7
untuk meneliti “Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Manajemen Laba Terhadap Kinerja Perusahaan”.
Isu yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini adalah bagaimana para pemegang saham dan tindakan pengelolaan laba dapat
mempengaruhi kinerja perusahaannya karena untuk mendapatkan laba yang sesuai dengan motivasinya, hal ini akan mempengaruhi kinerja kualitas
kinerja yang dilaporkan oleh manajemen. Terkait isu manajemen laba yang terjadi di Amerika seperti kasus Enron, Merck, World com, sedangkan
beberapa kasus di indonesia seperti PT Lippo Tbk, dan kimia farma yang berawal dari terdeteksi nya manipulasi.
B. Perumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini yang berdasrkan latar belakang diatas dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah kepemilikan publik menyebar berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.
2. Apakah kepemilikan institusi terkonsentrasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.
3. Apakah manajemen laba berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.
4. Apakah struktur kepemilikan dan manajemen laba berpengaruh secara simultan terhadap return saham.
8
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dijelaskan diatas maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk menguji dan menganalisa pengaruh kepemilikan publik terhadap kinerja perusahaan.
2. Untuk menguji dan menganalisa pengaruh kepemilikan institusi terhadap kinerja perusahaan.
3. Untuk menguji dan menganalisa pengaruh manajemen laba terhadap kinerja perusahaan return saham
4. Untuk menguji dan menganalisa apakah kepemilikan publik, institusi, dan manajemen laba berpengaruh secara simultan terhadap kinerja perusahaan
return saham.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat atau kontribusi kepada:
1. Perusahaan
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan kontribusi bagi para pemegang kepentingan untuk dijadikan masukan, pedoman
pengambilan keputusan atas kebijakan akuntansi yang digunakan.
9
2. Pemegang Saham
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para pemegang saham perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel dalam
mengambil keputusan terkait saham yang telah dikontribusikan kepada perusahaan.
3. Calon Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan kepada para calon investor yang ingin menanamkan modal dalam bentuk saham
ke perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel.
4. Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada BAPEPAM terkait dengan aktivitas dan pergerakan modal, serta dalam penerbitan
laporan keuangan perusahaan.
5. Penelitian selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang berarti, dan menjadi referensi tambahan serta sebagai literatur untuk peneliti
selanjutnya.
6. Pengembangan teori.
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu bagian
pengembangan riset manajemen laba atas dasar teori keagenan.
10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Literatur
1. Teori Keagenan Agency Theory
Teori keagenan menurut Govinandarajan 2005 adalah hubungan atau kontrak antara principal dengan agent. Teori ini berasumsi bahwa
tiap-tiap individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan
agent dapat dipandang sebagai suatu versi dari game theory Mursalim:
2005, yang membuat suatu model kontraktual antara dua atau lebih orang pihak, dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain
disebut principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making kepada agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa
principal memberikan suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati.
Wewenang dan tanggungjawab agent maupun principal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama.
Disatu sisi, agent memiliki informasi yang lebih banyak full information dibanding dengan principal di sisi lain, sehingga
menimbulkan adanya asimetry information. Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk melakukan tindakan-tindakan
11
sesuai dengan keinginan dan kepentingan untuk memaksimumkan utilitynya.
Sedangkan bagi pemilik modal dalam hal ini investor, akan sulit untuk mengontrol secara efektif tindakan yang dilakukan oleh
manajemen karena hanya memiliki sedikit informasi yang ada. Oleh karena itu, terkadang kebijakan-kebijakan tertentu yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan tanpa sepengetahuan pemilik atau principal www.jurnalakuntansi.wordpress.com
. Situasi ini akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi, yaitu
dimana ada ketidakseimbangan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi dengan para pemegang saham sebagai
pengguna informasi Ujiyanto, 2007. Menurut scott 2000, terdapat dua macam asimetri informasi;
a. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan
prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh para
pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham.
b. Moral Hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun
pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan
12
sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan. Asimetri informasi dapat dijadikan sebagai sarana ataupun peluang
praktik pengelolaan laba, dikarenakan informasi yang dimiliki insider dan outsider tidak seimbang, karena pada ada umumnya pihak insider
memanfaatkan informasi untuk mencapai tujuan mereka, sehingga outsider
2. Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan saham atau ekuitas adalah pihak-pihak yang memiliki saham proposional, institutional ownership diartikan
sebagai proporsi jumlah investor yang berbentuk institusi perusahaan yang membeli saham perusahaan yang diperdagangkan Roberts
Yuan, 2006. Saham perusahaan-perusahaan yang go public di BEJ dimiliki oleh banyak pihak, misalnya public domestic dan foreign,
institution domestic dan foreign, insider komisaris, direksi, dan manajer, karyawan, dan yayasan yang ada di perusahaan ICMD, 2006.
Setiap pemegang saham mempunyai tanggung jawab untuk memonitor agent, yaitu direksi dan manajer yang dipercaya mengelola
perusahaan, agar bekerja sesuai dengan kesepakatan yang dibuat bersama, yaitu untuk menunjang kemakmuran bersama. Tersebarnya
konsentrasi kepemilikan akan menimbulkan biaya, biaya ini akan meningkat ketika pemegang saham yang besar mampu mengambil
keputusan secara langsung kemudian memaksimumkan kepentingan
13
kesejahteraan untuk diri sendiri dengan mengurangi hak pemegang saham minoritas untuk memperoleh residual income.
Struktur kepemilikan dapat dijelaskan dari dua sudut pandang, yaitu pendekatan keagenan dan pendekatan informasi asimetri. Menurut
pendekatan keagenan, struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang
saham. Pendekatan
ketidakseimbangan informasi
memandang mekanisme struktur kepemilikan sebagai suatu cara untuk mengurangi
ketidakseimbangan informasi antara insiders dan outsiders melalui pengungkapan informasi di dalam pasar modal.
Konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat
mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait tersebut. Namun dengan munculnya mekanisme pengawasan tersebut akan menimbulkan
biaya yang disebut sebagai agency cost. Perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan akan rentan terhadap
konflik keagenan. Penyebab konflik antara manajer dengan pemegang saham diantaranya adalah pembuatan keputusan yang berkaitan dengan
aktivitas pencarian dana financing decision dan pembuatan keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana yang diperoleh tersebut
diinvestasikan.
14
Terdapat beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost diantaranya adalah, pertama dengan meningkatkan kepemilikan saham
perusahaan insider ownership atau kepemilikan manajerial oleh manajemen dan selain itu manajer merasakan langsung manfaat dari
keputusan yang diambil dan juga apabila ada kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah.
Penambahan kepemilikan manajerial memiliki keuntungan untuk mensejajarkan kepentingan manajemen dengan pemegang saham.
Kedua, dengan cara mengaktifkan monitoring melalui investor-investor institusional. Ujiyantho.,et al
Adanya kepemilikan oleh institutional investor seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan
institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham
mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. Hubungan
keagenan antara manajemen dengan pemegang saham mempunyai potensi untuk mempengaruhi dalam pembuatan keputusan, sehingga
berdampak pada karakteristik perusahaan yaitu nilai dan leverage Siregar, 2008.
15
3. Manajemen Laba
Manajemen laba Menurut Suhendah 2005 adalah suatu konsep yang dilakukan perusahaan dalam mengelola laporan keuangan supaya
laporan keuangan tampak terlihat memiliki kualitas quality of financial reporting. Merchant 1989 dalam Wirda 2005 mendefinisikan bahwa
manajemen laba sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan yang dapat
memberikan keuntungan ekonomis yang dalam jangka panjang dapat merugikan perusahaan.
Menurut Belkoui 2007:201 menyatakan, pada dasarnya definisi operasional dari manajemen laba adalah potensi penggunaan
manajemen akrual dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi. Sedangkan menurut Hall 2002 dalam Juniarti 2005 menyebutkan
bahwa manajemen laba didefinisikan sebagai suatu praktek pelaporan laba yang lebih merefleksikan keinginan manajemen daripada performa
keuangan perusahaan. Berdasarkan definisi diatas maka manajemen laba dapat
didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan manajemen dengan memanfaatkan kebijakan akuntansi sebagai alat untuk mencapai tujuan
dan kepentingan.
a. Isu-Isu Manajemen Laba
Menurut Belkoui 2007 isu-isu dalam manajemen laba antara lain:
16
1 Manajemen laba bertujuan untuk mempengaruhi kinerja harga jangka pendek dengan berbagai cara.
2 Manajemen laba berakhir dan dapat bertahan karena informasi yang asimetris suatu kondisi yang disebabkan oleh informasi
yang diketahui manajemen namun tidak ingin untuk mereka ungkapkan.
3 Manajemen laba terjadi dalam konteks suatu kumpulan pelaporan yang fleksibel dan seperangkat kontrak tertentu yang
menentukan pembagian aturan diantara pemegang kepentingan. 4 Strategi perusahaan bagi manajemen laba mengikuti satu atau
lebih dari tiga pendekatan memilih dari pilihan-pilihan yang ada dalam GAAP, pilihan aplikasi yang ada dalam opsi
menggunakan akuisisi serta deposisi aktiva dan waktu untuk melaporkannya.
5 Manajemen laba merupakan suatu hasil usaha untuk melewati ambang batas.
6 Manajemen laba dapat berasal dari pemenuhan perjanjian dari kontrak kompensasi implisit.
7 Manajemen laba tumbuh dari ancaman dua bentuk aturan yakni aturan industri spesifik dan aturan antitrust.
8 Laba negatif secara tiba-tiba umunya lebih merugikan daripada revisi ramalan negatif.
17
Manajemen laba berbeda dengan kecurangan. Perbedaan tersebut terletak pada tingkat kepatuhan standar akuntansi.
Manajemen laba merupakan rekayasa pelaporan keuangan dalam batas-batas tertentu yang tidak melanggar standar pelaporan
keuangan. Hal
ini dilakukan
oleh manajemen
dengan memanfaatkan wewenangnya dalam dalam memilih metode
akuntansi yang diizinkan oleh standar, menurut teori konsekuensi ekonomi, dapat ditemukan bahwa karakteristik suatu perusahaan
memiliki hubungan dengan metode akuntansi yang dipilihnya Tatang : 2002. Sedangakan Syahrir 2007 menyatakan pemilik
mendukung perataan laba karena adanya motivasi internal dan eksternal. Motivasi internal menunjukkan maksud pemilik untuk
meminimalisasi biaya kontrak manajer dengan membujuk manajer agar melakukan praktik manajemen laba, motivasi eksternal
ditujukan oleh usaha pemilik saat ini untuk mengubah persepsi investor prospektif atau nilai potensial terhadap nilai perusahaan.
b. Motivasi Manajemen Laba
Scott 2003 mengemukakan motivasi perusahaan, dalam hal ini manajer melakukan manajemen laba diantaranya adalah
bonus plans, initial public offering, Stock price effects, Political motivations, taxaxion motivations, dan pergantian CEO. Motivasi-
motivasi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
18
1. Bonus Plans
Laba sering dijadikan indikator penilaian prestasi manajer perusahaan, dengan cara menetapkan tingkat laba yang harus
dicapai dalam periode tertentu.
2.
Initial Public Offering
Saat perusahaan go public, informasi keuangan yang ada dalam prospectus merupakan sumber informasi yang penting.
Informasi ini dapat digunakan sebagai sinyal pada calon investor tentang nilai perusahaan. Untuk mempengaruhi
keputusan investor maka manajer berusaha menaikkan laba
yang dilaporkan.
3.
Stock Price Effects
Manajer melakukan manajemen laba dalam laporan keuangan
bertujuan untuk mempengaruhi pasar.
4. Political Motivations
Untuk mengurangi biaya politis dan pengawasan dari pemerintah, dilakukan dengan cara menurunkan laba, untuk
memperoleh kemudahan dan fasilitas dari pemerintah misalnya
subsidi, dilakukan dengan cara menurunkan laba, dan untuk
meminimalkan tuntutan serikat buruh, dilakukan dengan cara menurunkan laba.
19
5. Taxation motivations Manajer berusaha menurunkan laba untuk mengurangi beban
pajak yang harus dibayar. 6.
Pergantian CEO Dalam kasus penggantian manajer biasanya di akhir tahun
tugasnya, manajer akan melaporkan laba yang tinggi, sehingga CEO yang baru akan merasa sangat berat untuk mencapai
tingkat laba tersebut.
Menurut Scott 2000 dalam Rahmawati, Suparno, dan Qomariyah 2007, pola manajemen laba dapat dilakukan dengan
cara: 1.
Taking a Bath Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan
CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa
datang. 2. Income Minimization
Pola ini dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba pada periode
mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba pada periode berikutnya.
20
3. Income Maximization Pola ini dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas
income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar.
4 . Income Smoothing Pola ini dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba
yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih
menyukai laba yang relatif stabil. Bentuk-bentuk manajemen laba diatas merupakan salah satu
upaya agar manajemen dapat mengelola laba sesuai dengan laba yang diinginkan, jadi, manajemen laba merupakan istilah secara
garis besar pengelolaan laba taking bath, income minimization, income maximization, serta income smoothing merupakan salah
satu teknik dalam pengelolaan laba yang paling umum digunakan.
c. Pandangan Terhadap Manajemen Laba.
Sulistiyanto 2008 menyatakan terdapat 2 pandangan mengenai manajemen laba yaitu manajemen laba sebagai
kecurangan dan pandangan manajemen laba bukan kecurangan:
1 Manajemen Laba sebagai Kecurangan
Sebagian pihak
mempunyai persepsi
bahwa manajemen laba mencerminkan perilaku tidak etis seorang
21
manajer untuk menipu pihak lain dengan menggunakan informasi-informasi bagi stake holder untuk mengetahui segala
sesuatu tentang perusahaan direkayasa sehingga pihak ini keliru dalam menilai perusahaan. Padahal penilaian ini akan
mempengaruhi keputusan-keputusan yang dibuat oleh pemakai laporan keuangan sebagai sumber informasi, maka bisa
dikatakan semakin besar angka dan komponen yang direkayasa maka semakin besar pula tingkat kesalahan yang dilakukan
para pemakai laporan keuangan. Beberapa pihak menyatakan aktivitas rekayasa manajerial ini dianggap kecurangan apabila
perusahaan melakukan perbuatan-perbuatan sebagai berikut: a Mencatat penjualan sebelum dapat direalisasi
Aktivitas rekayasa ini dilakukan dengan mencatat penjualan sebelum dapat realisasi. Aktivitas semacam ini bertentangan
dengan prinsip akuntansi yang menyatakan bahwa suatu transaksi atau peristiwa dapat diakui dan dicatat sebagai
pendapatan apabila
perusahaan memastikan
bahwa pendapatan itu kemungkinan besar dapat terealisir dimasa
depan tidak diijinkan untuk diakui dan dicatat dalam laporan keuangan yang disusunnya.
b Mencatat penjualan fiktif Aktivitas rekayasa ini dilakukan dengan mencatat penjualan
fiktif. Artinya perusahaan melakukan transaksi penjualan
22
yang sebenarnya belum atau tidak pernah dilakukannya. Upaya macam ini dilakukan perusahaan dengan mengakui
dan mencatat barang konsinyasi yang baru dikirim kepada penjual sebagai barang yang telah terjual. Atau mengakui
dan mencatat transaksi yang sebenarnya tidak ada atau tidak pernah ada sama sekali.
c Mengundurkan tanggal bukti pembelian Aktivitas rekayasa ini dilakukan dengan mengundurkan
tanggal bukti pembelian. Hal ini dilakukan untuk mengatur tingkat laba sesuai dengan keinginan manajer perusahaan.
Apabila ada suatu periode kinerja perusahaan lebih rendah dari yang ditargetkan maka perusahaan akan menunda
pengakuan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pembelian itu. Hal ini dilakukan agar kinerja perusahaan
kelihatan bagus dari periode ke periode meskipun sebenarnya
dalam periode
tertentu perusahaan
mengeluarkan biaya cukup tinggi. d Mencatat persediaan fiktif
Aktivitas rekayasa ini dilakukan agar nilai aktiva perusahaan menjadi lebih besar pada sesungguhnya.
23
2 Manajemen Laba bukan Kecurangan
Pendapat pada persepsi ini manajemen laba bukanlah kecurangan yang dilakukan manajer perusahaan,
pendapat ini sesuai dengan kenyataan yang menunjukkan bahwa manajemen laba berada di daerah abu-abu, yaitu
diantara aktivitas yang diijinkan prinsip akuntansi dan kecurangan.
a Akuntansi konservatif. Adalah proses akuntansi untuk mengakui dan mencatat suatu transaksi atau peristiwa
secara berhati-hati. b Akuntansi agresif. Adalah proses akuntansi untuk
mengakui dan mencatat suatu transaksi atau peristiwa secara eksploratif. Secara konseptual kedua model
akuntansi dapat membuat informasi laba lebih besar atau lebih kecil daripada laba sesungguhnya. Alasan
inilah yang menjadi dasar pendapat yang menyatakan bahwa manajemen laba bukanlah tindakan rekayasa
yang mengarah pada kecurangan pilihan metode akuntansi.
24
Menurut Sulistiyanti et, al Terdapat dua komponen utama dalam pembahasan manajemen laba yaitu: Discretionary Accrual dan Non
Discretionary Accrual untuk menentukan apakah ada dan seberapa besar aktivitas rekayasa manjerial.
Discretionary Accrual merupakan komponen akrual hasil rekayasa manajeriaal dengan memanfaatkan kebebasan dan keleluasaan
dalam estimasi pemakaian standar akuntansi. Sedangkan Non Discretionary Accrual merupakan komponen akrual yang diperoleh
secara ilmiah dari dasar pencatatan akrual dengan mengikuti sttandar akuntansi yang diterima secara umum.
4. Kinerja Perusahaan
Menurut Hastuti 2005 dalam Ayu, 2006 kinerja perusahaan adalah hasil banyak keputusan individual yang dibuat secara terus
menerus oleh manajemen. Oleh karena itu untuk menilai kinerja perusahaan perlu melibatkan analisis dampak keuangan kumulatif dan
ekonomi dari
keputusan dan
mempertimbangkannya dengan
menggunakan ukuran komparatif kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisien suatu organisasi
dalam rangka mencapai tujuannya. Efektifitas apabila manajemen memiliki kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau suatu alat
yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan efisiensi diartikan sebagai rasio perbandingan antara masukan dan
25
keluaran yaitu dengan masukan tertentu memperoleh keluaran yang optimal.
Sartono 2001 dalam Gerianta 2007 mengemukakan bahwa analisis dapat dilakukan dengan membandingkan prestasi satu periode
dengan periode sebelumnya sehingga dapat diketahui adanya kecenderungan selama periode tertentu. Selanjutnya ia menegaskan
bahwa analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di bidang finansial akan sangat
membantu dalam menilai prestasi manajemen pada masa lalu dan prospeknya pada masa mendatang. Analisis dan interpretasi dari
macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan dari pada analisis
yang hanya didasarkan atas data keuangan yang tidak berbentuk rasio.
a. Return Saham
Return merupakan selisih dari harga investasi sekarang dengan harga periode yang lalu. jika investasi sekarang Pt lebih tinggi dari
harga investasi periode yang lalu Pt-1 ini berarti terjadi keuntungan modal capital gain, sebaliknya jika harga investasi sekarang Pt
lebih rendah dari harga investasi periode yang lalu Pt-1 terjadi kerugian modal capital loss Jogiyanto, 2000. Sedangkan return
saham menurut suzanti 2001 adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh investor atas suatu investasi yang dilakukannya. Dalam
26
teori portofolio, risiko dinyatakan sebagai kemungkinan keuntungan menyimpang yang diharapkan. Ada dua risiko dalam berinvestasi:
1 Risiko sistematis sistematic risk Merupakan risiko yang timbul oleh pengaruh ekonomi makro
pengaruh pasar secara keseluruhan dan tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi portofolio. Contoh: karena inflasi, pengaruh
pasar, pengaruh politik dan lain-lain. 2 Risiko tidak sistematis unsystematic risk
Merupakan faktor-faktor spesifik yang ada pada suatu perusahaan, risiko ini dapat dihilangkan dengan diversifikasi portofolio.
Contoh: penyusutan, pengembangan produk baru dan lain-lain.
5. Struktur Kepemilikan dan Manajemen Laba
Pada hasil penelitian Anderson Reeb 2002 menunjukkan bahwa pemegang saham minoritas justru diuntungkan dari adanya
kepemilikan keluarga. Arifin 2003 menunjukkan bahwa perusahaan publik di Indonesia yang dikendalikan keluarga atau negara atau
institusi keuangan, masalah agensinya lebih baik jika dibandingkan perusahaan yang dikontrol oleh publik atau tanpa pengendali utama.
Menurutnya, dalam perusahaan yang dikendalikan keluarga, masalah agensinya lebih kecil karena berkurangnya konflik antara principal dan
agent.
27
Manajemen laba dilakukan oleh manajer pada faktor-faktor fundamental perusahaan, yaitu dengan intervensi pada penyusunan
laporan keuangan berdasarkan akuntansi akrual. Padahal kinerja fundamental perusahaan tersebut digunakan oleh pemodal untuk
menilai prospek perusahaan, yang tercermin pada kinerja saham. Manajemen laba yang dilakukan manajer pada laporan keuangan
tersebut akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, yang selanjutnya akan mempengaruhi kinerja saham Haris, 2004. Bryshaw
dan Eldin 1989 menemukan bukti bahwa alasan manajemen melakukan manajemen laba adalah:
1 Skema kompensasi manajemen yang dihubungkan dengan kinerja perusahaan yang disajikan dalam laba akuntansi.
2 Fluktuasi dalam kinerja manajemen dapat mengakibatkan intervensi pemilik.
Dua hal tersebut akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan
dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola. Secara umum dapat dikatakan
bahwa persentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba. Gideon, 2005
Penelitian yang dilakukan oleh Husnan 2000, menemukan bahwa perusahaan yang kepemilikannya lebih menyebar memberikan imbalan
yang lebih besar kepada manajemen dibanding dengan perusahaan yang
28
kepemilikannya lebih terkonsentrasi. Penilaian kinerja keuangan dapat dilihat berdasarkan nilai saham nya signaling theory.
Manajer sebagai pengelola
perusahaan lebih banyak
mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik pemegang saham. Oleh karena itu
sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat
dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima
tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi
information asymetric. Asimetri informasi terjadi karena manajer lebih superior dalam menguasai informasi dibanding pihak lain
pemilik atau pemegang saham.
6. Struktur Kepemilikan dan Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain terkonsentrasi atau tidak terkonsentrasinya kepemilikan, manipulasi
laba, serta pengungkapan laporan keuangan. Kepemilikan yang banyak terkonsentrasi oleh institusi akan memudahkan pengendalian sehingga
akan meningkatkan kinerja perusahaan Rudi 2008. Struktur kepemilikan merupaka masalah yang sering menimbulkan kompleksitas
antara kepemilikan minoritas dengan mayoritas.
29
Meskipun begitu, kepemilikan korporasi dalam suatu perusahan bahwa perubahan yang terjadi dalam perusahaan tersebut akan
menyebabkan perubahan kepemilikan dan manajemen. Investor institusi mungkin akan lebih tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan yang
mempunyai mekanisme kontrol yang ketat dan dividen yang tinggi, alasannya sebagai pemilik dengan kepemilikan yang tinggi akan
mengharapkan investasinya di perusahaan aman dan menghasilkan return yang tinggi, baik dalam bentuk dividen maupun dalam bentuk
capital gain Jensen, 1986. Principal mempunyai kepentingan untuk meningkatkan kinerja perusahaan, oleh karena itu principal
menyediakan fasilitas dan dana untuk kebutuhan operasi perusahaan untuk meningkatkan kemakmuran principal melalui peningkatan kinerja
sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan Slamet, 2005.
7. Manajemen Laba dan Kinerja Perusahaan Return Saham
Hubungan manajemen laba dengan kinerja perusahaan jangka panjang banyak diteliti salah satu oleh saiful 2004 dengan hasil
penelitian tidak ditemukannya hubungan antara manajemen laba disekitar IPO dengan rendahnya kinerja imbal saham perusahaan 1
tahun setelah IPO selain pada momentum-momentum tertentu tingginya akan pengelolaan laba departemen RD menjadi salah satu objek
manajemen dengan 2 tujuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan
30
yang akan meningkatkan nilai perusahaan atau untuk kepentingan para manajer.
Hasil penelitian Dhaoui 2009 yang membuktikan bahwa kinerja perusahaan dan pengelolaan laba adalah tujuan utama
manajemen melalui RD departemen. Pada kinerja perusahaan yang dapat diukur melali berbagai macam tolak ukur untuk mengukur
keberhasilan perusahaan yang pada umumnya berfokus pada informasi yang berasal laporan keuangan kinerja perusahaan yang bagus tentunya
akan mampu menaikkan nilai perusahaan, untuk itu tindakan manajemen laba yang dilakukan diharapkan mampu untuk menaikkan
nilai perusahaan.
B. Penelitian Terdahulu