1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, baik dalam bidang apapun. Salah satunya dalam bidang perekonomian. Pembangunan
perekonomian di Indonesia masih sangat kurang maksimal. Pembuktiannya adalah dengan ditemukannya masyarakat Indonesia yang miskin dan tidak
mempunyai tempat tinggal. Hal ini membuktikan bahwa pemerintah harus lebih giat lagi memberantas semua itu.
Indonesia merupakan negara yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak yang memiliki nomor urut ke empat di dunia. Menurut blog Amir
http:www.dompetdhuafa.org20111230catatan-akhir-tahun-wajah- kemiskinan-negeri-kita?:
Tahun 2011, pemerintah mengumumkan tingkat kemiskinan di Indonesia menurun. Jumlah orang miskin mencapai 30,02 juta atau
sekitar 12,49 persen dari total penduduk Indonesia 240,35 juta jiwa. Jumlah ini sedikit menurun dibandingkan tahun 2010 dimana jumlah
orang miskin 13,33 persen dan 14,15 persen di tahun 2009. Namun jika melihat tren sepuluh tahun terakhir, penurunan jumlah orang
miskin menurut versi pemerintah hanya sebesar 8 juta orang, atau rata-rata orang yang keluar dari garis kemiskinan kurang dari 1 juta
setiap tahunnya.
Hal tersebut diakibatkan bahwa banyak masyarakat Indonesia yang maunya ingin praktis tetapi mendapatkan hal yang besar dengan tanpa
keterampilan yang memadai. Pemikiran seperti itu mengakibatkan banyak
2
yang tidak mau berusaha khususnya untuk mencari pekerjaan dan akibatnya banyaknya penggangguran.
Pengangguran semakin tidak menentu setiap tahunnya, terkadang
mengalami peningkatan dan juga penurunan dari jumlah pertumbuhan penduduk sedangkan jumlah lapangan pekerjaan yang disediakan tidak
diiringi dengan kenaikan dan penurunan tersebut. Menurut Kepala BPS Suryamin http:finance.detik.comread2012050714183319110534bps-
jumlah-pengangguran-di-indonesia-761-juta-turun-6 mengatakan “Tingkat
pengangguran terbuka di Indonesia pada Februari 2012 mencapai 6,32 atau 7,61 juta orang. Jumlah ini turun 6 dari Februari 2011 yang sebesar 8,12
juta orang”. Untuk memperkecil angka pengganguran yang tidak menentu
tersebut, pemerintah menyarankan untuk setiap orang membuka usaha sendiri atau dengan berwirausaha.
Sebagai faktanya Suatu negara bisa disebut menjadi makmur dibutuhkan minimum 2 jumlah wirausaha dari total jumlah penduduknya.
Sebagai contoh, Amerika Serikat pada tahun 2007 telah memiliki 11,5 jumlah wirausaha, Singapura telah memiliki 7,2 wirausaha sampai pada
tahun 2005 sementara Indonesia diperkirakan hanya memiliki 0,18 wirausaha atau sekitar 440.000 orang dari yang seharusnya berjumlah 4,4 juta
orang http:moebarak.wordpress.com20111204pentingnya-berwirausaha Cara pertama menjadi wirausaha tidaklah mudah. Setiap orang takut
dengan adanya kegagalan yang akan dialaminya padahal belum memulainya. Mendalami bisnis wirausaha seharusnya dimulai dari diri seorang wirausaha
3
itu sendiri. Banyak wirausaha yang memulainya dengan hal mudah yaitu dengan hal yang paling disukai seorang wirausaha itu sendiri. Menurut hasil
survey yang dilakukan oleh Peggy Lambing dalam Suryana, 2011:100 : Sekitar 43 responden wirausaha mendapatkan ide bisnis dari
pengalaman yang diperoleh ketika bekerja di beberapa perusahaan atau tempat-tempat professional lainnya. Mereka mengetahui cara-
cara mengoperasikan perusahaan dari pengalaman tersebut. Sebanyak 15 responden telah mencoba dan merasa mampu
mengerjakannya dengan lebih baik. Sebanyak 1 dari 10 responden 11 dari wirausaha yang disurvei memulai usaha untuk memenuhi
peluang pasar, sedangkan sebanyak 46 sisanya dikarenakan hobi.
Wirausaha yang sukses sungguh tidaklah mudah, untuk mencapainya harus memiliki kompetensi dalam menghadapi resiko dan tantangan. Oleh
sebab itu, seorang wirausaha harus memiliki kompetensi kewirausahaan yang seperti dikemukakan Michael Harris dalam Suryana, 2011: 5 yaitu :
Wirausaha yang sukses pada umumnya adalah mereka yang memiliki kompetensi yaitu yang memiliki ilmu pengetahuan, ketrampilan dan
kualitaas individual yang meliputi sikap, motivasi, nilai-nilai pribadi, serta
tingkah laku
yang diperlukan
untuk melakanakan
pekerjaankegiatan. Pernyataan diatas menjelaskan bahwa kewirausahaan tidak hanya
memiliki pengetahuan dan ketrampilan tetapi juga harus memiliki sikap untuk motivasi pekerjaan yang dihadapinya.
Menurut Handoko 1998: 52 Motivasi berwiraswasta adalah suatu keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melaksanakan
aktifitas tertentu guna mencapai tujuan masalahnya. Motivasi berwirausaha merupakan nyawa bagi seseorang untuk hidup dan jika diibaratkan dengan
sepeda, maka motivasi ini ibaratnya rodanya yang jadi alat untuk bergerak pada sepeda. Adanya motivasi yang merupakan langkah awal kita dalam
4
berusaha yang kita tanamkan dalam diri kita maka akan timbul sikap-sikap yang lain seperti berani mengambil resiko, bekerja keras, disiplin dalam
berusaha dan mempunyai etos kerja yang tinggi karena motivasi merupakan sifat pokok yang dibutuhkan dalam berwirausaha.
Menumbuhkan motivasi tidaklah mudah, banyak para calon wirausaha yang hanya inginkan praktisnya saja tanpa bekerja keras apalagi
bagi mahasiswa yang minat untuk wirausaha. Apalagi jika berani mengambil resiko dalam usaha tentunya juga tidak mudah. Untuk mengatasi hal tersebut
maka seorang wirausaha harus memiliki ide kreatifitas berwirausaha. Menurut Zimmerer dalam Suryana, 2011: 14
“Ide kreatif akan muncul apabila wirausaha melihat sesuatu yang lama dan memikirkan sesuatu
yang baru atau berbeda ”. Ide kreatif seorang wirausaha sangat sulit timbulnya
apabila dengan pengalaman yang sedikit yaitu misalnya para mahasiswa yang sudah atau belum lulus kuliah. Pada pidato pelantikan sebagai Presiden dari
American Psychological Association, Guiford dalam Munandar, 1999: 7 menyatakan :
Keluhan yang paling banyak saya dengar mengenai lulusan perguruan tinggi kita ialah bahwa mereka cukup mampu melakukan
tugas-tugas yang diberikan dengan menguasai teknik-teknik yang diajarkan, namun mereka tidak berdaya jika dituntut memecahkan
masalah yang memerlukan cara-cara yang baru.
Hal tersebut menyatakan bahwa pentingnya pengembangan kreativitas kewirausahaan untuk menumbuhkan motivasi kewirausahaan.
Menumbuhkan motivasi wirausaha bisa dengan cara pendidikan yaitu menanamkan sifat kewirausaha dan cara berwirausaha dengan benar.
5
Pendidikan wirausaha sekarang sudah banyak yang mengajarnya pada perguruan tinggi, hal ini bisa dilihat dari pendapat Suryana 2011: 10 :
Pada tahun 1950-an, pendidikan kewirausahaan mulai dirintis dibeberapa negara seperti di Eropa, Amerika dan Kanada. Bahkan
sejak tahun 1970-an, banyak universitas yang mengajarkan kewirausahaan, manajemen usaha kecil, atau manajemen usaha baru.
Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di AS memberikan pendidikan kewirausahaan. Di Indonesia, pendidikan kewirausahaan
masih terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu.
Kutipan tersebut menyatakan bahwa pendidikan kewirausahaan sudah lama dipraktekkan di sekolah dan Indonesia pun juga menerapkannya.
Adanya pendidikan tersebut diharapkan banyak para wirausahawan muda yang muncul dan sehingga muncul asumsi menurut Gerry Hills dalam
Thomas dkk, 2008:24, “Para mahasiswa dulu terbiasa datang ke perguruan tinggi dan berasumsi bahwa lima hingga sepuluh tahun berikutnya, mereka
baru akan mendirikan usaha. Kini mereka datang untuk mempersiapkan ide mereka dan mewujudkannya”.
Hasil dari proses pembelajaran kewirausahaan di perguruan tinggi khususnya di Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta UMS adalah berupa hasil nilai belajar atau prestasi belajar. Menurut Winkel dalam
Hamdani, 2011: 138 mengatakan : Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai
oleh seseorang. Dengan demikian, prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-
usaha belajar.
Pengertian tersebut membuktikan bahwa prestasi adalah hasil usaha maksimal seseorang, maka dapat disimpulkan kegiatan belajar belajar
6
dikatakan berhasil jika prestasi belajar tercapai dengan baik. Kenyataannya para mahasiswa mempunyai tingkat kesulitan tersendiri saat menjalani suatu
jenjang pendidikan, sehingga para peserta didik diharapkan mampu untuk membekali dirinya dengan bekal yang cukup dan mampu mereka kembangkan
saat dihadapkan pada suatu pilihan untuk melanjutkan profesi sesuai dengan jalurnya ataupun membuka suatu usaha tersendiri di kemudian hari.
Dengan latar belakang diatas, mendorong peneliti untuk mengambil judul penelitian “PENGARUH KREATIVITAS BERWIRAUSAHA DAN
PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MOTIVASI BERWIRAUSAHA
PADA MAHASISWA
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA ANGKATAN 20102011
”
B. Pembatasan Masalah