29
syubhat, kedudukannya tidak ada hubungan nasab kepada laki-laki yang menggauli ibunya, kecuali kalau laki-laki itu mengakuinya.
21
Kalau anak luar perkawinan ialah anak yang timbul dari pergaulan tidak sah antara seorang pria dan wanita, hal ini berarti merupakan pelanggaran terhadap
ketentuan perkawinan, di mana anak tersebut sebenarnya tidak bersalah, tidak berdosa dan tidak bernoda, sebab seluruh kesalahan yang berlaku adalah dari dua
manusia yang melakukan kesalahan itu. Dua manusia inilah yang berdosa, bersalah dan bernoda, merekalah yang bertanggung jawab dan mereka pulalah yang menerima
ganjaran atas perbuatan mereka.
22
2. Pengertian Zina
Kata zina secara etimologi adalah bentuk masdar dari kata kerja
-
yang berarti berbuat jahat, sedangkan secara terminologi zina berarti hubungan seksual antara seorang laki-laki dan seorang perempuan melalui vagina bukan dalam
akad pernikahan atau yang menyerupai akad ini. Zina juga dapat didefinisikan sebagai hubungan seksual antara laki-laki dan seorang wanita yang tidak atau belum
diikat oleh suatu perkawinan tanpa disertai unsur keraguan dalam hubungan seksual tersebut dan tidak ada hubungan pemilikan, seperti tuan dan hamba sahaya wanita.
23
Zina adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang tidak terikat dalam perkwainan yang sah secara syariah
21
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, jakarta: Sinar Grafika, 2006, cet. Ke-1, h.83.
22
R.Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perkawinan di Indonesia, Sumur Bandung,h.69
23
Nurul Irfan, Nasab Status Anak dalam Hukum Islam, Jakarta: Amzah,2012,h.42
30
Islam, atas dasar suka sama suka dari kedua belah pihak, tanpa keraguan syubhat dari pelaku atau para pelaku zina bersangkutan.
24
Menurut Ensiklopedi Hukum Islam, zina adalah hubungan seksual antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang tidak atau belum diikat dalam
perkawinan tanpa disertai unsur keraguan dalam hubungan seksual tersebut. Menurut fuqaha dari kalangan mazhab Hanafi, Zina adalah hubungan seksual
yang dilakukan seorang laki-laki secara sadar terhadap perempuan yang disertai nafsu seksual dan di antara mereka tidak atau belum ada ikatan perkawinan secara sah atau
ikatan perkawinan syubhat, yaitu perkawinan yang diragukan keabsahannya, seperti ikatan perkawinan tanpa wali nikah, tanpa saksi, atau tanpa kawin
mut’ah. Beberapa definisi lain tentang pengertian zina yang dikemukakan oleh
berbagai ulama mazhab menunjukkan pengertian yang hampir sama. Hanya seperti ulama Hanabila dan ulama Zidiyah menambahkan jimak melalui dubur.
25
Kesimpulannya adalah, secara ilmiah, perzinaan mengandung banyak mudharat yang tidak diragukan lagi. Ia merupakan faktor utama yang penyebab
kerusakan dan amburadulnya moralitas. Selain itu, ia dapat menjadi penyebab tersebarnya berbagai macam jenis penyakit dan mendorong laki-laki untuk
membujang, dan lebih senang berpacaran. Karena itu, ia merupakan faktor utama
24
Neng Djubaidah, Perzinaan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, h.119.
25
Muhammad Abduh Malik, Perilaku Zina Pandangan Hukum Islam dan KUHP, Jakarta: Bulan Bintang, 2003, h.25.
31
terjadinya kerusakan, tindakan yang melampaui batas, tersebarnya prostitusi, serta timbulnya ragam tindak kriminal.
26
3. Dasar Hukum dan Macam-Macam Zina