Aswanto Sitepu : Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit Elaeis quenensis Jacq, Coklat Theobroma cacao Dan Karet Havea brasiliensis Di Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingei Kabupaten
Langkat, 2007. USU Repository © 2009
13 •
Yang berkondisi remah-sedang, tanah yang demikian kondisinya cenderung tampak agak bergumpal, susunan lapisan-lapisan tanah
tampak ada yang dalam keadaan agregasi atau bergumpal dan terdapat pula porus yang berlubang-lubang, memudahkan aliran air menerobos
menyerap ke dalam lapisan-lapisan tanah sebelah bawah. Keadaan yang demikian tidak begitu menyulitkan bagi pengolahan tanah untuk
kepentingan usaha tani, ataupun bagi pekerjaan pemindahan tanah. Kartasapoetra, dkk, 1987
Beberapa hal yang menentukan sifat fisik tanah adalah tekstur, struktur, konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan lapisan tanah, dan
kedalaman permukaan air tanah. Secara ideal tanaman kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, mempunyai solum yang dalam tanpa lapisan padat,
tekstur mengandung liat dan debu 25-30 , serta berdrainase baik. Setyamidjaja, 1999.
Sesungguhnya pada susunan remah terdapat pori-pori makro non kapiler yang tidak menampung air yang biasanya diisi udara tanah. Struktur remah ini
adalah keadaan agregat yang paling dikehendaki dalam pertanian karena pada struktur ini terdapat keseimbangan yang baik antara udara yang diperlukan untuk
pernafasan akar tanaman dan air tanah sebagai medium larutan unsur hara
tanaman Kartasapoetra , dkk, 1987.
c. Tekstur tanah
Tekstur tanah menunjukkan perbandingan butir-butir pasir 2mm-50 µ,
debu 50-2 µ, dan liat 2µ di dalam tanah. Di dalam segitiga tekstur terdapat 12
Aswanto Sitepu : Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit Elaeis quenensis Jacq, Coklat Theobroma cacao Dan Karet Havea brasiliensis Di Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingei Kabupaten
Langkat, 2007. USU Repository © 2009
14
kelas tekstur di dalamnya yaitu pasir, pasir berlempung, lempung berpasir, lempung, lempung berdebu, debu, lempung liat, lempung liat berpasir, lempung
liat berdebu, liat berpasir, liat berdebu, dan liat. Apabila di samping kelas tekstur tersebut tanah mengandung krikil 2mm sebanyak 20-50 maka tanah disebut
berkrikil, dan sebagainya. Bila kandungan krikil lebih dari 50 disebut sangat berkrikil Hardjowigeno, 1993.
Tekstur tanah yang baik untuk tanaman coklat adalah lempung liat berpasir dengan komposisi 30-40 fraksi liat, 50 pasir, dan 10-20 debu.
Susunan demikian akan mempengaruhi ketersediaan air dan hara serta aerasi tanah. Struktur tanah yang remah dengan agregat yang mantap menciptakan
gerakan air dan udara di dalam tanah sehingga menguntungkan bagi akar. Tanaman coklat dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki kemasaman
pH 6-7,5 tidak lebih tinggi dari 8 serta tidak lebih rendah dari 4, paling tidak pada kedalaman 1 meter. Hal itu disebabkan terbatasnya ketersediaan hara pada
pH tinggi dan efek racun dari alang-alang, Mn, dan Fe pada pH rendah Siregar, dkk, 2000.
Secara ideal tanaman kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, mempunyai solum yang dalam tanpa lapisan padat, tekstur mengandung
liat dan debu 25 - 30 , datar, serta berdrainase baik. Anonimous, 1997
d. Konsistensi tanah
Menunjukan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukan oleh daya tahan tanah
terhadap gaya dari luar. Penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan
Aswanto Sitepu : Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit Elaeis quenensis Jacq, Coklat Theobroma cacao Dan Karet Havea brasiliensis Di Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingei Kabupaten
Langkat, 2007. USU Repository © 2009
15
kandungan air dari tanah yaitu apakah tanah dalam keadaan basah, lembab, atau kering Hardjowigeno, 1993.
Sifat-sifat yang cocok untuk tanaman karet adalah sebagai berikut : •
Solum cukup dalam, sampai 100 cm atau lebih, tidak terdapat batu-batuan •
Aerasi dan drainase baik •
Remah, porus dan dapat menahan air •
Tekstur terdiri atas 35 liat dan 30 pasir •
Tidak bergambut, dan jika ada tidak lebih tebal dari 20 cm •
Kandungan unsur hara N,P dan K cukup dan tidak kekurangan unsur mikro
• pH 4,5-6,5
• Kemiringan tidak lebih dari 16
• Permukaan air tanah tidak kurang dari 100 cm
Setyamidjaja, 1999. e.
Drainase permukaan
Adalah cara pengumpulan dan pembuangan air dari permukaan tanah. Tipe drainase ini cocok untuk daerah rendah yang menerima limpahan air dari
daerah yang lebih tinggi, dan daerah-daerah yang tanah impermeable sehingga kapasitas melewatkan kelebihan air kedalam profil tanahnya rendah
Hakim, dkk, 1986. Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, baik pada tanah-
tanah vulkanis tua, alluvial dan bahkan tanah gambut. Tanah-tanah vulkanis umumnya memiliki sifat fisik yang cukup baik, terutama dari segi struktur,
Aswanto Sitepu : Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit Elaeis quenensis Jacq, Coklat Theobroma cacao Dan Karet Havea brasiliensis Di Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingei Kabupaten
Langkat, 2007. USU Repository © 2009
16
tekstur, solum, kedalam air tanah, aerasi, dan drainasenya. Akan tetapi sifat-sifat kimia umumnya sudah kurang baik, karena kandungan haranya relatif rendah.
Tanah-tanah alluvial umumnya cukup subur, tetapi sifat fisisnya terutama drainase dan aerasinya kurang baik. Pembuatan saluran drainase akan menolong
memperbaiki keadaan tanah ini Setyamidjaja, 1999. Dengan kemiringan lereng yang tinggi akan menyebabkan terjadinya
aliran permukaan yang besar. Untuk itu perlu dilakukan pembuatan terasering. Akibatnya biaya produksi akan meningkat Setyamidjaja, 1992.
Sifat kimia tanah a.
Kapasitas tukar kation tanah
Didefenisikan sebagai kapasitas tanah untuk menjerap dan mempertukarkan kation. KTK biasanya dinyatakan dalam miliekivalen per 100
gram. Kation-kation yang berbeda dapat mempunyai kemampuan yang berbeda untuk menukar kation yang dijerap. Jumlah yang dijerap sering tidak setara
dengan yang ditukarkan. Ion-ion divalent biasanya diikat lebih kuat dari pada ion-
ion monovalen, sehingga sulit untuk dipertukarkan Tan, 1998. b.
pH tanah
Kemasaman tanah berakibat langsung terhadap tanaman karena meningkatnya kadar ion-ion hidrogen bebas. Tanaman akan tumbuh dan
berkembang dengan baik pada pH optimum yang dikehendakinya. Apabila pH jenis tanaman itu tidak sesuai dengan persyaratan fisiologinya, pertumbuhan
tanaman akan terhambat. Kemasaman tanah berakibat pula terhadap baik atau buruknya atau cukup kurangnya unsur hara yang tersedia, dalam hal ini pada pH
Aswanto Sitepu : Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit Elaeis quenensis Jacq, Coklat Theobroma cacao Dan Karet Havea brasiliensis Di Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingei Kabupaten
Langkat, 2007. USU Repository © 2009
17
sekitar 6,5 tersedianya unsur hara dinyatakan paling baik. Pada pH dibawah 6,0 unsur P, Ca, Mg, Mo ketersediaannya kurang, pada pH dibawah 4,0 ketersediaan
unsur makro dan Mo dinyatakan buruk sekali, pada pH rendah ketersediaan Al, Fe, Mn, Bo akan meningkat, yang dapat menyebabkan keracunan bagi tanaman
Sutedjo dan Kartasapoetra, 1991 Tanaman coklat dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki
kemasaman pH 6-7,5 tidak lebih tinggi dari 8 serta tidak lebih rendah dari 4, paling tidak pada kedalaman 1 meter. Hal itu disebabkan terbatasnya ketersediaan
hara pada pH tinggi dan efek racun dari Mn, dan Fe pada pH rendah Siregar, dkk, 2000.
Pada umumnya hara mudah diserap akar tanaman pada pH tanah sekitar netral, karena pada pH tersebut kebanyakan hara mudah larut dalam air. Pada
tanah masam P tidak dapat diserap tanaman karena diikat difiksasi oleh Al, sedang pada tanah alkalis P juga tidak dapat diserap tanaman karena difiksasi oleh
Ca. Hardjowigeno, 1995. Setiap proses yang akan meningkatkan atau mempertahankan basa tertukar
seperti Ca, Mg, K, dan Na akan menunjang penurunan keasaman dan meningkatkan kebasaan. Proses pelapukan sangat dipengaruhi karena
membebaskan kation tertukar dari mineral sehingga menjadi tersedia untuk di adsorbsi. Penambahan yang mengandung basa, misalnya batu kapur merupakan
cara yang sering dipakai untuk menambah kation logam sebagai tambahan yang
telah disediakan oleh alam Buckman and Brady, 1982.
c. Kejenuhan basa