Pengaruh Antara Sikap Mandiri, Pengetahuan Kewirausahaan Dan Motivasi Berwirausaha Terhadap Minat Berwirausaha Siswa-Siswi SMK Di Kota Medan

(1)

PENGARUH ANTARA SIKAP MANDIRI, PENGETAHUAN

KEWIRAUSAHAAN DAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA

TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA SISWA-SISWI

SMK DI KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

BENRI LIMBONG

077003033/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

PENGARUH ANTARA SIKAP MANDIRI, PENGETAHUAN

KEWIRAUSAHAAN DAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA

TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA SISWA-SISWI

SMK DI KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Konsentrasi Perencanaan Pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

BENRI LIMBONG

077003033/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

Judul Tesis : PENGARUH ANTARA SIKAP MANDIRI,

PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN DAN

MOTIVASI BERWIRAUSAHA TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA SISWA-SISWI SMK DI KOTA MEDAN

Nama Mahasiswa : Benri Limbong Nomor Pokok : 077003033

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD)

Konsentrasi : Perencanaan Pendidikan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza) Ketua

(Prof. Aldwin Surya, SE, M.Pd, Ph.D) (Kasyful Mahalli, SE, M.Si) Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)


(4)

Telah diuji pada Tanggal: 1 Maret 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Bachtiar Hassan Miraza

Anggota : 1. Prof. Aldwin Surya, SE, M.Pd, Ph.D 2. Kasyful Mahalli, SE, M.Si

3. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE 4. Prof. Dr. Badaruddin


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH ANTARA SIKAP MANDIRI, PENGETAHUAN

KEWIRAUSAHAAN DAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA

TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA SISWA-SISWI

SMK DI KOTA MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Maret 2010


(6)

ABSTRAK

Benri Limbong. NIM 077003033. “Pengaruh antara Sikap Mandiri, Pengetahuan Kewirausahaan dan Motivasi Berwirausaha terhadap Minat Berwirausaha Siswa-Siswi SMK di Kota Medan”, di bawah bimbingan Prof. Bachtiar Hassan Miraza (Ketua), Prof. Aldwin Surya, SE, M.Pd, Ph.D (Anggota), Kasyful Mahalli, SE, M.Si (Anggota).

Penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara sikap mandiri, pengetahuan kewirausahaan dan motivasi berwirausaha terhadap minat berwirausaha pada siswa-siswi SMK di Kota Medan, 2. Untuk mengetahui apakah siswa-siswi SMK telah menunjukkan sikap yang cenderung positif berwirausaha. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Sampel penelitian dilakukan kepada siswa kelas III SMK Negeri 8 Medan dan SMK Negeri 10 Medan, dengan 70 orang responden yang diperoleh secara acak. Jenis dan teknik pengumpulan data menggunakan data primer dengan menggunakan kuesioner dan memakai skala likert dalam setiap pertanyaan dan juga menggunakan data sekunder. Metode penelitian yang digunakan adalah survei dan untuk teknik analisis data penelitian digunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa: 1. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara sikap mandiri, pengetahuan kewirausahaan dan motivasi berwirausaha terhadap minat berwirausaha, 2. Siswa-siswi SMK telah menunjukkan sikap positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha. Arah positif menunjukkan bahwa sikap mandiri, pengetahuan kewirausahaan dan motivasi berwirausaha menunjukkan sikap positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha terhadap siswa-siswi kelas III SMK Negeri 8 dan SMK Negeri 10 Medan. Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan harus mampu untuk menumbuhkan sikap mandiri, mengembangkan pengetahuan, menumbuhkan motivasi serta menanamkan minat berwirausaha bagi anak didiknya. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa sikap mandiri, pengetahuan kewirausahaan dan motivasi berwirausaha berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha dapat diterima.

Kata Kunci: Sikap Mandiri, Pengetahuan Kewirausahaan, Motivasi Berwirausaha dan Minat Berwirausaha.


(7)

ABSTRACT

Benri Limbong. NIM 077003033. "Influence of self attitudes, knowledge and motivation entrepreneurship of entrepreneurship Interest Vocational Students in Medan", under the guidance of Prof. Bachtiar Hassan Miraza (Chairman), Prof. Aldwin Surya, SE, M.Pd, Ph.D (Member), Kasyful Mahalli, SE, M.Si (Member).

This study aims to: 1. To find a significant influence between the attitudes of independence, knowledge of entrepreneurship and entrepreneurship motivation for entrepreneurship interest in vocational students in Medan, 2. To determine whether vocational students have shown a positive attitude tend to entrepreneurship. Techniques used in sampling using simple random sampling technique. Sample conducted research to third grade students of SMK Negeri 8 Medan and SMK Negeri 10 Medan, with 70 of respondents who obtained randomly. Types and data collection techniques using primary data using questionnaires and using Likert scale in each question and also use secondary data. Research methods used are surveys and research data analysis techniques used multiple linear regression analysis. The results of this study reveal that: 1. There is a positive influence and significance of self-sufficiency, entrepreneurship and knowledge entrepreneurship motivation for entrepreneurship interest, 2. Vocational students have shown a positive attitude and significant interest in entrepreneurship. Positive direction indicates that the self-sufficiency, entrepreneurship and motivation of knowledge entrepreneurship shows a positive attitude and significant interest in entrepreneurship for students of SMK Negeri 8 grade III and SMK Negeri 10 Medan. Therefore, the school as an educational institution must be able to develop self-sufficiency, develop the knowledge, motivation and instill interest in entrepreneurship for students. Thus the hypothesis that independent attitude, knowledge of entrepreneurship and entrepreneurship have a positive motivation for interest in entrepreneurship can be accepted.

Keywords: Independent Attitude, Knowledge Entrepreneurship, Entrepreneurship Motivation and Interest In Entrepreneurship.


(8)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan kasihNya penelitian yang berjudul “Pengaruh Antara Sikap Mandiri, Pengetahuan Kewirausahaan dan Motivasi Berwirausaha terhadap Minat Berwirausaha Siswa-Siswi SMK di Kota Medan”, dapat diselesaikan. Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Atas rampungnya tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang turut memberikan bantuan dan dukungan, baik sewaktu penulis mengikuti proses perkuliahan maupun pada saat melakukan penelitian. Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku Ketua Komisi Pembimbing dalam penulisan tesis ini.

2. Bapak Prof. Aldwin Surya, SE, M.Pd, Ph.D selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan serta arahan dalam penulisan tesis ini. 3. Bapak Kasyful Mahalli, S.E, M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang

telah banyak memberi bimbingan serta arahan dalam penulisan tesis ini.

4. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE, Bapak Prof. Dr. Badaruddin, dan Bapak Agus Suriadi, S.Sos. M.Si, yang bersedia menjadi Dosen Pembanding dan penguji serta telah memberikan masukan dan arahan yang bermanfaat dalam penulisan tesis ini.

5. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H., Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.


(9)

7. Seluruh civitas akademika Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak membantu penulis dalam proses administrasi maupun kelancaran kegiatan akademik.

8. Pemerintah Republik Indonesia c.q Menteri Pendidikan Nasional yang telah memberikan dukungan pembiayaan melalui Program Beasiswa Unggulan hingga penyelesaian tesis ini berdasarkan DIPA Sekretariat Jenderal Depdiknas Tahun Anggaran 2007 sampai dengan 2009.

9. Kepala Sekolah SMK Negeri 8 Medan dan SMK Negeri 10 Medan yang telah memberi kesempatan penelitian guna melengkapi data-data yang diperlukan. 10.Kepada seluruh siswa-siswi SMK Negeri 8 Medan dan SMK Negeri 10 Medan

yang menjadi responden dalam penelitian ini.

11.Kepada istri yang tercinta Riana Naibaho, S.Pd. dan anak-anakku Andriessen Limbong, Sri Gustina Limbong, dan Tri Aprianto Limbong atas dukungan dan doa yang telah diberikannya kepada penulis selama masa perkuliahan sampai penyelesaian tesis ini.

12.Seluruh rekan-rekan seangkatan pada Konsentrasi Perencanaan Pendidikan PWD USU, untuk persahabatan selama perkuliahan dan sampai penyelesaian tesis ini.

Akhirnya penulis mengharap, semoga tesis ini dapat memberi manfaat bagi insan akademisi dan bagi semua pihak yang membacanya dengan harapan dapat memberi koreksi yang membangun apabila terdapat kesalahan.

Medan, Maret 2010 Penulis,

Benri Limbong NIM 077003033


(10)

RIWAYAT HIDUP

Benri Limbong lahir pada tanggal 23 September 1963 di Limbong. Telah membina rumah tangga dengan istri tercinta Riana br. Naibaho, S.Pd dan telah dikaruniai tiga orang anak, yaitu Andriessen Limbong, Sri Gustina Limbong, dan Tri Aprianto Limbong.

Menyelesaikan pendidikan dari SD Negeri 2 Limbong tahun 1976, SMP Negeri IV Medan tahun 1980, SMA PGRI V Medan tahun 1983, dan memperoleh gelar sarjana dari S1 STIA – LAN Jakarta tahun 2001.

Sejak tahun 1984 bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Provinsi Sumatera Utara. Pada bulan Oktober tahun 2007 mendapatkan beasiswa untuk mengikuti pendidikan di Sekolah Pascasarjana Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Konsentrasi Perencanaan Pendidikan Universitas Sumatera Utara Medan.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Wirausaha dan Kewirausahaan ... 10

2.2. Sikap Mandiri... 12

2.3. Pengetahuan Kewirausahaan... 13

2.4. Motivasi Berwirausaha ... 14

2.5. Minat Berwirausaha ... 19

2.6. Sekolah Menengah Kejuruan ... 22

2.7. Peran Pendidikan dalam Pengembangan Wilayah... 23

2.8. Penelitian Sebelumnya ... 25

2.9. Kerangka Berpikir... 28

2.10. Hipotesis... 29

BAB III METODE PENELITIAN... 30


(12)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

3.3. Populasi dan Sampel ... 31

3.3.1. Populasi ... 31

3.3.2. Sampel... 32

3.4. Matriks Operasional Variabel ... 34

3.5. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.6. Teknik Analisis Data... 35

3.7. Pengujian Instrumen Penelitian ... 37

3.7.1. Uji Validitas ... 37

3.7.2. Uji Reliabilitas ... 38

3.8. Definisi Operasional ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 40

4.1.1. Letak Geografis ... 40

4.1.2. Luas Wilayah ... 40

4.1.3. Penduduk dan Tenaga Kerja ... 42

4.2. Sejarah Singkat SMK Negeri 8 Kota Medan ... 44

4.2.1. Visi, Misi dan Kebijakan Mutu SMK Negeri 8 Kota Medan... 45

4.3. Sejarah Singkat SMK Negeri 10 Kota Medan... 46

4.3.1. Visi, Misi dan Kebijakan Mutu SMK Negeri 10 Medan ... 47

4.4. Deskriptif Responden ... 48

4.5. Hasil Uji Validitas dan Uji Realibilitas ... 49

4.5.1. Uji Validitas ... 49

4.5.2. Uji Reliabilitas ... 50

4.6. Hasil Uji Asumsi Klasik dan Uji Miltikolinearitas ... 51

4.6.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 51

4.6.2. Uji Multikolinearitas ... 51

4.6.2.1. Uji heteroskedastisitas... 53

4.6.2.2. Uji autokorelasi ... 55

4.6.2.3. Pengujian hipotesis ... 56

4.7. Peran Lulusan SMK kepada Pembentukan Semangat Berwirausaha... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 68

5.1. Kesimpulan ... 68

5.2. Saran ... 68


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Populasi Penelitian ... 31

3.2. Jumlah Sampel Menurut Sekolah ... 33

3.3. Matriks Operasional Variabel ... 34

4.1. Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan... 41

4.2. Jumlah Angkatan Kerja Berdasarkan Pendidikan di Kota Medan Tahun 2005 - 2007 ... 43

4.3. Deskripif Responden SMK Negeri 8 dan SMK Negeri 10 Medan pada Program Keahlian Tata Busana dan Tata Kecantikan... 48

4.4. Hasil Uji Multikolinearitas ... 52

4.5. Hasil Uji Heteroskedastisitas Lnei2 dengan LnX1- LnX2, LnX3... 54

4.6. Hasil Uji Durbin-Watson ... 56

4.7. Hasil Analisis Regresi Berganda ... 57

4.8. Hasil Uji F... 58


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 2.9. Kerangka Berpikir ... 28


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kata Pengantar Lampiran... 73

2. Petunjuk Pengisian Kuisioner... 74

3. Kuisioner Sikap Mandiri... 75

4. Kuisioner Pengetahuan Kewirausahaan... 76

5. Kuisioner Motivasi Berwirausaha... 77

6. Kuisioner Minat Berwirausaha... 78

7. Tabulasi Sikap Mandiri... 79

8. Tabulasi Pengetahuan Kewirausahaan... 81

9. Tabulasi Motivasi Berwirausaha... 83

10. Tabulasi Minat Berwirausaha... 85

11. Uji Validitas dan Reliabilitas... 87

12. Uji Multikolinearitas... 89

13. Uji Heterokedasitas... 91

14. Uji Autokorelasi... ... 93

15. Uji Hipotesis... 94


(16)

ABSTRAK

Benri Limbong. NIM 077003033. “Pengaruh antara Sikap Mandiri, Pengetahuan Kewirausahaan dan Motivasi Berwirausaha terhadap Minat Berwirausaha Siswa-Siswi SMK di Kota Medan”, di bawah bimbingan Prof. Bachtiar Hassan Miraza (Ketua), Prof. Aldwin Surya, SE, M.Pd, Ph.D (Anggota), Kasyful Mahalli, SE, M.Si (Anggota).

Penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara sikap mandiri, pengetahuan kewirausahaan dan motivasi berwirausaha terhadap minat berwirausaha pada siswa-siswi SMK di Kota Medan, 2. Untuk mengetahui apakah siswa-siswi SMK telah menunjukkan sikap yang cenderung positif berwirausaha. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Sampel penelitian dilakukan kepada siswa kelas III SMK Negeri 8 Medan dan SMK Negeri 10 Medan, dengan 70 orang responden yang diperoleh secara acak. Jenis dan teknik pengumpulan data menggunakan data primer dengan menggunakan kuesioner dan memakai skala likert dalam setiap pertanyaan dan juga menggunakan data sekunder. Metode penelitian yang digunakan adalah survei dan untuk teknik analisis data penelitian digunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa: 1. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara sikap mandiri, pengetahuan kewirausahaan dan motivasi berwirausaha terhadap minat berwirausaha, 2. Siswa-siswi SMK telah menunjukkan sikap positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha. Arah positif menunjukkan bahwa sikap mandiri, pengetahuan kewirausahaan dan motivasi berwirausaha menunjukkan sikap positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha terhadap siswa-siswi kelas III SMK Negeri 8 dan SMK Negeri 10 Medan. Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan harus mampu untuk menumbuhkan sikap mandiri, mengembangkan pengetahuan, menumbuhkan motivasi serta menanamkan minat berwirausaha bagi anak didiknya. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa sikap mandiri, pengetahuan kewirausahaan dan motivasi berwirausaha berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha dapat diterima.

Kata Kunci: Sikap Mandiri, Pengetahuan Kewirausahaan, Motivasi Berwirausaha dan Minat Berwirausaha.


(17)

ABSTRACT

Benri Limbong. NIM 077003033. "Influence of self attitudes, knowledge and motivation entrepreneurship of entrepreneurship Interest Vocational Students in Medan", under the guidance of Prof. Bachtiar Hassan Miraza (Chairman), Prof. Aldwin Surya, SE, M.Pd, Ph.D (Member), Kasyful Mahalli, SE, M.Si (Member).

This study aims to: 1. To find a significant influence between the attitudes of independence, knowledge of entrepreneurship and entrepreneurship motivation for entrepreneurship interest in vocational students in Medan, 2. To determine whether vocational students have shown a positive attitude tend to entrepreneurship. Techniques used in sampling using simple random sampling technique. Sample conducted research to third grade students of SMK Negeri 8 Medan and SMK Negeri 10 Medan, with 70 of respondents who obtained randomly. Types and data collection techniques using primary data using questionnaires and using Likert scale in each question and also use secondary data. Research methods used are surveys and research data analysis techniques used multiple linear regression analysis. The results of this study reveal that: 1. There is a positive influence and significance of self-sufficiency, entrepreneurship and knowledge entrepreneurship motivation for entrepreneurship interest, 2. Vocational students have shown a positive attitude and significant interest in entrepreneurship. Positive direction indicates that the self-sufficiency, entrepreneurship and motivation of knowledge entrepreneurship shows a positive attitude and significant interest in entrepreneurship for students of SMK Negeri 8 grade III and SMK Negeri 10 Medan. Therefore, the school as an educational institution must be able to develop self-sufficiency, develop the knowledge, motivation and instill interest in entrepreneurship for students. Thus the hypothesis that independent attitude, knowledge of entrepreneurship and entrepreneurship have a positive motivation for interest in entrepreneurship can be accepted.

Keywords: Independent Attitude, Knowledge Entrepreneurship, Entrepreneurship Motivation and Interest In Entrepreneurship.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada suatu negara yang sedang berkembang, peranan para wirausahawan tidak dapat diabaikan terutama dalam melaksanakan pembangunan. Suatu bangsa akan berkembang lebih cepat apabila memiliki para wirausahawan yang dapat berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasan-gagasan baru menjadi kegiatan yang nyata dalam setiap usahanya.

Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang berusaha dengan giat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. Salah satu peran penting dalam meningkatkan taraf hidup rakyatnya adalah melalui pendidikan. Hal ini karena, pendidikan merupakan salah satu prasyarat untuk mempertahankan martabat manusia serta memiliki kesempatan dalam mengembangkan kemampuan dan membina kehidupannya dalam masyarakat antara lain melalui pendidikan.

Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia khususnya dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga akan menjadi bangsa yang beradab dan dapat bersaing di dunia Internasional. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu dari jenis pendidikan formal yang ada juga turut serta dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional.


(19)

Salah satu upaya mewujudkan tujuan pendidikan itu terutama di tingkat SMK telah dikembangkan dan dilaksanakan pelajaran kewirausahaan sebagai mata pelajaran yang termasuk pada kurikulum nasional untuk jenjang pendidikan menengah kejuruan. Mata pelajaran ini diberikan pada SMK mengikuti program studi masing-masing dengan komposisi teori dan praktek. Kombinasi seperti ini diharapkan agar para siswa memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan setelah dia lulus SMK dan mencari pekerjaan.

SMK Negeri 8 dan SMK Negeri 10 Medan adalah sebagian dari SMK yang memiliki mata pelajaran kewirausahaan (Sumber: SMK Negeri 8 dan SMK Negeri 10 Medan). Pentingnya menempatkan mata pelajaran kewirausahaan pada kurikulum nasional jenjang pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan, sejalan dengan pendapat Ciputra, (2008) yang menyatakan bahwa Pendidikan entrepreneurship akan mampu menghasilkan dampak nasional yang besar bila kita berhasil mendidik seluruh bangku sekolah kita dan mampu menghasilkan empat juta entrepreneur baru dari lulusan lembaga pendidikan Indonesia selama 25 tahun mendatang.

Pendidikan entrepreneurship sejak dini sebagaimana dikemukakan Ciputra sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Justin G. Longnecker, Carlos W. Moore, J. William Petty (2001), yang menyatakan bahwa usia paling tepat untuk berwirausaha adalah antara pertengahan 20-an dan 30-an. Pada usia ini ada keseimbangan antara persiapan pengalaman dan kewajiban terhadap keluarga. Namun ada pengecualian dari generalisasi ini: beberapa remaja memulai perusahaan milik


(20)

sendiri dan pada sisi lain ada generasi yang lebih tua yang memulai bisnis mereka pada usia 50 – 60 tahun.

Dari dua pendapat yang dikemukakan itu patut disimak bahwa usia memulai bisnis tidaklah ada patokan yang tepat. Oleh karena itu keinginan individu yang ingin memulai bisnis mereka sejak usia dini (usia sekolah = 18 – 24 tahun) bukanlah hal yang tidak lazim. Di kalangan etnis Tionghoa, pebisnis kawakan di Indonesia maupun di mancanegara aktivitas bisnis sudah mereka mulai sejak usia muda melalui pembelajaran dari toko orang tuanya sejak mereka masih di Sekolah Dasar. Saat mereka merasa ingin memulai aktivitas bisnis sendiri mereka tidak lagi “bekerja” pada bisnis orang tuanya tetapi sudah memulai bisnis sendiri. Di Indonesia etnis lain yang mempunyai motiv berbisnis yang relatif tinggi dapat dilihat pada etnis antara lain Minang, Bugis dan Madura. Terbentuknya calon pebisnis baru di sebuah negara menjadi penting karena akan melahirkan pebisnis-pebisnis tangguh yang akan membuat pertumbuhan ekonomi negara itu menjadi lebih baik. Sebagai contoh adalah bangsa Jepang, Korea dan kini ditunjukkan oleh bangsa China yang memiliki banyak industri di negaranya. Bahkan kini industri-industri itu mampu mengungguli produsen-produsen dari Amerika Serikat dan negara Eropah lainnya. Dalam hal Jepang, produsen dan industri mereka mampu menjadi market leader (pemimpin pasar) skala dunia.

Dari penjelasan itu dapatlah dipahami mengapa Ciputra memiliki kegelisahan tentang kemajuan bisnis dari bangsa Indonesia di mata dunia. Oleh karena itu, wajar saja jika ia mengharapkan lahirnya pebisnis-pebisnis tangguh yang diawali sejak dini


(21)

misalnya dari saat mereka duduk di bangku sekolah menengah. Salah satunya bukan tidak mungkin berasal dari siswa-siswa SMK.

SMK dituntut berupaya menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada, supaya tidak terjadi lagi kekeliruan bahwa sebagian besar lulusan SMK begitu selesai studinya cenderung untuk berupaya mencari pekerjaan yang berperan sebagai buruh pabrik, pegawai dan sebagainya. Jarang para lulusan SMK yang mau dan mampu menciptakan serta mengembangkan lapangan pekerjaan sendiri. Sekolah Menengah Kejuruan dituntut untuk menciptakan bukan hanya sebagai penyedia tenaga kerja yang siap bekerja pada lapangan kerja yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha /dunia industri, tapi juga dituntut untuk mengembangkan diri pada jalur wirausaha, agar dapat maju dalam berwirausaha walaupun dalam kondisi dan situasi apapun. Justin G. Longnecker, Carlos W. Moore, J. William Petty (2001) mengemukakan bahwa berwirausaha akan mendapatkan imbalan dan tantangan. Imbalan terdiri dari laba atas bisnis yang dilakukan, kebebasan berkreasi dan kepuasan menjalani hidup terutama dalam mengambil keputusan untuk berusaha sendiri daripada bekerja (makan gaji) pada orang lain. Sementara tantangan berwirausaha nampak dalam bentuk adanya tekanan pribadi sehingga kemungkinan gagal dari investasi dana dapat dihindari. Tantangan lain dari berwirausaha adalah tidak ada jaminan mencapai kesuksesan apalagi dalam waktu singkat, namun karena tidak ada orang yang ingin gagal maka ia akan terus berupaya secara optimal untuk berhasil. Oleh sebab itu kita dapat mengambil kesimpulan tantangan berwirausaha menuntut individu untuk bekerja keras, menekan reaksi emosional dan meminimalisasi terjadinya tingkat


(22)

resiko atau pengorbanan sia-sia. Apalagi seorang wirausaha tercermin dari pemilikan karakteristiknya yaitu kebutuhan akan keberhasilan, keinginan untuk mengambil resiko, percaya diri dan keinginan kuat untuk berbisnis (wirausaha).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami pentingnya upaya untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan para siswa sekolah menengah melalui pendidikan dan pelatihan. Dengan adanya pendidikan dan pelatihan maka kemampuan para siswa dapat dikembangkan sebagai bekalnya untuk memulai aktivitas bisnis atau memulai pekerjaan bila mereka lulus nantinya.

Di sisi lain, Indonesia menghadapi banyak masalah cukup pelik yang membutuhkan pemecahannya. Salah satu di antara masalah tersebut adalah yang menyangkut tenaga kerja dan kesempatan kerja. Pemilikan pengetahuan dan keterampilan wirausaha sebagaimana diterapkan di jenjang SMK secara nyata memberi kontribusi berarti bagi terbentuknya calon wirausahawan muda lulusan SMK yang akan membantu Pemerintah Kota setempat karena mereka diharapkan memiliki usaha yang memerlukan tenaga kerja. Upaya ini secara langsung membantu Pemerintah Kota setempat dalam mengurangi pengangguran. Sebab beberapa lulusan SMK saat ini memiliki usaha seperti Salon kecantikan, Usaha menjahit pakaian wanita yang kedua usaha ini tentu saja memerlukan tenaga kerja terampil. Keadaan seperti ini tentu saja membanggakan karena lulusan SMK yang sudah memiliki usaha sendiri ikut berperan dalam pengembangan wilayah khususnya pada salah satu pilar pengembangan wilayah yaitu pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Selain itu para lulusan yang memiliki usaha sendiri menularkan pengetahuan dan


(23)

keterampilan mereka kepada orang lain (karyawan), sehingga satu saat kelak ada pula karyawan yang mampu memiliki usaha sendiri.

Menurut data yang diperoleh dari LPPD Kota Medan bahwa pada tahun 2008 bahwa jumlah penduduk angkatan kerja berjumlah 959.309 jiwa sedangkan jumlah penduduk usia produktif di Kota Medan sebanyak 1.532.871 jiwa. Dengan demikian, tingkat capaian kinerja untuk tingkat partisipasi angkatan kerja di Kota Medan pada tahun 2008 sebesar 62,58%. Tingkat capaian kinerja pada tahun 2008 ini masih lebih baik dibandingkan tahun 2007 yang hanya mencapai sekitar 58,62%.

Berdasarkan data pada tahun 2008, terdapat 9.574 orang tenaga kerja yang telah ditempatkan atau telah mendapat pekerjaan. Sedangkan jumlah pekerja yang mendaftar di Dinas Tenaga Kerja Kota Medan selama tahun 2008 sebanyak 16.555 orang. Berdasarkan data tersebut, maka tingkat capaian kinerja kunci untuk persentase pekerja yang ditempatkan di Kota Medan sebesar 57,83% dan apabila dibandingkan dengan tahun 2007 yang mencapai 51,07% maka tingkat capaian kinerja yang dicapai pada tahun 2008 masih lebih baik atau mengalami peningkatan sebesar 6,76%.

Masih tingginya jumlah pencari kerja tidak terlepas dari sikap mental para lulusan sekolah kejuruan dan non kejuruan. Lulusan sekolah kejuruan dan non kejuruan masih beranggapan bahwa pekerjaan sebagai pegawai negeri akan menjamin kelangsungan hidup yang lebih baik dibanding dengan pekerjaan lain. Jarang sekali tamatan pendidikan formal yang berusaha mengamalkan dan mengembangkan pengalaman pendidikan formal mereka melalui wirausaha. Hal ini menunjukkan,


(24)

setelah tamat dari pendidikannya kebanyakan berharap dan berpendirian untuk memperoleh pekerjaan yang telah ada di lapangan. Hanya sebagian kecil yang ingin menciptakan dan mengembangkan pekerjaan baik bagi dirinya maupun bagi orang lain melalui kegiatan berwirausaha.

Terbatasnya lapangan kerja akibat laju pertumbuhan angkatan kerja yang tidak dibarengi dengan laju pertumbuhan ekonomi, penyebaran tenaga kerja yang tidak merata dan sikap mental wirausaha para lulusan sekolah kejuruan dan non kejuruan yang tidak terbina dengan baik, memerlukan pemecahan yang cukup serius. Sebagaimana diketahui salah satu tujuan kebijaksanaan pembangunan nasional adalah meningkatkan produksi yang disertai dengan penciptaan lapangan kerja baru yang seluas-luasnya dan penyebaran pendapatan yang lebih merata.

Berdasarkan uraian di atas, maka sudah sewajarnya para lulusan sekolah kejuruan diajak untuk memahami secara realistis keadaan sekarang ini dalam hubungannya dengan masalah kesempatan kerja. Juga perlu disadari bahwa tanggung jawab mereka tergantung sepenuhnya pada diri mereka. Pemikiran yang selalu menggantungkan sepenuhnya harapan kepada pemerintah dan pihak lainnya untuk menyediakan lapangan kerja perlu disingkirkan. Salah satu alternatif yang menarik untuk memecahkan masalah ketenagakerjaan ini adalah menumbuhkan sikap mandiri, mengembangkan pengetahuan, menumbuhkan motivasi dan menanamkan minat berwirausaha terhadap siswa-siswi SMK.

Dari segi ekonomi bila meningkat jumlah wirausaha di Kota Medan maka telah terlaksana pengembangan wilayah karena secara perlahan pendapatan


(25)

masyarakat akan bertambah, pembangunan infrastruktur juga akan meningkat dan jumlah pengangguran semakin menurun.

Jelaslah bahwa salah satu solusi untuk mengurangi jumlah pengangguran serta meningkatkan pendapatan masyarakat dalam rangka pengembangan wilayah adalah melalui pengembangan SDM di samping pengembangan sumber daya lainnya melalui pendidikan formal sebagai sebuah lembaga untuk menumbuhkan sikap mandiri, mengembangkan pengetahuan, dan menumbuhkan motivasi serta menanamkan minat berwirausaha kepada siswa-siswi SMK.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

a. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara sikap mandiri, pengetahuan kewirausahaan dan motivasi berwirausaha terhadap minat berwirausaha pada siswa-siswi SMK di Kota Medan?

b. Apakah siswa-siswi SMK telah menunjukkan sikap yang cenderung positif berwirausaha?


(26)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini sesuai dengan perumusan di atas adalah:

a. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara sikap mandiri, pengetahuan kewirausahaan dan motivasi berwirausaha terhadap minat berwirausaha siswa-siswi SMK di Kota Medan.

b. Untuk mengetahui apakah siswa-siswi SMK telah menunjukkan sikap yang cenderung positif berwirausaha.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan:

a. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi Sekolah dalam menumbuhkan sikap siswa-siswi berwirausaha baik melalui pendidikan yang berkaitan dengan wirausaha maupun melalui kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler.

b. Dapat memberikan sumbangan pemikiran yang positif bagi pihak yang membidangi ketenagakerjaan.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Wirausaha dan Kewirausahaan

Wirausaha adalah seseorang yang bebas dan memiliki kemampuan untuk hidup mandiri dalam menjalankan kegiatan usahanya atau bisnisnya atau hidupnya. Ia bebas merancang, menentukan mengelola, mengendalikan semua usahanya. Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarsa dan bersahaja dalam berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya (Amin, 2008). Wirausaha (enterpreneur) adalah seseorang yang membayar harga tertentu untuk produk tertentu, untuk kemudian dijualnya dengan harga yang tidak pasti, sambil membuat keputusan tentang upaya mencapai dan memanfaatkan sumber-sumber daya, dan menerima risiko (Winardi, 2003).

Kewirausahaan sebagaimana dikemukakan di atas disimpulkan secara umum merupakan harmonisasi antara kreativitas yang menciptakan ide-ide dengan pertimbangan peluang maupun resiko dan keinovasian dalam menerapkan ide-ide kreatif menjadi suatu bentuk barang dan jasa yang mempunyai nilai jual bagi wirausahawan. Membangun kewirausahaan berarti membangun atau menciptakan sesuatu yang baru. Kehidupan entrepreneur adalah kehidupan yang sangat ditentukan oleh pasar karena di situlah enterpreneur dan masyarakat bertemu dan berinteraksi untuk saling memperkenalkan dan menjual barang dan jasa dan untuk saling


(28)

menemukan kebutuhan akan barang dan jasa oleh masyarakat pembeli (Miraza, 2008).

Seorang wirausahawan dituntut untuk selalu kreatif dan inovatif, karena popularitas produk yang mungkin sukses dijualnya belum tentu bertahan lama. Menurut Astamoen (2005) hal ini terjadi mengingat adanya daur hidup produk (product life cycle) terutama produk hasil industri yang melalui lima tahapan, yakni: 1. Tahapan desain dan pengembangan;

2. Tahapan pengenalan; 3. Tahapan pertumbuhan;

4. Tahapan pemantapan dan kematangan; 5. Tahapan penurunan.

Dengan demikian setiap produk dari wirausaha akan mempunyai tahap penurunan permintaan pasar, maka dibutuhkan kreativitas dan inovasi dengan memahami konsep daur hidup melalui penciptaan produk-produk baru setiap kurun waktu tertentu sesuai jenis produknya, supaya tetap dapat eksis bersaing dan usahanya tetap berkembang.

Kewirausahaan mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan berinovasi, oleh sebab itu objek studi kewirausahaan adalah nilai-nilai dan kemampuan (ability) seseorang yang diwujudkan dalam bentuk prilaku (Suryana, 2001). Dengan sendirinya kreativitas dan inovasi merupakan suatu hal yang esensial bagi setiap pelaku dalam kewirausahaan di mana setiap proses perkembangan usaha mulai dari tahap awal sampai pada tahap penurunan dibutuhkan


(29)

pemikiran kreatif dan inovatif terhadap produk yang dihasilkan. Tujuannya agar suatu usaha dapat terus menghasilkan keuntungan sehingga dapat bersaing dengan mengikuti selera pasar (konsumen) untuk perkembangan suatu usaha terutama di bidang usaha kecil dan menengah yang mempunyai kapital kecil. Oleh karena itu, wirausaha memerlukan ide-ide kreatif dan inovatif agar dapat efisien dan efektif dalam setiap tahapan. Tujuannya guna menekan penggunaan biaya yang bermuara kepada penekanan biaya produksi sehingga produk dapat dijual di pasar dengan harga terjangkau oleh konsumen.

2.2. Sikap Mandiri

Sikap adalah sebagai suatu kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada suatu yang tepat (Djaali, 2008). Sedangkan menurut Slameto (2003) sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan.

Dimensi kepribadian seseorang selalu dipengaruhi atau dikendalikan faktor internal dan faktor eksternal. Bagi sebagian orang, kekuatannya selalu tergantung pada dirinya sendiri tetapi bagi orang lain kekuatannya tidak tergantung pada dirinya sendiri melainkan faktor eksternal seperti orang lain, nasib, keberuntungan atau kebetulan. Dikatakan sikap mandiri apabila orang tersebut mampu mendewasakan dirinya sendiri, dan apabila berhasil mendewasakan dirinya sendiri akan mampu membentuk pendapat atau pandangannya sendiri tentang masalah atau peristiwa yang terjadi dalam lingkungannya.


(30)

Dengan memiliki kemampuan dalam menghadapi masalah dan peristiwa tersebut maka individu akan mampu pula membentuk pandangan yang paling baik bagi orang lain. Orang yang selalu mengandalkan kekuatan yang ada pada dirinya sendiri disebut juga mempunyai keinginan untuk menguasai dan mengendalikan tindakan-tindakan sendiri dengan tidak mengharapkan bantuan atau pengaruh orang lain.

Sikap mandiri adalah kemampuan seseorang berdiri sendiri dalam segala aspek kehidupannya. Dengan demikian individu yang berdiri di atas kaki sendiri akan mengambil inisiatif, mengatasi sendiri kesulitan-kesulitannya dan ingin melakukan hal-hal oleh dirinya sendiri. Tanda-tanda dari sikap sendiri adalah pengambilan inisiatif, mencoba mengatasi rintangan-rintangan dalam lingkungannya, mencoba mengarahkan tingkah laku ke arah yang sempurna, memperoleh kepuasan dari bekerja, dan mencoba mengerjakan sendiri tugas-tugas rutinnya.

Oleh karena itu maka siswa-siswi SMK Negeri 8 Medan dan SMK Negeri 10 Medan sangat memerlukan adanya sikap mandiri dalam berwirausaha. Dengan demikian sikap mandiri sangat diperlukan agar para siswa dapat menentukan wirausaha apa yang akan mereka pilih nantinya.

2.3. Pengetahuan Kewirausahaan

Pengertian pengetahuan menurut kamus Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang diketahui. Wirausahawan secara umum adalah orang-orang yang


(31)

mampu menjawab tantangan-tantangan dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada, ide adalah hal yang utama.

Dengan demikian maka pengetahuan berwirausaha adalah segala sesuatu yang diketahui seseorang tentang berwirausaha. Setiap orang pasti punya pikiran, tapi hanya sedikit yang punya ide, sehingga dalam berwirausaha diperlukan pengetahuan sehingga ide-ide/gagasan yang kreatif dan inovatif dapat memunculkan bentuk-bentuk wirausaha yang terus aktual dan memiliki trend dalam kebutuhan konsumen.

Sebelum memulai berwirausaha maka seseorang perlu mengetahui atau menambah pemahamannya tentang berwirausaha, agar dalam pelaksanaannya seseorang tidak salah dalam membuat keputusan. Demikian juga dengan para siswa SMK Negeri 8 dan 10 Kota Medan, mereka harus dibekali pengetahuan tentang berwirausaha agar mereka setelah lulus nanti mampu memilih wirausaha apa yang akan mereka tekuni.

2.4. Motivasi Berwirausaha

Motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan dan memantapkan perilaku arah suatu tujuan. Motivasi merupakan hal yang melatar belakangi individu berbuat untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Robbins (2001) motivasi adalah kesediaan individu untuk mengeluarkan berbagai upaya dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Motivasi dapat dicermati dari ketegangan yang dialami oleh individu, semakin besar ketegangan, semakin tinggi tingkat upaya yang ditunjukkan individu dalam mencapai tujuannya.


(32)

Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Pentingnya motivasi adalah karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal (Hasibuan, 2005).

Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang dan dapat merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran serta berkaitan dengan minat. Motivasi bisa bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri; dapat juga bersifat external yaitu dari guru, orang tua, teman dan sebagainya (Tyka, 2007). Oleh karena itu, memahami motivasi yang ada pada individu patut juga memahami beberapa teori yang dikemukakan oleh para pakar.

Teori motivasi telah muncul sejak dasawarsa 1950 saat konsep-konsep motivasi ditulis dan menjadi acuan banyak pihak. Tiga teori motivasi (klasik) dikenal dengan teori hirarkhi kebutuhan dari Abraham Maslow, Teori X dan Y dari Douglas McGregor dan Teori Motivasi Higienis dari Frederick Herzberg.

Selain Teori motivasi (klasik) dikenal juga Teori Kontemporer yang menyertai Teori motivasi (klasik). Teori kontemporer motivasi antara lain Teori ERG (existence, relatedness, growth) yang dikemukakan oleh Clayton Alderfer dari Universitas Yale. Teori lain berasal dari David McClelland yang mengemukakan tentang motivasi berprestasi. Teori ini mengungkap bahwa diri manusia ada tiga hal penting yaitu kebutuhan berprestasi, kebutuhan afiliasi dan kebutuhan berkuasa. Dua teori motivasi kontemporer yang telah disebut di atas lazim digunakan untuk mengamati, mempelajari, menganalisis dan memahami perilaku individu saat ia


(33)

melakukan aktivitasnya sehari-hari. Oleh karena itu aspek motivasi menjadi sangat relevan bila kita ingin mengetahui motivasi individu dalam berwirausaha.

Dalam berwirausaha peran motivasi, terutama motivasi untuk berhasil menjadi sangat penting. Sebab di dalam motivasi terdapat sejumlah motif yang akan menjadi pendorong (drive/stimulus) tercapainya keberhasilan. Apalagi di dalam motivasi berwirausaha diperlukan daya juang untuk sukses, mau belajar melihat keberhasilan orang lain, memiliki dorongan kuat untuk mengatasi semua kendala dalam berwirausaha. Pasalnya, keberhasilan berwirausaha tidak dengan seketika diperoleh. Itu sebabnya bagi para pemula atau pebisnis kawakan aspek-aspek yang disebutkan tadi penting dimiliki dan menjadi modal untuk meraih sukses.

Jadi, motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu. Sebab sejumlah motif akan membentuk menjadi motivasi yang bersumber dari kebutuhan individu. Oleh karena itu, untuk memahami motivasi perlu untuk memahami berbagai jenis kebutuhan. Hal itu sejalan dengan teori hirarki kebutuhan (hierarchy of needs) dari Abraham Maslow, yang terdiri dari: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan terhadap harga diri, kebutuhan akan aktualisasi (Iskandar, 2009).

Untuk beralih ke tingkat kebutuhan yang lebih tinggi, individu terlebih dahulu terpuaskan pada tingkat kebutuhan sebelumnya. Tingkat kebutuhan yang lebih tinggi muncul apabila tingkat kebutuhan yang lebih rendah telah terpuaskan. Berdasarkan teori ini kelima tingkatan kebutuhan tersebut merupakan motivator bagi seseorang


(34)

untuk melakukan suatu pekerjaan. Pada hakekatnya tingkah laku manusia ditentukan oleh keinginannya untuk mencapai tujuan atau maksud tertentu. Tindakan yang dilakukan selalu dipengaruhi oleh dorongan baik berasal dari dalam dirinya maupun dorongan yang berasal dari luar dirinya yang juga disebut motif.

Pengertian motivasi seperti yang dikemukakan di atas mengacu pada timbulnya dorongan. Sedangkan berwirausaha merupakan salah satu objek pekerjaan di samping pekerjaan lain, yakni pegawai negeri atau pegawai swasta. Dengan demikian motivasi berwirausaha diartikan sebagai tenaga dorongan yang menyebabkan siswa melakukan suatu kegiatan berwirausaha.

Dengan demikian adanya perasaan senang yang menyertai timbulnya motivasi berwirausaha. Rangsangan-rangsangan dari objek wirausaha akan menumbuhkan motivasi dan motivasi yang telah tumbuh akan merupakan dorongan dan motor untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan. Suatu perbuatan dimulai dengan adanya ketidakseimbangan dalam diri seseorang. Keadaan tidak seimbang ini tidak menyenangkan sehingga timbul kebutuhan untuk menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Kebutuhan ini menimbulkan dorongan atau motif untuk berbuat sesuatu. Setelah perbuatan tersebut dilakukan maka tercapai keadaan seimbang dalam diri siswa.

Kebutuhan yang sudah tercapai dengan hasil baik akan memberikan kepuasan dan timbulnya rasa puas pada diri siswa akan diikuti perasaan senang. Akan tetapi keseimbangan tersebut tidak berlangsung untuk selamanya karena akan timbul ketidakseimbangan baru yang menyebabkan proses motivasi di atas diulangi.


(35)

Motivasi juga dapat mencerminkan perilaku dalam mencapai tujuan tertentu, sehingga motivasi berwirausaha siswa dapat dilihat dari kegiatannya sehari-hari untuk mengamati dan mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan berwirausaha.

Motivasi siswa-siswi SMK juga dipengaruhi oleh faktor-faktor dorongan yang datang dari luar dirinya. Dorongan dari luar ini dapat diperoleh dari lingkungan keluarga, sekolah, pemerintah, teman sebaya, maupun lingkungan tempat tinggalnya. Siswa tidak terlepas dari proses pergaulannya dengan lingkungan baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun dengan lingkungan sekitarnya. Pentingnya peranan orang tua untuk mendorong siswa untuk berwirausaha yaitu dengan cara-cara antara lain, memberikan arti dan ciri-ciri manusia wirausaha, menciptakan situasi belajar kewirausahaan di lingkungan keluarga, dan menanamkan nilai-nilai kepribadian pada anak.

Di lingkungan sekolah, guru dapat memberikan dorongan untuk meningkatkan motivasi siswa berwirausaha bagi siswa-siswinya dengan jalan menghubungkan antara kegiatan praktek dengan kewirausahaan. Dorongan terhadap siswa-siswi dapat diberikan dengan cara mengarahkan berprestasi belajar untuk berprestasi berwirausaha kelak setelah menamatkan sekolahnya.

Motivasi berwirausaha ini didasarkan atas kebutuhan yang ada dalam diri siswa, kondisi dalam dirinya yang mendorong atau menyebabkan siswa melakukan kegiatan, dan tujuan yang mengundang semua kegiatan untuk mencapainya. Motivasi berwirausaha yang tinggi khususnya motivasi berprestasi akan dapat meningkatkan tingkah laku siswa untuk mencapai tujuan.


(36)

Keberhasilan usaha dalam bidang wirausaha terletak pada sejauhmana motivasi berprestasi dalam berwirausaha menjiwai usahanya. Semakin tinggi motivasi berprestasi dalam berwirausaha akan semakin menunjang keberhasilan usaha yang dicapai. Karena dengan motivasi berwirausaha yang tinggi akan mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan akan mampu menciptakan jalan keluar dari kesulitan. Selain itu akan selalu didorong oleh pemikiran optimis, semangat kerja, ulet dan menggunakan program dalam mencapai tujuan di bidang usahanya, kegiatannya dilaksanakan dengan teratur dan bertanggung jawab.

Siswa yang memiliki motivasi berwirausaha tinggi, berarti mempunyai kemauan untuk berhasil dalam berwirausaha. Dengan pertimbangan siswa-siswi belum terjun secara aktif dalam kegiatan wirausaha sehingga tidaklah mungkin mengukur perilakunya dalam berwirausaha dan dengan asumsi bahwa sikap berwirausaha sangat dekat dengan perilaku dalam bidang berwirausaha, maka berdasarkan teori dan hasil-hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi berwirausaha mempengaruhi sikap berwirausaha.

2.5. Minat Berwirausaha

Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar dirinya. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, maka semakin besar minatnya (Djaali, 2008). Jika seseorang telah melaksanakan kesungguhannya kepada suatu objek maka minat ini


(37)

akan menuntun seseorang untuk memperhatikan lebih rinci dan mempunyai keinginan untuk ikut atau memiliki objek tersebut.

Minat merupakan salah satu aspek psikis manusia yang mendorongnya untuk memperoleh sesuatu atau untuk mencapai suatu tujuan, sehingga minat mengandung unsur keinginan untuk mengetahui dan mempelajari dari sesuatu yang diinginkannya itu sebagai kebutuhannya. Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh sebab itu, apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Minat merupakan suatu keinginan yang cenderung menetap pada diri seseorang untuk mengarahkan pada suatu pilihan tertentu sebagai kebutuhannya, kemudian dilanjutkan untuk diwujudkan dalam tindakan nyata dengan adanya perhatian pada objek yang diinginkannya itu untuk mencari informasi sebagai wawasan bagi dirinya.

Siswa akan mempunyai dorongan yang kuat untuk berwirausaha apabila menaruh minat yang besar terhadap kegiatan wirausaha. Dengan adanya minat akan mendorong siswa untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, karena di dalam minat terkandung unsur motivasi atau dorongan yang menyebabkan siswa melakukan aktivitas sesuai dengan tujuan. Kuatnya dorongan bagi diri seseorang dapat berubah-ubah sewaktu-waktu. Perberubah-ubahan tersebut terjadi karena kepuasan kebutuhan yakni seseorang telah mencapai kepuasan atas kebutuhannya. Dengan demikian dorongan kuat untuk melakukan kegiatan berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan. Apabila


(38)

kebutuhan terpenuhi, maka akan timbul kepuasan, sedangkan kepuasan itu sendiri sifatnya menyenangkan. Hal ini berarti bahwa dorongan untuk berhubungan lebih aktif dengan obyek yang menarik ini disertai dengan perasaan senang.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat siswa untuk berwirausaha, diantaranya:

a. Kemauan

Kemauan adalah suatu kegiatan yang menyebabkan seseorang mampu untuk melakukan tindakan dalam mencapai tujuan tertentu. Dengan adanya kemauan seseorang untuk mencoba berwirausaha merupakan suatu hal yang baik.

b. Ketertarikan

Ketertarikan adalah perasaan senang, terpikat, menaruh minat kepada sesuatu. Saat ada ketertarikan dari diri seseorang maka ada daya juang untuk meraih yang ingin dicapai. Dalam hal ini adalah ketertarikan untuk mau berwirausaha, maka siswa tersebut mempunyai minat untuk berwirausaha.

c. Lingkungan Keluarga

Berkaitan dengan lingkungan keluarga, maka peran keluarga sangat penting dalam menumbuhkan minat anak. Orang tua merupakan pendidik pertama dan sebagai tumpuan dalam bimbingan kasih sayang yang utama. Maka orang tualah yang banyak memberikan pengaruh dan warna kepribadian terhadap seorang anak. Dengan demikian mengingat pentingnya pendidikan di lingkungan keluarga, maka pengaruh di lingkungan keluarga terhadap anak dapat mempengaruhi apa yang diminati oleh anak.


(39)

d. Lingkungan Sekolah

Pendidikan di sekolah menjadi tanggung jawab guru. Jadi pada dasarnya yang berpengaruh terhadap perkembangan siswa yaitu proses pendidikan di sekolah sebagai bekal untuk diterapkan dalam kehidupan di lingkungan masyarakat. Seorang guru dalam proses pendidikan juga dapat memberikan motivasi dan dorongan kepada siswa dalam menumbuhkan minatnya. Sebagai pendidik dalam lembaga pendidikan formal, maka guru berperan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, apalagi yang dibutuhkan orang pada dasarnya adalah ke arah pengembangan kualitas SDM yang berguna (Suprapto, 2007). Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi besarnya minat yang timbul dari dalam maupun luar diri siswa terhadap sesuatu yaitu minat berwirausaha.

2.6. Sekolah Menengah Kejuruan

Menurut Evans dalam Djojonegoro (1999) mendefinisikan bahwa pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada suatu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Dengan pengertian bahwa setiap bidang studi adalah pendidikan kejuruan sepanjang bidang studi tersebut dipelajari lebih mendalam dan kedalaman tersebut dimaksudkan sebagai bekal memasuki dunia kerja.

Oleh karena itu, peran SMK sangat penting dalam mempersiapkan SDM yang berkualitas sesuai dengan tuntutan zaman. Para lulusan SMK nantinya selain mencari pekerjaan, mereka juga diharapkan dapat membuka usaha sendiri. Dengan


(40)

demikian, SMK juga diharapkan mampu mengarahkan para siswanya untuk berwirausaha sesuai dengan minat mereka. Dengan demikian pendidikan merupakan komponen penting dan vital terhadap pembangunan terutama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Sirojuzilam, 2008).

Pendidikan sebagai komponen penting bagi pembangunan dapat dilihat dari SDM yang berkualitas. Pendidikan diperlukan untuk meraih kedudukan dan kinerja optimal pada setiap pekerjaan (Surya, 2007). Oleh karena itu, pendidikan dapat membentuk serta menambah pengetahuan seseorang untuk mengerjakan atau melakukan sesuatu dengan lebih baik, cepat dan tepat. Sebab itu, pendidikan menengah kejuruan sebagai suatu institusi pendidikan telah dirancang untuk mempersiapkan SDM yang siap untuk bekerja ataupun membuka usaha serta diharapkan dapat memberi dampak positif bagi kemajuan suatu wilayah.

2.7. Peran Pendidikan dalam Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah merupakan peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata-rata membaik, di samping menunjukkan lebih banyak sarana/prasarana, barang atau jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya (Sirojuzilam, 2007).

Pengembangan wilayah mencakup tiga hal yaitu: sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan teknologi yang sering disebut dengan tiga pilar


(41)

pengembangan wilayah. Ketiga pilar tersebut merupakan elemen internal wilayah yang saling terkait dan berinteraksi membentuk satu sistem. Hasil interaksi elemen tersebut mencerminkan kinerja dari suatu wilayah.

Pengembangan wilayah sangat dibutuhkan untuk mengkaji kondisi sosial, budaya, ekonomi, politik dan geografis secara terpadu yang berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Tujuan pengembangan wilayah adalah menyerasikan berbagai kegiatan pembangunan sektor dan wilayah, sehingga pemanfaatan ruang dan sumber daya yang ada dapat optimal mendukung peningkatan kehidupan masyarakat sesuai dengan tujuan dan sasaran program pembangunan yang diharapkan. Optimalisasi berarti tercapainya tingkat kemakmuran yang sesuai dan selaras dengan aspek sosial budaya dan lingkungan yang berkelanjutan. Dengan adanya pembangunan akan terjadilah peningkatan nilai-nilai budaya bangsa, yaitu terciptanya taraf hidup yang lebih baik, saling harga menghargai sesamanya, serta terhindar dari tindakan-tindakan sewenang-wenang.

Peran pendidikan dalam pengembangan wilayah adalah sebagai wadah dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, di mana sumberdaya manusia merupakan sebagai salah satu pilar yang cukup penting dalam pengembangan wilayah. Sekolah berperan penting dalam membentuk anak didiknya menjadi manusia yang berakhlak dan berguna bagi keluarga dan lingkungannya.


(42)

2.8. Penelitian Sebelumnya

Beberapa hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini, yaitu:

1. Surasa (2008), yang berjudul Berwirausaha Siswa Kelas III Program Keahlian Teknik Pemesinan pada SMK di Kabupaten Nganjuk dengan Prediktor Sikap Mandiri, Lingkungan Pergaulan, Prestasi Kewirausahaan, dan Kemampuan Kejuruan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kecenderungan siswa SMK kelas III Program Keahlian Teknik Pemesinan di Kabupaten Nganjuk terhadap berwirausaha. Populasi pada penelitian ini adalah siswa-siswa kelas III Program Keahlian Teknik Pemesinan yang berjumlah 480 siswa. Sampel diambil dengan teknik random sampling sebesar 154 siswa. Pengumpulan data variabel dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Validitas item kuesioner dilakukan dengan menggunakan validitas internal dari rumus product

moment. Untuk uji reliabilitas alat ukur menggunakan rumus koefisien Alpa.

Hasil uji coba instrumen diperoleh besarnya nilai reabilitas sebesar 0,895 untuk berwirausaha; 0,845 untuk sikap mandiri; dan 0,874 untuk lingkungan pergaulan. Analisis data digunakan analisis deskriptif, korelasi parsial dan regresi ganda 4 prediktor. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa sikap mandiri siswa memiliki kecenderungan 85,06% berada pada kategori sedang; lingkungan pergaulan berada pada kategori sedang sebesar 68,18%; prestasi kewirausahaan 79,87% berada pada kategori sedang; kemampuan kejuruan 89,64% berada pada kategori sedang; dan berwirausaha memiliki kecenderungan sebesar 55,20% pada


(43)

kategori tinggi. Hasil analisis korelasi parsial menunjukkan adanya hubungan yang signifikan: (1) antara X1 dengan Y, di mana variabel X234 dikontrol (ry1.234 = 0,257); (2) antara X2 dengan Y, di mana variabel X134 dikontrol (ry2.134 = 0,391); (3) antara X3 dengan Y, di mana variabel X124 dikontrol (ry3.124 = 0,183); (4) antara X4 dengan Y, di mana variabel X123 dikontrol (ry4.123 = 0,128). Hasil analisis regresi ganda 4 prediktor menunjukkan bahwa, terdapat hubungan yang signifikan antara X1, X2, X3, dan X4 secara bersama-sama dengan Y. Nilai koefisien Farian (F) sebesar 23,00 dengan signifikansi 0,000. Nilai koefisien determinasi R2 = 0,384; untuk X1 terhadap Y (r2 = 0,1099), untuk X2 terhadap Y (r2 = 0,1949), untuk X3 terhadap Y (r2 = 0,0474), dan untuk X4 terhadap Y (r2 = 0,0320).

2. Mun’im R (2000), Hubungan Prestasi Belajar Program Diklat Kewirausahaan dengan Minat Berwiraswasta Siswa Kelas III SMK Negeri 1 Samarinda. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara prestasi belajar program diklat kewirausahaan dengan minat berwiraswasta siswa kelas III SMK Negeri I Samarinda? Sedang tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prestasi belajar program diklat kewirausahaan siswa, untuk mengetahui minat wiraswasta dan untuk mengetahui hubungan antara prestasi belajar program diklat kewirausahaan dengan minat wiraswasta siswa kelas III SMK Negeri 1 Samarinda. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas III sebanyak 400 anak sedang sebagai sampel adalah 80 anak yang diambil secara


(44)

random. Teknik pengumpulan data adalah dokumentasi dan angket. Untuk analisis data dalam menguji hipotesa digunakan korelasi Product Moment. Dari hasil analisis data diketahui diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,479, setelah dikonsultasikan dengan r tabel pada db= 80 dengan kesalahan 5% (taraf signifikansi 95%) ternyata r hitung lebih besar dar r tabel yaitu 0,479 > 0,220. Jadi terdapat hubungan yang positif dan signifikan sebesar 0,479 antara prestasi belajar program diklat kewirausahaan dengan minat wiraswasta siswa kelas III SMK Negeri 1 Samarinda. Tingkat keeratan hubungan adalah “sedang”. Ini diperkuat dengan hasil uji t untuk db=N-2=78 dengan kesalahan 5% (taraf

signifikansi 95%) terbukti bahwa t hitung lebih besar dari t tabel atau 4,819 > 2,000, maka hipotesis alternatif (Ha) diterima di mana hasil penelitian

sampel berlaku pula untuk seluruh populasi.

Jadi hipotesis yang digunakan oleh Mun’im R tentang Hubungan Prestasi

belajar Program Diklat Kewirausahaan dengan Minat berwiraswasta siswa kelas III SMK Negeri I Samarinda adalah: “Ada hubungan yang positif antara prestasi belajar

program diklat kewirausahaan dengan minat berwiraswasta siswa kelas III SMK Negeri 1 Samarinda”, dinyatakan terbukti dan dapat diterima. Disarankan para guru

dalam pengajaran kewirausahaan agar lebih membangkitkan minat kewiraswastaan menggunakan pendekatan praktik, mendatangkan narasumber, studi banding dan berkoordinasi dengan instansi terkait, dengan demikian pengajaran tidak hanya guru


(45)

mentransfer ilmu pengetahuan tapi guru menggugah minat siswa berwiraswasta semakin besar.

2.9. Kerangka Berpikir

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

Dari kerangka berpikir di atas dapat dijelaskan bahwa para siswa SMK dengan sikap mandiri, pengetahuan kewirausahaan serta motivasi berwirausaha dapat menimbulkan minat berwirausaha terhadap siswa-siswi SMK tersebut. Dalam rangka mewujudkan terciptanya jiwa berwirausaha para siswa terhadap potensi wilayah Kota Medan pada sektor jasa.

Dengan terwujudnya para wirausaha baru, diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru serta terjadinya peningkatan pendapatan. Oleh karena itu, apabila

Potensi Wilayah (sektor jasa)

PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN

Pengembangan Wilayah

MINAT BERWIRAUSAHA SIKAP MANDIRI


(46)

jumlah para wirausaha di Kota Medan bertambah maka berdampak kepada pengembangan wilayah yaitu terjadinya perkembangan kesejahteraan atau kemajuan ekonomi secara perlahan yang ditandai dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, meningkatnya pembangunan infrastruktur dan menurunnya angka pengangguran.

2.10. Hipotesis

Secara bersama-sama dan secara parsial sikap mandiri, pengetahuan kewirausahaan serta motivasi berwirausaha berpengaruh signifikan terhadap minat berwirausaha.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam mencapai sasaran yang akan diungkap dalam penelitian ini, maka perlu dibuat batasannya, maka dalam penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor yang dianggap sangat berarti terhadap minat berwirausaha yang meliputi: Sikap mandiri, Pengetahuan kewirausahaan dan Motivasi berwirausaha.

Sejalan dengan itu, mengingat banyaknya SMK yang ada di Kota Medan, maka dalam hal ini peneliti membatasi hanya pada SMK Negeri Rumpun Kepariwisataan yang memiliki Program Keahlian Tata Kecantikan dan Tata Busana. Kedua Program Keahlian tersebut secara bersamaan berada di SMK Negeri 8 Medan dan SMK Negeri 10 Medan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rumpun Kepariwisataan yaitu SMK Negeri 8 dan SMK Negeri 10 di Kota Medan.


(48)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Menurut Sugiyono (2003), populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III Program Keahlian Tata Busana dan Tata Kecantikan dari kedua SMK tersebut di atas. Jumlah populasi siswa kelas III Program Keahlian Tata Busana dan Tata Kecantikan dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Adapun dasar pertimbangan menentukan hanya siswa kelas III Program Tata Busana dan Tata Kecantikan saja yang diteliti adalah karena siswa kelas III dalam waktu yang tidak lama lagi akan menyelesaikan studinya dan diasumsikan telah mempunyai cukup gambaran dan kematangan untuk menentukan sikap terhadap suatu pekerjaan dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di sekolah.

Tabel 3.1. Populasi Penelitian

No Nama Sekolah Jumlah Siswa Kelas 3

1. SMK Negeri 8 Medan 130

2. SMK Negeri 10 Medan 100

Total 230

Sumber: Sekolah SMK Negeri 8 & 10.

Dari Tabel 3.1 di atas, SMK Negeri 8 Medan memiliki empat program keahlian yaitu Tata Boga, Perhotelan, Tata Busana dan Tata Kecantikan dengan jumlah siswa kelas III sebanyak 292 orang. Namun yang dijadikan populasi dari SMK Negeri 8 Medan adalah siswa kelas III dari program keahlian tata kecantikan dan tata busana yang berjumlah 130 orang.


(49)

Sedangkan dari SMK Negeri 10 Medan ada empat program keahlian yaitu Multimedia, Tata Boga, Tata Busana, dan Tata kecantikan dengan jumlah siswa kelas III sebanyak 214 orang. Namun yang dijadikan populasi dari SMK Negeri 10 Medan adalah siswa kelas III dari program keahlian tata kecantikan dan tata busana yang berjumlah 100 orang. Dengan demikian, maka jumlah populasi dari kedua sekolah dalam penelitian ini sebanyak 230 orang.

Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling, karena populasi yang digunakan sebagai sampel semuanya homogen atau seragam. Apabila semua anggota populasi diberikan kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel penelitian, maka digunakan teknik acak sederhana (simple random).

3.3.2. Sampel

Dalam menentukan besarnya sampel, maka peneliti menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Slovin dalam Umar (2004), menyatakan bahwa untuk menentukan minimal sampel yang dibutuhkan jika ukuran populasi diketahui, dapat digunakan rumus seperti yang disajikan berikut:

Di mana:

N = Jumlah seluruh siswa dari kedua sekolah n = Jumlah siswa yang dijadikan sampel e = Tingkat kesalahan yang diperkenankan

n =

N


(50)

Jika (N) sebanyak 230 orang dan (e) sebesar 10%, maka jumlah siswa yang dijadikan sampel adalah:

= 69,69 = 70 orang responden

Dari hasil perhitungan tersebut maka pengambilan sampel minimal yang diperkenankan agar keputusan yang diambil dapat mewakili populasi adalah sebanyak 70 orang responden.

Berdasarkan rumus di atas, maka banyaknya jumlah responden yang dapat dijadikan sampel pada penelitian ini dapat dijelaskan pada Tabel 3.2 di bawah:

Tabel 3.2. Jumlah Sampel Menurut Sekolah

No. Sekolah Jumlah Siswa Jumlah Sampel

1. SMK Negeri 8 Medan 130 orang 130/230 x 70 39,56 = 40 org 2. SMK Negeri 10 Medan 100 orang 100/230 x 70 30,43 = 30 org

Jumlah 230 orang 70 orang

Sumber: Data Hasil Olahan, 2009.

Dari Tabel 3.2 di atas, maka siswa SMK Negeri 8 Medan kelas III untuk program keahlian tata kecantikan dan tata busana yang populasinya berjumlah 130 orang diambil sampelnya sebanyak 40 orang.

Sedangkan dari siswa SMK Negeri 10 Medan kelas III untuk program keahlian tata kecantikan dan tata busana yang populasinya berjumlah 100 orang

n =

230


(51)

diambil sampelnya sebanyak 30 orang. Dengan demikian dari jumlah populasi kedua sekolah sebesar 230 orang, yang dijadikan sampel adalah 70 orang.

3.4. Matriks Operasional Variabel

Setelah disajikan definisi konseptual tentang variabel-variabel kajian ini, perlu disajikan definisi operasional variabel yang dijabarkan dari definisi konseptual sebagaimana sudah diuraikan pada Bab II tentang Tinjauan Pustaka. Indikator-indikator yang digunakan berdasarkan penjabaran dari definisi konsepsual yang akan digunakan sebagai acuan untuk menyusun kuesioner dari masing-masing variabel disajikan pada Tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3. Matriks Operasional Variabel

Variabel Indikator Alat ukur

1 2 3

Sikap Mandiri (X1) - ulet

- tidak cepat menyerah

- upaya sendiri

- cekatan

Likert

Pengetahuan Kewirausahaan (X2) - mau belajar

- suka membaca

- belajar dari orang lain

- mencari informasi

Likert

Motivasi Berwirausaha (X3) - mau sukses

- melihat keberhasilan orang lain

- dorongan

- kebutuhan

Likert

Minat Berwirausaha (Y) - ketertarikan

- kemauan

- lingkungan keluarga

- lingkungan sekolah


(52)

3.5. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik dan valid maka dilakukan dengan:

a. Dengan menggunakan data primer, yaitu teknik pengumpulan data langsung ke lapangan dengan menggunakan alat. Alat yang digunakan adalah dengan teknik kuesioner. Kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi beberapa pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner diberikan kepada responden secara langsung.

b. Data sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan-bahan dan dokumentasi dari berbagai sumber yang dianggap relevan dengan tujuan penelitian diantaranya: Dinas Pendidikan Kota Medan, sekolah tempat penelitian, dan Perpustakaan.

3.6. Teknik Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk menjawab permasalahan yang pertama akan menggunakan analisis kuantitatif dengan metode uji statistik regresi linier berganda yaitu untuk menguji pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat, yaitu untuk mengetahui apakah sikap mandiri, pengetahuan kewirausahaan dan motivasi berwirausaha berpengaruh terhadap minat berwirausaha siswa-siswi SMK di Kota Medan


(53)

maka digunakan analisis regresi linier berganda dengan formulasi sebagai berikut:

Y = b

0

+ b

1

X

1

+ b

2

X

2

+ b

3

X

3

+

Di mana:

Y = Minat Berwirausaha b0 = Intercept

b1, b2, b3 = Koefisien Regresi

X1 = Variabel Sikap Mandiri

X2 = Variabel Pengetahuan Kewirausahaan

X3 = Variabel Motivasi Berwirausaha

€ = Kesalahan Pengganggu

Selanjutnya untuk menguji hipotesis yang diajukan, maka digunakan statistik uji F. Uji F adalah untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama. Pengaruh pengujian hipotesis untuk uji serempak adalah:

H0: b1=b2= b3=0 (tidak terdapat hubungan antara sikap kemandirian,

pengetahuan kewirausahaan dengan motivasi berwirausaha terhadap minat berwirausaha siswa-siswi SMK di Kota Medan)

H1: b1b2 b30 (terdapat hubungan antara sikap kemandirian, pengetahuan

kewirausahaan dengan motivasi berwirausaha terhadap minat berwirausaha siswa-siswi SMK di Kota Medan)

Pembuktian kebenaran hipotesis, mengunakan uji signifikansi koefisien determinasi uji F (Ftest) untuk mengetahui pengaruh keseluruhan variabel bebas


(54)

Kesimpulan diperoleh melalui hasil perhitungan sebagai berikut:

a. Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya variabel bebasnya

secara simultan mempengaruhi variabel terikatnya.

b. Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya variabel bebasnya

secara simultan tidak mempengaruhi variabel terikatnya.

Untuk menguji hipotesis secara parsial digunakan uji t. Uji t adalah untuk menguji pengaruh variabel bebas secara parsial atau sendiri-sendiri.

Kesimpulan diperoleh melalui hasil perhitungan sebagai berikut:

a. thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya variabel bebasnya

secara parsial mempengaruhi variabel terikatnya.

b. thitung < ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya variabel bebasnya

secara parsial tidak mempengaruhi variabel terikatnya.

2. Untuk menjawab permasalahan yang kedua akan menggunakan metode deskriptif.

3.7. Pengujian Instrumen Penelitian 3.7.1. Uji Validitas

Uji validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrumen dalam mengukur apa yang ingin diukur (Priyatno, 2008). Uji validitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah item-item yang tersaji dalam kuesioner benar-benar mampu mengungkapkan dengan pasti apa yang akan diteliti.


(55)

Dalam menentukan layak atau tidaknya suatu item yang digunakan, biasanya dilakukan uji signifikansi 0,05, artinya suatu item dianggap valid jika berkolerasi signifikansi terhadap skor total.

3.7.2. Uji Reliabilitas

Menurut Pratisto (2009) reliabel artinya konsisten atau stabil. Arikunto (2002) mengatakan reliabilitas menunjukan bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.

Uji reliabilitas adalah uji untuk mengetahui kelayakan kuesioner sebagai alat pengumpul data dengan menggunakan program SPSS versi 17.0.

3.8. Definisi Operasional

1. Sikap mandiri adalah perilaku yang ditunjukkan oleh individu dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari yang tercermin dari menjalankan upaya sendiri, ulet, tidak cepat menyerah dan cekatan.

2. Pengetahuan kewirausahaan adalah pemahaman siswa tentang kewirausahaan yang tercermin dari sikap mau belajar, suka membaca, terus mencari informasi dan ingin belajar dari keberhasilan orang lain.

3. Motivasi berwirausaha adalah kebutuhan individu untuk memulai aktivitas kewirausahaan yang terbentuk dari keinginan sukses, baik berasal dari diri sendiri maupun dari keberhasilan orang lain.

4. Minat berwirausaha adalah keinginan siswa untuk berwirausaha yang timbul karena adanya kemauan kuat untuk berwirausaha, ketertarikan untuk


(56)

menjalankan wirausaha, dorongan dari lingkungan keluarga serta lingkungan sekolah.

Untuk poin nomor 1-4, diukur melalui kuesioner yang diajukan kepada responden dengan menggunakan skala likert dalam 4 kategori yaitu:

4 = Sangat Setuju (SS), 3 = Setuju (S), 2 = Tidak Setuju (TS), 1 = Sangat Tidak Setuju (STS).


(57)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Letak Geografis

Kota Medan yang merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara terletak di Pantai Timur Sumatera Utara berbatasan dengan Selat Malaka. Kota Medan terletak antara: 2º.27' - 2º.47' Lintang Utara dan 98º.35' - 98º.44' Bujur Timur dan

berada 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut.

Bagian Utara, Timur, Barat dan Selatan Kota Medan berbatasan hanya dengan Kabupaten Deli Serdang. Luas areal Kota Medan adalah 265,10 km2 (26.510 hektar) dengan sebagian besar topografi wilayahnya adalah dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.

Kota Medan beriklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia pada tahun 2007 berkisar antara 23,2ºC - 24,2ºC dan suhu maksimum berkisar antara

30,4ºC - 33,6ºC serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar antara

20,2ºC - 23,6ºC dan suhu maksimum berkisar antara 31,6ºC - 35,8ºC.

4.1.2. Luas Wilayah

Kota Medan yang mempunyai luas area 265,10 km2 (26.510 hektar) terdiri dari 21 kecamatan. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Medan Labuhan dengan luas 36,67 km2 atau 13,83% dari luas Kota Medan, sedangkan kecamatan tersempit adalah Kecamatan Medan Sunggal dengan luas 15.44 km2 atau hanya 1,13% dari luas


(58)

Kota Medan. Luas wilayah Kota Medan perkecamatan secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1. Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan No Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Ratio terhadap

Total (%)

1 Medan tuntungan 20.68 7,80

2 Medan Johor 14,58 4,83

3 Medan Amplas 11.19 5,50

4 Medan Denai 9.05 4,22

5 Medan Area 5.52 3,41

6 Medan Kota 5.27 3,01

7 Medan Maimun 2.98 1,99

8 Medan Polonia 9.01 2,08

9 Medan Baru 5.84 2,20

10 Medan Selayang 12.81 3,40

11 Medan Sunggal 15.44 1,13

12 Medan Helvetia 13.16 5,83

13 Medan Petisah 6.82 4,97

14 Medan Barat 5.33 2,57

15 Medan Timur 7.76 2,01

16 Medan Perjuangan 4.09 2,93

17 Medan Tembung 7.99 1,54

18 Medan Deli 20.84 7,86

19 Medan Labuhan 36.67 13,83

20 Medan Marelan 23.82 8,99

21 Medan Belawan 26.25 9,90

Jumlah/Total 265,10 100,00

Sumber: Medan Dalam Angka, 2007.

Kota Medan sebagai pusat perdagangan regional maupun internasional dengan berbagai kegiatan bisnis di samping sebagai pusat pemerintahan Provinsi Sumatera Utara. Tuntutan Kota Medan sebagai pusat perdagangan untuk kawasan Sumatera Utara akan semakin tinggi khususnya dalam menghadapi pasar bebas.


(1)

masyarakat sangatlah penting agar dalam waktu relatip singkat Kota Medan akan memiliki wirausahawan muda yang inovatif dan produktif sebagai contoh para lulusan SMK Negeri 8 dan SMK Negeri 10 Medan menunjukkan kecenderungan mandiri melalui wirausaha yang dikelola sendiri, keadaan ini merupakan bukti para lulusan secara langsung ikut memberi kontribusi berarti bagi pengembangan wilayah, khususnya dari pilar Sumber Daya Manusia. Sikap kewirausahaan seperti ditunjukkan oleh alumni (lihat pada halaman 105 s/d halaman 114) merupakan wujud keberhasilan pendidikan di SMK Negeri 8 dan SMK Negeri 10, sebab secara langsung ikut membentuk wirausahawan muda yang akan memperkokoh ekonomi di satu kawasan di mana mereka mendirikan usaha milik sendiri.

Dari pengamatan penulis di kedua sekolah dan di beberapa tempat usaha para alumni maka penulis menyimpulkan bahwa siswa SMK Negeri 8 dan 10 telah menunjukkan sikap yang cenderung positif berwirausaha.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada penelitian ini, maka disimpulkan bahwa: 1. Terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara sikap mandiri,

pengetahuan kewirausahaan dan motivasi berwirausaha menunjukkan sikap positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha terhadap siswa-siswi kelas III SMK Negeri 8 dan SMK Negeri 10 Medan.

2. Hasil kajian menunjukkan bahwa rumusan masalah kedua yaitu tentang sikap positif berwirausaha dari siswa SMK 8 dan SMK 10 benar-benar diwujudkan melalui proses belajar mengajar di sekolah. Keadaan ini diperoleh berdasarkan pengamatan langsung ke masing-masing sekolah (SMK 8 dan SMK 10) dan tempat usaha alumni sehingga lulusan-lulusan yang memiliki usaha sendiri bukanlah hal yang mustahil (lihat pada visualisasi dari kajian ini di halaman lampiran).

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah Kota Medan melalui Dinas Pendidikan untuk lebih memperhatikan serta meningkatkan mutu lulusan sekolah sebagai lembaga


(3)

pendidikan khususnya sekolah menengah kejuruan yang berorientasi kepada kesiapan bekerja para lulusannya. Walaupun pendidikan kewirausahaan pada sebagian SMK telah merupakan salah satu mata pelajaran namun harus didukung dengan pengembangan sikap mandiri, pengetahuan kewirusahaan dan motivasi berwirausaha dari para siswa. Untuk peningkatan mutu lulusan maka bagi sekolah disarankan agar memperhatikan serta memberi dukungan dalam pengembangan minat berwirausaha para siswa-siswi SMK agar nantinya para lulusan dapat mengembangkan potensi wirausaha yang ada pada dirinya sehingga dapat berguna untuk masa depan dan profesi sesuai dengan pendidikan yang diperolehnya di bangku sekolah.

2. Untuk lebih efektif dan sesuai dengan tren yang ada di masyarakat maka pihak sekolah hendaknya menjalin kerjasama dengan dunia usaha terutama yang berhubungan dengan program keahlian yang ada dalam rangka mendukung serta menambah wawasan bagi para siswa-siswi SMK dalam bewirausaha. Pihak sekolah hendaklah selalu mengutus siswa-siswi melakukan kegiatan magang di perusahaan bordir, konveksi, maupun di salon-salon kecantikan selama satu semester dengan orientasi kepada perusahaan baik dari bentuk tradisional atau konvensional maupun yang sudah bertaraf perusahaan besar sehingga seluruh hal yang baik dan buruk serta resiko yang akan diterima dari sebuah wirausaha dapat diketahui dengan baik oleh para siswa yang dengan sendirinya memberi pencerahan bagi minat berwirausahanya.


(4)

3. Disarankan agar jam praktek bidang keahlian sehingga siswa dapat lebih memutakhirkan pengetahuannya dan potensi wirausaha yang ada pada dirinya. Selain itu, untuk lebih memberikan kepercayaan diri kepada para siswa maka karya mereka sedapat mungkin disebarluaskan melalui kegiatan pameran terhadap masyarakat luas misalnya melalui kerjasama dengan Dinas Pendidikan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, konsulat-konsulat negara tetangga dan Dinas Pariwisata setempat.

4. Menyediakan sanggar busana dan sanggar kecantikan yang terbuka untuk umum dan dikelola langsung oleh siswa-siswi yang akan membina siswa untuk mempraktekkan keahlian dan manajemen wirausahanya sehingga lebih dapat membentuk minat berwirausaha.

5. Menginformasikan kepada masyarakat tentang keunggulan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) rumpun kepariwisataan bidang keahlian tata busana dan tata kecantikan. Dengan terbukanya akses masyarakat tentang keunggulan SMK rumpun kepariwisataan ini diharapakan dapat membuka wawasan para orang tua tentang pekerjaan lain di luar sektor formal sehingga mereka dapat menanamkan motivasi dan minat anak-anak agar mau berwirausaha dan membuka usaha setelah lulus dari pendidikannya, bukan hanya menjadi tenaga siap pakai tetapi membuka lapangan kerja bagi angkatan kerja yang ada.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Amin. 2008. http://viewcomputer.com/kewirausahaan-kangamin diakses pada tanggal 30 Juli 2009.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Astamoen, P. 2005. Enterpreneurship. Penerbit Alfabeta. Bandung. Badan Pusat Statistik (BPS). 2008. Medan dalam Angka. Medan.

Ciputra. 2008. Quantum Leap, Bagaimana Entrepreneurship Dapat Mengubah Masa Depan Anda dan Masa Depan Bangsa. PT. Gramedia. Jakarta.

Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Djojonegoro, Wardiman. 1999. Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui SMK. Balai Pustaka. Jakarta.

Hasibuan, H. Malayu SP. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Ketujuh. Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta.

Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan: Suatu Orientasi Baru. Gaung Persada. Ciputat. Longenecker, Justin. G, dkk. 2001. Kewirausahaan Manajemen Usaha Kecil. PT.

Salemba Empat. Jakarta.

Miraza, Bachtiar Hassan. 2008. Mencermati Perilaku Enterpreneur. Penerbit USU Press. Medan.

Pratisto, Arif. 2009. Statistik Menjadi Mudah dengan SPSS 17. PT. Gramedia, Jakarta.

Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar Statistical Product and Service Solution. PT. Buku Kita. Jakarta.

Setyono. 2008. http://setyono.blogspot.com/2008/05/pengembangan-minat-berwiraswasta diakses pada tanggal 30 Juli 2009.


(6)

Sirojuzilam. 2007. Perencanaan Tata Ruang dan Perencanaan Wilayah (Spatial Planning and Regional Planning). Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. USU Press. Medan.

---. 2008. Disparitas Ekonomi dan Perencanaan Regional: Ketimpangan Ekonomi Wilayah Barat dan Wilayah Timur Provinsi Sumatera Utara. Pustaka Bangsa Press. Medan.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Slephen P. Robbins. 2000. Perilaku Organisasi. PT. Prenhallindo. Jakarta. Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung.

Suprapto, Amin. 2007. Minat Masuk Perguruan Tinggi bagi Siswa Kelas III Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik pada SMK di Purworejo. Semarang.

Surasa. 2008. Minat Berwirausaha Siswa Kelas III Program Keahlian Teknik

Pemesinan Pada SMK di Kabupaten Nganjuk dengan Prediktor Sikap Mandiri, Lingkungan Pergaulan, Prestasi Kewirausahaan, dan Kemampuan Kejuruan. Tesis. Malang.

Surya, Aldwin. 2007. Pembentukan Kelas Menengah Kota: Cermin Kemapanan

Ekonomi Masyarakat Indonesia. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar.

Universitas Prima Indonesia. Medan.

Suryana. 2001. Kewirausahaan. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Winardi. 2003. Entrepreneur dan Entrepreneurship. Penerbit Kencana Prenada Media Group.