Tingkat Kesempatan Kerja Sebelum dan Sesudah Ada Industri

Dari tabel 16 dapat dilihat bahwa pendapatan petani salak sebelum ada industri pengolahan salak adalah 817.318,89 dan sesudah industri pengolahan salak adalah 2.014833,3. Berdasarkan hasil analisis uji beda rata-rata pendapatan petani sebelum dan sesudah ada industri pengolahan salak diperileh bahwa t-hitung = -5.896 dengan demikian berarti t-hitung lebih kecil dari t-tabel = -2.045 ½ 0.05 maka keputusan hipotesis adalah hipotesis diterima pada tingkat kepercayaan 95 artinya terdapat perbedaan nyata antara pendapatan petani sebelum dan sesudah industri pengolahan salak, dimana sesudah industri pengolahan salak pendapatan petani salak semakin meningkat dibandingkan dengan sebelum ada industri pengolahan salak. Hal ini menunjukan bahwa ada dampak Industri Pengolahan Salak terhadap tingkat pendapatan, maka hipotesis 1 diterima. Sehingga dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan nyata antara pendapatan petani sebelum dan sesudah industri pengolahan salak. Dimana hal ini terjadi karena harga jual dan permintaan terhadap buah salak pada saat tahun sebelumnya rendah dibanding dengan harga jual dan permintaan buah salak pada saat sekarang. Selain itu, dikarenakan adanya satu industri pengolahan salak yang berdiri di sekitar daerah penelitian yang dapat memberikan dampak positif kepada petani salak di sekitar daerah penelitian terutama berdampak kepada tingkat pendapatan petani.

2. Tingkat Kesempatan Kerja Sebelum dan Sesudah Ada Industri

Pengolahan Salak Di Daerah Penelitian Kesempatan kerja adalah peluang bekerja bagi angkatan kerja dengan adanya luasa lahan yang bertambah, maka petani menambah penggunaan tenaga kerja Universitas Sumatera Utara untuk mengelolah usahataninya. Kesempatan kerja dapat dilihat dari seberapa besar peluang bekerja bagi tenaga kerja yang akan dipakai oleh petani salak dalam pengolahan usahatani salak di daerah penelitian. Dengan adanya industri pengolahan salak, diharapakan dapat membuka peluang pekerjaan bagi petani sekitar. Tenaga kerja adalah orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengukur kerja, yaitu jumlah kerja yang benar-benar dipakai dalam proses produksi bukan kerja yang tersedia dan kualitas kerja untuk memudahkan menggolangkannya dalam satu satuan unit kerja, misalnya satu unit setara kerja pria. Dalam hal ini, kesempatan kerja dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja sebelum dan sesudah ada industri pengolahan salak. Tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga adalah orang-orang yang bekerja dalam suatu usahatani dimana tenaga kerja yang digunakan berasal dari keluarga petani. Sebaliknya, tenaga kerja luar keluarga adalah orang-orang yang bekerja dalam suatu usahatani dimana tenaga kerja yang digunakan berasal dari bukan keluarga petani, orang-orang tersebut bisa penduduk sekitar yang bersedia bekerja sebagai pekerja dalam usahatani salak. Dalam tenaga kerja luar keluarga, petani harus mengeluarkan upah tenaga kerja. Berdasakan hasil penelitian yang didapat bahwa, tenaga kerja yang dipakai oleh petani sesudah ada industri pengolahan salak bertambah dibanding sebelum Universitas Sumatera Utara ada industri pengolahan salak. Selain itu, industri pengolahan salak juga banyak memperkerjakan tenaga kerja yang berprofesi sebagai petani salak. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa petani di daerah penelitian lebih banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dibanding tenaga kerja luar keluarga. Sehingga pengeluaran untuk upah tenaga kerja nya sedikit, karena petani hanya membayar upah tenaga kerja luar keluarga. Tetapi, dalam teori ilmu usahatani dijelaskan bahwa upah tenaga kerja dalam dan luar keluarga juga dihitung secara bersamaan. Sehingga pengeluaran untuk upah tenaga kerja banyak. Selain itu, jumlah tenaga kerja sesudah ada industri pengolahan salak meningkat dibanding jumlah tenaga kerja sebelum ada industri pengolahan salak. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut ini yang menjelaskan jumlah tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga per tahapan sebelum dan sesudah industri pengolahan salak. Tabel 17. Jumlah Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan Luar Keluarga Sebelum Industri Pengolahan Salak Sumber: Data diolah dari lampiran 4 Ket : TKDK = Tenaga Kerja Dalam Keluarga TKLK = Tenaga Kerja Luar Keluarga Tahapan Sebelum Sesudah TKDK orang TKLK orang TKA orang TKDK orang TKLK orang TKA orang Pengolahan lahan dan penanaman 76 15 5 83 18 6 Pemeliharaan 64 4 74 10 Panen 60 3 9 74 16 3 Pembersihan 51 10 60 11 Pemasaran 26 23 33 34 Total 277 55 14 324 89 9 Universitas Sumatera Utara TKA = Tenaga Kerja Anak Dari tabel 17 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan jumlah tenaga kerja sebelum dan sesudah industri pengolahan salak, baik tenaga kerja dalam keluarga, tenaga kerja luar keluarga maupun tenaga kerja anak. Hal ini terjadi karena dengan adanya industri pengolahan salak, maka petani memutuskan untuk menambah luas lahan sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan juga bertambah. Tabel 18. Penggunaan tenaga kerja sebelum dan sesudah industri pengolahan salak No Sampel TK Sebelum orang TK Sesudah orang 1 11 15 2 8 11 3 12 18 4 8 9 5 10 13 6 13 19 7 8 11 8 9 11 9 11 14 10 11 12 11 23 26 12 13 17 13 8 10 14 9 10 15 13 13 16 14 16 17 9 9 18 11 12 19 25 34 20 16 21 21 10 15 22 10 11 23 10 12 24 10 12 25 15 16 Universitas Sumatera Utara 26 10 14 27 10 12 28 7 9 29 9 11 30 9 9 Rataan 11 14 Data diolah dari lampiran 4 Dari tabel 18 dapat dilihat bahwa jumlah tenaga kerja dari seluruh tahapan usahatani salak sebelum industri pengolahan salak sedikit dibanding dengan jumlah tenaga kerja sesudah industri pengolahan salak. Hal ini dikarenakan permintaan terhadap buah salak meningkat sehingga petani menambah luas lahan dan karena itu petani lebih banyak memerlukan tenaga kerja. Alasan lain adalah karena adanya industri pengolahan salak. Dimana permintaan buah salak untuk industri pengolahan salak meningkat, sehingga petani juga memerlukan tenaga kerja yang banyak dalam mengelola usahatani salak. Namun, ada juga tenaga kerja yang sama sebelum dan sesudah ada industri pengolahan salak. Hal ini dikarenakan adanya petani yang tidak mau menambah jumlah tenaga kerja karena untuk meminimalkan biaya tenaga kerja, sehingga pendapatan bertambah. Untuk mengidentifikasi tenaga kerja petani salak sebelum dan sesudah ada industri pengolahan salak digunakan analisis uji beda dengan t-hitung. Tenaga kerja petani salak sebelum dan sesudah ada industri pengolahan salak dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 19. Tenaga kerja sebelum dan sesudah industri pengolahan salak Uraian Sebelum Sesudah t-hitung t-tabel Ket Tenaga kerja 11.40 14.067 -7.160 -2.045 Hipotesis diterima Universitas Sumatera Utara Sumber: Data diolah dari lampiran 8 Dari tabel 19 dapat dilihat bahwa tenaga kerja petani salak sebelum ada industri pengolahan salak rata-rata adalah 11,40 atau 11 dan sesudah industri pengolahan salak rata-rata adalah 14,067 atau 14. Berdasarkan hasil analisis uji beda rata-rata tenaga kerja petani sebelum dan sesudah ada industri pengolahan salak diperoleh bahwa t-hitung = -7.160 dengan demikian berarti t-hitung lebih kecil dari t-tabel = -2.045 ½ 0.05 maka keputusan hipotesis adalah hipotesis diterima pada tingkat kepercayaan 95 artinya terdapat perbedaan nyata antara jumlah tenaga kerja petani salak sebelum dan sesudah industri pengolahan salak, dimana sesudah industri pengolahan salak tenaga kerja petani salak semakin meningkat dibandingkan dengan sebelum ada industri pengolahan salak. Hal ini menunjukkan bahwa ada dampak Industri Pengolahan Salak terhadap tingkat kesempatan kerja, maka hipotesis 2 diterima. Sehingga dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan nyata antara jumlah tenaga kerja dalam usahatani salak sebelum dan sesudah industri pengolahan salak. Dimana hal ini terjadi karena bertambahnya luas lahan, sehingga membutuhkan tenaga kerja yang banyak dalam pengolahan usahatani salak. Selain itu, dikarenakan adanya satu industri pengolahan salak yang berdiri di sekitar daerah penelitian yang dapat memberikan dampak positif kepada petani salak di sekitar daerah penelitian terutama berdampak kepada adanya kesempatan kerja. Universitas Sumatera Utara KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Tingkat pendapatan petani salak sebelum ada industri pengolahan salak adalah rendah yaitu sebesar Rp 817.318,89 bulan 2. Jumlah tenaga kerja petani salak sebelum ada industri pengolahan salak sedikit 3. Ada dampak industri pengolahan salak terhadap tingkat pendapatan petani 4. Ada dampak industri pengolahan salak terhadap tingkat kesempatan kerja bagi petani Saran Kepada Petani Universitas Sumatera Utara Diharapkan kepada petani salak agar dapat memanfaatkan keberadaan industri pengolahan salak, karena dapat meningkatkan pendapatan petani dan memberikan kesempatan kerja Kepada Industri Pengolahan Salak Diharapkan kepada industri pengolahan salak agar dapat menambah produksi hasil olahan salak, karena hal ini dapat meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja bagi petani sekitar DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Kabupaten Tapanuli Selatan. Dikutip dari www.sumutprov.go.idongkam.php?me=potensi_tapsel - 32k - Naibaho a, Yuni. Gulma Mendrofa Sang Pencetus Olahan Salak Dari Tapsel. Dikutip dari . Anarsis, Widji. 1996. Agribisnis Komoditas Salak. Bumi Aksara, Jakarta Hasan, Iqbal, M. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia, Jakarta Karmadi. 2003. Analisa Efisiensi dan Produktivitas Home Industri Ledre Studi Kasus di Desa Padangan Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Malang, Malang. Mangunwidjaja, Djumali dan Illah Sailah. 2005. Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar Swadaya, Jakarta. Muzhar, M. 1994. Pengembangan Agroindustri dan Berbagai Permasalahannya. Berita Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Tahun ke-38 No. 1. www.medanbisnisonline.com20090209gulma- mendrofasang-pencetus-olahan-salak-dari-tapsel Universitas Sumatera Utara Diharapkan kepada petani salak agar dapat memanfaatkan keberadaan industri pengolahan salak, karena dapat meningkatkan pendapatan petani dan memberikan kesempatan kerja Kepada Industri Pengolahan Salak Diharapkan kepada industri pengolahan salak agar dapat menambah produksi hasil olahan salak, karena hal ini dapat meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja bagi petani sekitar DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Kabupaten Tapanuli Selatan. Dikutip dari www.sumutprov.go.idongkam.php?me=potensi_tapsel - 32k - Naibaho a, Yuni. Gulma Mendrofa Sang Pencetus Olahan Salak Dari Tapsel. Dikutip dari . Anarsis, Widji. 1996. Agribisnis Komoditas Salak. Bumi Aksara, Jakarta Hasan, Iqbal, M. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia, Jakarta Karmadi. 2003. Analisa Efisiensi dan Produktivitas Home Industri Ledre Studi Kasus di Desa Padangan Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Malang, Malang. Mangunwidjaja, Djumali dan Illah Sailah. 2005. Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar Swadaya, Jakarta. Muzhar, M. 1994. Pengembangan Agroindustri dan Berbagai Permasalahannya. Berita Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Tahun ke-38 No. 1. www.medanbisnisonline.com20090209gulma- mendrofasang-pencetus-olahan-salak-dari-tapsel Universitas Sumatera Utara Naibaho b, Yuni. 2009. Omset Hingga Rp 30 Juta per Bulan. Dikutip dari www.medanbisnisonline.com20090209omset-hingga-rp-30-juta-per- bulan - 20k Nazaruddin dan b. 1999. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. RajaGrafindo Persada, Jakarta. Muchlisah, F. 1994. Buah Komersil. Penebar Swadaya, Jakarta Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS. Mediakom, Yogyakarta Redaksi Agromedia. 2007. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Budi Daya Salak. Agromedia Pustaka, Jakarta. Soekartawi a. 1994. Pembangunan Pertanian. RajaGrafindo Persada, Jakarta c. 2000. Pengantar Agroindustri. RajaGrafindo Persada, Jakarta Soetomo, Moch, H.A. 2001. Teknik Bertanam Salak. Sinar Baru Algensindo, Bandung Sugianto.2004. Analisis Statistika Sosial. Bayumedia Publishing, Jawa Timur Suratiyah, Ken. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta Suroto. 1992. Strategi Pembangunan dan Perencanaan Kesempatan Kerja. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Tim Penulis Penebar Swadaya. 1992. 18 Varietas Salak. Penebar Swadaya. Jakarta. Tim Penulis PS. 2007. Agribisnis Tanaman Buah. Penebar Swadaya, Jakarta Tjahjadi, Nur. 1991. Bertanam Salak. Penerbit Kanisius, Yogyakarta Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL No Umur P. Bertani Luas Lahan Ha Sampel Thn Thn Sebelum Sesudah 1 30 10 2 4 2 35 5 0,5 1 3 30 15 3 6 4 32 10 1 1,5 5 40 20 1 2 6 35 5 3 4,5 7 35 10 1 2 8 34 5 2 3 9 39 10 2,5 4 10 30 5 1 1,5 11 42 15 1,5 3 12 30 5 1 2 13 33 5 1 1,5 14 34 7 1,5 1 15 38 10 2 3 16 32 5 1 2 17 37 5 1 1,5 18 38 10 2,5 3,5 19 50 28 1 3 20 24 14 2 3 21 31 25 1 4 22 30 5 1 4 Universitas Sumatera Utara 23 30 12 1 2 24 34 8 0,5 1 25 26 5 3 6 26 26 7 2 4 27 30 12 2 4 28 24 8 1 2 29 24 5 0,5 1 30 48 15 1 1,5 Total 1001 301 44,5 82,5 Rata- rata 33,367 10,03333 1,483333 1,71875 Lampiran 2. BIAYA TETAP 1. BIAYA PBB PER TAHUN NO SEBELUM SESUDAH SAMPEL BIAYA PBB BIAYA PBB 1 20.000 25.000 2 15.000 25.000 3 25.000 35.000 4 25.000 30.000 5 25.000 30.000 6 30.000 35.000 7 25.000 30.000 8 25.000 30.000 9 25.000 30.000 10 20.000 30.000 11 25.000 30.000 12 25.000 30.000 13 10.000 15.000 14 20.000 25.000 15 20.000 25.000 16 25.000 30.000 17 25.000 30.000 18 25.000 30.000 19 15.000 20.000 20 20.000 25.000 21 20.000 40.000 22 10.000 15.000 23 15.000 20.000 Universitas Sumatera Utara 24 15.000 20.000 25 20.000 25.000 26 30.000 35.000 27 30.000 35.000 28 20.000 25.000 29 20.000 25.000 30 20.000 25.000 TOTAL 645.000 825.000 RATA-RATA 21.500 27.500 Lampiran 3. Biaya Alat Pengolahan dan Penyusutan Peralatan Per Tahun BIAYA PENYUSUTAN SEBELUM INDUSTRI PENGOLAHAN SALAK PER TAHUN 1. CANGKUL NO SAMPEL JUMLAH Unit

H. AWAL Rp

TOTAL H. AWAL Rp H. AKHIR Rp UMUR EKONOMIS Thn PENYUSUTAN Rpthn 1 3 15.000 45.000 7.500 5 7.500 2 1 15.000 15.000 8.000 5 1.400 3 4 15.000 60.000 8.000 5 10.400 4 22 15.000 330.000 8.000 5 64.400 5 4 15.000 60.000 8.000 5 10.400 6 2 15.000 30.000 8.000 5 4.400 7 3 15.000 45.000 8.000 5 7.400 8 3 15.000 45.000 8.000 5 7.400 9 2 15.000 30.000 8.000 5 4.400 10 2 15.000 30.000 8.000 5 4.400 11 2 15.000 30.000 8.000 5 4.400 12 2 15.000 30.000 8.000 5 4.400 13 2 15.000 30.000 8.000 5 4.400 14 1 15.000 15.000 8.000 5 1.400 15 3 15.000 45.000 8.000 5 7.400 16 2 15.000 30.000 8.000 5 4.400 Universitas Sumatera Utara 17 2 15.000 30.000 8.000 5 4.400 18 3 15.000 45.000 8.000 5 7.400 19 2 15.000 30.000 8.000 5 4.400 20 3 15.000 45.000 8.000 5 7.400 21 2 15.000 30.000 8.000 5 4.400 22 2 15.000 30.000 8.000 5 4.400 23 2 15.000 30.000 8.000 5 4.400 24 2 15.000 30.000 8.000 5 4.400 25 4 15.000 60.000 8.000 5 10.400 26 3 15.000 45.000 8.000 5 7.400 27 3 15.000 45.000 8.000 5 7.400 28 2 15.000 30.000 8.000 5 4.400 29 1 15.000 15.000 8.000 5 1.400 30 2 15.000 30.000 8.000 5 4.400 TOTAL 91 450.000 1.365.000 239.500 150 225.100 RATA- RATA 3 15.000 45.500 7.983 5 7.503

2. SEMPROT MESIN NO

Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Arang Sekam Padi Sebagai Adsorben Untuk Menurunkan Kadar Besi Dalam Air Sumur

17 146 58

Pemanfaatan Arang Aktif Sekam Padi (Oriza Sativa) Sebagai Adsorben Pada Peningkatan Kualitas Minyak Goreng Bekas

15 153 68

PENGARUH PENAMBAHAN ARANG SEKAM PADI TERHADAP SIFAT KONDUKTIVITAS HIDROLIK PIPA MORTAR

3 21 43

SIFAT FISIS DAN MEKANIK BAJA KARBON RENDAH DENGAN PERLAKUAN KARBURIZING Sifat Fisis dan Mekanik Baja Karbon Rendah Dengan Perlakuan Karburizing Arang Sekam Padi ARANG SEKAM PADI.

0 4 14

TUGAS AKHIR SIFAT FISIS DAN MEKANIK BAJA KARBON RENDAH DENGAN Sifat Fisis dan Mekanik Baja Karbon Rendah Dengan Perlakuan Karburizing Arang Sekam Padi ARANG SEKAM PADI.

0 2 15

PENDAHULUAN Sifat Fisis dan Mekanik Baja Karbon Rendah Dengan Perlakuan Karburizing Arang Sekam Padi ARANG SEKAM PADI.

0 3 5

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK AIR DAN EKSTRAK ETANOL DAUN ILALANG (Imperata cylindrica L.) Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol Daun Ilalang Imperata cylindrica L. terhadap Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa Multiresisten.

0 2 13

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK AIR DAN EKSTRAK ETANOL DAUN ILALANG (Imperata cylindrica L.) Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol Daun Ilalang Imperata cylindrica L. terhadap Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa Multiresisten.

3 4 14

SIFAT BENDING KOMPOSIT DAN FILTER ARANG SEKAM PADI DENGAN ARANG SERBUK GERGAJI BERPENGUAT KAWAT STRIMIN.

0 0 5

Pengaruh Perlakuan Alkali Dan Termomekanis Pada Serat Ilalang (Imperata Cylindrica) Terhadap Sifat Mekanis Material Komposit Serat Ilalang Sebagai Substitusi Bahan Body Kendaraan

0 0 6