Latar Belakang PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG Jatropha gossypifolia Linn DARI BERBAGAI METODE EKSTRAKSI REMASERASI

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan pola hidup masyarakat dapat berdampak pada munculnya penyakit-penyakit degeneratif. Beberapa penyakit degeneratif berhubungan dengan radikal bebas diantaranya kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah, pikun, katarak dan penurunan fungsi kognitif serta proses penuaan dini Hernani dan Rahardjo, 2006. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat reaktif karena mengandung satu atau lebih elektron yang tidak memiliki pasangan pada orbital terluarnya. Untuk mencapai kestabilan atom atau molekul, radikal bebas akan bereaksi dengan molekul disekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron. Reaksi ini akan berlangsung terus menerus dalam tubuh Kikuzaki et al., 2002. Antioksidan dipercaya mampu untuk mencegah beberapa penyakit degeneratif ini. Antioksidan merupakan senyawa penting dalam menjaga kesehatan tubuh karena berfungsi sebagai penangkap radikal bebas yang banyak terbentuk dalam tubuh. Tubuh manusia memiliki kemampuan untuk dapat menghasilkan antioksidan tapi jumlahnya tidak mencukupi untuk menetralkan radikal bebas yang jumlahnya semakin menumpuk di dalam tubuh. Sehingga dibutuhkan antioksidan yang berasal dari luar tubuh atau antioksidan eksogen Hernani dan Rahardjo, 2006. Sumber-sumber antioksidan eksogen dapat berupa antioksidan sintetik maupun antioksidan alami. Tetapi saat ini penggunaan antioksidan sintetik mulai dibatasi karena dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa antioksidan sintetik seperti BHT Butylated Hydroxy Toluena ternyata dapat meracuni binatang percobaan dan bersifat karsinogenik. Oleh karena itu industri makanan dan obat-obatan beralih mengembangkan antioksidan alami dan mencari sumber-sumber antioksidan alami baru Takashi and Takayumi, 1997. Antioksidan alami mampu melindungi tubuh terhadap kerusakan yang disebabkan spesies oksigen reaktif, mampu menghambat terjadinya penyakit degeneratif serta mampu menghambat peroksidae lipid pada makanan Sunarni, 2005. Senyawa-senyawa yang mempunyai potensi sebagai antioksidan alami umumnya merupakan senyawa flavonoid, fenolik, dan alkaloid Hartoyo, 2003. Jatropha gossypifolia Linn atau jarak merah keluarga Euphorbiaceae adalah tumbuhan yang hidup di daerah tropis dan telah digunakan sebagai salah satu obat tradisional. Tumbuhan ini juga merupakan salah satu bagian penting dalam pengobatan modern. Dari waktu ke waktu tumbuhan ini telah diteliti untuk terapi atau pengobatan suatu penyakit secara tradisional. Jatropha gossypifolia Linn umum digunakan pada pengobatan tradisional Cina, Ayurveda, dan pengobatan tradisional Thailand untuk terapi demam, nyeri, dan disentri Geronikaki et al., 2003; Wasana et al., 2008. Kandungan kimia yang telah ditemukan pada kulit batang Jatropha gossypifolia Linn adalah alkaloid jatrophine, batang semak ini mengandung lignan jatroiden terkenal baik sampai saat ini Oduola et al., 2005. Sebelumnya juga telah dilaporkan adanya kandungan fitokimia lain pada tanaman ini, yaitu : saponin, lignan, tannin, senyawa fenolik, curcin, triterpen, diterpen, jatrophone, jatropholone A dan B, jatrophatrione, apigenin, dan cyclogossine A Khumrungsee et al., 2009. Senyawa aktif yang terkandung pada tumbuhan menyebabkan tumbuhan tersebut memiliki aktivitas biologis tertentu Setyaningsih, dkk., 2014. Sehingga dari senyawa aktif yang terkandung pada tanaman Jatropha gossypifolia Linn ini dapat dijadikan salah satu alternatif sebagai antioksidan alami. Tanaman obat Indonesia telah semakin banyak dimanfaatkan baik sebagai obat tradisional Indonesia jamu, obat herbal terstandar ataupun fitofarmaka. Berbagai penelitian dan pengembangan yang memanfaatkan kemajuan teknologi juga dilakukan sebagai upaya peningkatan mutu dan keamanan produk yang diharapkan dapat lebih meningkatkan kepercayaan terhadap manfaat obat bahan alam tersebut. Salah satu cara untuk mengendalikan mutu simplisia adalah dengan melakukan standarisasi simplisia. Standarisasi diperlukan agar dapat diperoleh bahan baku yang seragam yang akhirnya dapat menjamin efek farmakologi tanaman tersebut. Obat tradisional lebih banyak dibuat dalam bentuk ekstrak, hal ini dikarenakan tanaman obat tidak lagi praktis jika digunakan dalam bentuk bahan utuh atau dalam bentuk simplisia Hariyati, 2005. Untuk mendapatkan ekstrak dari suatu tanaman obat diperlukan proses ekstraksi, proses ekstraksi adalah proses pemisahan secara difusional satu ataubahkan beberapa bahan yang berasal dari suatu padatan atau cairan menggunakan bantuan pelarut. Berdasarkan prinsip dan cara pelarutan serbuk simplisia atau cara pengontakan padatan dengan pelarut, ekstraksi dibedakan menjadi maserasi dispersi dan perkolasi imersi Mc. Cabe, 2005. Maserasi dibedakan menjadi tiga jenis yaitu maserasi non kinetik atau sederhana, maserasi kinetik, dan maserasi dengan penggunaan tekanan. Maserasi non kinetik didefinisikan sebagai metode ekstraksi dimana sampel direndam menggunakan pelarut dalam kurun waktu tertentu dengan atau tanpa pengadukan pada suhu ruang. Maserasi kinetik dan maserasi dengan tekanan tidak jauh berbeda dengan maserasi sederhana. Titik perbedaan maserasi kinetik terletak pada dilakukannya pengadukan dengan kecepatan konstan, sedangkan perbedaan pada maserasi tekanan terletak pada kondisi tekanan yang digunakan dalam ekstraksi bukan tekanan ruang, sehingga proses tersebut lebih efektif Fauzana dkk., 2010. Dalam penelitian ini dapat dibandingkan metode maserasi non kinetik dan maserasi kinetik untuk mengetahui kemampuan dari masing-masing metode dalam menarik senyawa aktif pada kulit batang Jatropha gossypifolia Linn.

1.2 Rumusan Masalah