DESAIN PEMBELAJARAN MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD:Suatu PTK Menerapkan DDR).

(1)

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“DESAIN PEMBELAJARAN MAGNET MELALUI ANALISIS

KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD”

(Suatu PTK Menerapkan DDR) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Monica Lidwina Sipahutar (1102221)

PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS SERANG 2015


(2)

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET

MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR

(LEARNING OBSTACLE)

BERBASIS MASALAH DI

KELAS V SD

(Suatu PTK menerapkan DDR)

Oleh

Monica Lidwina Sipahutar

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Monica Lidwina Sipahutar 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD


(4)

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD


(5)

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD


(6)

i Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

MONICA (2015) “ Desain Pembelajaran Gaya Magnet Melalui Analisis Kesulitan Belajar (Learning Obstacle) Bersbasis Masalah di Kelas V SD” ( Suatu PTK Menerapkan DDR di SDN Taman Kampung Sitauan Kecamatan Taktakan Serang-Banten).

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti ditemukan berbagai masalah yang berhubungan dengan pembelajaran IPA pada konsep gaya magnet di SDN Taman. Sebagian besar masalah berkaitan dengan masalah situasi pembelajaran yang masih didominasi oleh penggunaan metode ceramah dan kurangnya aktifitas siswa dalam mengembangkan pengetahuan pemecahan masalah. Hal ini berakibat kepada hasil belajar siswa yang rendah, dibuktikan dari tes pada tahap pra siklus yaitu dengan rata-rata 46,2. Untuk itu, maka akan dilakukan upaya perbaikan melalui metode pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan penelitian ini dalah sebagai berikut:(1).Untuk menganalisis learning obstacle yang terkait dengan konsep gaya magnet.(2).Untuk membuat desain didaktik kemampuan proses berbasis masalah dalam mengatasi learning obstacle pada konsep gaya magnet.(3).Untuk mengimplementasikan desain pembelajaran terhadap pemahaman hasil belajar siswa pada gaya magnet. Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah yang menerapkan DDR yang berbasis masalah terdiri dari tahap prasiklus,2 siklus dengan teknik pengumpulan data observasi dan tes. Hasil rata-rata tes belajar siswa pada prasiklus adalah 46,2, pada siklus I meningkat sebanyak 13,8 dengan nilai rata-rata 60 dan siklus II nilai rata-rata jauh lebih baik dari siklus I sebanyak 21,3 yaitu sebesar 81,3.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan desain pembelajaran dengan prediksi dan antisipasi berbasis masalah dapat meningkatkan pemahaman proses siswa dan nilai yang didapat lebih baik dari sebelumnya. Oleh karena itu diharapkan para guru dan pihak sekolah dapat menerapkan desain pembelajaran berbasis masalah sebagai salah satu alternatif dalam menyajikan pembelajaran IPA untuk SD.


(7)

ii Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

MONICA (2015) "Design Style Magnet Learning Through Learning Difficulties Analysis (Learning Obstacle) Bersbasis Problems in Class V SD" (A PTK Implementing DDR in Kampung Taman SDN Sitauan Taktakan District of Serang, Banten).

Based on observations conducted by researchers found a variety of issues relating to science teaching on the concept of magnetic force in SDN Taman. Most of the problems related to the problem of learning situations that are still dominated by the use of the lecture method and the lack of activity of students in developing problem-solving knowledge. This resulted in lower student learning outcomes, evidenced from tests on pre-cycle stage that is with an average of 46.2. To that end, there will be improvement through problem-based learning method to improve student learning outcomes. Based on the above, the purpose of this study dalah as follows: (1) .To analyze the learning obstacle associated with the concept of magnetic force. (2) .To make didactic design process capability based learning problems in overcoming obstacles on the concept of magnetic force. (3 ) .To implement instructional design to the understanding of student learning outcomes in magnetic force. Class Action Research using problem-based learning methods that implement DDR-based issues comprising the steps prasiklus, 2 cycles with data collection techniques of observation and tests. The average test results of students in prasiklus was 46.2, in the first cycle increased by 13.8 with an average value of 60 and a second cycle of the average value is much better than the first cycle as much as 21.3 is equal to 81.3 , The conclusion from this study is the use of instructional design with problem-based prediction and anticipation can enhance students' understanding of the process and the value obtained is better than ever. Therefore, it is expected that teachers and schools can apply problem-based learning design as an alternative to presenting science learning for SD.


(8)

iv Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

JUDUL PENELITIAN HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN LEMBAR PERSEMBAHAN

ABSTRAK ………...………...i

KATA PENGANTAR ………...ii

DAFTAR ISI ………...iv

DAFTAR TABEL ………..vi

DAFTAR GAMBAR ………….………...………vii

DAFTAR DIAGRAM …..……….ix

DAFTAR LAMPIRAN ………...x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………...1

B. Rumusan Masalah ………...………..4

C. Tujuan Penelitian ………..4

D. Manfaat Penelitian ………5

E. Definisi Operasional ……….6

BAB II DESAIN DIDAKTIK PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PEMBELAJARAN IPA PADA KONSEP MAGNET A. Kajian Teori ...10

B. Penelitian yang Relevan ...24

C. Kerangka Berfikir ...25

D. Hipotesis Tindakan ...26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian PTK Penerapan DDR ...27

B. Prosedur dan Rencana Penelitian ...35


(9)

v Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Teknik Pengumpulan Data ...40 E. Analisis Data ...47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ...48 B. Rekapitulasi Hasil Penelitian ...104 C. Pembahasan Hasil Penelitian ...106

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ...110 B. Saran ...111

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(10)

vi Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ...19

Tabel 3.1 Penyetaraan Komponen PTK terhadap DDR ...34

Tabel 3.2 Pedoman Observasi Kegiatan Guru ...41

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal ...43

Tabel 4.1 Jadwal Penelitian ...47

Tabel 4.2 Nilai Pretes ...51

Tabel 4.3 Persentase Nilai Pretes ...53

Tabel 4.4 Prediksi dan Antisipasi Desain Siklus I ...59

Tabel 4.5 Prediksi dan Situasi Implementasi I ...71

Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I ...74

Tabel 4.7 Hasil Tes Belajar Siklus I ...76

Tabel 4.8 Persentase Hasil Tes Belajar Siklus I ...78

Tabel 4.9 Redesign I ...78

Tabel 4.10 Prediksi dan Antisipasi Desain Siklus II ...82

Tabel 4.11 Prediksi dan Situasi Implementasi II ...91

Tabel 4.12 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II ...93

Tabel 4.13 Hasil Tes Belajar Siklus II ...94

Tabel 4.14 Persentase Hasil Tes Belajar Siklus II ...96

Tabel 4.15 Redesign II ...97

Tabel 4.16 Rekapitulasi Nilai Observasi Kegiatan Guru ...98


(11)

vii Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

GAMBAR

Gambar 2.1 Alur Pembelajaran Berbasis Masalah ...18

Gambar 2.2 Interaksi Magnet...21

Gambar 3.1 Siklus PTK Kemis dan Mc.Taggart ...28

Gambar 3.2 Segitiga Didaktis yang Dimodifikasi ...30

Gambar 3.3 Modifikasi Segitiga Didaktis ...31

Gambar 3.4 Flowchart PTK Penerapan DDR ...33

Gambar 3.5 Bagan PTK Penerapan DDR ...38

Gambar 4.1 Analisis Buku Sumber ...48

Gambar 4.2 Analisis Buku Sumber ...49

Gambar 4.3 Analisis Buku Sumber ...49

Gambar 4.4 Mind Map ...55

Gambar 4.5 Chapter Design ...56

Gambar 4.6 Lesson Design I...57

Gambar 4.7 Kegiatan Kelompok ...62

Gambar 4.8 Kegiatan Kelompok ...62

Gambar 4.9 Jawaban Siswa ...63

Gambar 4.10 Jawaban Siswa ...64

Gambar 4.11 Jawaban Siswa ...65

Gambar 4.12 Jawaban Siswa ...66

Gambar 4.13 Jawaban Siswa ...67

Gambar 4.14 Jawaban Siswa ...68

Gambar 4.15 Jawaban Siswa ...69

Gambar 4.16 Jawaban Siswa ...70

Gambar 4.17 Lesson Design II ...81

Gambar 4.18 Kegiatan Membuat Ikan-ikanan ...85

Gambar 4.19 Jawaban Siswa ...86


(12)

viii Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.21 Jawaban Siswa ...88 Gambar 4.22 Jawaban Siswa ...89 Gambar 4.23 Jawaban Siswa ...90


(13)

ix Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Rekapitulasi Hasil Observasi Guru ...98 Diagram 4.2 Hasil Rekapitulasi Nilai Siswa ...99


(14)

x Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

1. Foto kegiatan siklus I 2. Foto kegiatan siklus II

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II

5. Lembar Kerja Siswa

6. Kunci Jawaban

7. Hasil kerja siswa siklus I 8. Hasil kerja siswa siklus II

9. Surat keputusan pengangkatan dosen pembimbing skripsi 10.Surat permohonan izin penelitian

11.Surat keterangan telah melaksanakan penelitian 12.Daftar riwayat hidup peneliti


(15)

1 Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.

Tujuan pembelajaran IPA di SD adalah membentuk kemampuan memecahkan masalah.

“Sains bagi anak sekolah dasar adalah suatu bentuk pembelajaran dari

masalah-masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari” (Barlia, 2009:1).

Kreatifitas adalah salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia dan salah satu cara untuk meningkatkan kreatifitas peserta didik adalah melalui penyajian masalah dalam pembelajaran. Upaya peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu aspek didalam pembangunan pendidikan di Indonesia saat ini.

IPA adalah kumpulan pengetahuan yang dapat kita rasakan secara langsung melalui kehidupan kita sehari-hari. Hal ini sejalan dengan kurikulum (Depdiknas,2006:34) yaitu IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Kurikulum IPA SD menyediakan berbagai topik salah satunya adalah konsep gaya magnet. Namun apakah kurikulum IPA SD pada konsep magnet sudah berbasis kepada masalah yang ditemukan oleh anak?. Pada konsep gaya magnet terdapat berbagai masalah contohnya adalah masalah pemahaman anak terhadap konsep gaya magnet pada medan magnet. Anak mampu menghafalkan definisi medan magnet, bahwa medan magnet adalah daerah yang dipengaruhi oleh kutub magnet namun tidak faham dengan jelas posisi dari medan magnet itu sendiri.

Merujuk kepada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPA kelas V SD ditemukan beberapa hal yang tidak sesuai dengan


(16)

2

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

buku paket yang siswa gunakan sebagai sumber bahan rujukan belajar. Peneliti mencoba mengingat kembali masa sekolah peneliti di SD dulu atau dalam kata lain peneliti mencoba untuk melakukan repersonalisasi terhadap pokok bahasan gaya magnet.

Peneliti mencoba mengasumsikan pemikiran seperti anak SD kembali dan pada kenyataannya saya sebagai peneliti sendiri pun sangat tidak menyukai buku-buku yang tidak berwarna dan hanya penuh dengan tulisan-tulisan.

Pada kosep magnet yang saya temukan pada beberapa buku IPA kelas 5 SD dapat dengan jelas terlihat bahwa materi magnet tidak dijelaskan secara rinci tentang apa itu magnet dan bagaimana cara magnet berinteraksi.

Jika magnet hanya dijelaskan sekilas sebatas definisi ,bagaimana bisa nantinya siswa SD dapat menjadi siswa yang kreatif dalam memahami konsep magnet?. Lalu bagaimana pula dengan pemahaman anak pada masalah benarkah magnet dapat menarik logam? Logam seperti apa yang dapat ditarik oleh magnet? Bagian mana dari magnet yang dapat menarik benda disekitarnya?. Benarkah magnet dapat menembus benda tertentu?.

Dalam buku teks ini juga tidak dijelaskan apa hasil akhir yang akan dibuat oleh siswa, atau dalam bahasa sederhana siswa hanya akan menghafal sifat-sifat magnet dan contoh penggunaan magnet namun tidak menemukannya masalah dan memecahkannya sendiri. Kemudian siswa tidak akan belajar mandiri untuk dapat menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Hal tersebut terjadi karena alur belajar yang ada di dalam buku tidak jelas.

Kembali kepada konteks buku bacaan siswa yang telah penulis observasi, penulis berpendapat jika siswa diajarkan materi magnet melalui buku yang hanya memapaparkan tulisan-tulisan yang tidak menuntut siswa untuk menemukan dan belajar mandiri. Siswa tidak menjadi kreatif, sementara jika merujuk kepada standar kompetensi dan kompetensi dasar di SD pada pembelajaran IPA hasil yang diharapkan adalah kreatifitas siswa.


(17)

3

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil observasi tes tertulis dan wawancara yang dilakukan peneliti di SDN Taman Serang pada siswa kelas 5 SD, peneliti menemukan indikasi Learning Obstacle pada pemahaman siswa mengenai interaksi magnet, kegunaan magnet, medan magnet, kekuatan magnet dan cara pembuatan magnet.

Jika siswa dihadapkan kepada situasi dimana sebuah magnet tanpa penanda kutub, siswa kebingungan untuk memahami cara menentukan mana kutub magnet utara dan mana kutub magnet selatan.

Jika siswa hanya di ajarkan fungsi magnet pada benda-benda sekitar namun tidak diminta untuk mencoba mengobservasi masalah yang ada dan menghasilkan karya sendiri melalui magnet, maka siswa tidak menemukan sendiri bagaimana cara kerja magnet dan apa fungsi kongkrit sebuah magnet dalam kehidupannya sehari-hari.

Masih terdapat Learning Obstacle pada siswa dalam memahami bagaimana cara membuat magnet dan bagaimana cara kerja magnet yang akan mereka buat.

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang desain pembelajaran yang berjudul “Desain Pembelajaran Magnet Melalui

Analisis Kesulitan Belajar (Learning Obstacle) Berbasis Masalah di Kelas V SD”. (Suatu PTK Menerapkan DDR di SDN Taman Kecamatan Taktakan Serang Banten)


(18)

4

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana desain pembelajaran gaya magnet melalui analisis kesulitan belajar (learning obstacle) berbasis masalah di kelas V SD.

Pertanyaan penelitiannya adalah:

1. Bagaimana learning obstacle yang terkait dengan materi pokok gaya magnet?

2. Bagaimana desain didaktik berbasis masalah pada konsep gaya magnet di kelas 5 SD berdasarkan analisis learning obstacle? 3. Bagaimana implementasi desain tersebut terhadap pemahaman

hasil belajar siswa pada konsep gaya magnet?

C. Tujuan Penelitian

Berdasakan rumusan masalah tersebut diatas, tujuan umum penelitian ini adalah menggambarkan proses desain pembelajaran gaya magnet melalui analisis kesulitan belajar atau learning obstacle berbasis masalah pada siswa kelas 5 SD.

Tujuan khusus penelitian yang dibuat oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis learning obstacle yang terkait dengan konsep gaya magnet.

2. Untuk membuat desain didaktik kemampuan proses berbasis masalah dalam mengatasi learning obstacle pada konsep gaya magnet sesuai dengan karakteristik siswa kelas 5 SD.

3. Untuk mengimplementasikan desain pembelajaran terhadap


(19)

5

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Melalui penelitian ini peneliti mengharapkan hasil pembuatan desain pembelajaran magnet yang dibuat oleh peneliti berdasarkan

learning obstacle yang telah diteliti dapat membantu peneliti dan

semua orang yang bergerak dibidang pendidikan memahami betul apa yang harus dilakukan sebelum mengajar dan bagaimana gambaran situasi siswa yang sebenarnya di dalam kelas.

Penulis juga berharap nantinya penelitian ini akan bermanfaat bagi peneliti dalam memahami konten, subtansi dan sintaksis materi ajar, pola-pola pengajaran, mengasumsikan pemikiran siswa sebelum mengajar, memahami dimana letak siswa akan senang belajar dan siswa akan merasa bosan dan kesulitan dalam memahami pokok bahasan gaya magnet dikelas 5 SD.

Menyediakan hasil identifikasi kesulitan belajar (learning

obstacle) pada konsep magnet untuk dikembangkan oleh peneliti

lain.

2. Bagi siswa:

Melalui desain pembelajaran yang diteliti oleh penulis siswa diharapkan dapat menjadi lebih aktif dan memahami pembelajaran

magnet dan menjadi siswa yang lebih berani dalam

mengungkapkan pendapatnya sendiri tentang pembelajaran yang ia pelajari . Siswa diharapkan mendapatkan bantuan dalam proses pemecahan masalah yang berbasis kepada masalah yang ditemukan oleh siswa.

3. Bagi guru:

Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru sekolah dasar dalam membuat laerning trajectory yang jelas saat akan mengajarkan materi magnet dan dapat menyajikan pembelajaran


(20)

6

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

IPA di SD dengan kreatif dan menarik serta merancang pembelajaran berdasarkan analisi learning obstacle.

Menyediakan contoh atau cara merancang dan

mengimplementasikan pembelajaran berdasarkan analisis kesulitan belajar siswa pada konsep gaya magnet yang ditemukan oleh peneliti. Menyediakan contoh metodologi mengenai bagaimana merancang pembelajaran berdasarkan analisis kesulitan belajar siswa.

E. Definisi Operasional

1. Kesulitan Belajar (Learning Obstacle)

Hilgar ( dalam Sanjaya, 2011:112) mengungkapkan

“learning is the process by wich an activity originates or change through training procedures (weather in laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factors not attributable to training.”

Bagi Hilgar belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.

Merujuk dari pendapat diatas dalam situasi proses belajar tidak semua siswa mampu menyerap pokok bahasan dengan sempurna dan sesuai dengan tujuan akhir pendidikan. Yang membuat siswa tidak mampu menyerap secara utuh adalah kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam penyajian pokok bahasan. Dalam pembelajaran

learning obstacle adalah suatu hal yang menghambat seorang manusia

sebagai siswa dalam mempelajari konsep suatu materi ajar, dimana seharusnya guru sangat berperan penting untuk membantu siswa mengurangi kesulitan belajar yang terjadi.


(21)

7

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Learning obstacle adalah hambatan atau kesulitan belajar yang

dialami oleh siswa pada suatu saat dimana proses pembelajaran sedang berlangsung. Atau dalam kata lain dapat didefinisikan sebagai sebuah hambatan belajar.

Suratno dan Suryadi (2013) menyatakan bahwa kesulitan belajar siswa (learning obstacle) mencakup aspek epistemological

obstacle, didactical obstacle dan ontogenical obstacle.

Lebih lanjut dijelaskan, epistemological obstacle adalah kesulitan belajar yang menyangkut kepada bahan ajar. Bisa dikarenakan bahan ajar yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah.

Ontogenic obstacle adalah kesulitan belajar yang berkaitan dengan

kesiapan mental peserta didik. Didactical obstacle adalah kesulitan yang mengarah terhadap kesalahan konsep pengajaran atau berada pada situasi didaktis.

2. Desain Pembelajaran

Menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam Asulihati, 2014:9) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara efektif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Untuk itu peran guru sangat lah dibutuhkan dalam proses pembelajaran di dalam kelas, sehingga diperlukan desain pembelajaran yang menarik dan dapat membangkitkan semangat belajar siswa.

Melalui pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa desain pembelajaran merupakan rancangan pembelajaran berupa bahan ajar yang dirancang dengan tujuan untuk mengurangi kesulitan belajar atau learning obstacle pada siswa.


(22)

8

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Tan (dalam Rusman, 111:229) pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PMB kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat

memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan

kemampuan berpikirnya secara berkeseinambungan.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang relevan untuk membantu siswa melakukan pemacahan masalah dengan tindakan yang kritis disertai pola pikir yang terbuka. Namun pada kenyataannya tidak semua guru mampu menyajikan pembelajaran berbasis masalah pada saat situasi belajar berlangsung.

Pembelajaran berbasis masalah ini adalah suatu cara yang akan diterapkan oleh peneliti dalam penelitian desain pembelajaran pada konsep gaya magnet, dimana peneliti menggunakan sebuah masalah untuk memulai.

4. Gaya Magnet

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, gaya adalah suatu tarikan ataupun dorongan yang dapat mempengaruhi kedudukan benda atau keadaan benda.

Magnet adalah suatu benda yang dapat menarik besi, baja atau sejenisnya.Gaya magnet adalah kekuatan yang ditimbulkan magnet untuk menarik benda-benda logam yang termasuk kedalam bagian benda magnetik. Magnet memiliki karakteristik dan kegunaan. Karakteristik dari magnet adalah sebagi berikut:


(23)

9

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

- Berinteraksi atau dapat menarik materi magnet seperti besi dan baja

- Mempunyai dua kutub yaitu kutub utara dan selatan

- Selalu mengarah pada kutub bumi yang berlawanan dengan

kutubnya

- Kutub yang sejenis daling tolak-menolak dan kutub yang tidak sejenis saling tarik menarik.

Magnet dapat dibuat dengan dua metode yaitu metode menggosok dan metode aliran listrik atau yang biasa kita sebut dengan elektromagnetik.

Kegunaan dan fungsi magnet dapat kita lihat dalam praktik kehidupan sehari-hari. Magnet dapat memindahkan benda secara bersamaan atau sekaligus.

Magnet dapat mempermudah pekerjaan manusia dalam mengangkat besi berat atau objek baja. Memisahkan material benda yang magnetik dan non magnetik. Dapat pula digunakan pada kompas sebagai penunjuk arah dan digunakan dalam beberapa benda elektronik dalam kehidupan sehari-hari.


(24)

26

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian PTK Penerapan DDR

Penelitian yang akan peneliti lakukan adalah penelitian PTK (action

research) yang menerapkan Didactical Desaign Research (DDR) pada

pelaksanaan penelitiannya. a. Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Kemmis dan Carr (dalam Mulyasa, 2012:4)

mendefinisikan penelitian tindakan adalah sebuah bentuk penelitian refleksi diri yang melibatkan sejumlah partisipan (guru, peserta didik, kepala sekolah dan partisipan lain) di dalam suatu situasi sosial (pembelajaran) yang bertujuan untuk kerasionalan dan keadilan terhadap: a) praktek sosial dan pembelajaran yang mereka lakukan; b) pemahaman mereka terhadap praktek-praktek pembelajaran; c) situasi

dan institusi yang terlibat di dalamnya”.

Lebih lanjut Kemmis dan Mc. Taggart bahwa “Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadaan praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut” (Arikunto, 2008:58 ).

Dari pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan untuk memperbaiki situasi pembelajaran di dalam kelas. Dimana yang dititik beratkan adalah konsep bahan ajar dan praktek-praktek pembelajaran dan bukan pada penelitian terhadap suatu uji coba metode dan mentukan kelayakan suatu metode pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas adalah sebuah penelitian dengan aksi dimana lebih menekankan kepada penelitian tentang semua hal yang


(25)

27

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terjadi di dalam kelas yang tidak melulu mematok kepada penilaian guru terhadap hasil pekerjaan siswa.

Penelitian tindakan kelas lebih kepada memperdalam proses belajar dan bagaimana membuat suatu aksi atau tindakan yang dapat membantu siswa dalam mengalami kesulitan belajarnya.

Namun patokan siswa menjadi bisa dan faham terhadap suatu konsep materi ajar pembelajaran bukan hanya sekedar penilaian berdasarkan nilai tetapi juga kepada keaktifan siswa karena pada hakikatnya yang seharusnya diutamakan dalam praktik pembelajaran di dalam kelas adalah siswa itu sendiri.

Dalam praktek peneletian tindakan kelas terdapat beberapa langkah yang biasa disebut siklus seperti yang dikemukakan oleh para peneliti.

Kemmis dan Mc Taggart (dalam Arikunto, 2010:138) menyatakan bahwa penelitian tindakan memiliki bebrapa tahapan yaitu tahap pra siklus, perencanaan, pelaksanaan dan refleksi.

Berikut adalah tahap dalam penelitian tindakan: 1. Pra-siklus

Tahap ini adalah tahap dimana peneliti menentukan tentang apa, mengapa, kapan, dimana dan bagaimana sebuah tindakan akan dilakukan. Peneliti menentukan masalah apa yang akan diteliti dan mengapa masalah tersebut layak untuk diteliti. 2. Siklus I

Siklus terdiri dari : a. Perencanaan

Tahap perencanaan adalah tahap dimana peneliti menentukan titik fokus pada penelitian atau dalam kata lain peristiwa apa yang menjadi fokus dan yeng perlu mendapatkan perhatian khusus lalu membuat sebuah instrument berupa rancangan pembelajaran yang


(26)

28

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membantu peneliti dalam mengumpulkan data dan merekam data berupa fakta saat penelitian dan tindakan berlangsung.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah tahap dimana tindakan dilaksanakan atau diimplementasikan. Pada tahap ini peneliti harus melaksanakan tindakan sesuai rangcangan yang telah di buat pada tahap perencanaan namun tetapi harus berlaku wajar dan dapat melakukan sebuah perubahan atau modifikasi jika diperlukan selama tidak merubah prinsip rancangan yang telah dibuat.

c. Pengamatan

Pada tahap ini peneliti mengamati hasil dari pelaksanaan rancangan awal dengan kegiatan yang terjadi di dalam kelas.

d. Refleksi

Pada tahap ini kegiatan yang harus dilakukan adalah merefleksikan bagian mana dari tindakan yang dinyatakan sudah berjalan baik dan bagian mana yang belum dinyatakan baik kemudian melanjutkan kembali pada tahap siklus selanjutnya.


(27)

29

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1

siklus penelitian tindakan Kemmis dan Mc. Taggart

Dalam melaksanakan sebuah penelitian tindakan kelas diperlukan sebuah metode pembelajaran yang bertujuan untuk memperbesar peluang kemudahan bagi penelitian dan sesuai dengan hasil yang diharapkan oleh seorang peneliti.

Metode yang akan digunakan oleh peneliti dalam pelaksanaan penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dalam praktik penelitian tindakan yang menghasilkan sebuah desain didaktik atau dalam kata lain melaksanakan penelitian PTK yang berbasis kepada DDR.

Sugiyono (2012:8) menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting)

b. Didactical Design Research (DDR)

Pembelajaran gaya magnet yang akan penelitti teliti ini menggunakan desain penelitian DDR (didactical design research) seperti yang telah diungkapkan Suryadi dan Turmudi (dalam


(28)

30

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Asulihati,2014:15) yaitu „„penelitian desain didaktik pada dasarnya terdiri atas tiga tahap yaitu: analisi situasi didaktis sebelum pembelajaran dan wujudnya berupa desain didaktis hipotesis termasuk ADP, analisis metapedadidaktik, dan analisis retrosfektif yakni analisis yang mengaitkan hasil analisis situasi didaktis hipotesisi dengan hasil analisis metapedadidaktik.“

Dari ketiga tahapan ini akan diperoleh desain didaktik empirik yang tidak menutup kemungkinan untuk terus dikembangkan dan disempurnakan lebih lanjut melalui tiga tahapan DDR.

Pola dan hubungan yang terjadi terdapat pada konsep materi ajar dan tahap perencanaan. Tahap perencanaan adalah tahap dimana peneliti melakukan repersonalisasi diri menjadi seorang siswa SD kembali dan mencoba menganalisa letak kesulitan belajar atau learning obstacle lalu menghubungkannya dengan learning trajectory yang peneliti rasakan.

Pada tahap perencanaan peneliti juga menngklasifikasikan jenis learning obstacle yang ditemukan kedalam jenis learning obstacle menurut penelitian DDR yaitu epistemological obstacle, didactical

obstacle dan ontogenical obstacle.

Menurut Suryadi dan Turmudi (dalam Asulihati, 2013, hlm. 4), penelitian Desain Didaktis atau Didactical Desain Reasearch (DDR), pada dasarnya terdiri atas tiga tahap, yaitu: (1) Analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran (prospective analysis) yang wujudnya berupa

Desain Didaktis Hipotesis termasuk ADP, (2) analisis

Metapedadidaktik, dan (3) analisis retrosfektif (retrospective analysis) yakni analisis yang mengaitkan hasil analisis situasi didaktis hipotesis dengan hasil analisis Metapedidaktik.


(29)

31

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.2

Segitiga Didaktis yang Dimodifikasi

Melalui tahapan diatas terbuka peluang untuk membuat modifikasi kembali desain pembelajaran magnet yang ada untuk disempurnakan dengan tujuan membantu siswa menciptakan dunia belajar yang menyenangkan.

Didalam setiap proses pembelajaran yang terjadi didalam kelas terdapat hubungan langsung antara guru dengan siswa, guru dengan materi, siswa dengan materi dan siswa dengan siswa lainnya.

Hubungan antara Materi-Guru-Siswa digambarkan oleh Kansanen (dalam Suryadi, 110:62) sebagai sebuah Segitiga Didaktik yang menggambarkan hubungan didaktis (HD) antara Siswa dan materi, serta hubungan pedagogis (HP) antara guru dan siswa.

Hubungan didaktis terjadi antara materi dan siswa, sementara hubungan pedagogis terjadi antara siswa dan guru. Hubungan yang terjadi tersebut dijelaskan melalui gambar segitiga didaktik Kansanen yang telah dimodifikasi berikut.


(30)

32

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.3

Segitiga Didaktis yang Dimodifikasi

c. Modifikasi PTK dalam Penerapan DDR

Untuk penelitian tindakan yang menerapkan DDR terdapat beberapa hubungan yang sebenarnya masih berkaitan dengan dasar pemikiran penelitian tindakan Kemmis dan Mc. Taggart.

Pada alur penelitian Didactical Design Research terdapat beberapa bagian yang saling berhubungan dari awal hingga akhir. Bagian yang dimaksud adalah tahap yang dinamakan prospektiv analisis, analisis metapedadidaktik dan analisis retrospektif.

Pengumpulan data yang akan dilaksanakan oleh peneliti adalah teknik gabungan antara analisis buku sumber bacaan yang digunakan siswa di dalam kelas, wawancara langsung, tes uji kesulitan belajar siswa dan bila dimungkinkan akan melakukan wawancara mendalam terhadap guru.

Peneliti akan memperhatikan setiap kegiatan yang terjadi di dalam kelas pada saat peneliti melakukan observasi learning obstacle. Mulai dari reaksi siswa di dalam kelas secara mendalam. Seperti ekspresi siswa, respon siswa dalam bentuk lisan dan tulisan di dalam kelas dan perasaan siswa dalam mempelajari materi magnet, mengapa pola belajar siswa demikian dan kemungkinan-kemungkinan cara siswa memahami materi gaya magnet dari awal kegiatan proses belajar yang terjadia sampai kepada analisis akhir kegiatan siswa sudah memahami materi magnet.

Peneliti melakukan hal demikian merujuk kepada definisi teknik pengumpulan data yang di ungkapkan oleh Levina (dalam Asulihati, 2014:19) pengumpulan data pada penelitian kualitatif


(31)

33

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilakukan melalui studi literatur yang dilaksanakan dengan cara mengkaji sumber tertulis seperti dokumen, laporan dan artikel, dan studi lapangan dimana peneliti akan bersentuhan langsun dengan situasi lapangan yang bersifat alamiah, yaitu dengan mengamati (observasi), wawancara mendalam (bila diperlukan), diskusi kelompok dan terlibat dalam penelitian.

Hal tersebut diatas terkait dengan masalah pembelajaran. Disebut dengan hubungan didaktis atau dalam kata lain bagaimana anak memahami materi.

Hubungan didaktis dalam pembelajaran adalah tentang masalah anak yaitu :

 Analisis kesulitan belajar siswa (learning obstacle)

 Analisis lintasan belajar siswa (learning trajectory) Pada tahap perencanaan yang harus dilaksanakan adalah analisis jenis learning obstacle dan learning trajectory. Berikut adalah beberapa cara yang akan peneliti lakukan dalam mengidentifikasi learning obstacle. Observasi langsung terhadap kegiatan belajar dan mengajar di dalam kelas mengenai konsep gaya magnet dan repersonalisasi rancangan awal yaitu:

- Kesulitan siswa

- Lintasan belajar

- Konsep

Hasil data yang dibuat adalah data yang berupa narasi atau deskriptif berdasarkan analisis kepada siswa yang bisa dan tidak bisa yaitu:

- apa kesulitannya? - Mengapa itu terjadi?


(32)

34

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.4

Flowchart PTK penerapan DDR

Hubungan guru dengan siswa atau yang disebut juga dengan hubungan pedagogis.

Bagaimana guru dan siswa berinteraksi dan bagaimana siswa dengan siswa berinteraksi

Luaran yang diharapkan adalah berupa analisis peta siswa yaitu:

o Motivasi

o Pola fikir

o Keterampilan

o Pemahan

B. Prosedur dan Rencana Penelitian Bahan ajar

Konsep

Tujuan

pembelajaran Evaluasi Penjelasan

Pertanyaan Tugas/kegiatan LKS/Media Arahan/bantuan MASALAH GURU

Bagaimana mengolah materi

- Repersonalisasi materi - Analisis SK dan KD

- Mind map materi (Chapter Design)

- Lesson design

Prediksi dan antisipasi


(33)

35

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Prosedur Penelitian

Ada empat komponen yang menjadi konsep pokok PTK dan ada empat yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Seperti pada penelitian DDR terdapat tahap Prosfektif, Metapedadidaktik, Retrospektif.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1

Penyetaraan Komponen PTK terhadap Komponen DDR

Prasiklus Perencanaan Pelaksanaan Refleksi

Prosfektif Metapedadidaktik Retrosfektif

 Repersonali sasi LO  Rekontekst ualisasi  Prediksi Respon siswa

 Pretest desain

 Chapter desain

 Lesson desain

 Flexibility  Unity  Choherence (observasi kelas)  Bagaimana

hubungan desain dengan

implementasi

 Resdesain

a. Prasiklus (Prosfektif)

Peneliti melakukan analisis buku teks rujukan belajar siswa. Pada tahapan ini peneliti melakukan tindakan yang disebut dengan repersonalisasi. Apa itu repersonalisasi? Repersonalisasi sendiri adalah peneliti melakukan tindakan analisis terhadap diri sendiri tentang kesulitan maupun kemudahan yang peneliti alami saat peneliti membayangkan


(34)

36

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diri sebagai seorang anak SD yang membaca buku sumber belajar.

Tahapan selanjutnya pada bagian pra implementasi adalah menganalisa dan mengumpulkan konsepsi siswa mengenai materi ajar yang telah ditentukan pada saat membuat mindmap yang bersumber dari kurikulum.

Cara yang dilakukan untuk mengetahui konsepsi siswa terhadap konsep pembelajaran magnet dapat dilakukan dengan cara observasi kegiatan belajar mengajar tentang konsep magnet. Peneliti dapat menganalisa jawaban langsung yang siswa lontarkan mengenai konsep magnet saat observasi berlangsung.

Mengamati cara guru mengajarkan suatu konsep pembelajaran IPA di dalam kelas. Yang dimaksud disini adalah peneliti melakukan pengamatan metapedadidaktik.

Penjabaran mengenai langkah awal prospektif analisis pada tahap pra implementasi tersebut diatas bertujuan untuk mengetahui letak learning obstacle siswa terhadap suatu konsep pembelajaran IPA , jenis learning obstacle dan untuk

menemukan perkiraan berapa pertemuan yang akan

dilaksanakan untuk membuat anak paham mengenati konsep magnet dan mengapa harus melaksanakan pertemuan dalam jumlah yang ditentukan.

b. Perencanaan (Prosfektif)

Pada tahap prospektif analisis terdapat dua pembagian tahap yaitu tahap pra-implementasi dan tahap pembuatan lesson design .


(35)

37

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Yang pertama adalah tahap pra-implementasi langkah awal yang dapat dilakukan oleh peneliti adalah pemetaan kurikulum. Pemetaan kurikulum yang dimaksud adalah pembuatan peta konsep yang sering kita dengar dengan nama mindmap dimana pada mindmap tersebut terdapat gambaran jelas mengenai materi pokok yang akan diteliti dan chapter design.

Pada tahap pembuatan mindmap peneliti harus memikirkan keseuaian materi yang akan diajarkan dan diteliti dengan kurikulum yang ada. Sebaiknya tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi. Kemudian tahap selanjutnya adalah Yang kedua adalah tahap pembuatan lesson design

c. Tindakan (Metapedadidaktik)

Pada tahap ini chapter design yang telah di buat pada pada tahap perencanakan dilaksanakan atau diimplementasikan di dalam kelas. Pelaksaan harus sesuai dengan desain yang telah direncanakan sebelumnya, bertindak wajar dengan jujur dan tidak dibuat-buat. Ketika kegiatan pelaksanaan tindakan peneliti sekaligus melakukan pengamatan terhadap respon siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

d. Refleksi (Retrosfektif)

Tahap terakhir adalah tahap refleksi. Pada tahap ini peneliti melakukan analisis retrosfektif yaitu menganalisa kesesuaian lesson design, chapter design dengan tindakan yang


(36)

38

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

telah dilaksanakan serta kesesuaian dengan metode

pembelajaran berbasis masalah.

Gambar 3.5

Modifikasi Alur PTK Kemis dan Mc.Taggart dalam Penerapan DDR Pada Konsep Magnet dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

PRASIKLUS

REPERSONALISASI

- Mengamati aktifitas siswa

dalam proses pembelajaran

- Mengamati cara guru

mengajar dalam kelas

REFLEKSI

- Merumuskan

permasalah yang ditemukan


(37)

39

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Subyek dan Lokasi Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa yaitu keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas


(38)

40

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam kegiatan pembelajaran IPA pada konsep magnet dengan menggunakan metode Pembelajaran Berbasis Masalah dikelas V SD Negeri Taman Kecamatan Taktakan, Serang-Banten dengan jumlah siswa sebanyak 45 orang, dengan jumlah siswa laki-laki 28 orang dan perempuan sebanyak 17 orang.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi untuk mengumpulakan letak learning obstacle dan mengumpulkan data mengenai hasil belajar siswa dan bagaimana respon serta kerjasama siswa dalam menemukan masalah dan mengatasi masalah pada konsep magnet.

Observasi ditujukan pada bagaimana kemampuan siswa dalam menemukan pemecahan masalah baik secara kelompok atau individu,

kemampuan menyatakan pendapat atau berargumentasi dan

kemampuan membuktikan kebenaran pendapat dan mempertahankan pendapatnya.

Pada setiap tindakan observasi dalam proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran IPA pada konsep magnet peneliti menagacu pada ketentuan observasi yang dijelaskan oleh Nazir dalam Rifkoh (2012:41) yaitu:

Kriteria observasi yang dilakukan adalah a) pengamatan digunakan untuk penelitian dan direncanakan secara sistematik b) pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang


(39)

41

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dirancanakan c) pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja d) pengamatan dapat dicek dan dikontrol validitas dan reliabilitas.

Menurut Alwasilah dalam (Rifkoh, 2012:41) „„observasi

adalah pengamatan sistematis dan terencana yang diniati untuk

perolehan data yang dikontrol validitas dan reliabilitasnya“.

Berikut adalah pedoman observasi yang disusun oleh peneliti Tabel 3.2

Pedoman Observasi Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

Fase

Indikator Tingkah Laku Guru keterangan

Ya tidak

1.

Orientasi siswa pada masalah

1. Menjelaskan tujuan

pembelajaran logistik

yang diperlukan,

2. memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.

2.

Mengorganisasi

siswa untuk

belajar

1. Membantu siswa

mendefinisikan dan

masalah

2. mengorganisasikan tugas

belajar yang

berhubungan dengan

masalah tersebut 3.


(40)

42

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pengalaman

individual/ kelompok

mengumpulkan

informassis yang sesuai

2. melaksanakan

eksperimen untuk

mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. 4.

Mengembangkan

dan menyajikan

hasil karya

1. Membantu siswa dalam

merencanakan dan

menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,

2. membantu mereka untu

berbagi tugas dengan

temannya. 5.

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

1. Membantu siswa untuk

melakukan refleksi

2. Melakukan evaluasi

terhadap penyelidikan

mereka dan proses yang mereka gunakan.

2. Tes hasil belajar

Tes hasil belajar dilakukan setelah siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrument tes hasil belajar adalah sebagai berikut:

a. Membuat kisi-kisi

b. Membuat tes hasil belajar sebanyak 20 soal dalam bentuk pilihan ganda berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat

c. Melakukan uji coba instrument d. Menganalisis tes hasil belajar


(41)

43

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Melakukan analisis tes hasil uji instrument tes yang meliputi validitas dan uji tingkat kesukaran

f. Merevisi tes hasil belajar samapai didapat tes hasil belajar yang valid dan reliabel

g. Melaksanakan tes hasil belajar

h. Mengolah dan menganalisis tes hasil belajar

Dibawah ini adalah tabel kisi-kisi soal tes hasil belajar siswa:

Tabel 3.3 Kisi-kisi soal

1. Standar Kompetensi : antara gaya dan gerak energi

KD Indikator Tingkat

Kesukaran Soal

Kemampuan yang Diuji Jumlah Kognitif 1 Kognitif 2 Kognitif 3 Mendeskri psikan pengaruh gaya

magnet dan hubungan antar kutub 1. Menunjukka n bagaimana interaksi gaya magnet 2. Membandin gkan interaksi kutub magnet 3. Menjelaska

n hubungan

Mudah Sedang Sukar 1,8,11 7,10,14, 17 5,12,16 3 4 3


(42)

44

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu antara magnet yang terbesar dengan magnet buatan 4. Menunjukka

n

benda-benda yang dapat ditarik magnet dan tidak dapat ditarik magnet 5. Mendemons trasikan cara menentukan kutub magnet 6. Menjelaska

n cara

membuat magnet

7. Menunjukka

n berbagai bentuk magnet Sedang Mudah Sukar Sedang 6,18 3,19 4,15 9,20 2 2 2 2


(43)

45

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Validitas setiap soal diperoleh dengan cara menghitung sensitivitas soal. Untuk menghitung sensitivitas tiap butir soal rumusnya adalah:

Ra-Rb

Sensitivity = (Groundlund, 1982)

T

Keterangan:

Ra = jumlah siswa yang menjawab benar pada tes akhir Rb = jumlah siswa yang menjawab benar pada tes awal T = jumlah siswa yang mengikuti tes

Sementara untuk menghitung tingkat kesukaran digunakan persamaan berikut:

B

P = (Suharsimi Arikunto 2001:207)

JS Keterangan :

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar

8. Menjelaska

n fungsi

magnet dalam kehidupan sehari-hari


(44)

46

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi Indeks kesukaran

Nilai Keterangan

1,00- 0,30 Soal sukar

0,31- 0,70 Soal sedang

0,71 – 1,00 Soal mudah

Arikunto (2001:201)

E. Analisis Data

1. Observasi

Σ nilai semua aspek

Nilai aktivitas siswa = X 100%

Σ aspek

0% - 33% = kurang

33% - 66% = cukup

66 % - 100 = baik

2. Tes

Sedangkan untuk menentukan rata-rata hasil tes hasil belajar pada siswa menggunakan rumus:

Jumlah soal benar

Skor = × 100 Jumlah soal

Jumlah nilai siswa Rata-rata =


(45)

47

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Jumlah siswa

Kriteria penilaian:

90 – 100 : baik sekali

75 – 89 : baik

65 – 74 : cukup


(46)

104 Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian tindakan kelas dalam penerapan desain didaktik dengan metode pembelajaran berbasis masalah dapat disimpulkan bahwa:

1. Metode pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan dalam desain pembelajaran konsep magnet dapat membantu kegiatan pembelajaran untuk mengidentifikasi letak kesulitan belajar siswa atau learning obstacle pada mata pelajaran IPA kelas 5 SD konsep gaya magnet.

2. Pembuatan desain pembelajaran konsep magnet dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah pada implementasinya dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa. Hal tersebut terjadi karena pembelajaran berbasis masalah yang dipadukan terhadap sebuah desain pembelajaran dapat menjadikan kegiatan di dalam kelas semakin aktif karena guru akan memiliki persiapan yang matang sebelum memulai aktivitas pembelajaran.

3. Desain pembelajaran konsep magnet dengan menggunakan metode

pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kreatifitas siswa dalam menemukan sendiri pemecahan masalah yang terjadi saat mempelajari konsep magnet di kelas sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut dikarenakan langkah-langkah dalam penerapan metode pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk aktif memecahkan masalah yang diberikan guru, mendiskusikan dengan teman sebaya dan melaporkan kegiatan yang telah dilaksanakannya.


(47)

105

105 Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Saran

1. Bagi para guru

Dalam kegiatan pembelajaran diharapkan guru tidak terpaku pada metode konvensional atau ceramah. Guru hendaknya memiliki inovasi-inovasi baru dalam menyajikan materi ajar terhadap siswa, serta memiliki perencanaan yang baik sebelum mengajar dan memberikan siswa kesempatan untuk lebih berani dalam mengungkapkan pendapat dan hasil temuannya. Guru juga diharapkan mampu membuat siswa senang dalam mempelajari suatu konsep bahan ajar, sehingga siswa merasa tertarik dan semakin penasaran terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung dan desain pembelajaran ini diharapkan dapat disosialisasikan dan diterapkan melalui kegiatan pelatihan guru atau kegiatan keorganisasian guru (KKG) pada tingkat sekolah dasar.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini hanya terbatas kepada desain pembelajaran yang diterapkan, analisis hasil belajar siswa, analisis learning obstacle pada konsep magnet terbatas pada penemuan kesulitan belajar yang belum diklasifikasikan pada jenis learning obstacle. Pada saat implementasi desain berlangsung masih banyak siswa yang belum bisa berkoordinasi didalam kelompok dengan baik, karena tidak semua siswa mampu menyatakan pendapatnya didepan umum. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan desain pembelajaran konsep magnet yang belum diuji coba dengan lebih kreatif dan inovatif sehingga dapat bermanfaat untuk perkembangan kualitas pendidikan tingkat sekolah dasar.


(48)

106

106 Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD


(49)

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Astuti, I.M.J. (2013). Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sd/MI kelas V. Jakarta: Erlangga.

Asulihati. (2014). Desain Didaktik Kemampuan Komunikasi Matematis

Melalui Model Pembelajaran Tipe Talking Stik Dalam Mengatasi Learning Obstacle Pokok Bahasan Luas Daerah Segi Tiga.

Serang: UPI.

Barlia, L. (2010). Teori Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup di

Sekolah Dasar.Subang: Royyan Press.

Ebert, E. D & Richard C. Culyer.(2011). School An Introduction to

Education. USA:Wadsworth cengage learning.

Depdiknas. (2013). Kurikulum 2013 Pedoman Penilaian IPA di Sekolah

Dasar. Jakarta

Leng, P.H. (2008). I Sciennce Interactions. Singapore: Mashall Cavendish. May, P. (2011). Child Development In Practice. USA-Canada:Routledge. Moedjiono & Hasibuan, J.J. (2009). Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT

Remaja Rosda Karya.

Mulyasa. (2012). Praktik Penelitian Tindakan Kelas.Bandung: Rosda. Rifkoh. (2012). Meningkatkan Kerja Sama dan Hasil Belajar Siswa Melalui

Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Bidang Studi Materi Kemajuan Teknologi. Serang: UPI

Rusman. (2012). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. Sanjaya. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan.Jakarta: Kencana.


(50)

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ibtidaiyah.Klaten : Sahabat.

Schmoker, M. (2012). Menjadi Guru yang Efektif. Jakarta: Erlangga. Shea, M. (2011). Parallel Learning of Reading and Writing in Early

Chilhood. New York:Routledge.

Silberman, L.M. (2013). Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung:Nusamedia.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta.

Suratno, T. (2012). Emerald Article:Lesson Study in Indonesia: an Indonesia University of Education Experience. Internasional Jurnal for

Lesson and Learning Studies , 1 (3), hlm.196-215.

Suratno, T. (2012). Lesson Study as Practice: An Indonesian Elemtary

School Experience. US-China Education Review A, 2 (7), hlm.627-638.

Suratno, T.dkk. (2012). Mengkaji Pengajaran Konsep Perpindahan Panas di kelas VI SD: Pengalaman Implementasi SIP-Lesson Study di sekolah Avicenna. Jurnal Pendidikan Dasar, 17, hlm. 8-17.. Yousnelly, P.dkk. (2010). IPA kelas V. Jakarta: Yudhistira.

Yusuf, S. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(1)

47

Jumlah siswa

Kriteria penilaian:

90 – 100 : baik sekali 75 – 89 : baik 65 – 74 : cukup 0 – 64 : kurang


(2)

104

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian tindakan kelas dalam penerapan desain didaktik dengan metode pembelajaran berbasis masalah dapat disimpulkan bahwa:

1. Metode pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan dalam desain pembelajaran konsep magnet dapat membantu kegiatan pembelajaran untuk mengidentifikasi letak kesulitan belajar siswa atau learning obstacle pada mata pelajaran IPA kelas 5 SD konsep gaya magnet.

2. Pembuatan desain pembelajaran konsep magnet dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah pada implementasinya dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa. Hal tersebut terjadi karena pembelajaran berbasis masalah yang dipadukan terhadap sebuah desain pembelajaran dapat menjadikan kegiatan di dalam kelas semakin aktif karena guru akan memiliki persiapan yang matang sebelum memulai aktivitas pembelajaran.

3. Desain pembelajaran konsep magnet dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kreatifitas siswa dalam menemukan sendiri pemecahan masalah yang terjadi saat mempelajari konsep magnet di kelas sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut dikarenakan langkah-langkah dalam penerapan metode pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk aktif memecahkan masalah yang diberikan guru, mendiskusikan dengan teman sebaya dan melaporkan kegiatan yang telah dilaksanakannya.


(3)

105

B. Saran

1. Bagi para guru

Dalam kegiatan pembelajaran diharapkan guru tidak terpaku pada metode konvensional atau ceramah. Guru hendaknya memiliki inovasi-inovasi baru dalam menyajikan materi ajar terhadap siswa, serta memiliki perencanaan yang baik sebelum mengajar dan memberikan siswa kesempatan untuk lebih berani dalam mengungkapkan pendapat dan hasil temuannya. Guru juga diharapkan mampu membuat siswa senang dalam mempelajari suatu konsep bahan ajar, sehingga siswa merasa tertarik dan semakin penasaran terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung dan desain pembelajaran ini diharapkan dapat disosialisasikan dan diterapkan melalui kegiatan pelatihan guru atau kegiatan keorganisasian guru (KKG) pada tingkat sekolah dasar.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini hanya terbatas kepada desain pembelajaran yang diterapkan, analisis hasil belajar siswa, analisis learning obstacle pada konsep magnet terbatas pada penemuan kesulitan belajar yang belum diklasifikasikan pada jenis learning obstacle. Pada saat implementasi desain berlangsung masih banyak siswa yang belum bisa berkoordinasi didalam kelompok dengan baik, karena tidak semua siswa mampu menyatakan pendapatnya didepan umum. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan desain pembelajaran konsep magnet yang belum diuji coba dengan lebih kreatif dan inovatif sehingga dapat bermanfaat untuk perkembangan kualitas pendidikan tingkat sekolah


(4)

106

106

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Astuti, I.M.J. (2013). Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sd/MI kelas V. Jakarta: Erlangga.

Asulihati. (2014). Desain Didaktik Kemampuan Komunikasi Matematis Melalui Model Pembelajaran Tipe Talking Stik Dalam Mengatasi Learning Obstacle Pokok Bahasan Luas Daerah Segi Tiga. Serang: UPI.

Barlia, L. (2010). Teori Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup di Sekolah Dasar.Subang: Royyan Press.

Ebert, E. D & Richard C. Culyer.(2011). School An Introduction to Education. USA:Wadsworth cengage learning.

Depdiknas. (2013). Kurikulum 2013 Pedoman Penilaian IPA di Sekolah Dasar. Jakarta

Leng, P.H. (2008). I Sciennce Interactions. Singapore: Mashall Cavendish. May, P. (2011). Child Development In Practice. USA-Canada:Routledge. Moedjiono & Hasibuan, J.J. (2009). Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT

Remaja Rosda Karya.

Mulyasa. (2012). Praktik Penelitian Tindakan Kelas.Bandung: Rosda. Rifkoh. (2012). Meningkatkan Kerja Sama dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Bidang Studi Materi Kemajuan Teknologi. Serang: UPI


(6)

Monica Lidwina Sipatuhar, 2015

DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ibtidaiyah.Klaten : Sahabat.

Schmoker, M. (2012). Menjadi Guru yang Efektif. Jakarta: Erlangga. Shea, M. (2011). Parallel Learning of Reading and Writing in Early

Chilhood. New York:Routledge.

Silberman, L.M. (2013). Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung:Nusamedia.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta.

Suratno, T. (2012). Emerald Article:Lesson Study in Indonesia: an Indonesia University of Education Experience. Internasional Jurnal for Lesson and Learning Studies , 1 (3), hlm.196-215.

Suratno, T. (2012). Lesson Study as Practice: An Indonesian Elemtary

School Experience. US-China Education Review A, 2 (7), hlm.627-638.

Suratno, T.dkk. (2012). Mengkaji Pengajaran Konsep Perpindahan Panas di kelas VI SD: Pengalaman Implementasi SIP-Lesson Study di sekolah Avicenna. Jurnal Pendidikan Dasar, 17, hlm. 8-17.. Yousnelly, P.dkk. (2010). IPA kelas V. Jakarta: Yudhistira.

Yusuf, S. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.