Potensi Ekowisata pada Kegiatan Pemuliaan Pohon di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun

(1)

POTENSI EKOWISATA PADA KEGIATAN PEMULIAAN

POHON DI PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR KPH

MADIUN

SKRIPSI

RIMSA LUSIANA MANALU BUDIDAYA HUTAN/051202033

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009


(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Usulan : Potensi Ekowisata pada Kegiatan Pemuliaan Pohon di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun Nama : Rimsa Lusiana Manalu

NIM : 051202033 Program Studi : Budidaya Hutan

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS. Kansih Sri Hartini, S. Hut, MP. NIP : 196412282000121001

Mengetahui,

Ketua Departemen Kehutanan

Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS. NIP : 196412282000121001


(3)

ABSTRAK

RIMSA LUSIANA MANALU: Potensi Ekowisata pada Kegiatan Pemuliaan Pohon di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun. Dibawah bimbingan Dr. Ir. EDY BATARA MULYA SIREGAR, MS dan KANSIH SRI HARTINI, S.Hut, MP.

Potensi yang terdapat pada hutan tanaman secara estetika dapat digali lebih banyak lagi. Salah satu caranya adalah dengan menjadikan hutan tanaman sebagai salah satu tujuan ekowisata khususnya wisata pendidikan. Penelitian dilakukan di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun pada bulan Juni – Agustus 2009 yang menggunakan uji Cochran sebagai analisis datanya. Sasaran penelitian adalah pelajar, para guru dan pegawai Perum Perhutani. Jumlah sampel yang diambil untuk pelajar sebanyak 42 orang, guru 50 orang dan untuk pegawai Perhutani sebanyak 20 orang. Masing-masing sampel diambil sampelnya sebesar 10 % dari jumlah keseluruhan sampel yang ada. Tetapi untuk guru karena jumlahnya kurang dari 100, maka sampel diambil semua. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data primer seperti data karakteristik responden dan hasil wawancara dengan menggunakan kuisioiner. Data sekunder berupa data umum yang ada pada Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun dan hasil observasi di lapangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pemuliaan pohon yang ada di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun adalah Kebun Pangkas, Pohon Plus dan APB (Areal Produksi Benih). Perum Perhutani Unit II KPH Madiun telah siap sebagai fasilitator bagi para pelajar maupun guru dalam melakukan kunjungan ekowisata terhadap program pemuliaan pohon di KPH Madiun, seperti mengelola kegiatan pemuliaan pohon yang ada dengan baik, melengkapi fasilitas – fasilitas pendukung dalam area kegiatan serta menyediakan sarana dan prasarana bagi para pengunjung. Selain itu Pelajar dan guru memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai kegiatan pemuliaan pohon yang ada di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun.


(4)

ABSTRACT

RIMSA LUSIANA MANALU : Potential of Ecotourism in Forest Tree Improvement in Indonesian State Owned Forest Enterprise Unit II KPH Madiun in East Java. Under supervised by Dr. Ir. EDY BATARA MULYA SIREGAR, MS and KANSIH SRI HARTINI, S.Hut, MP.

The ecotourism potential found on forest plantation can be dug aesthetically more. One way is to make forest plantations as one tourism destination, especially ecotourism education. Research conducted in Unit II of Indonesian State Owned Forest Enterprise KPH Madiun in East Java in June - August 2009 using a Cochran test data analysis. Research targets are students, teachers, and employees of Indonesian State Owned Forest Enterprise. Total sample that taken each from students are 42 person, teachers 50 person and the staff of Perhutani are 20 person. From the total only taken 10 % for each sample, expect from the tacher we took all because less than 100 person. This research is done by collecting primary data like respondent characteristic data and interviews with questionnaire. The secondary data in the form of general data on Unit II of Indonesian State Owned Forest Enterprise KPH Madiun in East Java and field observations.

The results showed that the activities of the forest tree improvement in Indonesian State Owned Forest Enterprise Unit II KPH Madiun in East Java is the garden coppice, Plus Tree and APB (Seed Production Area). Indonesian State Owned Forest Enterprise Unit II KPH Madiun has been prepared as a facilitator for students and teachers in ecotourism visit to the forest tree improvement program in KPH Madiun, such as managing the activities of the forest tree improvement which is well equipped with the facilities and activities in the area to provide facilities and infrastructure for the visitors. In addition, students and teachers have a good level of knowledge about the activities of the existing forest tree improvement activities in Indonesian State Owned Forest Enterprise Unit II KPH Madiun in East Java.

Keywords : Forest Tree Improvement, Ecotourism, Indonesian State Owned Forest Enterprise


(5)

RIWAYAT HIDUP

RIMSA LUSIANA MANALU dilahirkan di Jambi pada tanggal 23 February 1987 dari pasangan Bapak J. Manalu dan Ibu E. Tampubolon. Penulis merupakan putri ketiga dari lima bersaudara.

Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Xaverius 2 Jambi pada tahun 1999, yang dilanjutkan di SLTP Xaverius 2 Jambi pada tahun 2002 dan lulus dari SMU Negeri 4 Jambi pada tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan studinya di perguruan tinggi negeri dan lulus melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kehutanan, Departemen Kehutanan, Program Studi Budidaya Hutan.

Selama perkuliahan, penulis merupakan anggota Himpunan Mahasiswa Sylva USU. Penulis melaksanakan Praktik Pengenalan dan Pengolahan Hutan (P3H) pada bulan Juni tahun 2007 di hutan mangrove Desa Masjid Lama Kabupaten Asahan dan hutan pegunungan Lau Kawar di Kabupaten Karo. Pada bulan Juni sampai Agustus 2009 penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun.

Pada akhir studi penulis melaksanakan penelitian di bawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS dan Ibu Kansih Sri Hartini, S.Hut, MP. dengan judul “Potensi Ekowisata Pada Kegiatan Pemuliaan Pohon di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala berkat dan karunia-Nya sehingga hasil penelitian yang berjudul ” Potensi Ekowisata pada Kegiatan Pemuliaan Pohon di Perum

Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun” berhasil diselesaikan dengan

baik dan tepat waktu.

Terima kasih disampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS dan Ibu Kansih Sri Hartini, S. Hut., MP. selaku komisi pembimbing yang telah banyak mengarahkan dan memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan usulan penelitian ini. Juga kepada Ibu Dwi Endah Widiastuti, S.Hut, M.Si yang telah membantu dalam penyusunan awal skripsi ini serta kepada Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun yang telah memberikan kesempatan bagi penulis dalam melakukan penelitian ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis menerima kritikan dan saran yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan dimasa yang akan datang.

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan memberi kontribusi yang baru khususnya dalam bidang kehutanan dan bidang pendidikan dalam penelitian-penelitian ilmiah.

Medan, Oktober 2009


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL...vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Manfaat Penelitian... 4

TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata ... 5

Perum Perhutani Unit II Jawa Timur...10

KPH Madiun………....13

Kegiatan Pemuliaan Pohon……….. ………...17

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

Alat dan Bahan ... 23

Metode Penelitian ... 23

Analisis Data ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN Perum Perhutani... 27

Kegiatan Pemuliaan Pohon di Prum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun………...…………28

Karakteristik Responden...33

Tingkat Pemahaman Responden Terhadap Kegiatan Pemuliaan Pohon………...36

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 42

Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Wilayah Kerja Perum Perhutani………..……..… 11

2. Luas Kawasan SKPH Madiun... 15

3. Kelompok Umur Responden Pelajar dan Guru... 34

4. Kelompok Umur Responden Pegawai Perhutani... 34

5. Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Kegiatan Pemuliaan Pohon………37

6. Tingkat Kesiapan Perum Perhutani Unit II KPH Madiun sebagai Fasilitator………... 40


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Media Penanaman Stek Pucuk pada Polybag... 30

2. Bedeng Induksi Akar ... 30

3. Kebun Pangkas yang berada di lokasi BKPH Dungus, KPH Madiun... 31

4. Tingkat Pendidikan Guru... 35

5. Tingkat Pendidikan Pegawai Perhutani... 36


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Tingkat Kesiapan Pegawai Perhutani Terhadap Kegiatan

Pemuliaan Pohon sebagai Fasilitator bagi Masyarakat

Sasaran... 45 2. Tingkat Pengetahuan dan Pemahaman Guru Terhadap

Kegiatan Pemuliaan Pohon... 46 3. Tingkat Pengetahuan dan Pemahaman Pelajar

Terhadap Kegiatan Pemuliaan Pohon... 48 4. Pertanyaan Kuisioner Untuk Responden

(pelajar dan guru)... 50 5. Pertanyaan Kuisioner Untuk Responden

Pegawai Perum Perhutani... 51 6. Analisis/Observasi Lapangan (oleh Peneliti)... 51 7. Nilai-nilai Chi Kuadrat... ... 52


(11)

ABSTRAK

RIMSA LUSIANA MANALU: Potensi Ekowisata pada Kegiatan Pemuliaan Pohon di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun. Dibawah bimbingan Dr. Ir. EDY BATARA MULYA SIREGAR, MS dan KANSIH SRI HARTINI, S.Hut, MP.

Potensi yang terdapat pada hutan tanaman secara estetika dapat digali lebih banyak lagi. Salah satu caranya adalah dengan menjadikan hutan tanaman sebagai salah satu tujuan ekowisata khususnya wisata pendidikan. Penelitian dilakukan di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun pada bulan Juni – Agustus 2009 yang menggunakan uji Cochran sebagai analisis datanya. Sasaran penelitian adalah pelajar, para guru dan pegawai Perum Perhutani. Jumlah sampel yang diambil untuk pelajar sebanyak 42 orang, guru 50 orang dan untuk pegawai Perhutani sebanyak 20 orang. Masing-masing sampel diambil sampelnya sebesar 10 % dari jumlah keseluruhan sampel yang ada. Tetapi untuk guru karena jumlahnya kurang dari 100, maka sampel diambil semua. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data primer seperti data karakteristik responden dan hasil wawancara dengan menggunakan kuisioiner. Data sekunder berupa data umum yang ada pada Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun dan hasil observasi di lapangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pemuliaan pohon yang ada di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun adalah Kebun Pangkas, Pohon Plus dan APB (Areal Produksi Benih). Perum Perhutani Unit II KPH Madiun telah siap sebagai fasilitator bagi para pelajar maupun guru dalam melakukan kunjungan ekowisata terhadap program pemuliaan pohon di KPH Madiun, seperti mengelola kegiatan pemuliaan pohon yang ada dengan baik, melengkapi fasilitas – fasilitas pendukung dalam area kegiatan serta menyediakan sarana dan prasarana bagi para pengunjung. Selain itu Pelajar dan guru memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai kegiatan pemuliaan pohon yang ada di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun.


(12)

ABSTRACT

RIMSA LUSIANA MANALU : Potential of Ecotourism in Forest Tree Improvement in Indonesian State Owned Forest Enterprise Unit II KPH Madiun in East Java. Under supervised by Dr. Ir. EDY BATARA MULYA SIREGAR, MS and KANSIH SRI HARTINI, S.Hut, MP.

The ecotourism potential found on forest plantation can be dug aesthetically more. One way is to make forest plantations as one tourism destination, especially ecotourism education. Research conducted in Unit II of Indonesian State Owned Forest Enterprise KPH Madiun in East Java in June - August 2009 using a Cochran test data analysis. Research targets are students, teachers, and employees of Indonesian State Owned Forest Enterprise. Total sample that taken each from students are 42 person, teachers 50 person and the staff of Perhutani are 20 person. From the total only taken 10 % for each sample, expect from the tacher we took all because less than 100 person. This research is done by collecting primary data like respondent characteristic data and interviews with questionnaire. The secondary data in the form of general data on Unit II of Indonesian State Owned Forest Enterprise KPH Madiun in East Java and field observations.

The results showed that the activities of the forest tree improvement in Indonesian State Owned Forest Enterprise Unit II KPH Madiun in East Java is the garden coppice, Plus Tree and APB (Seed Production Area). Indonesian State Owned Forest Enterprise Unit II KPH Madiun has been prepared as a facilitator for students and teachers in ecotourism visit to the forest tree improvement program in KPH Madiun, such as managing the activities of the forest tree improvement which is well equipped with the facilities and activities in the area to provide facilities and infrastructure for the visitors. In addition, students and teachers have a good level of knowledge about the activities of the existing forest tree improvement activities in Indonesian State Owned Forest Enterprise Unit II KPH Madiun in East Java.

Keywords : Forest Tree Improvement, Ecotourism, Indonesian State Owned Forest Enterprise


(13)

PENDAHULUAN

Latar`Belakang

Indonesia merupakan satu diantara banyak negara yang memiliki kekayaan budaya dan sumber daya alam memiliki keunggulan kompetitif sebagai daerah tujuan wisata utama di Asia Tenggara dan Asia Pasifik. Pemanfaatan yang konservatif pada keragaman hayati dan ekosistem dapat dilaksanakan dengan pengembangan sebagai obyek dan daya tarik wisata. Kekayaan keragaman hayati dan ekosistemnya dapat dimanfaatkan secara arif dan bijaksana. Pemanfaatan yang konservatif pada keragaman hayati dan ekosistemnya dapat dilaksanakan dengan pengembangan sebagai objek dan daya tarik wisata. Namun demikian apabila tidak direncanakan dengan konsep pembangunan pariwisata berwawasan lingkungan, kerusakan lingkungan akan terjadi (Fandeli dan Mukhlison, 2000).

Sejak bergulirnya paradigma baru pengelolaan hutan yang tidak lagi berbasis pada timber management, mulai muncul alternatif pemanfaatan hasil hutan non kayu dan jasa hutan, dengan harapan nilai ekonomi dari kayu bisa dikompensasikan oleh hasil hutan non kayu dan jasa hutan agar hutan tetap lestari serta tidak harus berubah fungsi. Seiring dengan perubahan paradigma ini, salah satu usaha pemanfaatan jasa hutan yaitu usaha wisata berbasis alam semakin memperoleh justifikasi. Kelahiran wisata berbasis alam sendiri sudah lama, hanya waktu itu belum terpikir oleh para pengelola hutan sebagai usaha altrernatif (Utami, 2005).

Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1990, taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Adapun prinsip pengelolaan taman wisata alam adalah


(14)

pendayagunaan potensi (tumbuhan, satwa, ekosistem dan daya tarik objek wisata) untuk kegiatan wisata alam, penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penyediaan plasma nutfah untuk budidaya, diupayakan tidak mengurangi luas dan merubah fungsi kawasan.

Upaya pencapaian tujuan pengelolaan, kawasan taman wisata alam ditata ke dalam blok perlindungan dan blok pemanfaatan sesuai potensinya. Dalam blok pemanfaatannya, kegiatan pengusahaan wisata alam dapat diberikan kepada pihak ketiga baik koperasi, BUMN, swasta maupun perorangan. Pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan, penelitian, pendidikan dan wisata alam (pondok wisata, bumi perkemahan, karavan, penginapan, usaha makanan dan minuman, sarana wisata tirta, angkutan, wisata budaya dan penjualan cinderamata) yang dalam pembangunannya harus memperhatikan gaya arsitektur daerah setempat serta tidak merubah bentang alam (Departemen Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonsia, 1998).

Ekowisata berkembang di negara industri bersamaan dengan timbulnya kekhawatiran akibat semakin rusaknya keanekaragaman hayati dan ekosistem. Oleh karena itu perlu adanya suatu kegiatan yang dapat mempelajari berbagai prinsip dan teori tentang ekowisata yang memiliki tujuan konservasi. Karena secara tidak langsung akan membantu mengerem laju eksploitasi dan konversi yang meningkat akhir-akhir ini. Ekowisata memberikan alternatif pengelolaan hutan yang tidak berorientasi pada produksi kayu saja (Fandeli dan Mukhlison, 2000).

Menurut UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang


(15)

didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Berdasarkan fungsinya hutan dibagi hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi. Dalam kawasan hutan produksi terdapat hutan alam produksi dan hutan tanaman. Hutan tanaman adalah kawasan hutan yang berisi tegakan monokultur, dimana proses regenerasi tanamannya dilakukan dengan kegiatan penanaman oleh penggelolanya (Ulum, 2009).

Hutan tanaman yang terdapat di Pulau Jawa yang sebagian besar dikelola oleh Perum Perhutani mempunyai sifat monokultur, tetapi secara estetika potensi yang terdapat pada hutan tanaman tersebut dapat digali lebih banyak lagi untuk dapat meningkatkan nilainya. Salah satu caranya adalah dengan menjadikan hutan tanaman sebagai salah satu tujuan ekowisata khususnya wisata pendidikan.

Perum Perhutani juga memiliki strategi yang diharapkan dapat menjadi suatu daya tarik bagi masyarakat khususnya para pelajar untuk dapat mengetahui lebih banyak lagi tentang kegiatan pemuliaan tanaman hutan sebagai suatu kegiatan yang dapat membantu pelestarian hutan kita sekaligus sebagai suatu wahana ekowisata. Untuk dapat mendeskripsikan kegiatan-kegiatan pemuliaan pohon yang ada di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun dan mengetahui tingkat kesiapan Perhutani sebagai fasilitator bagi masyarakat sasaran dalam melakukan kunjungan ekowisata serta mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat sasaran terhadap kegiatan pemuliaan pohon maka perlu adanya diadakan penelitian mengenai potensi ekowisata pada kegiatan pemuliaan pohon di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun sehingga dapat mencapai semua tujuan – tujuan di atas.


(16)

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mendeskripsikan kegiatan program pemuliaan pohon di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun.

2. Mengetahui tingkat kesiapan Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun sebagai fasilitator bagi masyarakat sasaran (guru dan pelajar) dalam melakukan kunjungan ekowisata terhadap kegiatan pemuliaan pohon.

3. Mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat sasaran (guru dan pelajar) terhadap kegiatan pemuliaan pohon di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun.

Manfaat Penelitian

1. Mengembangkan potensi kegiatan pemuliaan pohon sebagai kegiatan ekowisata khusunya wisata pendidikan di Perum Perhutani.

2. Sebagai masukan bagi masyarakat sekitar mengenai kegiatan pemuliaan pohon.


(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Ekowisata

Menurut undang-undang RI No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan, usaha-usaha pariwisata di daerah digolongkan atas :

1. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata yang dikelompokkan atas a. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam

b. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya c. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus 2. Usaha sarana pariwisata yang dikelompokkan atas :

a. Penyediaan akomodasi

b. Penyediaan makanan dan minuman c. Penyediaan angkutan wisata

Salah satu bentuk wisata alam yang saat ini berkembang adalah ekowisata. Ekowisata merupakan suatu konsep bentuk wisata yang sangat erat kaitannya dengan prinsip konservasi. Bahkan dalam strategi pengembangannya juga memakai prinsip konservasi, dengan demikian ekowisata ini akan sangat tepat dan berdayaguna dalam mempertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami. Bahkan dengan ekowisata, pelestarian alam dapat ditingkatan kualitasnya karena desakan dan tuntutan dari para eco-traveler. Menurut Fandeli dan Mukhlison (2000) bahwa ekowisata lebih populer dan banyak dipergunakan jika dibandingkan dengan terjemahan yang seharusnya dari istilah ecotourism yaitu ekoturisme.

Ekowisata mempunyai karakteristik yang spesifik karena adanya kepedulian pada pelestarian lingkungan dan pemberian manfaat ekonomi bagi


(18)

masyarakat lokal. Oleh karena itu, setiap kegiatan ekowisata harus mengikuti prinsip – prinsip pengelolaan yang berkelanjutan seperti: (1) berbasis pada wisata alam, (2) menekankan pada kegiatan konservasi, (3) mengacu pada pembangunan pariwisata yang berkelanjutan, (4) berkaitan dengan kegiatan pengembangan pendidikan, (5) mengakomodasikan budaya lokal, (6) memberi manfaat pada ekonomi lokal. Kegiatan ekowisata secara langsung maupun tidak langsung mengarahkan wisatawan untuk menghargai dan mencintai alam serta budaya lokal, sehingga dapat menumbuhkan kesadaran dan kepedulian para wisatawan untuk turut memelihara kelestarian alam. Agar obyek wisata tetap lestari perlu adanya pengelolaan dengan melibatkan stakeholders terkait seperti pemerintah, masyarakat, swasta (industri pariwisata), peneliti, ilmuwan dan LSM. Pengembangan ekowisata selain sebagai upaya untuk melestarikan lingkungan juga diharapkan dapat meningkatkan sosial ekonomi masyarakat lokal (Hidayati dkk., 2003).

Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar dalam pengembangan ekowisata kawasan hutan tropika, yang tersebar di kepulauan Indonesia.. Ekowisata diberi batasan sebagai kegiatan yang bertumpu pada lingkungan dan bermanfaat secara ekologi, sosial dan ekonomi bagi masyarakat serta bagi kelestarian sumberdaya dan berkelanjutan. Pengelolaan hutan produksi yang dimulai dengan penanaman hingga penebangan dan angkutan merupakan atraksi wisata. Hutan produksi di Jawa maupun di luar Jawa mempunyai daya tarik yang sama. Wisatawan mancanegara akan memperoleh suguhan atraksi alam dan buatan yang sangat berbeda dengan kegiatan semacam di negaranya. Pengembangan ekowisata dan wisata minat khusus dalam kawasan hutan akan


(19)

dapat menjamin tetap terpeliharanya hutan di samping pendapatan yang secara ekonomi sangat penting dalam pemulihan krisis ekonomi. Bila dikembangkan, ekowisata akan memperpanjang length of stay wisatawan dan memperkecil kebocoran devisa dari wisatawan mancanegara. Pengembangan ekowisata juga akan menyerap tenaga kerja yang besar dan meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah daerah. Di dalam pengembangan kepariwisataan alam juga memerlukan koordinasi dan integrasi yang bagus bagi seluruh stakeholders. Demikian pula lembaga pengambil kebijakan dan pelaksana kebijakan harus sejalan dengan seluruh pelaku pariwisata (Fandeli dan Mukhlison, 2000).

Damanik dan Weber (2006) menyatakan bahwa dari segi pasar ekowisata merupakan perjalanan yang diarahkan pada upaya – upaya pelestarian lingkungan. Akhirnya, sebagai pendekatan pengembangan, ekowisata merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya pariwisata secara ramah lingkungan, dan disini kegiatan ini akan bertanggungjawab terhadap kelestarian alam dan kesejahterahaan masyarakat lokal serta kelestarian alam akan lebih ditekankan dan itu merupakan ciri khas ekowisata.

Apabila ekowisata pengelolaan alam dan budaya masyarakat yang menjamin kelestarian dan kesejahteraan, maka konservasi merupakan upaya menjaga kelangsungan pemanfaatan sumberdaya alam untuk waktu kini dan masa mendatang. Pada hakekatnya ekowisata yang melestarikan dan memanfaatkan alam dan budaya masyarakat, jauh lebih ketat dibanding dengan hanya keberlanjutan. Pembangunan ekowisata berwawasan lingkungan jauh lebih terjamin hasilnya dalam melestarikan alam dibanding dengan keberlanjutan pembangunan. Sebab ekowisata tidak melakukan eksploitasi alam, tetapi hanya


(20)

menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik dan psikologis wisatawan. Bahkan dalam berbagai aspek ekowisata merupakan bentuk wisata yang mengarah ke metatourism. Ekowisata bukan menjual destinasi tetapi menjual filosofi. Dari aspek inilah ekowisata tidak akan mengenal kejenuhan pasar (Fandeli dan Mukhlison, 2000).

Peluang pengembangan ekowisata ditunjang pelaksanaan otonomi daerah yang telah mulai diberlakukan sejak tahun 2000. Diberlakukannya UU Nomor 22 tahun 1999 dan UU Nomor 25 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Perimbangan Keuangan antara pemerintah pusat dan daerah merupakan kesempatan yang sangat besar bagi pemerintah kabupaten/kota untuk mengelola dan mengembangkan potensi ekonomi daerah. Pengembangan ekowisata dapat optimal tergantung tiga faktor kunci yaitu: faktor internal, eksternal dan struktural. Faktor internal antara lain meliputi potensi daerah, pengetahuan operator wisata tentang keadaan daerah baik budaya maupun alamnya serta pengetahuan tentang pelestarian lingkungan dan partisipasi penduduk lokal terhadap pengelolaan ekowisata. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar yang meliputi kesadaran wisatawan akan kelestarian lingkungan, kegiatan penelitian dan pendidikan di lokasi ekowisata yang memberi kontribusi terhadap kelestarian lingkungan dan penduduk lokal. Adapun faktor struktural adalah berkaitan dengan kelembagaan, kebijakan, perundangan dan peraturan tentang pengelolaan ekowisata baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional. Apabila pengembangan dan pengelolaan ekowisata sesuai dengan pengelolaan yang diharapkan, maka ekowisata yang dikembangkan oleh daerah akan menjadi ekowisata yang berkelanjutan yang mengikuti enam prinsip dasar ekowisata.


(21)

Namun jika pengelolaan ekowisata terdapat banyak hambatan sehingga pengelolaan yang ideal tidak dapat dilakukan maka pengembangan ekowisata akan kurang optimal dan akan merupakan pariwisata massal yang konvensional yang berbasis alam (Fandeli dan Mukhlison, 2000).

Kawasan hutan yang dapat berfungsi sebagai kawasan wisata yang berbasis lingkungan adalah kawasan pelestarian alam, kawasan suaka alam dan hutan lindung melalui kegiatan wisata alam terbatas, serta hutan produksi yang berfungsi sebagai wana wisata. Kebijakan umum pengembangan hutan untuk ekowisata saat ini mengacu pada kebijakan pariwisata alam yang berlandaskan UU No. 5 tahun 1990 dan PP No. 18 dan No. 13 tahun 1994 tentang pengembangan pariwisata alam dilakukan dalam kerangka mewujudkan kelestarian sumberdaya alam hayati dan keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia (Hidayati dkk., 2003).

Ekowisata pada mulanya hanya bercirikan bergaul langsung dengan alam untuk mengenali dan menikmati. Meningkatnya kesadaran manusia akan meningkatnya kerusakan/perusakan alam oleh ulah manusia sendiri telah menimbulkan rasa cinta alam pada semua anggota masyarakat dan keinginan untuk sekedar menikmati telah berkembang menjadi memelihara dan menyayangi, yang berarti mengkonservasi secara lengkap. Perkembangan tersebut terutama terjadi dalam dekade terakhir yang diperkuat oleh Deklarasi Rio de Janeiro pada tahun 1992. Ciri-ciri ekowisata sekarang menjadi mengandung unsur utama yaitu konservasi, edukasi untuk berperan serta dan pemberdayaan masyarakat setempat. Dengan demikian maka pengusahaan ekowisata dalam kawasan hutan harus


(22)

bersasaran: melestarikan hutan dan kawasannya, mendidik semua orang untuk ikut melestarikan hutan yang dimaksud, baik itu pengunjung, karyawan perusahaan sendiri sampai ke masyarakat yang ada di hutan dan disekitarnya, meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat agar dengan demikian tidak mengganggu hutan (Fandeli dan Mukhlison, 2000).

Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

Perum Perhutani adalah sebuah BUMN lingkup kehutanan yang didirikan berdasarkan PP 30/2003. Namun demikian institusi Perhutani sudah dibentuk sejak tahun 1972 yang merupakan kelanjutan pengelolaan hutan di Pulau Jawa sejak jaman Belanda, sehingga Perhutani adalah lembaga yang sudah tua dan berpengalaman. Perum Perhutani memiliki tugas mengelola hutan di Pulau Jawa dan Madura seluas 1.767.304 Ha hutan produksi dan 658.902 Ha hutan lindung. Luas kawasan hutan Negara di Pulau Jawa 3.135.800 Ha, ± 23,4% dari luas wilayah daratan Pulau Jawa (13.411.000 Ha) (Direksi Perum Perhutani, 2007).

Secara struktural Perum Perhutani di bawah Kementerian Negara BUMN dengan Pembina Teknis Departemen Kehutanan. Kantor pusat Perum Perhutani berkedudukan di DKI Jakarta. Perum Perhutani dipimpin oleh jajaran direksi yang disebut BOD (Board of Director) yang terdiri atas 5 posisi, yaitu : direktur utama, direktur umum, direktur keuangan, direktur produksi dan direktur pemasaran. Perum Perhutani terbagi atas 3 wilayah kerja atau unit, yang terdiri dari :

1. Unit I Jawa Tengah berkedudukan di Semarang 2. Unit II Jawa Timur berkedudukan di Surabaya 3. Unit III Jawa Barat berkedudukan di Bandung


(23)

Masing-masing unit tersebut dipimpin oleh Kanit (Kepala Unit). Setiap unit di Perum Perhutani terbagi atas beberapa KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan). Pada Unit II Jawa Timur terdiri dari 23 KPH. Setiap KPH dipimpin oleh seorang KKPH (Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan) yang berpangkat administratur (Perum Perhutani,1993).

Wilayah kerja Perum Perhutani meliputi kawasan hutan negara yang terdapat di wilayah Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Barat dan Banten seluas 2.426.206 hektar yang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Wilayah Kerja Perum Perhutani

Unit Kerja Provinsi Hutan Produksi (Ha)

Hutan Lindung

(Ha)

Total Luas (Ha)

Unit I Jawa Tengah 546.290 84.430 630.720

Unit II Jawa Timur 809.959 326.520 1.136.479 Unit III Jawa Barat 349.649

61.406

230.708 17.244

580.357 78.650

Jumlah 1.767.304 658.902 2.426.206

Luas tersebut tidak termasuk kawasan hutan suaka alam dan wisata yang dikelola oleh Ditjen PHPA Departemen Kehutanan. Berdasarkan amanat UU nomor 41 tentang Kehutanan, luas kawasan hutan minimal yang disisakan adalah 30% dari luas daratan. Luasan hutan dibanding daratan yang ada saat ini adalah sekitar 24% sehingga perlu dipertahankan keberadaannya sehingga dapat berperan mempertahankan daya dukung lingkungan (Perum Perhutani, 2009).

Sebagai perusahaan umum kehutanan negara yang bergerak di bidang kehutanan yang memperoleh hak untuk mengelola kawasan hutan produksi untuk menghasilkan hasil hutan kayu maupun non kayu sesuai SK 807/KPTS-II/Dir/2007, tgl 4 September 2007 memiliki luas areal 31.221,8 Ha yang terletak


(24)

di Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan SK tersebut selanjutnya perusahaan melakukan seluruh rangkaian kegiatan pembangunan hutan sebagai bagian dari pembangunan dan pengelolaan di bidang kehutanan Indonesia (Perum Perhutani Unit II Jatim Kesatuan Pemangkuan Hutan Madiun, 2009).

Kegiatan pengelolaan hutan yang dilakukan oleh Perum Perhutani secara umum menurut Perum Perhutani, (2009) antara lain:

1. Perencanaan hutan, meliputi : Rencana Umum Perusahaan (RUP), Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH), Rencana Lima Tahun Perusahaan (RLTP), Rencana Kerja Tahunan (RKTP) dan Rencana Teknik Tahunan (RTT). 2. Reboisasi dan rehabilitasi hutan

Reboisasi dan rehabilitasi hutan dilaksanakan di lokasi bekas tebangan maupun kawasan tidak produktif. Reboisasi hutan dengan sistem tumpangsari memberikan kontribusi besar dalam produksi pangan dan dalam jangka pendek memberikan hasil, serta mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang sangat signifikan. 3. Pemeliharaan hutan, meliputi penyiangan, wiwil/pembersihan tunas air, pruning/pemangkasan cabang, penjarangan, pencegahan terhadap hama dan penyakit, pencegahan gangguan penggembalaan dan perlindungan hutan lainnya. 4. Perlindungan hutan, meliputi : pencurian pohon, okupasi lahan/bibrikan, penggembalaan liar, kebakaran hutan dan bencana alam.

5. Pemungutan hasil hutan, meliputi kegiatan teresan, penebangan, pembagian batang, pengangkutan dan penumpukan di TPK (Tempat Pengumpulan Kayu) meliputi jenis kayu jati, pinus, mahoni, damar, mangium, sengon dan rimba lainnya. Pemungutan hasil hutan non kayu antara lain getah pinus, getah damar, minyak kayu putih, madu, seedlak, sutera, kopi, minyak atsiri dan sebagainya.


(25)

6. Industri hasil hutan

Perum Perhutani telah memiliki industri hasil hutan yakni : Industri Pengolahan Kayu di Cepu, Brumbung, Gresik, dan 12 Unit Penggergajian dengan produk antara lain : garden furniture (GF), housing component, veneer sayat, parket block, flooring; pabrik pengolahan gondorukem dan terpentin sebanyak 8 buah ; pabrik minyak kayu putih sebanyak 12 buah, pabrik seedlak dan pabrik pemintalan benang sutera.

7. Pemasaran

Tahun 1976 Perum Perhutani mulai melakukan seleksi pohon plus jati. Eksplorasi dilakukan terus menerus baik di Jawa maupun di luar Pulau Jawa hingga tahun 1999 jumlah pohon plus tercatat 600 pohon, pohon-pohon plus ini digunakan untuk materi genetik dasar program pemuliaan. Era tersebut menandai dimulainya kembali upaya pemuliaan pohon jati di Indonesia yang dimulai dari jaman penjajahan Belanda dan terhenti selama jaman revolusi. Kegiatan ini kemudian diberi wadah organisasi khusus dengan pembentukan pusat jati (teak center) pada tahun 1998 (Pusat Pengembangan Sumber Daya Hutan Perum Perhutani, 2005).

KPH Madiun

Setelah Indonesia merdeka, mulai tahun 1945 sampai dengan tahun 1961 pengelolaan hutan di KPH Madiun di bawah Jawatan Kehutanan. Sejak tahun 1961 sampai dengan 1972 Jawatan Kehutanan berubah menjadi Perusahaan Kehutanan Negara, selanjutnya mulai tahun 1972 sampai dengan tahun 2001 berubah menjadi Perusahaan Umum Kehutanan Negara. Pada tahun 2001 berubah menjadi PT Perum Perhutani, tetapi sejak tahun 2003 kembali menjadi


(26)

Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani Unit II Jatim Kesatuan Pemangkuan Hutan Madiun, 2009).

Perum Perhutani Unit II Jawa Timur terdiri atas 23 KPH. Setiap KPH dipimpin oleh seorang KKPH (Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan) yang berpangkat administratur. KPH Madiun dibagi menjadi 2 SKPH (Sub Kesatuan Pemangkuan Hutan) yaitu SKPH Madiun Utara dan SKPH Madiun Selatan, masing-masing dibagi menjadi beberapa bagian dari BKPH. Setiap BKPH dipimpin oleh seorang KBKPH (Kepala Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan) yang dipimpin seorang Asisten Perhutani (Asper). Setiap BKPH terdiri dari beberapa RPH (Resort Pemangkuan Hutan). RPH tersebut dipimpin oleh seorang KRPH (Kepala Resort Pemangkuan Hutan) yang disebut sebagai mantri. Masing – masing KRPH tersebut dibantu oleh beberapa mandor tanaman untuk melaksanakan tugasnya. Contohnya mandor persemaian, mandor tanam, mandor tebang, dan yang sesuai dengan ahlinya. Namun biasanya di setiap RPH memiliki buruh harian lepas untuk melaksanakan kegiatan tersebut, contohnya buruh tebangan dan lainnya.

Pembagian wilayah hutan di KPH Madiun dibagi menjadi dua SKPH, Madiun Selatan dan Madiun Utara. Masing – masing SKPH dibagi lagi menjadi beberapa BKPH yang disajikan pada Tabel 2.


(27)

Tabel 2. Luas Kawasan SKPH Madiun

Pembagian Wilayah KPH Madiun Utara

(Terdiri dari 6 BKPH)

KPH Madiun Selatan (Terdiri dari 5 BKPH)

BKPH Luas (Ha) BKPH Luas (Ha)

Brumbun Caruban Dagangan Dungus Mojorayung Ngadirejo 1.764,7 3.152,5 2.230,1 3.396,1 2.835,4 2.251,9 Bondrang Pulung Sampung Sukun Sumoroto 2.925,5 2.207,4 3.956 3.071,1 2.589.7

Jumlah 16.075,4 Jumlah 15.153,8

Luas kawasan hutan yang dikelola Perum Perhutani KPH Madiun seluas 31.221,82 Ha. Menurut Perum Perhutani Unit II Jatim Kesatuan Pemangkuan Hutan Madiun, (2009) dengan komposisi :

1). Kelas perusahaan jati seluas 27.267, Ha terdiri dari hutan untuk produksi 87,8% (24.133,3 ha) dan hutan bukan untuk produksi 12,19% (3.352,2 ha). 2). Kelas perusahaan kayu putih seluas 3.736,3 ha terdiri dari hutan untuk

produksi 83,89% ( 3.134,6 ha) dan hutan bukan untuk produksi sebesar 16,1% (601,76 ha).

3). Hutan lindung, tak baik untuk produksi (tpb) dan lapangan dengan tujuan istimewa (ldti) 2.248,9 ha (7,2%).

Kesatuan Pemangkuan Hutan Madiun merupakan salah satu KPH di wilayah Perum Perhutani Unit II Jawa Timur yang memiliki luas 31.221, 82 ha. Secara geografis wilayah KPH Madiun terletak diantara 4°30’ – 4°50’ BT dan 7o30’ – 7o 50’ LS, sedangkan secara administratif pemerintahan wilayah tersebut berada di Kabupaten Madiun, Magetan dan Ponorogo, Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan tata ruangnya, kawasan hutan Madiun dapat dibedakan kedalam 2 macam, yaitu kawasan dilindungi sekitar 3.188,72 ha atau sebesar 10,21 % (Hutan


(28)

Lindung seluas 1.117,3 ha (35,04%), Kawasan Perlindungan Setempat seluas 1.713,7 ha (53,74%) dan Kawasan Khusus seluas 357,72 ha (11,22%) dan Areal Budidaya Kehutanan seluas 28.033,0091 ha atau sebesar 89,79% (Areal produktif untuk unit produksi seluas 26.81,1146 ha (96,25%) dan Areal tidak produktif untuk unit produksi seluas 1.051,9845 ha (3,75%) (Perum Perhutani KPH Madiun, 2008).

Keanekaragaman hayati merupakan bagian dari komponen yang secara ekologis berperan sebagai penentu keseimbangan ekosistem yang penting bagi kehidupan, terutama dalam penyediaan kebutuhan keanekaragaman bahan hayati dan penyediaan bahan jasa lainnya. Dengan demikian keanekaragaman hayati merupakan salah satu penopang utama kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia, sehingga keanekeragaman hayati harus tetap dipertahankan / ditingkatkan. Dalam mempertahankan keanekaragaman hayati di wilayah KPH Madiun sangat dibutuhkan adanya rencana pengelolaan dan pemantauannya. (Perum Perhutani Unit II Jawa Timur Kesatuan Pemangkuan Hutan Madiun, 2008).

Pengelolaan umum sumberdaya hutan KPH Madiun ditujukan untuk memproduksi jenis-jenis tanaman pokok (Jati & Kayu Putih) menurut kelas perusahaan yang berkualitas secara lestari dan menjamin fungsi dan jasa hutan secara ekonomi, ekologi dan sosial secara terus-menerus dipertahankan dan ditingkatkan. Pengelolaan sumberdaya hutan di KPH Madiun terdiri dari :

a. Memproduksi hasil hutan secara lestari berdasarkan prinsip dan kriteria yang secara internasional diakui.


(29)

b. Mengkonservasi, melindungi dan mengelola hutan berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan hutan lestari, yang memperhatikan kepentingan keanekaragaman hayati, tanah, sumber air dan masyarakat desa hutan secara proporsional.

c. Mengembangkan sistem pemanenan hasil hutan yang memiliki dampak negatif seminimal mungkin terhadap lingkungan.

Sebagai wujud komitmen kuat KPH Madiun terhadap Pengelolaan Hutan yang berkesinambungan (lestari), maka KPH Madiun menjalankan program sertifikasi Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) mengikuti skema yang dikembangkan Skema FSC (Forest Stewardship Council).

Kegiatan Pemuliaan Pohon

Program pemuliaan pohon jati di Perum Perhutani tahun 1981 dengan adanya usaha-usaha untuk menetapkan daerah penghasil benih, mencari pohon plus dan membangun bank klon serta kebun benih klonal (Wirodarmodjo dan Subroto, 1983 dalam Pusat Pengembangan Sumber Daya Hutan Perum Perhutani, 2005). Adapun strategi pemuliaan yang ditempuh oleh Perum Perhutani selanjutnya adalah adalah penunjukkan Areal Produksi Benih (APB), pemilihan pohon plus, uji provenans, uji keturunan, uji klon, pembangunan kebun benih klon, Kebun Benih Semai (SSO), dan bank klon. Di dalam aksi program pemuliaan jati Perum Perhutani tahun 1983, ditunjuk 8 KPH, yaitu 5 KPH di Unit I Jawa Tengah dan 3 KPH di Unit II Jawa Timur. Salah satunya adalah KPH Madiun yang memiliki APB hingga sekarang yang terletak pada BKPH Dungus.

Kegiatan pemuliaan pohon yang umumnya dilakukan oleh Perum Perhutani adalah APB, pohon plus, Kebun Benih Klon (KBK), kebun pangkas, uji keturunan half-sib jati, konservasi ex-situ jati dan penyerbukan terkendali.


(30)

Kegiatan-kegiatan program pemuliaan pohon di atas juga merupakan strategi pemuliaan yang dilakukan oleh Perum Perhutani. Tujuan dari strategi ini adalah untuk memenuhi kebutuhan benih unggul yang mendesak dan memperoleh benih unggul melalui pentahapan ilmiah yang terencana dan sistematis (Pusat Pengembangan Sumber Daya Hutan Perum Perhutani, 2005).

Kegiatan pengelolaan hutan yang dilakukan oleh KPH Madiun antara lain: perencanaan, penentuan batas/rekonstruksi tata batas, pembukaan wilayah hutan dan pengadaan sarana prasarana, penetapan sistem silvikultur, pembibitan, penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman dan perlindungan hutan. Sebagian kegiatan pemuliaan pohon termasuk ke dalam kegiatan persemaian, yang mana kegiatan pemuliaan pohon yang dilakukan oleh KPH Madiun antara lain: kebun pangkas, APB, stek pucuk dan pohon plus adalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan bibit di KPH Madiun (Perum Perhutani Unit II Jawa Timur Kesatuan Pemangkuan Hutan, 2009).

Areal Produksi Benih (APB) adalah areal tegakan plus atau tegakan terpilih dari hutan tanaman yang dikelola untuk menghasilkan benih. APB ini merupakan sumber benih sementara sebelum program pembangunan kebun benih, baik secara generatif (SSO) ataupun vegetatif (CSO) berproduksi sesuai kebutuhan.

Untuk menentukan lokasi APB diperlukan beberapa persyaratan sebagai berikut :

1. Sesuai dengan kondisi ekologis yang bersangkutan agar dapat berbunga/berbuah dengan baik


(31)

3. Terisolir dari tegakan lain yang bukan sumber benih atau perlu dibuat jalur isolasi sekitar 10 – 25 meter mengelilingi sumber benih

4. Terlindungi dari angin keras dan banjir 5. Aksesibilitas tinggi (mudah dikunjungi) 6. Tanah subur (bonita III ke atas)

7. Arealnya dapat diperluas 8. Tenaga kerja mudah

Kultur jaringan adalah pertumbuhan sel tanaman terisolasi atau bagian kecil dari jaringan dalam sebuah media steril. Media yang digunakan dirancang untuk memenuhi kebutuhan hormon dan nutrisi.

Stek pucuk adalah metode pengembangbiakan tanaman secara vegetatif dengan bahan pucuk tanaman. Tanaman atau bibit yang dihasilkan sifat genetisnya relatif sama dengan tanaman induknya. Pucuk bahan stek diambil dari kebun pangkas, sedangkan pucuk yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Tunas ortotrop

2. Memiliki 3 atau 4 internodia/pasang daun 3. Panjang batang ± 5-7 cm

4. Minimal sudah berumur 2 minggu dari pecahnya mata tunas 5. Batang silindris, lurus, berbulu hijau cerah

6. Batang masih muda/juvenil (tidak terlalu muda dan tidak terlalu keras) 7. Kuncup masih kaku berwarna coklat

Jadi tidak semua pucuk dapat dipanen sebagai bahan stek pucuk yang baik. Pengambilan pucuk dilakukan pada pagi atau sore hari untuk menghindari


(32)

penguapan bahan stek yang menyebabkan layu/kering. Pada saat pengambilan harus menggunakan gunting pangkas yang tajam dan diusahakan dalam sekali iris bahan stek sudah terpotong (Perum Perhutani, 2007).

Kebun pangkas adalah pertanaman yang dibangun untuk tujuan khusus sebagai penghasil bahan stek. Kebun pangkas dikelola untuk meningkatkan produksi bahan stek. Kebun pangkas dibangun dari benih atau bahan vegetatif yang dikumpulkan dari pohon plus. Kebun pangkas dan persemaian harus dibangun di dalam satu lokasi atau merupakan satu paket yang tidak terpisahkan. Pembuatan kebun pangkas di Perum Perhutani dimulai dengan pembuatan bud grafting pohon plus yang ada di Jawa dan luar Jawa. Hasil dari bud grafting tersebut ditanam mengelompok sesuai nomor pohon plus. Materi genetik untuk pembangunan kebun pangkas terseleksi berdasarkan hasil uji klon, kemampuan bertunas dan uji kemampuan perakaran serta identifikasi klon yang sebelumnya telah dilakukan di pusbang SDH Cepu (Anton Sudiartha, 2003 dalam Pusat Pengembangan Sumber Daya Hutan Perum Perhutani, 2005).

Pohon plus adalah individu pohon yang memiliki fenotip (penampakan fisik) terbaik dalam suatu tegakan hutan dibanding dengan pohon-pohon sekitarnya dan telah memenuhi kriteria penilaian pohon plus. Kriteria seleksi tergantung jenisnya dan tujuan akhir pemanfaatan pohon.

Kebun benih adalah suatu kebun hutan yang dibangun secara semai maupun secara klon dengan bahan tanaman yang digunakan baik benih maupun bahan vegetatif berasal dari pohon-pohon terseleksi. Kebun benih semai (SSO: Seedling Seed Orchard) adalah kebun benih yang dibangun dari anakan pohon-pohon plus setelah melalui proses seleksi, biasanya merupakan konversi dari uji


(33)

keturunan. Kebun benih klonal (CSO) adalah sumber benih yang dibangun dengan bahan vegetatif (misalnya : ranting, tunas, mata tunas, dan lain-lain) yang berasal dari pohon plus. Kebun benih klonal yang dibangun Perum Perhutani pada tahap awal pada tahun 1983 – 1996 terdiri dari klon- klon yang belum diuji, maka disebut kebun benih klonal belum diuji. Hal tersebut disebabkan pada saat pembangunannya belum dilakukan uji keturunan dan uji klon, sehingga belum diperoleh informasi yang terperinci mengenai sifat genetik dari pohon yang telah dimiliki. Sedangkan pembangunan kebun benih klonal baru yang terdiri dari klon-klon yang terseleksi dilakukan mulai tahun 2003 – 2004 dengan luas kurang lebih 90 hektar dengan materi 25 pohon plus (Perum Perhutani Unit II Jawa Timur, 2000).

Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Perum Perhutani Cepu, (2007) sebelum membangun kebun pangkas di suatu tempat, semua persyaratan kebun pangkas harus dipenuhi agar maksud dan tujuan pembangunan kebun pangkas tercapai atau memenuhi sasaran yang diharapkan. Persyaratan kebun pangkas yang baik adalah sebagai berikut :

1. Tersedia SDM Perhutani yang secara manajemen dan teknis menguasai pengelolaan kebun pangkas dan pembuatan bibit dan stek pucuk

2. Lokasi harus tersedia sumber benih yang mencukupi sepanjang tahun. Ketesediaan air dimaksud untuk penyiraman kebun pangkas dan persemaian stek pucuk.


(34)

4. Luas lokasi harus memenuhi kebutuhan minimal untuk lokasi kebun pangkas dan persemaian. Dalam hal ini lokasi kebun pangkas dan persemaian menjadi satu kesatuan (satu paket)

5. Ketinggian lokasi 0 – 600 mdpl dan topografi harus datar 6. Solum tanah dalam dan tidak berbatu

7. Aksesibilitas tinggi atau mudah dijangkau, baik untuk kepentingan angkutan bibit dan sarana prasarana maupun pengawasan

8. Drainase baik, bebas banjir dan angin kencang

9. Tersedia tenaga kerja baik dalam jumlah maupun keterampilanya, diutamakan tenaga kerja dari sekitar lokasi kebun pangkas/persemaian

10.Kemampuan 1 (satu) mandor dalam pengelolaan kebun pangkas adalah 1 ha 11.Tidak ada masalah tenurial atau agrarian


(35)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun, khususnya di BKPH Dungus yaitu: RPH Kuwiran dan RPH Wungu, Madiun. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni – Agustus 2009.

Alat dan Bahan Alat

Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian antara lain adalah : kamera digital, alat tulis dan kalkulator.

Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian antara lain adalah kuisioner, data primer dan data sekunder. Data primer yang diperlukan meliputi data responden yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara langsung di lapangan. Adapun data sekunder yang dipergunakan meliputi kondisi umum lokasi penelitian dan hasil penelitian yang terkait dengan tujuan penelitian.

Metode Penelitian Data penelitian

Penelitian bersifat eksploratif, pengumpulan data dilakukan dengan mengkombinasikan metode telaahan dokumentasi (documentation study) dari berbagai sumber data sekunder dan metode langsung (direct methods) yaitu pengumpulan data primer di lapangan dengan teknik wawancara (dengan dan tanpa kuisioner) dan observasi lapangan. Pengumpulan data langsung di lapangan,


(36)

khususnya di daerah terpilih sebagai lokasi kajian dilakukan dengan maksud pengambilan data langsung dan mengecek data sekunder di lapangan. Sebelumnya harus dilakukan observasi terlebih dahulu di lapangan mengenai pengelolaan kegiatan pemuliaan pohon.

1. Pengumpulan data sekunder, yang terdiri dari: a. Luasan Perum Perhutani KPH Madiun b. Pembagian wilayah BKPH

c. Luasan RPH yang mmiliki kegiatan pemuliaan pohon d. Luasan masing-masing area kegiatan pemuliaan pohon e. Jarak antara sekolah dengan area kegiatan pemuliaan pohon

Studi literatur juga diperlukan dalam data sekunder ini sebagai bahan pendukung akurasi data yang diperlukan dalam penelitian.

2. Untuk dapat melihat tingkat kesiapan Perum Perhutani sebagai fasilitator bagi masyarakat dalam melakukan kunjungan ekowisata dan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kegiatan pemuliaan pohon yang ada di Perum Perhutani maka dibutuhkan data primer yang didapat dari responden yang ada di lapangan. Responden ini akan diberikan kuisioner, yang isinya mencakup identifikasi diri responden (nama, umur dan tingkat pendidikan) serta pertanyaan seputar kegiatan pemuliaan pohon yang mereka ketahui yang ada di Perum Perhutani.

Pengambilan sampel

Pendekatan yang digunakan dalam menentukan lokasi penelitian adalah metode accidental sampling (teknik sampling kebetulan) pada sebuah sekolah di lokasi penelitian yang berada disekitar hutan milik Perum Perhutani Unit II Jawa


(37)

Timur KPH Madiun yang memiliki kegiatan pemuliaan pohon pada umumnya. Proses pemilihan desa lokasi studi diawali dengan eksplorasi informasi dari berbagai sumber, baik informasi dari pihak Perum Perhutani, literatur yang ada, kunjungan singkat ke lapangan, dan pemanfaatan data/informasi dari instansi terkait langsung.

Populasi pada penelitian adalah siswa-siswi dan para guru SMA N 1 Wungu serta para pegawai KPH Madiun. Berdasarkan populasi yang ada maka untuk menghitung jumlah sampel, digunakan rumus Arikunto. Menurut Arikunto (2006), apabila subjeknya kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10% - 15 % atau 20% - 25% atau lebih, tergantung setidaknya dari :

a. Kemampuan penelitian dilihat dari tenaga dan biaya

b. Sempit atau luasnya wilayah penelitian dari subjek, karena hal ini hal ini menyangkut sedikit banyaknya data

c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti, untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampelnya besar, hasilnya akan lebih baik

Jumlah sampel yang diambil untuk pelajar sebanyak 42 orang, guru 50 orang dan untuk pegawai Perhutani sebanyak 20 orang. Masing-masing sampel diambil sampelnya sebesar 10 % dari jumlah keseluruhan sampel yang ada, tetapi untuk guru karena jumlahnya kurang dari 100, maka sampel diambil semua.

Analisis Data

Keseluruhan data, baik primer maupun sekunder dan ditabulasikan sesuai dengan kebutuhan sebelum dilakukan pengolahan dan analisis data. Data primer


(38)

yang bersifat kualitatif dianalisis secara deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian, serta dilakukan analisis para pihak untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan kegiatan pemuliaan tanaman hutan. Sedangkan data yang bersifat kuantitatif diolah secara tabulasi.

Hasil penelitian akan dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji Cochran. Uji Cochran digunakan pada data dengan skala pengukuran nominal atau informasi dalam bentuk yang terpisah dua (dikotomi), misalnya informasi “ya” atau “tidak”. Penggunaan uji ini untuk mengetahui keberadaan hubungan antara beberapa variabel. Menurut Sugiyono (2008), test ini juga digunakan untuk menguji hipótesis komparatif K sampel berpasangan bila datanya berbentuk nominal dan frekuensi dikotomi, misalnya dalam jawaban wawancara atau observasi hasil eksperimen berbentuk : ya-tidak, sukses-gagal, terjual-tidak terjual, dsb. Selanjutnya jawaban tersebut diberi skor 0 untuk “gagal” dan skor 1 untuk “sukses”.

Jawaban pertanyaan wawancara yang digunakan pada penelitian adalah dua jawaban yaitu “ya” dan “tidak” Selanjutnya jawaban tersebut diberi skor 1 untuk jawaban “ya” dan skor 0 untuk jawaban “tidak”. Hasil analisis data kemudian akan dibandingkan dengan nilai chi kuadrat tabel yang disajikan pada Lampiran 7.

Secara umum menurut Sugiyono, (2008) analisa data dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

∑ ∑

= = = = −         − −

= N N

k j k j Li Li k Gj Gj k k Q 2 1 1 2 2 ) ( ) 1 (


(39)

Dimana :k = Banyaknya kolom N = Banyak baris dalam tabel Gj = Jumlah rangking dalam kolom Li = Jumlah yang mendapat nilai 1 Li2 = Hasil kuadrat Li


(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perum Perhutani

Perum Perhutani sebagai salah satu perusahaan negara yang berkecimpung di bidang kehutanan mempunyai tugas untuk mengadakan usaha-usaha produktif dalam rangka meningkatkan pendapatan nasional, yang berarti secara aktif turut membangun ekonomi nasional untuk mewujudkan masyarakat adil makmur, materil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Disamping tugas-tugas yang bersifat rutin seperti reboisasi, pemeliharaan tanaman, penjarangan tanaman, penebangan/pemungutan hasil hutan keamanan dan lain-lain juga tugas-tugas sosial masyarakat tetap mendapat perhatian.

Tanaman jati di Pulau Jawa kondisinya sangat menurun, sifat fisik tanahnya padat karena penggembalaan berlebihan, lapisan humusnya hilang karena terbakar, tegakannya tidak lagi terisi penuh, dan yang paling parah, penyebaran kelas umurnya tidak lagi normal. Luas kelas umur muda lebih banyak dari umur tua. Hal ini terjadi karena tanaman dipaksa untuk berproduksi disamping karena adanya pencurian kayu. Diawal proses terjadinya kemerosotan kualitas hutan tanaman jati karena tekanan masalah sosial ekonomi dari masyarakat disekitar hutan, pemerintah mengubah status pengelola hutan jati dari jawatan ke perusahaan negara (Sagala, 1994).

Perum perhutani sebagai pengelola hutan di Jawa terus melakukan upaya pembenahan dalam berbagai aspek untuk mengembalikan hutan sesuai dengan fungsi dan manfaatnya serta memberi nilai tambah yang besar bagi kemakmuran rakyat. Maka Perum Perhutani melakukan sebuah program pemuliaan pohon yang


(41)

dengan dibentuknya team pemuliaan pohon Perum Perhutani yang terdiri dari para pejabat struktural. Tetapi pada saat potensi sumber daya hutan jati yang menjadi tulang punggung Perum Perhutani terus mengalami penurunan dan tuntutan untuk mempercepat pengembalian potensinya tidak bias ditawar lagi maka didirikan pusat jati pada tahun 1998.

Untuk meningkatkan produktivitas hutan dalam rangka memenuhi permintaaan pasar kayu jati yang lebih besar dibanding dengan kemampuan penawaran serta untuk memulihkan sumber daya hutan di dalam kawasan, Perum Perhutani mulai menerapkan silvikultur intensif. Upaya yang dilakukan antara lain pengembangan Jati Plus Perhutani (JPP). Dengan dikembangkannya JPP diharapkan dapat diwujudkan tegakan jati cepat tumbuh (daur lebih pendek), volume hasil kayu panen (m3/ha) maksimal, kualitas serta nilai ekonomis kayu yang tinggi.

JPP adalah tanaman jati unggul produk Perhutani yang diperoleh melalui program pemuliaan pohon. JPP didapat dari seleksi terhadap koleksi 600 pohon plus pada populasi hutan jati di Indonesia. Dan ini adalah salah satu bentuk tanggung jawab yang dilakukan oleh Perum Perum Perhutani dalam mengelola kawasan hutan jati yang ada di Pulau Jawa dengan melakukan berbagai upaya untuk melestarikan hutan jati yang salah satunya adalah kegiatan pemuliaaan pohon.

Kegiatan Pemuliaan Pohon di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun

Kegiatan-kegiatan pemuliaan pohon yang terdapat di Perum Perhutani KPH Madiun meliputi: kebun pangkas, APB (Areal Produksi Benih) dan pohon


(42)

plus. Kebun pangkas merupakan pertanaman yang dibangun untuk tujuan khusus sebagai penghasil bahan stek. Kebun pangkas dikelola untuk meningkatkan produkasi bahan stek. Sehingga kebun pangkas dan persemaian harus dibangun di dalam satu lokasi.

Kegiatan stek pucuk untuk penanaman pucuk, yang harus dilakukan adalah:

1. Menyiapkan larutan hormon perangsang atau hormon IBA (Indole-3 Butryic Acid) yaitu sebanyak 0,02 gr dilarutkan dalam 1 liter air (20 ppm) untuk 1.000 pucuk.

2. Memotong daun dengan menggunakan gunting menyisakan 1/3 nya yang bertujuan untuk menghindari penguapan dan persaingan cahaya di dalam bedeng induksi akar serta merapikan potongan melintang batang stek dengan menggunakan cutter yang tajam agar penyerapan hormon ke pangkal batang bisa merata, setelah itu pangkal batang yang sudah dirapikan tadi direndam dalam larutan hormon perangsang akar selama ± 5 - 10 menit.

3. Sambil menunggu masa perndaman, media yang sudah tertata di bedeng induksi akar disiram sampai jenuh sehingga waktu penanaman pucuk bahan stek tidak luka.

4. Penanaman pucuk, dalam hal ini pucuk bahan stek langsung ditanam ke polybag yang sudah disiapkan (disajikan pada Gambar 1).

5. Penanaman sedalam 2 cm dan pucuk harus lurus ke atas, setelah itu dilakukan penyiraman. Penyiraman harus menggunakan sprayer, sehingga butiran air siraman mengkabut.


(43)

6. Penyiraman bibit yang masih di bedeng induksi akar (disajikan pada Gambar 2) tidak boleh langsung disemprotkan tetapi cukup diuapi saja sebab untuk menghindari bibit roboh atau bahkan lepas dari polybag.

7. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari atau melihat kondisi kelembaban di bedeng induksi akar.

8. Setelah berumur 3 minggu bibit sudah mulai ada yang berakar, sehingga mulai umur 1-2 bulan harus dilakukan seleksi bibit yang berakar secara periodik.

Gambar 1. Media penanaman stek pucuk pada polybag

Gambar 2. Bedeng Induksi Akar

Kegiatan stek pucuk di KPH Madiun ini merupakan salah satu kegiatan pemuliaan pohon yang sampai saat ini sudah dapat dikatakan berhasil untuk tahap awal. Karena kegiatan ini masih harus dilihat keberhasilannya di lapangan hingga


(44)

tahap pemanenan dilakukan. Hal ini didukung oleh literatur yang ada pada Perum Perhutani, (2003) yang menyatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan bibit tanaman, KPH Madiun telah membangun persemaian (nursery) pusat permanen yang berlokasi di BKPH Dagangan, Brumbun, Dungus, Sumoroto, Sampung, dan Sukun pada total areal seluas + 10,2 Ha. Dengan kapasitas produksi mencapai 3.842.145 juta bibit/tahun. Bibit tanaman yang dikembangkan di persemaian KPH Madiun seluruhnya berasal dari Areal Produksi Benih (APB) KPH Madiun sendiri dan Jati Plus Perhutani (JPP) dari pusbanghut Cepu. Seiring semakin meningkatnya kebutuhan benih, dan semakin meningkatnya teknologi tentang perbanyakan tanaman. KPH Madiun juga menyediakan kebun pangkas yang disajikan pada Gambar 3, sebagai alternatif perbanyakan tanaman jati. Kebun pangkas tersebut di buat dalam suatu areal petak tanaman dengan jarak tanam1 x 1 m. Jumlah tanaman adalah berjumlah 10.000 pohon dalam suatu areal petak tanam..

Gambar 3. Kebun pangkas yang berada di lokasi BKPH Dungus, KPH Madiun

Untuk memenuhi kebutuhan benih, KPH Madiun memiliki kebun benih sendiri, yang biasa disebut sebagai APB. Benih – benih tersebut di produksi di suatu areal petak yang terdapat di BKPH Dungus, RPH Kuwiran yang terdapat di petak 300a dengan luas sebesar 28,6 Ha. Biasanya benih jati yang berasal dari


(45)

Areal Produksi Benih ini dipanen dengan cara pengumpulan biji. Pengumpulan biji dilakukan pada saat bulan Juli s/d September. Sebelum dilakukan pemungutan buah / biji lantai hutan harus benar – benar bersih. Selain itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengumpulan biji yakni :

1. Tidak semua biji yang jatuh pada lantai hutan berkualitas baik (ada yang kurang matang, kosong/tidak padat, terserang hama, penyakit).

2. Buah yang pertama kali jatuh secara alami, jangan ikut dipungut (seringkali kualitasnya rendah)

3. Induk benih tidak diketahui dengan pasti

Selain kebun pangkas dan stek pucuk, juga terdapat kegiatan pemuliaan pohon lainnya yaitu Areal Produksi Benih (APB), merupakan tegakan yang mutunya ditingkatkan menjadi tegakan plus melalui penebangan pohon-pohon yang berfenotip jelek dan perlakuan-perlakuan lain, dalam usaha menghasilkan benih bermutu baik dengan jumlah banyak dan dalam waktu singkat. Jadi dalam pembuatannya APB tidak terlepas dari pohon plus, yang merupakan individu pohon yang memiliki fenotip terbaik dalam suatu tegakan hutan agar dapat menghasilkan benih yang berkualitas tersebut. Untuk dapat menentukan suatu APB harus dipenuhi beberapa persyaratan, yaitu persyaratan lokasi yang mana sesuai dengan kondisi ekologis jenis yang bersangkutan agar dapat berbunga / berbuah dengan baik, topografi yang relatif datar, terlindung dari angin keras dan banjir, aksesibilitas tinggi, tanah subur dan tenaga kerja mudah. Selain itu juga terdapat persyaratan tegakan, yaitu calon APB dipilih pada hutan tanaman di petak atau anak petak yang baik kondisi tegakannya, daur tegakan pada KU (Kelas Umur) III - IV, ditinjau tegakannya secara menyeluruh sebagai satu


(46)

kesatuan calon APB dan luas minimal 5 Ha, agar pengelolaannya lebih efisien (luas APB tidak perlu sesuai dengan luas baku).

Seluruh kegiatan pemuliaan pohon yang ada di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur merupakan bagian dari kegiatan persemaian, yang mana hasil dari kegiatan pemuliaan pohon ini adalah untuk memenuhi kebutuhan benih maupun bibit untuk seluruh KPH Madiun. Hal ini sesuai dengan literatur yang dikemukakan oleh Perum Perhutani Unit II Jawa Timur Kesatuan Pemangkuan Hutan, (2009) yang menyatakan bahwa sebagian kegiatan pemuliaan pohon sendiri termasuk ke dalam kegiatan persemaian, yang mana kegiatan pemuliaan pohon yang dilakukan oleh KPH Madiun antara lain: kebun pangkas, APB dan pohon plus adalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan bibit di KPH Madiun.

Karakteristik Responden Umur

Kelompok umur responden pelajar dan guru berada antara 14 – 55 tahun, disajikan pada Tabel 3. Dominan umur responden adalah kelompok umur 17 - 19 tahun yaitu sebesar 28,3% didominasi oleh pelajar. Hal tersebut dikarenakan rata-rata umur pelajar yang berada pada kisaran umur 16-18 tahun. Selain itu lebih banyak pelajar yang saat itu sedang duduk di bangku kelas 2 ataupun kelas 3 yang dijumpai sewaktu wawancara dilakukan.


(47)

Tabel 3. Kelompok Umur Responden Pelajar dan Guru

Umur (tahun) Frekunesi Persen (%)

14 – 16 16 17,4

17 – 19 26 28,3

20 – 22 0 0

23 – 25 0 0

26 – 28 0 0

29 – 31 0 0

32 – 34 0 0

35 – 37 2 2,2

38 – 40 5 5,4

41 – 43 11 11,9

44 – 46 9 9,8

47 – 49 10 10,9

50 – 52 9 9,8

53 – 55 4 4,3

Jumlah 92 100

Kelompok umur responden pegawai Perhutani berada antara 23 – 55 tahun, disajikan pada Tabel 4. Dominan umur responden untuk pegawai Perhutani adalah kelompok umur 38 – 40 tahun yaitu sebesar 25%. Hal ini diduga karena dominasi pegawai Perhutani yang bekerja di sana merupakan pegawai yang telah lama bekerja dan pada usia tersebut merupakan usia produktif yang ada pada saat ini. Selain itu belum adanya penambahan pegawai yang baru dalam KPH sehingga masih didominasi oleh para pegawai lama.

Tabel 4. Kelompok Umur Responden Pegawai Perhutani

Umur (tahun) Frekunesi Persen (%)

23 – 25 1 5

26 – 28 1 5

29 – 31 0 0

32 – 34 0 0

35 – 37 0 0

38 – 40 5 25

41 – 43 3 15

44 – 46 4 20

47 – 49 2 10

50 – 52 2 10

53 – 55 2 10


(48)

Tingkat pendidikan

Tingkat pendididkan responden pelajar SMA didominasi oleh pelajar yang sedang duduk dibangku kelas XI atau klas 2 SMA yaitu sebanyak 35,7%. Sedangkan untuk guru rata-rata memiliki latar pendidikan S1(Strata 1) dari berbagai macam jurusan dengan jumlah sebanyak 70% sisanya berlatar belakang pendidikan Diploma III dan S2 (Strata 2) yang disajikan pada Gambar 4. Karena untuk guru sudah ada peraturan yang menyebutkan bahwa minimal latar pendidikan guru saat ini adalah S1. Untuk pegawai Perhutani sendiri hanya 15% saja yang memiliki latar belakang pendidikan Sarjana dan yang paling dominan adalah berlatar pendidikan setingkat SMA, yaitu sebanyak 65% (disajikan pada Gambar 5). Hal ini diduga disebabkan karena kebanyakan pegawai Perhutani yang bekerja merupakan pegawai yang sudah lama bekerja dan sewaktu dulu belum banyak pegawai yang mampu untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi lagi.

Frekuensi (%)

26%

70%

4%

Dimploma III Strata 1 Strata 2


(49)

Frekuensi (%)

65% 15%

20%

SMA/Sederajat Dimploma III Strata 1

Gambar 5. Tingkat Pendidikan Pegawai Perhutani

Tingkat Pemahaman Responden Terhadap Kegiatan Pemuliaan Pohon Manfaat hutan

Sebanyak 42 pelajar atau 100% dari total keseluruhan pelajar mengetahui manfaat hutan bagi kehidupan. Begitu pula pada guru sebanyak 50 guru atau 100% dari total keseluruhan guru menyatakan mengetahui hal yang sama seperti pelajar. Hal ini dapat dikarenakan lokasi sekolah tersebut yang berada disekitar hutan milik Perum Perhutani. Seperti data sekunder yang didapat dari Perum Perhutani bahwa jarak sekolah terhadap lokasi hutan milik Perhutani hanya berjarak ± 300 meter saja. Jadi secara tidak langsung para pelajar maupun guru mengetahui dan mengerti manfaat hutan bagi kehidupan. Dikarenakan lokasi sekolah yang berada dekat disekitar lokasi hutan milik Perum Perhutani, para pelajar dapat melihat secara langsung bagaimana para masyarakat sekitar memanfaatkan hutan yang ada untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Biasanya masyarakat sekitar menggunakan lahan dibawah tegakan jati yang diijinkan oleh Perum Perhutani. Lahan dibawah tegakan ini digunakan oleh masyarakat untuk menanami tanaman pangan. Hal ini merupakan sistem


(50)

tumpangsari yang diterapkan oleh pihak Perum Perhutani sebagai salah satu upaya pemberdayaan masyarakat sekitar hutan (PHBM: Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat) dalam pelestarian hutan.

Mayoritas responden secara umum menjawab “ya” terhadap pertanyaan – pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner (Lampiran 4) yang disajikan pada Tabel 5. Dapat dilihat bahwa baik guru maupun pelajar dapat mengerti dan memahami dengan baik tujuan dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tersebut. Dari hasil analisis data yang disajikan pada Lampiran 2 dan Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai Q hitung = 62,60 lebih besar daripada nilai chi square tabel = 21,026 untuk guru dan nilai Q hitung = 161,35 lebih besar daripada nilai chi square tabel = 21,026 untuk pelajar. Hal ini menunjukkan tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat sasaran (pelajar dan guru) yang baik terhadap adanya kegiatan pemuliaan pohon yang ada di Perum Perhutani Unit II KPH Madiun.

Tabel 5. Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Kegiatan Pemuliaan Pohon NO.

Pertanyaan

Pelajar Guru

Ya (%) Tidak (%) Ya (%) Tidak (%)

1. 100 - 100 -

2. 100 - 100 -

3. 100 - 100 -

4. 52,38 47,62 60 40

5. 92,86 7,14 100 -

6. 100 - 100 -

7. 52,38 47,62 56 44

8. 73,8 26,2 70 30

9. 97,62 2,38 98 2

10. 100 - 50 -

11. 100 - 100 -

12. 85,71 14,29 100 -

13. 97,62 2,38 100 -


(51)

dapat dijadikan sebagai alternatif wisata pendidikan dalam prospek minat baru bagi para pelajar. Pelajar juga dapat mengetahui bagaimana cara kerja dalam kegiatan pemuliaan dan bagaimana penerapan teknologi dalam kegiatan pemuliaan pohon ini. Selain menambah ilmu pengetahuan bagi pelajar dalam pelaksanaannya para pelajar juga tidak membutuhkan biaya yang besar dalam melakukan kegiatan ekowisata yang berbasis pendidikan ini.

Hasil produk hutan dan kegiatan pemuliaan pohon

Pemahaman tentang hasil produk hutan sudah dapat diketahui oleh guru maupun pelajar dengan baik. Hal ini disajikan pada Tabel 5. Data ini menunjukkan bahwa seluruh responden mengetahui hasil – hasil produk hutan baik berupa kayu maupun non kayu serta hasil produksi hutan yang telah menyumbangkan devisa negara yang besar bagi negara. Dari hasil wawancara di lapangan sebagian responden menyebutkan hasil hutan berupa produk kayu – kayu apa saja yang terdapat di dalam hutan tersebut, antara lain didominasi oleh kayu jati (Tectona grandis), kesambi (Schleicera oleosa), mahoni (Swietenia mahagoni), dll. Selain itu mereka juga menjelaskan bahwa hasil produk hutan yang didominasi oleh kayu dapat diekspor ke luar negeri sebagai kayu olahan sehingga dapat menambah devisa ngara.

Sebagian besar dari responden dari hasil wawancara yang disajikan pada Tabel 5 bahwa baik pelajar maupun guru juga telah mengerti sebagian besar mengenai kegiatan pemuliaan pohon. Sebagian besar mereka telah mengerti apa – apa saja kegiatan pemuliaan pohon, hanya saja mereka belum terbiasa dengan istilah – istilah ilmiah yang sering kita gunakan. Contohnya mereka mengenal dengan baik kegiatan kebun pangkas dan stek pucuk, bahkan sebagian besar orang


(52)

tua dari para murid merupakan pekerja yang membantu Perhutani dalam kegiatan tersebut. Tetapi mereka tidak menyadari dan mengerti bahwa kegiatan kebun pangkas tersebut merupakan salah satu dari kegiatan pemuliaan pohon. Bahkan secara tidak langsung mereka telah mengetahui salah satu cara menghasilkan pohon – pohon yang memiliki sifat – sifat kayu yang berkualitas tinggi ataupun cara – cara melestarikan pohon – pohon yang menghasilkan benih – benih yang berkualitas baik.

Tingkat Kesiapan Perum Perhutani sebagai Fasilitator

Dalam pengelolaan suatu kawasan untuk dijadikan sebuah tempat wisata diperlukan adanya suatu lembaga atau badan yang mengelolanya. Dalam hal ini Perum Perhutani sebagai pemilik lahan yang didalamnya terdapat kegiatan pemuliaan pohon sekaligus sebagai pengelola, maka Perhutani harus dapat bekerja sama dengan stakeholders lainnya agar kegiatan ekowisata pendidikan ini dapat berjalan dengan lancar. Hal ini sesuai dengan literatur yang dinyatakan oleh Fandeli dan Mukhlison (2000) bahwa di dalam pengembangan kepariwisataan alam memerlukan koordinasi dan integrasi yang bagus bagi seluruh stakeholders.

Perum Perhutani dalam hal ini sebagai fasilitator bagi para pelajar yang ingin melakukan wisata pendidikan ke Perum Perhutani Unit II KPH Madiun telah siap untuk dikunjungi. Tingkat kesiapan ini didapat dari hasil wawancara dari kuisioner yang ada disajikan pada Lampiran 5 yang disajikan pada Tabel 6.


(53)

Tabel 6. Tingkat Kesiapan Perum Perhutani Unit II KPH Madiun sebagai Fasilitator

NO. Pertanyaan

Pegawai Perhutani

Ya (%) Tidak (%)

1. 100 -

2. 95 5

3. 70 30

4. 100 -

5. 95 5

Dari hasil analisis data yang disajikan pada Lampiran 1 menunjukkan bahwa nilai Q hitung = 16, 8 lebih besar daripada nilai chi square tabel = 9,488. Hal ini menunjukkan bahwa Perum Perhutani siap sebagai fasilitator dalam menerima kunjungan pelajar untuk kegiatan wisata pendidikan. Hal ini juga dapat dilihat dari data yang disajikan pada Tabel 6, yang sebagian besar dari pertanyan – pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner dijawab “ya” oleh para pegawai Perhutani.

Kegiatan pemuliaan pohon yang dimiliki oleh Perum Perhutani Unit II KPH Madiun antara lain APB (Areal Produksi Benih), Kebun Pangkas dan Pohon Plus. Semua kegiatan – kegiatan ini secara umum dapat dikatakan berhasil mencapai tujuannya. Hal ini terbukti dari benih yang dihasilkan dari areal kebun benih yang berada di APB seluas 28,4 Ha saat ini telah mendapatkan pengakuan benih bersertifikat dari Balai Perbenihan Tanaman Hutan, Ditjen Rehabilittasi Lahan dan Perhutanan Sosial, Departemen Kehutanan. Selain itu bibit tanaman yang dikembangkan di persemaian KPH Madiun seluruhnya berasal dari Areal Produksi Benih (APB) KPH Madiun sendiri dan Jati Plus Perhutani (JPP) dari pusbanghut Cepu.

Menurut hasil observasi di lapangan (Lampiran 6) seluruh kegiatan pemuliaan pohon yang ada di Perhutani KPH Madiun, dapat dijangkau oleh


(54)

kunjungan pelajar apabila dilakukan dalam satu kali kunjungan. Karena aksesibilitas yang mudah dijangkau antara satu tempat kegiatan pemuliaan dengan yang lainnya. Selain itu fasilitas pemuliaan pohon seperti plang – plang kegiatan juga sudah lengkap dan tersedia di setiap area kegiatannya (contohnya disajikan pada Gambar 6).

Gambar 6. Plang APB (Areal Produksi Benih) di RPH Kuwiran

Fasilitas lainnya seperti aula, transportasi, pemandu, dll juga dapat disediakan oleh pihak Perhutani jika kunjungan yang akan diadakan tersebut bersifat resmi melalui prosedur yang ada. Perum Perhutani KPH Madiun sendiri sebenarnya telah menjadi tempat pembelajaran bagi para pelajar yang ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai kegiatan yang ada di Perhutani sehingga KPH Madiun memiliki tempat yang dinamakan KPH Wanasiswa. Tetapi dikarenakan hal lain dan sebagainya, salah satu diantaranya adalah penurunan kualitas hutan jati yang ada disekitar KPH Madiun, maka kegiatan wanasiswa tersebut tidak diaktifkan lagi. Oleh karena itu setelah adanya keberhasilan dari kegiatan pemuliaan pohon ini maka diharapkan KPH Madiun dapat dijadikan kembali sebagai salah satu tempat wisata pendidikan bagi para pelajar yang mempunyai minat khusus.


(55)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kegiatan pemuliaan pohon yang ada di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun antara lain Kebun Pangkas, Pohon Plus dan APB (Areal Produksi Benih).

2. Perum Perhutani Unit II KPH Madiun telah siap sebagai fasilitator bagi para pelajar maupun guru dalam melakukan kunjungan ekowisata terhadap program pemuliaan pohon di KPH Madiun, seperti mengelola kegiatan pemuliaan pohon yang ada dengan baik, melengkapi fasilitas – fasilitas pendukung dalam area kegiatan serta menyediakan sarana dan prasarana bagi para pengunjung.

3. Pelajar dan guru memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai kegiatan pemuliaan pohon yang ada di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun.

Saran

Diharapkan kepada Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun agar dapat memberikan sosialisai ke sekolah-sekolah lainnya mengenai kegiatan pemuliaan pohon sebagai alternatif wisata pendidikan serta perlu adanya penambahan jumlah tenaga ahli pemuliaan pohon di lapangan apabila kegiatan ini akan dilakukan.


(56)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

4. Kegiatan pemuliaan pohon yang ada di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun antara lain Kebun Pangkas, Pohon Plus dan APB (Areal Produksi Benih).

5. Perum Perhutani Unit II KPH Madiun telah siap sebagai fasilitator bagi para pelajar maupun guru dalam melakukan kunjungan ekowisata terhadap program pemuliaan pohon di KPH Madiun, seperti mengelola kegiatan pemuliaan pohon yang ada dengan baik, melengkapi fasilitas – fasilitas pendukung dalam area kegiatan serta menyediakan sarana dan prasarana bagi para pengunjung.

6. Pelajar dan guru memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai kegiatan pemuliaan pohon yang ada di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun.

Saran

Diharapkan kepada Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun agar dapat memberikan sosialisai ke sekolah-sekolah lainnya mengenai kegiatan pemuliaan pohon sebagai alternatif wisata pendidikan serta perlu adanya penambahan jumlah tenaga ahli pemuliaan pohon di lapangan apabila kegiatan ini akan dilakukan.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

Damanik, J. dan H. F. Weber. 2007. Perencanaan Ekowisata. Pusat Studi Pariwisata Universitas Gajah Mada dan Penerbit Andi. Yogyakarta. Daniel, T.W., John, A.H. dan Frederick, S. B. 1987. Prinsip-Prinsip Silvikultur.

Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Departemen Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia. 1998. Buku Panduan Kehutanan Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. Jakarta.

Direksi Perum Perhutani. 2007. Pedoman Pencapaian Perhutani Hijau 2010. Perum Perhutani. Jakarta.

Fandeli, C. dan Mukhlison. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan UGM dan Unit Konservasi Sumber Daya Alam DIY. Yogyakarta. Hidayati, D., Mujiyani, L. Rachmawati, dan A. Zaelani. 2003. Ekowisata :

Pembelajaran dari Kalimantan Timur. Muliasari. Jakarta. Hartono. 2004. Statistik Untuk Penelitian. Pustaka Pelajar. Pekanbaru.

Perum Perhutani.1993.Pedoman Penyusuan Rencana Teknik Tahunan (RTT) PHT 07 Seri Produksi 76. Jakarta.

Perum Perhutani. 2003. Pedoman Pembuatan Tanaman Jati Plus Perhutani (Supplement I). PHT 5 Seri Produksi 140. Jakarta.

Perum Perhutani. 2007. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengelolaan

Kebun Pangkas dan Pembuatan Bibit Stek Pucuk Jati Plus Perhutani (JPP). Pusat Penelitian dan Pengembangan Perum Perhutani. Cepu.

Perum Perhutani. 2009. Profil Perum Perhutani.

Perum Perhutani KPH Madiun. 2008. Kajian Stakeholder. Perum Perhutani KPH Madiun. Madiun.

Perum Perhutani Unit II Jatim Kesatuan Pemangkuan Hutan Madiun. 2009. Ringkasan Publik (Public Summary). Perum Perhutani KPH Madiun. Madiun.

Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. 2000. Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Areal Produksi Benih (APB). Biro Pembinaan Sumber Daya Hutan. Surabaya.

Perum Perhutani Unit II Jawa Timur Kesatuan Pemangkuan Hutan Madiun. 2008. Kajian Executive Summary Keanekaragaman Hayati (Biodiversity). Perum Perhutani KPH Madiun. Madiun.


(58)

Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. 2008. Buku Panduan PHL (Pengelolaan Hutan Lestari). KPH Madiun. Madiun.

Pusat Pengembangan Sumber Daya Hutan Perum Perhutani. 2005. Seperempat Abad Pemuliaan Jati Perum Perhutani. Perum Perhutani. Jakarta. Sagala, P. 1994. Mengelola Lahan Kehutanan Indonesia. Yayasan Obor

Indonesia. Jakarta.

Sugiyono. 2008. Statistik Nonparametris untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung. Ulum, S. 2009. Bisakah Hutan Tanaman Menjadi Hutan Lindung?.

Undang-Undang Republik Indonsia No. 5 Tahun 1990. Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya.

Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1990. Kepariwisataan. [diakses tanggal 14 Oktober 2009].

Utami, R. N. 2005. Pengusahaan Wisata Berbasis Alam di Hutan Rakyat, Mungkinkah?. Jurnal Hutan Rakyat 5:81-94

Usman, H. dan Akbar, P. S. 1996. Metodologi Penelitian Sosial. Bumi Aksara. Bandung.


(59)

(1)

30. 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 11 121

31. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 169

32. 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 144

33. 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 10 100

34. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 169

35. 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 10 100

36. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 169

37. 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 12 144

38. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 169

39. 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 12 144

40. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 169

41. 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 10 100

42. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 169

43. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 169

44. 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 11 121

45. 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 144

46. 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 11 121

47. 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 10 100

48. 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 144

49. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 169

50. 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 144

Gj= 50 50 50 30 50 50 28 35 49 50 50 50 50 Gj = 592 Gj = 7070

∑ ∑

= = = = −         − − = N i N i k j k j Li Li k Gj Gj k k Q 1 1 2 1 1 2 2 ) ( ) 1 (

Q = (13 - 1) [13(502 + 502 + 502 + 302 + 502+ 502 + 282 + 252 +492 + 502 + 502 + 502 +502) – (592)2]

(!3) (592) – (7070)

= 12 [13(2500 + 2500 + 2500 + 900 + 2500 + 2500 + 784 + 625 + 2401 + 2500 + 2500 + 2500 +2500) – 350.464]

7696 – 7070 = 12 [13(27.210) – 350.464]

626 = 12 [3266]


(2)

= 39.192 626 = 62,60

Berdasarkan dk = 12, untuk taraf kesalahan 5%, maka harga chi square tabel = 21,026

Lampiran 3. Tingkat Pengetahuan dan Pemahaman Pelajar Terhadap Kegiatan Pemuliaan Pohon

No. PERTANYAAN Li Li2

Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 169

2. 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 11 121

3. 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 12 144

4. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 12 144

5. 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 11 121

6. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 169

7. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 12 144

8. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 169

9. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 169

10. 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 9 81

11. 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 12 144

12. 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 10 100

13. 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 144

14. 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 9 81

15. 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 9 81

16. 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 144

17. 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 11 121

18. 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 11 121

19. 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 10 100

20. 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 11 121

21. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 169

22. 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 144

23. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 169

24. 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 11 121

25. 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 11 121

26. 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 10 100

27. 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 10 100

28. 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 11 121


(3)

30. 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 12 144

31. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 169

32. 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 11 121

33. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 169

34. 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 9 81

35. 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 11 121

36. 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 144

37. 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 144

38. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 169

39. 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 11 121

40. 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 144

41. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 169

42. 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 144

42 42 42 22 39 42 22 31 41 42 42 36 41

484 Gj=5642

∑ ∑

= = = = −         − − = N i N i k j k j Li Li k Gj Gj k k Q 1 1 2 1 1 2 2 ) ( ) 1 (

Q = (13 - 1) [13(422 + 422 + 422 + 222 + 392+ 422 + 222 + 312 + 412 + 422 + 422 + 362 +412) – (484)2]

(!3) (484) – (5642)

= 12 [13(1764 + 1764 + 1764 + 484 + 1251 + 1764 + 484 + 1764 + 961 + 1681 + 1764 + 1296 + 1681) – (234.256)]

6292 – 5642 = 12 [13(16.928) – (234.256)]

650 = 12 [8740]

650 = 161,35

Berdasarkan dk = 12, untuk taraf kesalahan 5%, maka harga chi square tabel = 21,026


(4)

Lampiran 4. Pertanyaan Kuisioner Untuk Responden (Pelajar dan Guru)

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah saudara mengetahui manfaat hutan bagi kehidupan?

2 Apakah saudara mengetahui bahwa produk hutan telah menyumbangkan devisa negara yang besar?

3 Apakah saudara mengetahui hasil hutan berupa produk kayu yang berada di sekitar kita?

4 Apakah saudara mengetahui cara menghasilkan pohon-pohon yang memiliki sifat-sifat kayu berkualitas tinggi yang memiliki harga yang mahal?

5 Apakah menurut saudara untuk menghasilkan pohon yang berkualitas diperlukan benih yang berkualitas juga?

6 Perlukah melestarikan pohon-pohon yang menghasilkan benih-benih berkualitas?

7 Apakah saudara mengetahui cara melestarikan pohon-pohon yang menghasilkan benih-benih berkualitas tersebut?

8 Pernahkan saudara mendengar istilah ’Pemulian Pohon”

9 Jika saudara mendengar kata ’Pemuliaan Pohon”, apalah menurut saudara kegiatan tersbut perlu dilakukan?

10 Apakah saudara tertarik mendatangi kawasan hutan yang mengelola pelestarian pohon-pohon yang menghasilkan benih-benih berkualitas?

11 Apakah menurut saudara pelajar perlu melakukan kunjungan ke kawasan hutan sebagai bagian dari pendidikan lingkungan?

12 Apakah saudara mengetahui bahwa PERHUTANI adalah BUMN yang mengelola kawasan hutan di pulau Jawa?

13 Apakah menurut saudara pelajar perlu berkunjung ke PERHUTANI untuk melihat kegiatan pengelolaan hutan, termasuk ”pemuliaan pohon?”


(5)

Lampiran 5. Pertanyaan Kuisioner Untuk Responden Pegawai Perum Perhutani

NO PERTANYAAN YA TIDAK

1. Apakah PERHUTANI memiliki program pemuliaan pohon?

2. Apakah kegiatan Pemuliaan Pohon berhasil mencapai tujuannya?

3. Apakah kegiatan PP dikelola dengan dengan baik, didukung tenaga operasional yang handal?

4. Apakah perhutani bersedia menerima

pelajar/masyarakat yang ingin mempelajari kegiatan PP?

5. Apakah Perhutani siap jika kegiatan PP menjadi target pendidikan lingkungan bagi pelajar (dengan adanya kunjungan) (indikatornya adalah fasilitas)

Lampiran 6. Analisis/Observasi Lapangan (oleh Peneliti)

No Pertanyaan Jawab

1 Berapa banyak kegiatan PP yang ada di perhutani madiun yang dapat dijangkau dalam satu kali kunjungan pelajar (paling lama 3 jam)?

2 Bagaimana fasilitas PP? Plang2 kegiatan, dll 3 Fasilitas kunjungan? (aula, kamar kecil,

kantin/konsumsi peserta, kebersihan, kenyamanan, kendaraan dlm lokasi, pemandu?)


(6)