57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Perusahaan consumer goods merupakan klasifikasi sektor industri yang merupakan sektor yang memiliki likuiditas tinggi dan memiliki kapitalisasi
pasar. Consumer goods sering dianggap sebagai sektor yang tangguh ditengah krisis karena produk-produk konsumsi pada umumnya merupakan
kebutuhan primer manusia. Tingkat kebutuhan yang cukup stabil terhadap produk konsumsi bagaimanapun situasi global menunjukkan sifat defensive
sektor konsumsi, terlebih lagi untuk consumer goods di wilayah Indonesia dimana target pasar consumer goods adalah manusia sehingga Indonesia
yang dihuni oleh lebih dari 200 juta orang manusia pastinya memiliki tingkat kebutuhan yang tinggi juga.
Berikut sampel penelitian perusahaan sektor manufaktur consumer goods tahun 2006,2007,dan 2008.
Tabel 4.1 Seleksi sampel
Sampel awal 35
Perusahaan yg tdk menerbitkan lap keu 2005-2008 5
Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah
Perusahaan yang tidak diaudit auditor independen Sample akhir jumlah sample yang digunakan
30 Sumber : www.idx.co.id
58
B. Hasil dan Analisis Data
1. Statistik deskriptif
Statistk deskriptif merupakan gambaran atas keseluruhan variabel, berikut hasil uji statistik deskriptif pada variabel struktur kepemilikan,
manajemen laba dan kinerja keuangan. Menurut Ghazali 2005, Statistik
deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata mean, standar deviasi, varian, maksimum, minimum,
sum, range, kurtosis dan skewness.
Tabel 4.2 Statistik deskriptif
Sumber : Data diolah, 2010 Berdasarkan statistik deskriptif pada tabel 4.2 variabel kepemilikan
menyebar yang dinotasikan sebagai public ownership memiliki nilai maximum 78.60, menurut gilber dalam rudi 2008 kepemilikan
menyebar memberikan imbalan yang lebih besar kepada pihak manajemen dari pada kepemilikan yang terkonsentrasi. Sedangkan nilai minimum 2.05
yang berarti bahwa minimnya kepemilikan oleh publik. Hal ini sejalaan
Variabel Mean
Min Max
Std. dev
Pbcown 4.1636
2.05 78.60
1.94355 Istown
72.4446 9.22
98.04 22.12116
DA -0.5400
-1.53 0.60
0.37012 Return
1.3439 -0.7859649 3.28571429
0.88811
59 dengan penelitian claessens 2000 yang menyatakan bahwa kepemilikan
publik di asia termasuk indonesia cenderung rendah. Berdasarkan tabel diatas variabel kepemilikan public ownership memiliki nilai rata-rata
4.16, yang menggambarkan rata-rata sampel kepemilikan publik sebesar 4.16 dengan standar deviasi 1.94355 yang berarti nilai mean lebih besar
dari standar deviasi menggambarkan tidak terdapat outliers pada data. Pada variabel institusional ownership memiliki nilai mean 72.4446
hal ini menggambarkan bahwa rata- rata sampel dengan kepemilikan institusi cukup tinggi yaitu sekitar 72 hal ini menguatkan penelitian
Facio dan Lang 2002 yang menyatakan bahwa struktur kepemilikan di asia cenderung terkonsentrasi.
Hasil statistik deskriptif variabel Discretionary Accrual memiliki nilai mean sebesar -0.5400 yang menunjukkan rata-rata sampel melakukan
decreasing accrual, sedangkan nilai mean lebih besar dari standar deviasi yaitu sebesar 0.37012 yang berarti terdapat outliers pada data. Nilai
minimum variabel DA sebesar -1.53 dan nilai maximum sebesar 0.60 berdasarkan hasil statistik deskriptif di atas menunjukkan bahwa
perusahaan sampel lebih cenderung menurunkan labanya.
2. Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel penelitian yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik
60 dan layak digunakan adalah data yang memiliki distribusi normal
nugroho, et al.
a. Kolmogorov-smirnov
Tabel 4.3 Uji Normalitas Data
Varaiabel Nilai sig. p=0.05
Kesimpulan
Pbcown 0.0169
Normal Istown
0.061 Normal
Discretionary Accrual
0.664 Normal
Return 0.257
Normal Sumber: hasil olah data, 2010
Berdasarkan uji normalitas dengan Kolmogorov-smirnov variabel kepemilikan publik, kepemilikan institusi, discretionary accrual, return on
asset, dan earning per share terdistribusi normal. dengan terpenuhinya asumsi normalitas, untuk melihat arah sebaran data terdistribusi normal
atau tidak maka penelitian ini menggunakan Q-Q plot, dengan asumsi jika titik-titik mendekati garis diagonal maka sebaran data terdistribusi normal,
jika titik-titik sebaran data menjauh dari garis diagonal, maka data tidak terdistribusi normal.
Berdasarkan Q-Q plot bahwa sebaran titik mendekati garis diagonal, jadi variabel institusional ownership terdistribusi normal, beradasarkan
hasil uji kolmogorov smirnov dan Q-Q plot. Hasil output Q-Q plot yang menunjukkan bahwa titik-titik menyebar mendekati garis diagonal, yang
61 berarti bahwa data terdistribusi normal dan variabel discretionary accrual
telah memenuhi asumsi parametrik.
b. Uji Asumsi Klasik
Model regresi linear berganda dapat disebut model yang baik jika model tersebut memenuhi asumsi normalitas dan memenuhi asumsi-
asumsi klasik baik itu uji multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas.
1. Uji Multikolinearitas.
Uji ini dilakukan dengan merujuk pada nilai VIF variance inflation factor nilai VIF sebaiknya kurang dari 10 karena ini
menunjukkan bahwa korelasi antar variabel masih bisa ditolerir. Variabel manajemen laba yang diproxykan discretionary
accrual memiliki nilai VIF sebesar 1.033 dengan demikian variabel manajemen laba tidak memilliki masalah terdapat
multikolinearitas. Nilai VIF variabel kepemilikan publik sebesar 1.366 yang berarti nilai VIF variabel ini dibawah 10 maka
variabel kepemilikan publik bebas dari masalah multikolinearitas. Sedangkan kepemilikan institusi memiliki nilai VIF sebesar 1.351
berdasarkan tabel diatas semua variabel dalam penelitian ini tidak mengalami masalah multikolinearitas.
62
2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidak nya korelasi variabel pengganggu pada periode tertentu dengan
variabel pengganggu sebelumnya nugroho.,et al, untuk mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan uji durbin
Watson dengan ketentuan yang telah dijelaskan pada bab 3.
Hasil analisis tabel 4.9 menunjukkan nilai DW sebesar 1.883 untuk model regresi ini dengan variabel independen
manajemen laba, kepemilikan publik dan kepemilikan institusi dan variabel dependen return saham tidak terdapat autokorelasi.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lain. Pengujian heteroskedastisitas pada variabel return saham
menunjukkan bahwa sebaran titik melewati garis nol, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa variabel return saham tidak
mengalami heteroskedastisitas. Maka variabel return saham bebas asumsi klasik atau memenuhi uji multikolinearitas, autokorelasi,
dan heteroskedastisitas sehingga penelitian ini dapat dilanjutkan dengan menggunakan model regresi.
63 Hasil output menunjukkan titik-titik menyebar melewati titik nol
dan tidak menunjukkan pola sistematis dalam penelitian ini variabel discretionary accrual tidak mengalami masalah
heteroskedastisitas. Berdasarkan uji multikolinearitas, autokorelasi dan uji heteroskedastisitas maka variabel discretionary accrual
bebas dari asumsi klasik dan dapat digunakan dalam model regresi. Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa plot
residual untuk variabel kepemilikan publik sebaran titik-titik melewati angka
nol maka variabel kepemilikan publik mengandung heteroskedastisitas. Variabel kepemilikan institusi
melewati titik nol sehingga variabel kepemilikan institusi dapat dikatakan terbebas dari asumsi heteroskedastisitas. Berdasarkan uji
asumsi klasik lainnya yaitu: multikolinearitas, autokorelasi maka variabel kepemilikan institusi dapat digunakan dalam penelitian
ini.
C. Hasil Analisis