkan konsep guru sebagai sahabat dan pembimbing.

Seperti yang dikatakan Ikhwan al-Shafa yang dikutip oleh Muhammad Jawwad Ridla, bahwa menjadi guru pembimbing sama halnya dengan menjalankan fungsi “bapak” kedua, karena pendidik atau guru atau merupakan bapak bagi dirimu, pemelihara pertumbuhan dan perkembangan jiwamu; sebagaimana halnya kedua orang-tuamu adalah ‘pembentuk’ rupa fisik biologismu, maka guru adalah ‘pembentuk’ rupa mental rohaniahmu. Sebab guru telah ‘menyuapi’ jiwamu dengan ragam pengetahuan dan membimbingnya ke jalan keselamatan dan keabadian, seperti apa yang telah dilakukan oleh kedua orangtuamu yang menyebabkan tubuhmu terlahir ke dunia, mengasuhmu dan mengajarimu mencari nafkah hidup di dunia fana ini.49

Menjadi “Bapak” tentu perlu mengerti kondisi dan bisa menyayangi para peserta didiknya, artinya guru memiliki perhatian dan kepedulian tinggi terhadap keselamatan anak didik dari kejahatan dan kesengsaraan dunia bahkan akhirat.

Menjadi guru yang membimbing, guru seyogyanya memiliki karakter kepada peserta didik yang berkemampuan rendah, guru menyampaikan materi yang jelas, konkrit dan sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik dalam mencernanya. Jangan sampai guru menuturkan kepada pesrta didik tersebut bahwa nanti aka nada materi yang sangat rumit dan kompleks,

48

Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 23-24 49

Muhammad Jawwad Ridla, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam (Perspektif Sosiolagis – Filosofis), (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002), h. 169


(43)

karena hal itu berpengaruh buruk bagi minat belajarnya dan mengacaukan pikirannya.

Peranan guru sebagai pembimbing adalah menjembatani anak didik untuk mendapatkan iklim atau suasana belajar yang menyenangkan lengkap dengan fasilitas penunjang yang membantu anak didik dalam memahami materi pelajaran. Tentu itu yang penting diperhatikan, orientasi kepada pendidikan yang bertanggung jawab. Kalau diumpamakan kacang tidak lupa kulitnya, guru bukan pelaku pemeras tebu: habis manis sepah dibuang.

Pernyataan di atas dipertegas oleh Syaiful Bahri Jamarah: sebagai pembimbing, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana kelas yang pengap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas belajar yang kurang tersedia, menyebabkan anak didik malas belajar. Oleh karena itu, menjadi tugas guru bagaimana menyediakan fasilitas, sehingga akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan bagi anak didik.50

Penulis mengomentari tentang peran guru sebagai pembimbing yang disampaikan oleh Syaiful Bahri Jamarah, bahwa guru sebagai pembimbing yang dimaksud bukanlah guru sebagai superman yang siap menyediakan segala keperluan dalam menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Bukan juga sebagai “pembantu” yang sibuk menghadirkan fasilitas belajar. Tetapi guru juga mempunyai kewajiban atas kemampuan memiliki kreativitas dan inovasi dalam pengembangan metode dan cara mendesain suasana KBM yang baik. Secara perlahan siswa akan menunjukkan hasil bimbingan seorang guru. Dan tentunya guru senang dengan hasil tersebut.

Guru adalah manusia pembelajar yang selalu siap menghadapi dinamika yang terjadi dalam proses belajar anak didik. Berbekal kesiapan tersebut guru akan mampu menyelesaikan permasalahan berupa

50

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), Cet. 3, h. 46


(44)

kekurangan-kekurangan dalam menjalani peranannya sebagai fasilitator. Guru siap untuk menjadikan dirinya pembimbing yang serba bisa: dengan kesempurnaan berupa anggota tubuh yang lengkap, kedahsyatan otak dalam mendesain penguasaan kelas, didukung oleh kehebatan panca indera sebagai pelaksana yang selalu terkendali. Kesempurnaan penciptaan bentuk seorang makhluk yang bernama manusia (guru) sangat cukup untuk memenuhi syarat-syarat menjadi seorang pemeran pendidik yang handal. Pemeran yang selalu optimis akan berhasil.

Dalam penggalan narasi lain Andrea Hirata mendeskripsikan nilai pendidikan dari sisi peran seorang guru sebagai pembimbing.

Bagi kawanan Laskar Pelangi, Pak Harfan dan Bu Mus adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang sesungguhnya. Merekalah mentor, penjaga, sahabat, pengajar, dan guru spiritual. Mereka yang pertama menjelaskan secara gamblang implikasi amal makruf nahi mungkar sebagai pegangan kami sepanjang hayat. Mereka ajari kami membuat rumah-rumahan dari perdu apit - apit, mengusap luka-luka di kaki kami membimbing cara mengambil wudhu, melongok ke dalam sarung kami ketika disunat, mengajari kami doa sebelum tidur, memompa ban sepeda kami, dan kadang-kadang membuatkan kami air jeruk sambal.51

Peranan sebagai pembimbing menjadi salah satu peranan guru yang terpenting dari semua peran lainnya, seperti peranan sebagai fasilitator, sebagai motivator, dan lainnya. Peranan ini harus lebih dipentingkan, karena kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap. Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya. Kekurangmampuan anak didik menyebabkan lebih banyak tergantung pada bantuan guru. Tetapi semakin dewasa, ketergantungan anak didik semakin berkurang. Jadi, bagaimanapun juga bimbingan dari guru sangat diperlukan pada saat anak didik belum mampu berdiri sendiri (mandiri).52

Dalam interaksi edukatif yang berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakkanya. Guru berusaha

51

Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 32 52

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), Cet. 3, h. 46


(45)

menjadi pembimbing yang baik degan peranan yang arif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah yang harmonis antara guru dengan anak didik.

Dalam interaksi yang berlangsung, guru harus menerima dengan sadar dan mau memahami segala konsekuensi dan kendala yang menghambat jalannya proses interaksi edukatif, baik yang bersumber pada internal anak didik maupun dari lingkuangan eksternal/luar anak didik harus dihilangkan, bukan membiarkannya. Sebab keberhasilan interaksi edukatif terletak pada kemahiran guru dalam mengelola kelas.

c. Pelajar Sejati

“Inilah sel Pak Karno di sebuah penjara di Bandung, di sini beliau menjalani hukuman dan setiap hari belajar, setiap waktu membaca buku. Beliau adalah salah satu orang tercerdas yang pernah dimiliki bangsa ini.”53

Pesan yang tegas diberikan oleh Andrea kepada para pembaca Laskar Pelangi, yaitu sekelumit penggalan sejarah presiden pertama nusantara ini, Soekarno, tentang semangat belajarnya. Sudah menjadi pengakuan umum bahwa belajar tidak harus berada di ruang kelas. Pepatah “tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai ke liang lahat” sangat tepat pada konteks ini, bahwa perjalanan menimba ilmu yang butuh waktu lama dan tempat yang luas adalah benar. Ilmu ada dimana saja, setiap langkah dan setiap apa yang kita lihat itu (ilmu) yang kita dapatkan.

Pepatah Arab mengatakan: khoirul ashaabi fii azzamaani kitaabun / sebaik-baik teman sepanjang masa adalah buku.

Alasan bahwa orang mampu berbicara di depan publik secara baik dan memiliki dasar ilmu yang kuat diantaranya adalah membaca. Bahkan Rasulullah S.A.W. pertama kali menerima wahyu adalah surat yang berisikan perintah (Allah) membaca. Iqraa bismirabbika alladzi kholaq. (al-‘Alaq: 1)

53


(46)

Bagaimanapun menbaca adalah langkah awal bagi pembelajar. Namun pelajar sejati bukan hanya orang yang membaca buku. Masih banyak rangkaian untuk menjadi pelajar sejati seperti belajar dari pengalaman. Experience is the best teacher.

d. Giat Belajar

Giat belajar merupakan bentuk konkret dari rasa syukur terhadap segala nikmat Allah. Dengan giat belajar, seseorang sesungguhhnya telah meneladani karakter Nabi Adam dalam masa pertama penciptaan manusia. Sebab Allah telah mengajarkan Nabi Adam terhadap berbagai ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat untuk kehidupan di alam dunia.

Konsep giat belajar ini dapat dikaji dari berbagai ayat al-Qur’an. Salahsatunya adalah sebagai berikut.

“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dengan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Mujaadilah / 58 : 11)54

Dalam novel Laskar Pelangi, nampaknya Andrea Hirata menampilkan konsep pendidikan berupa “giat belajar” menjadi poin penting. Sebagai gambaran, berikut penulis paparkan penggalan novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang mengetengahkan konsep pendidikan tantang giat belajar.

Lintang memang tak memiliki pengalaman emosional dengan Bodenga seperti yang aku alami, tapi bukan baru sekali itu ia dihadang buaya dalam perjalanan ke sekolah. Dapat dikatakan tak jarang Lintang mempertaruhkan nyawa demi menempuh pendidikan, namun tak seharipun ia pernah bolos. Delapan puluh kilometer pulang pergi ditempuhnya dengan sepeda setiap haru. Tak pernah mengeluh. Jika kegiatan sekolah berlangsung sampai sore, ia akan tiba malam harinya di rumahnya. Sering aku merasa ngeri membayangkan perjalanannya.55

54

Departemen Agama, Al-Qur’an (terj), (Semarang: CV. ALWAAH,1995), h. 910-911 55


(47)

Dari penggalan narasi tersebut penulis mendapatkan bahwa Andrea Hirata menampilkan konsep giat belajar, pada tokoh Lintang yang sangat baik. Pada narasi tersebut didapatkan gambaran bagaimana kegigihan Lintang dalam proses menempuh pendidikan. Bahkan ia rela berkorban, mempertaruhkan nyawa, dalam perjalanan menuju sekolah sejauh 80 km walau tak jarang Lintang dihadang buaya. Dalam kesulitan itu Lintang tak pernah mengeluh meski harus tiba di rumah malam hari, karena kadang kegiatan sekolah berlangsung sore harinya.

Dalam beberapa hal, memang orang (pelajar) yang sudah ‘tergila-gila’ dengan belajar, seperti melupakan kebutuhan biologisnya, seperti makan dan olahraga demi menjaga keseimbangan fisik dalam belajar. Itu bisa terjadi karena melejitnya semangat belajar.

Semangat belajar memang sangat perlu dijaga dan terus dikembangkan. Tanpa semangat belajar tinggi dan baik, sukar mencapai prestasi yang gemilang. Kebanyakan siswa yang malas adalah bodoh. Sebab malas adalah pangkal segala keterbelakangan budaya.

e. Fasilitas dan Sumber Belajar

Gedung-gedung sekolah PN didesain dengan arsitektur yang tak kalah indahnya dengan rumah bergaya Victoria di sekitarnya. Ruangan kelasnya dicat warna-warni dengan tempelan gambar kartun edukatif, poster operasi dasar matematika, tabel pemetaan unsur kimia, peta dunia, jam dinding, termometer, foto para ilmuan dan penjajah yang menginspirasi, dan ada kapstok topi. Di setiap kelas ada patung anatomi tubuh yang lengkap, globe yang besar, white board, dan alat peraga konstelasi planet-plenet.

Di dalam kelas-kelas itu puluhan siswa brilian bersaing ketat dalam standar mutu yang tinggi. Sekolah-sekolah ini memiliki perpustakaan, kantin, guru BP, laboratorium, perlengkapan kesenian, kegiatan ekstrakulikuler yang bermutu, fasilitas hiburan dan sarana olahraga – termasuk sebuah kolam renang yang masih disebut dalam bahasa Belanda: zwembad.56

56


(48)

Fasilitas dan sumber belajar menjadi penting bagi sebuah sekolah atau lembaga pendidikan. Sebab beberapa materi pelajaran tertentu memerlukan alat bantu peraga dan media dalam penyajiannya kepada anak didik.

Sekolah PN Timah menjadi permisalan yang bagus dan secara tegas mendeskripsikan kelengkapan fasilitas dan sumber belajar.

Tentunya fasilitas dan sumber belajar yang sangat baik tersebut haruslah diimbangi dengan manajemen yang baik pula. Jika itu terealisasi, maka persaingan mencapai prestasi antar siswa akan menjadi budaya baik sekolah. Kemudian akan terbukalah kesempatan untuk “unjuk kebolehan” ke luar sekolah.

f.Pendidikan Wirausaha dan Kemandirian

Setiap orang memiliki idaman atau cita-cita untuk dapat hidup bahagia meskipun mereka barangkali kurang mempunyai pengertian yang jelas tentang apa yang sebenarnya disebut kebahagiaan itu. Untuk mewujudkan idaman hidup bahagia itu, sebagian orang berbuat dan berupaya dengan cara yang kurang tepat bahkan ada yang dengan cara melanggar hukum keadilan. Pada sebagian besar anggota masyarakat di negeri kita telah terdapat sadar tentang pentingnya kesadaran terhadap pendidikan dalam usaha mewujudkan hidup bahagia idaman mereka. Kebahagiaan hidup tidak bisa dicapai dengan diam dan berpangku tangan sambil menunggu dan berharap datang nasib baik. Kesejahteraan hidup harus dicapai dengan bekerja. Pekerjaan yang dilakukan manusia belum tentu menghasilkan sesuatu yang berarti bagi perwujudan kehidupan sejahtera yang mereka idam-idamkan. Agar pekerjaan manusia menjadi efektif, manusia harus banyak belajar.57

Pada penggalan novel Laskar Pelangi dapat kita temukan narasi yang menggambarkan bahwa untuk mencapai kesejahteraan manusia harus

57

Wasty Soemanto, Pendidikan Wirausaha, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002), Cet. 8, h. 29


(49)

banyak belajar, memperkaya ilmu, dan kemudian bekerja. Berikut penulis ketengahkan penggalan narasi tersebut.

Memang menyenangkan menginjak remaja. Di sekolah, mata pelajaran mulai terasa bermanfaat. Misalnya pelajaran membuat telur asin, menyemai biji sawi, membedah perut kodok, keterampilan menyulam, menata janur, membuat pupuk dari kotoran hewan, dan praktek memasak. Konon di Jepang pada tingkat ini para siswa telah belajar semikonduktor, sudah bisa menjelaskan perbedaan antara istilah analog dan digital, sudah belajar membuat animasi, belajar software development, serta praktik merakit robot.58

Dapat ditemukan dalam penggalan narasi dari Novel Laskar Pelangi tersebut bahwa Andrea Hirata menggambarkan pendidikan kemandirian yang diterapkan dengan jalan pelajaran yang bemanfaat. Seperti pelajaran membuat telor asin, menyemai biji sawi, membedah perut kodok, keterampilan menyulam, menata janur, membuat pupuk dari kotoran hewan, dan praktek memasak.

Dalam rangka mencapai cita-cita hidup, dewasa ini banyak sekali orang berlomba-lomba menempuh pendidikan di sekolah formal atau bahkan menyekolahkan putra-putrinya.

Namun sekarang banyak pemuda yang tertipu dengan angan-angan mereka sendiri. Mereka menyangka hanya dengan bersusah payah sekolah ke tingkat yang lebih tinggi akan dijumpai lapangan kerja, status sosial serta idaman - idaman lain. Banyak diantara mereka yang akhirnya mengandalkan ijazah tanpa memperhatikan kemampuan skill atau meremehkan kemampuan diluar secarik kertas (ijazah) yang mungkin justru membatasi kreativitas mencari jalan lain untuk mendapatkan impiannya.

Disinilah letak kreativitas, kemandirian dari pendidikan wirausaha berperan penting. Dalam penggalan narasi Novel Laskar Pelangi tersebut, Andrea Hirata mengajarkan/memberi inspirasi kepada pembaca untuk dapat menangkap pesan bahwa yang dilakukan tokoh dalam novel berupa pelajaran membuat telor asin, menyemai biji sawi, membedah perut kodok, keterampilan menyulam, menata janur, membuat pupuk dari kotoran hewan,

58


(50)

dan praktek memasak adalah pendidikan wirausaha yang mengajarkan kemandirian kepada anak didik.

8. Ciri-ciri pribadi sukses a. Kerja keras

Kerja keras merupakan modal dasar untuk keberhasilan seseorang. Rasulullah sangat marah jika melihat orang bermalas-malasan dan berpangku tangan. Bahkan beliau secara simbolik memberikan kampak dan tali kepada lelaki (yang malas) untuk mencari kayu dan menjualnya ke pasar. Demikian pula jika ingin berusaha, mulailah berusaha sejak subuh. Jangan biasakan tidur sejak subuh, bangun dengan semangat dan niat baik memulai kegiatan hari itu.

Andrea Hirata telah mengetengahkan konsep ciri-ciri wirausaha dalam Novel Laskar Pelangi, berikut penulis sajikan penggalan dari Novel Laskar Pelangi tersebut.

Setelah seharian mengajar, Bu Muslimah melanjutkan bekerja menerima jahitan sampai jauh malam untuk mencari nafkah, menopang hidup dirinya dan adik-adiknya.59

Demikianlah setiap pengusaha yang sukses dalam menjalani saat-saat ia harus bekerja keras membanting tulang dalam merintis usahanya.

Dalam hal ini Ibu Muslimah yang seharian mengajar dan hanya mendapat upah beras 15 liter setiap bulannya, mencoba keberuntungan dengan menerima jahitan sepulang mengajar hingga larut malam untuk mencari tambahan nafkah.

Kerja keras yang dimiliki seorang wirausaha, ibu Muslimah sudah melakukannya, ia tidak lagi bekerja pada orang lain tetapi Ibu Muslimah membuka usaha sendiri sebagai penjahit pakaian.

Dalam hal ini kedisiplinan berperan penting, sebab bagaimana orang mau bekerja keras kalau disiplin tidak ada. Dia harus mengatur waktu sesuai irama kehidupan, bangun pagi, siap-siap untuk bekerja, mulai kerja (bila ada

59


(51)

tambahan, ia harus bekerja samapai larut malam), kemudian istirahat secukupnya (istirahat yang berkualitas), kemudian esok paginya ia harus mulai mengatur kedisiplinan waktunya.

Ada satu lagi elemen penting dalam keberhasilan kerja keras, yaitu berserah diri kepada Allah Swt. Dengan selalu berdoa pada-Nya. Insya Allah kerja keras yang disandingkan dengan doa akan memperoleh sukses.

b. Networking/Jaringan Kerja

Tidak sedikit orang berpikir apa yang akan ia tanyakan ketika bertemu dengan orang lain, sahabat, atau bahkan orang yang sama sekali belum dikenal sebelumnya. Dan mereka juga akan berpikiran ke arah kebermanfaatan hubungan dengan orang lain. Bagi orang yang cermat dan cekatan mengambil kesempatan dalam proses bergaul, berinteraksi dengan orang lain tentu memperoleh sesuatu yang dianggap pantas dan perlu dikembangkan ke arah positif. Mungkin memperoleh pengalaman baru, wawasan baru, ilmu-ilmu baru, bahkan mungkin ide - ide baru dan sebagainya.

Paling tidak itu yang ingin disampaikan Andrea Hirata mengenai jaringan kerja melalui tokoh Kucai dalam Novel Laskar Pelangi.

Andrea menggambarkan bahwa Kucai memiliki kecermatan dan kecakapan mengambil manfaat dari proses pergaulannya. Berikut penulis paparkana peggalan narasi yang menggambarkan penjelasan di atas.

Kucai memiliki network yang luas. Ia pintar bermain kata-kata. Kalau hanya masalah perselisihan peneng sepeda dengan aparat desa, informasi dimana bisa menjual beras jatah PN, atau informasi bagaimana cara mendapatkan karcis pasar malam separuh harga, serahkan saja padanya, ia bisa memberi solusi total.60

60


(1)

lingkungan, serta mampu mencipta lapangan kerja dan bukan hanya

mencari kerja menjadi modal utama menuju sukses.

B.

Saran

Dari kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran yang diharapkan

menjadi upaya konstruktif bagi dunia pendidikan dan upaya membentuk

pribadi sukses di Indonesia.

1.

Hendaknya nilai-nilai pendidikan dan ciri-ciri pribadi sukses dalam novel

Laskar Pelangi karya Andrea Hirata ini diaplikasikan dalam keseharian,

baik pada kegiatan belajar mengajar (KBM) siswa di sekolah maupun

pergaulan siswa di rumah dan lingkungannya.

2.

Kepada para guru dan siswa hendaknya pandai memilih bahan bacaan

(fiksi) yang makin marak dewasa ini. Salah satunya dengan cara

menggemari bacaan sastra berkualitas dan mengandung nilai-nilai

pendidikan, memiliki nilai-nilai positif dan konstruktif terhadap

perkembangan jiwa remaja dan pelajar.

3.

Handaknya para guru menyarankan kepada siswa untuk menambah

pembendaharaan sumber bacaan yang bernilai positif. Jauh kedepan,

aktualisasi tersebut adalah pengaadaan bahan bacaan berupa novel-novel

pendidikan. Novel Laskar Pelangi ini layak menjadi salah satu pilihan

bahan bacaan dan koleksi novel pendidikan (memiliki nilai-nilai

konstruktif). Juga untuk menemukan ciri-ciri pribadi sukses agar mudah

mengaktulisasikan diri demi mewujudkan tujuan pendidikan nasional.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ – Emotional Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, Cet. 4, Jakarta: Penerbit Arga, 2000.

Ahmadi, Abu, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.

Al-Attas, Syed Muhammad al- Naquid, Konsep Pendidikan Islam; Suatu Rangka Pikir Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam, terj. Haidar Bagir, dari judul: The Concept of Education in Islam: Framework for Anislamic Philosophy of Education, Cet. V,Bandung: Mizan, 1994. Alma, Buchari, Kewirausahaan, Cet. 10, Bandung: Alfabeta, 2006.

Ambriose, Yvon, Pendidikan Nilai, dalam E.M. K. Kaswardi (peny.) Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, Jakarta: Gramedia, 1993.

Badan Standar Nasional Pendidikan, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta : BSNP, 2006.

Darajat, Zakiyah, et all., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta :Bumi Aksara, 1992 Departemen Agama, Al-Qur’an (terj), Semarang : CV. ALWAAH, 1995.

Depdiknas RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. 4, Jakarta: Balai Pustaka, 1995.

Dewantara, Ki Hajar, Bagian Pertama Pendidikan, Yogyakarta: Majelis Luhur Taman Siswa, 1962.

Direktorat Pendidikan Agama Islam, Kurikulum Madrasah Tsanawiyah, Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, 1975.

Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Cet. 3, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005.

Gazalba, Sidi, Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi dan Sosiografi, Cet. 2, Jakarta: Bulan Bintang, 1987.

___________, Sistematika Filsafat: Pengantar Kepada Teori Nilai, Jakarta: BulanBintang, 1981. Gunawan, Ary H., Sosiologi Pendidikan, suatu analisis sosiologi tentang pelbagai problem

pendidikan, Cet. 1, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000.

Harian Umum Kompas, tentang bukti presentase minat baca sastra tertinggi 21,1 % hasil HU Sabtu, 19 Februari 2005.

Hirata, Andrea, Laskar Pelangi, Cet. 5, Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka, 2005. http://trescent.wordpress.com, tentang Arti dan Definisi Kepribadian, 7 Agustus 2007. http://www. Depdiknas.go.id/uusisdiknas, 28 April 2009.

Ismail, Marahimin, Menulis Secara Populer, Cet. 3, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 2001. Jalal, Abdul Fatah, Min al-Ushul al-Tarbawiyah al-Islam, Kairo: Dar al-Kutub al-misriyah, 1977. Kardimin, Akhmad, Menumbuhkan Jiwa Wirausaha, Cet. 1, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.


(3)

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Ed. I, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.

Mangunwijaya, Y.B., Sastra dan Religiusitas, Yogyakarta: Kanisius, 1994.

Mc Nally, David dan Karl D. Speak, Be Your Own Brand, Resep Jitu Meraih Personal Brand Yang Unggul, Cet. 2, Jakarta: Gramedia, 2004

Novakovic, Josip, Fiction Writer’s Workshop, Cet. 1, Jakarta: PT. Gramedia, 1986.

Nurgiantoro, Burhan, Teori Pengkajian Fiksi, Cet. 1, Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1995.

________________ , Teori Pengkajian Sastra, Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1998. Pudjijanto, Etika Sosial dalam Sistem Nilai Bangsa Indonesia, dalamDialog Manusia, Filsafat,

Budaya, dan Pembangunan, Malang: YP2LPM, 1984.

Pujijogyanti, Clara R., Konsep Diri dalam Pendidikan, Jakarta: Arcan Penerbit Umum, 2005. Rachmat, Joko Pradopo, Pengkajian Puisi, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995. Rampah, Korric Layun, Suara pancaran Sastra, Jakarta: Garuda Metropolitan, 1988.

Ridla, Muhammad Jawwad, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam (Perspektif Sosiolagis – Filosofis), Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002.

Rosa, Helvy Tiana, Segenggam gumam, Esai-esai tentang Sastra dan Kepenulisan, Bandung: Syamil, 2003.

Soemanto, Wasty, Pendidikan Wirausaha, Cet. 8, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002.

Sofia, Adib dan Sugiastuti, Feminisme dan Sastra; Menguak Citra Perempuan dalam Layar Terkenbang, Cet. 1, Bandung: Katarsis, 2003.

Stanton, Robert, Sebuah Pengantar Fiksi, (terj.) An Introduction to Fiction, New York: Holit, 1965.

Sumardjo, Jacob , Memahami Kesusastraan, Bandung: Alumni, 1984.

Sumardjo, Jacob dan Saini K.M, Apresiasi Kesusastraan, Cet. 1, Jakarta: Gramedia, 1986. Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Cet. 3, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2000.

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988.

Tim Redaksi, Undang-undang Republik Idonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Jakarta: Sinar Grafika, 2007.


(4)

BIODATA PENULIS

Nama

: Bambang Sidik Priyatno

TTL

: Cirebon, 24 Maret 1985

Alamat

: SP 10 Nibung, Blok Pasar Ds. Srijaya Makmur Kec. Nibung Kab.

Musi Rawas Sumatra Selatan

HP

: 0815-13406047

e-mail

: sidiq.art@gmail .com & sidiq_art@yahoo.com

Alamat blog : inginmenjadi.wordpress.com/blogspot.com

Pendidikan

: 1. SDN 1 Nibung Sum-Sel.

2. MTsN Babakan Ciwaringin Cirebon.

3. PM. Arrisalah & MA Arrisalah Ponorogo JATIM.

4.

Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Jakarta.


(5)

LAMPIRAN


(6)

Gambar Diri Penullis Novel Laskar Pelangi

Andrea Hirata.