Selain antara masyarakat dengan pihak di luar mereka seperti pemerintah dan perusahaan-perusahaan, konflik juga seringkali terjadi antar masyarakat
sendiri. Penyebabnya lagi-lagi adalah dikarenakan ketidakjelasan kepemilikan tanah. Tanah ulayat diwariskan secara turun temurun dalam suatu kaum. Masalah
yang ada menunjukkan konflik bisa terjadi karena setelah tanah berpindah tangan atau telah diturunkan dari mamak ke kemenakan misalnya, terjadi perubahan
persepsi pula soal pemakaian tanah. Bentuk lain konflik antar masyarakat yang dipicu oleh masalah tanah
adalah konflik antara apa yang disebut ‘pendatang’ dan ‘penduduk asli’. Misalnya apa yang terjadi di Pegambiran, nagari Parit. Disana terdapat masyarakat dari
suku Mandahiling yang telah sejak dahulu telah menetap. Kalau menurut orang Parit, mereka bukanlah penduduk asli, melainkan pendatang karena secara etnis
mereka bukan orang Minangkabau. Maka terjadi saling klaim akan kepemilikan tanah ulayat itu, antara masyarakat Mandahiling dan masyarakat Parit.
Masalah yang tidak jauh berbeda dapat ditemui di Sasak. Di sana terjadi konflik antara penduduk asli dengan penduduk transmigran. Penduduk yang
merupakan transmigran ini menetap disana karena program transmigrasi pemerintah dan mendapat hak tanah untuk tempat tinggal dan lahan perkebunan
untuk usaha mereka. Konflik muncul saat ada penduduk setempat yang mengklaim lahan penduduk transmigran ini sebagai lahannya. Padahal selama ini
warga transmigran ini telah mengolah lahan tersebut. Klaim ini terbukti dari contoh yang dipaparkan secara kronologis sebelumnya, yakni pada masalah yang
terjadi antara penduduk Kenagarian Parit asli dan transmigran.
8. Pembukaan Perkebunan oleh Koperasi Serba Usaha Gambir Mas
Tengah malam 31 Oktober 2008 lalu sebuah rumah di Jorong Pegambiran Kenagarian Parit Kecamatan Koto Balingka Kabupaten Pasaman Barat dirusak
oleh sekelompok orang. Rumah atas nama Darul Aziz tersebut dirusak dengan dilempari batu. Setelah melakukan perusakan rumah itu kemudian juga dibakar.
Pembakaran yang dilakukan ratusan warga ini tidak hanya menghanguskan rumah Darul Aziz ketua Koperasi Serba Usaha Gambir Mas, tapi juga sebuah mobil
Toyota Kijang Innova miliknya.
21
Sebaliknya, menurut laporan warga terjadi tindakan kekerasan terhadap beberapa anggota masyarakat yang dilakukan oleh pihak Darul Aziz sendiri.
20
Berdasarkan laporan warga ini, pada tanggal 31 Oktober 2008 lalu terjadi tindakan kekerasan terhadap beberapa warga Jorong Pegambiran oleh keluarga
Darul Aziz. Kemudian telah terjadi pula pengrusakan rumah warga milik Marhum yang juga dilakukan oleh keluarga Darul Aziz. Mengenai tindakan pengrusakan
oleh keluarga Darul Aziz ini terdapat beberapa laporan yang sempat membuat keadaan menjadi rumit. Salah seorang warga Jorong Pegambiran bernama Asma
mengaku pada malam 31 Oktober 2008 tersebut rumahnya didatangi lima orang yang masing-masing memegang parang dan melempari rumahnya. Peristiwa
tersebut baru berhenti setelah salah seorang anak Asma memohon agar masalah diselesaikan secara baik-baik. Akibat dari peristiwa tersebut, di samping
kerusakan rumah pada bagian dinding, atap, fentilasi jendela dan tiang dinding, salah seorang cucu Asma yang bernama Rustandi jatuh pingsan. Aktor yang
ditenggarai mendalangi pengrusakan ini adalah keluarga Darul Aziz.
21
Tampaknya telah terjadi ketegangan antara masyarakat sekitar dengan keluarga ini. Dari sisi masyarakat mereka menyayangkan sikap Darul Aziz yang
mereka anggap arogan dan terkesan menentang warga sehingga menyebabkan beberapa anggota masyarakat mengalami shock. Kemudian bahwa tindakan
pengrusakan dan pengecaman yang dilakukan Darul Aziz terhadap warga saat itu tidak ditangani langsung oleh pihak yang berwenang telah menimbulkan
ketidakpuasan warga. Itulah yang pada akhirnya memancing aksi pelemparan batu pada rumah Darul Aziz yang juga berakibat pada kebakaran. Salah satu masalah
yang dihadapi keluarga Asma terkait terbakarnya rumah Darul Aziz ini adalah ditangkapnya anggota keluarga Asma, yakni anak-anaknya sebagai tersangka
kasus pembakaran rumah Darul Aziz. Padahal menurut kesaksian anggota keluarganya, mereka yang dijadikan tersangka ini diungsikan bersama anggota
keluarga lain ke Jorong Roba Julu karena insiden yang terjadi sebelumnya. Sayangnya kesaksian mereka dibantah oleh anggota keluarga Darul Aziz yakni
20
Surat warga tertanggal 8 Desember 2008 mengenai Permohonan Pembatalan Izin Pemanfaatan KayuIPK.
21
Surat Pernyataan PBHI Sumbar Terhadap Proses Penegakan Hukum Dugaan Perusakan Rumah dan Pengancaman Keluarga Asma oleh Kepolisian POLRES Pasaman Barat.
22
Nurlela, istri Darul Aziz, Sutan Takdir Ali Sahbana dan Mora Asshattan yang merupakan anak Darul Aziz serta Ali Rahman, warga Jorong Pegambiran.
E. Pembahasan