Latar Belakang LATAR BELAKANG

1

BAB I LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi 0 – 1 tahun usia bermain oddler 1 – 2,5 tahun , pra sekolah 2,5 – 5 tahun , usia sekolah 5 – 11 tahun hingga remaja 11 – 18 . Rentang ini berbeda antara anak satu dengan yang lain mengingat latar belakang anak berbeda Hidayat, 2009. Anak adalah individu yang berusia antara 0 – 18 tahun, yang sedang dalam proses tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan yang spesifik fisik, psikologis, sosial, dan spiritual yang berbeda dengan orang dewasa Supartini, 2004. Anak usia golden period ini merupakan masa yang penuh tantangan di tandai dengan perkembangan pesat, senang mencoba hal baru dan meniru perilaku orang terdekatnya. Secara alamiah, anak – anak memiliki sifat ingin tahu, menjelajah lingkungan untuk belajar dan mengembangkan diri. Keamanan biasanya merupakan perhatian utama orang tua termasuk juga aspek – aspek seperti persiapan makan, penanganan yang aman, mainan yang aman, peralatan dan lingkungan rumah sakit Lewer, 2005. Pada anak – anak cedera yang sering terjadi adalah jatuh, keracunan, keamanan tempat bermain, luka bakar dan cedera tubuh Wong, 2003. Cedera pada toddler dapat mengakibatkan kondisi yang fatal. Penyebabnya adalah karena anak yang usianya masih kecil tidak mengetahui cara melindungi dirinya dari cedera Supartini, 2004. Cedera pada toddler tidak terjadi apabila orang tua memiliki pengetahuan tentang tingkat tumbuh-kembang anak usia toddler Supartini, 2004. Didalam keluarga, peranan orang tua dalam tumbuh kembang anak sangat diperlukan, demi mencapai kesejahteraan keluarga yang optimal. Dalam dunia keperawatan anak, yang harus diperhatikan tidak hanya anak itu sendiri, akan tetapi kultur keluarga dan masyarakat harus diperhatikan seperti masalah pengetahuan keluarga, budaya, lingkungan, dan lain – lain. Kesemuanya dapat mempengaruhi pada proses pelayanan keperawatan yang diberikan. Sebagai bagian dari keluarga salah satu aspek yang penting adalah keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan pelayanan keperawatan sehingga bersama – sama dalam memberikan perawatan Hidayat, 2009. Peran perawat dalam menangani cedera pada anak di rumah sakit adalah untuk memperoleh pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, perawat dapat membantu anak dan keluarganya memenuhi kebutuhan yang spesifik dengan cara membina hubungan terapeutik dengan anak atau keluarga melalui perannya sebagai pembela, pemulih pemelihara kesehatan, koordinator, kolaborator, pembuat keputusan etik dan perencana kesehatan. Fokus dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan anak adalah peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, dengan falsafah yang utama yaitu, asuhan keperawatan yang berpusat pada keluarga dan perawatan yang terapeutik. Selama proses asuhan keperawatan dijalankan, keluarga dianggap sebagai mitra bagi perawat dalam rangka mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Dua konsep yang mendasari dalam kerjasama orang tua dan perawat ini adalah memfasilitasi keluarga untuk aktif terlibat dalam asuhan keperawatan anaknya dirumah sakit dan memberdayakan kemampuan keluarga baik dari aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap dalam melaksanakan perawatan anaknya di rumah sakit, melalui interaksi yang terapeutik dengan keluarga empowering. Bentuk intervensi utama yang diperlukan anak dan keluarganya adalah pemberian dukungan, pemberian pendidikan kesehatan, dan upaya rujukan kepada tenaga kesehatan lain yang berkompeten sesuai dengan kebutuhan anak Supartini, 2004. Atraumatic care atau asuhan yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarganya merupakan asuhan yang terapeutik karena bertujuan sebagai terapi pada anak. Dasar pemikiran pentingnya asuhan terapeutik ini adalah bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pediatric telah berkembang pesat, tindakan yang dilakukan pada anak tetap menimbulkan trauma, rasa nyeri, marah, cemas dan takut pada anak. Beberapa kasus yang sering di jumpai di masyarakat seperti peristiwa yang dapat menimbulkan trauma pada anak yaitu, menunjukkan bahwa lingkungan rumah sakit yang dapat menimbulkan trauma bagi anak adalah lingkungan fisik rumah sakit, tenaga kesehatan baik dari sikap maupun pakaian putih, alat – alat yang digunakan, dan lingkungan sosial antar sesama pasien. Dengan adanya stressor tersebut, distress yang dapat dialami anak adalah gangguan tidur, pembatasan aktivitas, perasaan nyeri, dan suara bising, sedangkan distress psikologis mencakup kecemasan, takut, marah, kecewa, sedih, malu, dan rasa bersalah Wong, 2008. Menurut Shaw et.al 2005 dalam Yully Harta Mustikawati 2011 kejadian nyaris cedera KNC terjadi sebanyak tujuh sampai seratus kali dibandingkan dengan kejadian tidak diharapkan KTD. Bentuk kejadian nyaris cedera KNC yang dilaporkan dari total insiden sebanyak 28.998 yang dilaporkan sebanyak 41 pasien tergelincir, tersandung dan jatuh, 9 insiden terkait dengan manajemen obat, 8 insiden terkait sumber dan fasilitas, 7 terkait pengobatan. 138 merupakan masalah besar catastrophic dan 260 kejadian tidak diharapkan KTD. Kejadian tergelincir, tersandung, dan jatuh dilaporkan merupkan hal yang paling besar n = 11.766. Bentuk kejadian tidak diharapkan KTD meliputi 28 reaksi dari pengobatan atau obat – obat yang diberikan, 42 adalah kejadian yang mengancam kehidupan tetapi dapat dicegah, 20 pelayanan yang didapat di poliklinik, 10 - 30 merupakan kesalahan dari laboratorium Ballard, 2003. Menurut Kertadikara 2008 dalam Yully Harta Mustikawati 2011 di dunia penelitian mengenai kejadian tidak diharapkan KTD dilakukan oleh The Harvard Medical Practice yang melibatkan lebih dari 30.000 pasien yang dipilih secara random dari 51 rumah sakit di New York pada tahum 1984. Penelitian ini menyimpulkan terjadi kejadian tidak diharapkan KTD pada 3,7 pasien rawat inap yang akhirnya memerlukan perpanjangan lama hari rawat, atau menimbulkan kecacatan pasien pada paska perawatan. Analisis lebih lanjut dari riset menunjukkan bahwa lebih dari 58 kejadian tidak diharapkan KTD tersebut sebetulnya dapat dicegah preventable adverse events dan 27,6 terjadi akibat kelalaian rumah sakit atau klinik hospital or clinical negligence. Pada evaluasi berikutnya didapatkan hasil, sebagian kecacatan akibat kejadian tidak diharapkan KTD tersebut pulih dalam waktu tidak lebih dari 6 bulan, namun 13,6 diantaranya akhirnya meninggal dan 2,6 mengalami kecacatan permanen. Dari hasil studi pendahuluan pada tanggal 7 februari di RSUD X di wilayah Blitar di ruang Anak anggrek terdapat 12 perawat dan jumlah pasien 28 anak, dari data rumah sakit terdapat kejadian yang tidak diharapkan KTD dan kejadian nyaris cedera KNC dari tahun 2010 – 2012 terdapat data sebagai berikut dan dokumen dirahasiakan : Kejadian nyaris cedera KNC dan kejadian tidak diharapkan KTD Jumlah Pasien Jatuh 5 anak Kesalahan pemberian obat 1 anak Kesalahan dosis obat 1 anak Injeksi 1 anak Ketidaktepatan diagnose 1 anak Perawat tidak melakukan tindakan 1 anak Tidak mendapat terapi dari dokter 1 anak Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang : “Hubungan Implementasi Perawat tentang Patient Safety dengan Resiko Cedera pada infant dan toddler .”

1.2 Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PATIENT SAFETY DENGAN KEJADIAN PELANGGARAN PATIENT SAFETY

1 27 26

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN IMPLEMENTASI PATIENT SAFETY DI RUANG ANGGREK DAN RUANG BOUGENVILLE RSUD NGUDI WALUYO WLINGI BLITAR

11 48 22

HUBUNGAN DUKUNGAN KEPEMIMPINAN DENGAN KEPATUHAN PERAWAT MENGIDENTIFIKASI PASIEN DALAM PENERAPAN PATIENT SAFETY

1 9 30

HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KEJADIAN Hubungan Patient Handling Dengan Kejadian Musculoskeletal Disorders Pada Perawat Di Rsu Pku Muhammadiyah Delanggu.

0 3 17

HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KEJADIAN Hubungan Patient Handling Dengan Kejadian Musculoskeletal Disorders Pada Perawat Di Rsu Pku Muhammadiyah Delanggu.

0 2 18

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG NYERI DENGAN PERILAKU PENGKAJIAN NYERI ANAK TODDLER DI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG NYERI DENGAN PERILAKU PENGKAJIAN NYERI ANAK TODDLER DI MELATI II RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA.

0 1 16

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ANTISIPASI CEDERA DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN CEDERA PADA ANAK USIA TODDLER DI RW 01 KELURAHAN MANGGAHANG WILAYAH PUSKESMAS JELEKONG KABUPATEN BANDUNG

0 1 11

HUBUNGAN BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL PERAWAT DENGAN PENERAPAN PATIENT SAFETY DI IGD DAN ICU RSU GMIM PANCARAN KASIH MANADO

0 0 9

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PATIENT SAFETY DI PUSKESMAS BAYAN KABUPATEN LOMBOK UTARA PENELITIAN CROSS SECTIONAL

0 0 13

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PATIENT SAFETY DENGAN PENERAPAN PATIENT SAFETY PADA PASIEN STROKE DI RAWAT INAP DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

0 1 16