1
Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR LEARNING OBSTACLE
BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Tujuan pembelajaran IPA di SD adalah membentuk kemampuan memecahkan masalah.
“Sains bagi anak sekolah dasar adalah suatu bentuk pembelajaran dari masalah-masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-
hari” Barlia, 2009:1.
Kreatifitas adalah salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia dan salah satu cara untuk meningkatkan kreatifitas
peserta didik adalah melalui penyajian masalah dalam pembelajaran. Upaya peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu aspek didalam
pembangunan pendidikan di Indonesia saat ini. IPA adalah kumpulan pengetahuan yang dapat kita rasakan secara
langsung melalui kehidupan kita sehari-hari. Hal ini sejalan dengan kurikulum Depdiknas,2006:34 yaitu IPA berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep atau prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Kurikulum IPA SD menyediakan berbagai topik salah satunya adalah
konsep gaya magnet. Namun apakah kurikulum IPA SD pada konsep magnet sudah berbasis kepada masalah yang ditemukan oleh anak?. Pada konsep gaya
magnet terdapat berbagai masalah contohnya adalah masalah pemahaman anak terhadap konsep gaya magnet pada medan magnet. Anak mampu
menghafalkan definisi medan magnet, bahwa medan magnet adalah daerah yang dipengaruhi oleh kutub magnet namun tidak faham dengan jelas posisi
dari medan magnet itu sendiri.
Merujuk kepada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPA kelas V SD ditemukan beberapa hal yang tidak sesuai dengan
Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR LEARNING OBSTACLE
BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
buku paket yang siswa gunakan sebagai sumber bahan rujukan belajar. Peneliti mencoba mengingat kembali masa sekolah peneliti di SD dulu atau
dalam kata lain peneliti mencoba untuk melakukan repersonalisasi terhadap pokok bahasan gaya magnet.
Peneliti mencoba mengasumsikan pemikiran seperti anak SD kembali dan pada kenyataannya saya sebagai peneliti sendiri pun sangat tidak
menyukai buku-buku yang tidak berwarna dan hanya penuh dengan tulisan- tulisan.
Pada kosep magnet yang saya temukan pada beberapa buku IPA kelas 5 SD dapat dengan jelas terlihat bahwa materi magnet tidak dijelaskan secara
rinci tentang apa itu magnet dan bagaimana cara magnet berinteraksi. Jika magnet hanya dijelaskan sekilas sebatas definisi ,bagaimana bisa
nantinya siswa SD dapat menjadi siswa yang kreatif dalam memahami konsep magnet?. Lalu bagaimana pula dengan pemahaman anak pada masalah
benarkah magnet dapat menarik logam? Logam seperti apa yang dapat ditarik oleh magnet? Bagian mana dari magnet yang dapat menarik benda
disekitarnya?. Benarkah magnet dapat menembus benda tertentu?. Dalam buku teks ini juga tidak dijelaskan apa hasil akhir yang akan
dibuat oleh siswa, atau dalam bahasa sederhana siswa hanya akan menghafal sifat-sifat magnet dan contoh penggunaan magnet namun tidak
menemukannya masalah dan memecahkannya sendiri. Kemudian siswa tidak akan belajar mandiri untuk dapat menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Hal
tersebut terjadi karena alur belajar yang ada di dalam buku tidak jelas. Kembali kepada konteks buku bacaan siswa yang telah penulis
observasi, penulis berpendapat jika siswa diajarkan materi magnet melalui buku yang hanya memapaparkan tulisan-tulisan yang tidak menuntut siswa
untuk menemukan dan belajar mandiri. Siswa tidak menjadi kreatif, sementara jika merujuk kepada standar kompetensi dan kompetensi dasar di SD pada
pembelajaran IPA hasil yang diharapkan adalah kreatifitas siswa.
Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR LEARNING OBSTACLE
BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hasil observasi tes tertulis dan wawancara yang dilakukan peneliti di SDN Taman Serang pada siswa kelas 5 SD, peneliti menemukan
indikasi Learning Obstacle pada pemahaman siswa mengenai interaksi magnet, kegunaan magnet, medan magnet, kekuatan magnet dan cara
pembuatan magnet. Jika siswa dihadapkan kepada situasi dimana sebuah magnet tanpa
penanda kutub, siswa kebingungan untuk memahami cara menentukan mana kutub magnet utara dan mana kutub magnet selatan.
Jika siswa hanya di ajarkan fungsi magnet pada benda-benda sekitar namun tidak diminta untuk mencoba mengobservasi masalah yang ada dan
menghasilkan karya sendiri melalui magnet, maka siswa tidak menemukan sendiri bagaimana cara kerja magnet dan apa fungsi kongkrit sebuah magnet
dalam kehidupannya sehari-hari. Masih terdapat Learning Obstacle pada siswa dalam memahami
bagaimana cara membuat magnet dan bagaimana cara kerja magnet yang akan mereka buat.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang desain pembelajaran yang berjudul
“Desain Pembelajaran Magnet Melalui Analisis Kesulitan Belajar Learning Obstacle Berbasis Masalah di Kelas
V SD ”. Suatu PTK Menerapkan DDR di SDN Taman Kecamatan
Taktakan Serang Banten
Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR LEARNING OBSTACLE
BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Rumusan Masalah