Oni Nurhayati,2015 DESAIN DIDAKTIK KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLE PADA BAHASAN
SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Berbicara tentang pendidikan, maka tidak terlepas dari UU Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional point 20
menyatakan bahwa “Pendidikan adalah proses pembelajaran dimana adanya interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar”. Dapat dikatakan bahwa pendidikan juga tidak akan terlepas dari pembelajaran. Karena, pembelajaran adalah sebuah proses untuk
mencapai tujuan didalam pendidikan”. Salah satu hal yang terpenting dalam pembelajaran adalah adanya persiapan yang dirancang oleh guru. Mulai dari
desain pembelajaran, metode, alat, maupun sumber pembelajaran. Hal itu akan menentukan arah pembelajaran dan juga dapat membantu siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal. Pada hakekatnya pembelajaran adalah sebuah proses yang saling berkaitan antara guru, bahan ajar, dan siswa.
Salah satunya yaitu pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika adalah suatu proses yang harus didasari oleh adanya perubahan
pada diri siswa. Baik itu perubahan secara pola pikir, ilmu pengetahuan, maupun keterampilan. Perubahan tersebut yang akan membantu siswa untuk
mendapatkan pengalaman. Melalui pengalaman tersebut siswa dapat membangun pemahaman dan pengetahuan baru. menurut National Council of
Teacher of Mathematics NCTM dalam Supriadi, 2014, hlm.40 mengatakan bahwa „siswa harus mempunyai lima standar proses dalam pembelajaran
matematika, diantaranya: memecahkan masalah, bernalar dan bukti, berkomunikasi, koneksi, dan menyajikan matematika.‟ Dapat dikatakan bahwa
kemampuan komunikasi matematis adalah salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa saat belajar matematika. Karena matematika merupakan bahasa
simbol-simbol yang harus dimengerti oleh siswa. Sependapat dengan Jackson
Oni Nurhayati,2015 DESAIN DIDAKTIK KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLE PADA BAHASAN
SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2 dalam Supriadi, 2014, hlm. 5 mengatakan
„Matematika terdiri atas komponen-komponen, diantaranya: bahasa, peryataan, pertanyaan, alasan, dan
Oni Nurhayati,2016 DESAIN DIDAKTIK KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLE PADA BAHASAN
SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ide matematika.‟ Selain itu hakekat matematika sendiri adalah menguraikan apa sebenarnya matematika, baik dilihat dari arti kata, karakteristik, maupun
kedudukan matematika diantara cabang ilmu yang lain. Konsep matematika didapat dari proses berfikir, karena itu logika
termasuk bentuk dasar dari matematika. Konsep dasar ini biasanya dipakai secara terus-menerus atau berkesinambungan sebagai sarana dalam
mempelajari konsep selanjutnya. Matematika biasanya lebih menekankan pada dunia rasio penalaran, bukan menekankan kepada hasil eksperimen
maupun hasil observasi. “Matematika terbentuk karena pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan pena
laran.” Russefendi dalam Tiurlina, 2012, hlm. 3.
Apabila merujuk kepada standar kompetesi dan kompetensi dasar, maka banyak ruang lingkup materi matematika yang harus dipelajari oleh
siswa. Diantaranya ada aljabar, geometri, pengukuran, peluang, dan lain-lain. Salah satu ruang lingkup awal matematika adalah geometri. Geometri dapat
diartikan sebagai ilmu yang membahas hubungan antara garis, sudut, bidang, dan bangun ruang. Seperti yang dikemukakan oleh Clemens dalam Raharjo,
2009, hlm. 1 menyatakan bahw a „Geometri adalah ilmu yang mempelajari
tentang bentuk dan obyek yang memiliki bentuk teratur .’ Pembahasan
geometri sudah digunakan sejak awal masuk sekolah dasar sampai jenjang perguruan tinggi. Model contoh-contoh geometripun dapat dengan mudah
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya bangun datar dan bangun ruang.
Seharusnya materi bangun ruang tidak menjadi hambatan belajar bagi siswa. Namun, adakalanya konsep yang ditanamkan oleh guru menyebabkan
terjadinya learning obstacle atau hambatan belajar pada siswa. Salah satu hambatan belajar yang muncul pada geometri bangun ruang materi balok
adalah siswa SD salah persepsi dalam menentukan sisi, rusuk, titik sudut, dan membuat jaring-jaring balok maupun menggambar balok itu sendiri.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Agustiyani 2014, hlm. 4 “...Biasanya
Oni Nurhayati,2016 DESAIN DIDAKTIK KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLE PADA BAHASAN
SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
siswa hanya mempunyai satu concept image dalam pemahaman konsep pada sifat-
sifat bangun ruang...”. Hal ini dapat mengakibatkan siswa terlihat kebingungan saat dihadapkan dengan tes yang berbeda bentuk dari apa yang
disampaikan atau dicontohkan oleh guru. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 19
Februari sampai tanggal 09 Maret di empat SD Negeri yang berbeda. Diantaranya, SDN Buah Gede, SDN Serang 7, SDN Serang 11, dan SDN
Kamalaka, ditemukan beberapa permasalahan atau learning obstacle terkait dengan konsep sifat-sifat balok yaitu:
1. Tipe 1, Learning obstacle terkait concept image dalam menggambar
bangun ruang balok dan menggambar jaring-jaring balok. 2.
Tipe 2, Learning obstacle terkait komunikasi terhadap konsep sifat-sifat pada bangun ruang balok.
3. Tipe 3, Learning obstacle terkait Mengkomunikasikan konsep volume
balok melalui gambar. Berikut hambatan belajar yang ditemukan peneliti pada beberapa SD
negeri kelas VI setelah diadakannya tes uji coba learning obsctacle pada sifat-sifat bangun ruang khususnya balok. Pertama, adanya hambatan epistimologi terlihat
dari berbagai penemuan mulai dari menggambarkan dua bentuk balok yang berbeda, menentukan besar sudut, membuat jaring-jaring, dan menganalisis
bangun apa saja yang menjadi sisi dari sebuah balok. Kedua ditemukan adanya hambatan ontogeni yaitu dalam konsep volume balok. Rata-rata siswa
mengetahui rumus volume balok, namun siswa tidak mengerti dari mana didapatkan rumus tersebut. Diantaranya dapat terlihat pada gambar berikut:
Oni Nurhayati,2016 DESAIN DIDAKTIK KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLE PADA BAHASAN
SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 1.1 Respon Tes Uji LO
Contoh hambatan selanjutnya yaitu komunikasi terhadap konsep sifat-sifat pada bangun ruang balok dan Mengkomunikasikan konsep volume balok melalui
gambar.
Gambar 1.2
Respon Tes Uji LO
Gambar 1.3 Respon Tes Uji LO
Dari gambar di atas terlihat bahwa siswa mengalami hambatan terkait dengan mengkomunikasikan konsep volume balok melalui gambar. Saat siswa
Oni Nurhayati,2016 DESAIN DIDAKTIK KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLE PADA BAHASAN
SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diminta untuk menghitung volume balok dari kubus satuan, maka sebagian besar siswa mengalami kesulitan atau yang disebut dengan hambatan belajar. Siswa
mampu menulis rumus dengan benar, namun saat menghitung volume dari kubus satuan siswa mengalami kesulitan. Seharusnya siswa mengetahui bahwa volume
balok dapat dihitung dari susunan kubus satuan yang memenuhi balok. Hal ini terjadi karena rendahnya pemahaman siswa. Biasanya guru langsung memberikan
rumus kepada siswa tanpa mengkomunikasikan dan mengkoneksikan terlebih dahulu konsep tersebut dengan konsep materi matematika yang lain. Guru
seharusnya dapat memberikan contoh-contoh tes tentang koneksi volume balok. Sehingga siswa mempunyai pemahaman yang tidak hanya terbatas kepada bahan
ajar yang dimiliki sisiwa. Sedangkan hasil wawancara dengan siswa sendiri masih terdapat
anggapan bahwa pembelajaran matematika sulit dan sukar. Sehingga mengakibatkan suasana kelas yang kurang kondusif dan membosankan, karena
siswa merasa kurang tertarik dalam pembelajaran. Hasil pengamatan pun tidak jauh berbeda karena terlihat guru kurang variatif dalam menggunakan model,
metode maupun alat peraga. Selain itu terkadang desain bahan ajar yang digunakan guru belum sesuai dengan hambatan belajar yang dialami siswa. Pada
umumnya guru hanya memperhatikan ketercapaian program pembelajaran tanpa melihat respon yang diberikan siswa. Sehingga yang terlihat justru peran guru
lebih dominan dibandingkan dengan peran siswa. Guru memang dapat menjadi salah satu faktor yang dapat memunculkan
hambatan belajar pada diri siswa. Jika seorang guru gagal dalam menanamkan konsep dasar kepada siswa, maka hal yang pasti terjadi adalah hambatan yang
akan dialami siswa. Disamping itu jika siswa hanya terbiasa mendengarkan penjelasan guru, maka siswa juga akan terbiasa mengikuti pola guru dalam
menyelesaikan tes. Akibatnya, kemampuan dalam menganalisis tes yang lebih sulit akan menjadi kurang, karena sumber informasi yang terlalu sedikit yang
didapatkan dari seorang guru. Disadari atau tidak pola pembelajaran yang seperti
Oni Nurhayati,2016 DESAIN DIDAKTIK KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLE PADA BAHASAN
SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
itu atau
pembelajaran tradisional
akan menghambat
siswa untuk
mengembangkan kemampuan berpikirnya. Di dalam proses pembelajaran sendiri siswa mempunyai hak untuk ikut
berpartisipasi dalam berpikir, berpendapat, dan menghasilkan sebuah karya. Namun disamping itu, siswa juga mempunyai hak untuk tidak fokus dalam
mengikuti pembelajaran, seperti apa yang diungkapkan oleh Brousseau dalam Suratno, 2009, hlm.2 bahwa “Siswa secara alami mengalami situasi yang
dinamakan hambatan dalam belajar learning obstacle dengan beberapa faktor penyebab, diantaranya: hambatan ontogeni kesiapan mental belajar
siswa, didactic akibat pengajaran peneliti dan epistimologi pengetahuan siswa yang memiliki konteks aplikasi terbatas.” Oleh karena itu, guru sangat
berperan penting dalam meminimalisir hambatan-hambatan belajar siswa. Menurut Dunkin dalam Togala, 2013, hlm.5 mengatakan bahwa “ada
sejumlah aspek yang dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran jika dilihat dari faktor guru. 1 Teacher formative experience 2 Teacher properties 3
Teacher training experience ”. Tugas seorang guru adalah sebagai facilitator
dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru perlu membuat desain didaktik rancangan pembelajaran yang matang dan maksimal. Sehingga
bahan ajar yang disampaikan dapat mudah dipahami oleh siswa secara utuh. Selain itu diharapkan desain dedaktik juga dapat menghilangkan learning
obstacle pada siswa dalam memahami konsep matematika secara utuh. Selain bahan ajar yang baik, guru juga harus mempunyai berbagai
model pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu
mengembangkan kemampun komunikasi matematis siswa adalah model kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining SFE. Model SFE adalah
sebuah model yang dimulai dengan pemberian materi secara terbuka, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempersentasikan
hasil pemahaman di depan kelas dan terakhir ditutup dengan penjelasan secara utuh oleh guru. Seperti yang diungkapkan oleh Huda 2014, hlm. 228 bahwa,
Oni Nurhayati,2016 DESAIN DIDAKTIK KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLE PADA BAHASAN
SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
“SFE adalah suatu model pembelajaran yang menyajikan materi pembelajaran secara terbuka kemudian dilanjutkan dengan pemberian
kesempatan pada siswa untuk menerangkan kembali sesuai dengan pemahaman dan ditutup dengan pemberian materi secara keseluruhan.” Dari
pengertian di atas kita bisa mengetahui bahwa model SFE sangat efektif dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Dimana siswa dilatih
untuk berbicara menyampaikan pemahaman dari materi yang telah diajarkan di depan teman-temannya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merasa perlu adanya penelitian tentang kemampuan komunikasi pada konsep bangun ruang,
khususnya balok. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti “Desain
Didaktik Kemampuan Komunikasi Matematis melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining untuk Mengatasi Learning
Obstacle Siswa pada Konsep Bahasan Sifat-Sifat Bangun Ruang. Didactical Design Research di Kelas V SD Negeri Kamalaka Kec. Taktakan, Kota
Serang”.
B. Identifikasi Masalah Peneliti