LATAR BELAKANG MASALAH Studi Deskriptif Tentang Achievement Goal Orientation Dalam Pelajaran Fisika Pada Siswa Kelas XI IPA di SMAK "X" Bandung.

Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan salah satu dari kebutuhan manusia saat ini. Tingginya tingkat pendidikan dapat mendukung seseorang untuk mencapai cita- cita dan masa depan yang diharapkan. Pendidikan juga diperlukan sebagai pilar tegaknya bangsa, melalui pendidikanlah bangsa akan tegak, mampu menjaga martabat. Undang - undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada Pasal 3 menyebutkan tentang tujuan pendidikan nasional yaitu bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis s erta bertanggung jawab.” Pendidikan dapat diperoleh melalui proses belajar, baik secara formal maupun secara informal, yaitu menggali informasi dari buku-buku, majalah, koran, televisi, internet, juga dari percobaan lapangan, laboratorium, seminar, diskusi dan tukar pengalaman dengan orang lain www.radarbanjar.com. Setelah mendapatkan informasi, informasi tersebut dapat dikembangkan menjadi suatu kecakapan, kemudian kecakapan itu digunakan sebagai bekal hidup, dimana harus Universitas Kristen Maranatha benar-benar dimengerti dan betul-betul dipahami. Belajar merupakan jalan menuju kesuksesan hidup, dimana sebenarnya kesuksesan hidup itu selalu terbuka bagi individu yang mau bekerja keras tanpa kenal menyerah dan memanfaatkan setiap kesempatan yang ada. Dalam belajar, tentunya ada banyak hambatan yang dapat merintangi individu meraih apa yang dicita-citakan. Hambatan dalam belajar bisa berasal dari dalam maupun dari luar diri individu, tetapi semua itu tergantung pada motivasi yang dimiliki oleh individu yang kemudian akan mendorong individu tersebut untuk bisa mencapai apa yang dicita-citakannya. Motivasi dibutuhkan dalam belajar, karena peranan motivasi selama pembelajaran itu penting, motivasi dapat mempengaruhi apa, kapan, dan bagaimana individu belajar Schunk, 1991b dalam Pintrich Schunk 2002. Motivasi melatarbelakangi banyak perilaku manusia dan motivasi menghasilkan dorongan serta arah untuk bertindak. Motivasi dilihat sebagai sesuatu yang membuat individu tergugah, membuat individu tetap bergerak, dan membantu individu untuk menyelesaikan tugasnya. Motivasi penting dalam pencapaian goal akademik. Dengan memiliki motivasi yang tinggi, terutama dalam belajar maka individu dengan sendirinya akan terdorong untuk mengejar goal akademik yang ingin dicapai. Goal akademik bisa tercapai melalui achievement behavior aktivitas fisik dan mental dalam konteks belajar dan teori yang menjelaskannya adalah achievement goal orientation. Achievement goal orientation menggambarkan pola terintegrasi dari belief yang mengarahkan individu kepada cara pendekatan yang Universitas Kristen Maranatha berbeda dalam melibatkan diri, dan merespon situasi-situasi berprestasi Ames, 1992b. Achievement goal orientation terbagi atas dua golongan besar, yaitu: mastery goal orientation dan performance goals orientation Ames, 1992b, baik mastery goal orientation maupun performance goal orientation terbagi lagi menjadi approach dan avoidance. Jadi achievement goal orientation terdiri dari empat bentuk, yaitu mastery approach orientation, mastery avoidance orientation, performance approach orientation, dan performance avoidance orientation. Individu memiliki keempat achievement goal orientation ini dalam mencapai tiap goal akademik mereka, namun salah satunya lebih dominan sehingga yang lebih dominan diadopsi menjadi goal orientation individu dalam mencapai goal akademiknya. Fokus individu yang memiliki pola mastery goal orientation adalah belajar dan menguasai bahan, perkembangan yang dicapai dilihat dari tolok ukur pribadi dan saat menemui kegagalan, individu akan mengeluarkan usaha yang lebih keras untuk mengatasi kegagalan tersebut, sehingga pada akhirnya mampu mengolah kegagalan tersbut dan memperbaikinya. Fokus individu yang memiliki pola performance goal orientation adalah menggunakan kemampuan yang dimilikinya dan meraih prestasi yang lebih tinggi dibandingkan teman-teman lainnya, hasil dilihat dari perbandingan dengan orang lain dan saat menemui kegagalan, individu akan merasa tidak berdaya dan tidak mampu sehingga membuat individu tidak mau berusaha lagi dalam proses belajar Ames, 1992b. Universitas Kristen Maranatha Siswa di SMAK “X“terbagi menjadi dua jurusan untuk kelas XI dan XII, yaitu jurusan Ilmu Pengetahuan Alam IPA dan Ilmu Pengetahuan Sosial IPS. Di kelas XI jurusan IPA ini, terdapat dua jenis mata pelajaran, yaitu mata pelajaran IPA dan mata pelajaran umum. Mata pelajaran umum yaitu pelajaran yang sama diterapkan, baik kepada kelas IPA maupun IPS. Mata pelajaran IPA, terdiri dari matematika, fisika, kimia, dan biologi. Mata pelajaran tersebut tentunya memiliki derajat kesulitan masing-masing. Dalam penelitian ini, peneliti membahas tentang pelajaran fisika di kelas XI IPA. Di kelas XI IPA ini terdapat mata pelajaran IPA, salah satunya Fisika yang berbeda dengan mata pelajaran yang lain. Dalam pelajaran fisika di kelas XI IPA ini, pelajaran yang diberikan tidak hanya berupa teori, tapi juga terdapat praktikum. Dalam pelajaran teori fisika, siswa diajarkan mengenai asal dari suatu kejadian fisika, rumus- rumus fisika, dan penerapan fisika dalam persoalan hitungan. Pada praktikum fisika, siswa diajarkan mengenai penerapan fisika dalam kehidupan sehari-hari secara langsung. Di pelajaran fisika ini juga, proses belajar dilakukan oleh tiga orang guru fisika. Dua guru pertama membahas teori, yaitu guru pertama membahas materi bab ganjil sedangkan guru kedua membahas materi bab genap. Kedua guru ini membahas materi pelajaran secara bergantian setiap harinya, sehingga jam belajar untuk pelajaran fisika pun menjadi dua kali lipat lebih banyak dari pelajaran lainnya yaitu 12 jam pelajaran dalam setiap minggunya. Dalam pelajaran teori fisika, proses belajar yang dilakukan adalah melalui penyampaian materi oleh guru dan pemberian soal-soal hitungan. Setiap siswa memiliki sebuah buku Latihan Kerja Siswa LKS, setiap harinya, setiap Universitas Kristen Maranatha ada pelajaran fisika, maka guru akan memberikan tugas untuk dikerjakan dari buku LKS tersebut. Selain dikerjakan di sekolah setelah penyampaian materi, persoalan dalam LKS tersebut juga diberikan sebagai tugas Pekerjaan Rumah PR. Guru ketiga adalah guru untuk pelajaran praktikum fisika, praktikum ini dilakukan dua minggu sekali. Di pelajaran fisika, siswa dituntut untuk dapat memahami, mengerti, dan mendalami materi yang diberikan, baik berupa pemaparan teori, proses berhitung, dan juga rumus fisika beserta turunannya. Siswa juga dituntut untuk memenuhi nilai ketuntasan mutlak pada pelajaran fisika. Nilai ketuntasan mutlak pelajaran fisika berbeda dengan pelajaran lainnya, seperti Bahasa Inggris, biologi, Bahasa Indonesia, dan beberapa pelajaran lainnya. Pelajaran tersebut memiliki nilai ketuntasan mutlak dengan nilai 60, sedangkan pelajaran fisika tuntutan nilai ketuntasan mutlaknya adalah 65. Dengan tuntutan nilai ketuntasan mutlak yang tinggi, tentunya harus diimbangi dengan proses belajar siswa untuk mencapai nilai ketuntasan mutlak tersebut. Nilai terakhir pelajaran fisika siswa kelas XI IPA mayoritas berada di bawah nilai ketuntasan mutlak. Hampir setiap ulangan, mereka mendapat nilai yang tidak sesuai nilai ketuntasan mutlak. Dari semua proses belajar dan tuntutan dalam belajar pada pelajaran fisika, tujuan yang ingin dicapai dari pelajaran fisika ini adalah siswa dapat mengerti, memahami, dan mendalami setiap materi pelajaran fisika. Siswa juga diharapkan dapat menerapkan rumus fisika sesuai teori yang ada dan dapat menghitungnya sesuai dengan proses berhitung dalam rumus tersebut. Siswa juga dapat menetapkan dan menerapkan rumus pada soal-soal yang berupa soal cerita. Selain Universitas Kristen Maranatha itu, tujuan lainnya adalah agar siswa dapat mengerjakan setiap soal latihan dan ulangan serta ujian, sehingga dapat mencapai nilai ketuntasan mutlak yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran fisika tersebut dan usaha untuk mencapaian goal akademik pada mata pelajaran fisika, siswa diharapkan untuk untuk mengadopsi mastery goal orientation. Siswa yang menggunakan mastery approach orientation diharapkan mampu mengerti, memahami, dan mendalami setiap materi pelajaran fisika, dapat menerapkan rumus fisika sesuai teori yang ada, dan dapat menghitungnya sesuai dengan proses berhitung dalam rumus tersebut, mencapai nilai ketuntasan mutlak. Siswa dengan mastery approach orientation belajar dan memahami setip materi untuk meningkatkan kemampuan dirinya sehingga memperoleh perkembangan pribadi. Siswa dengan mastery avoidance orientation, diharapkan juga mampu mengerti, memahami, dan mendalami setiap materi pelajaran fisika, dapat menerapkan rumus fisika sesuai teori yang ada, dan dapat menghitungnya sesuai dengan proses berhitung dalam rumus tersebut, mencapai nilai ketuntasan mutlak. Siswa dengan mastery approach orientation belajar dan memahami setip materi dengan standar tidak melakukan kesalahan dan menuntut kesempurnaan dalam pengerjaan soal fisika. Siswa yang mengadopsi performance approach orientation, goal akademiknya adalah berusaha mendapatkan nilai yang baik dan bukan berusaha untuk mendalami mata pelajaran fisika. Siswa yang mengadopsi performance goal orientation ini juga diharapkan mampu memperoleh prestasi yang baik di Universitas Kristen Maranatha kelas. Siswa ini belajar hanya untuk mendapatkan nilai yang terbaik dan menjadi yang terbaik diantara orang lain. Siswa yang mengadopsi performance avoidance orientation, goal akademiknya adalah menghindari terihat tidak mampu atau bodoh sehingga ia berusaha untuk mencapai nilai ketuntasan mutlak. Berdasarkan hasil survei awal terhadap 20 siswa kelas XI IPA SMAK ”X” terdapat 55, yaitu 11 orang siswa yang menyatakan bahwa mereka berusaha untuk menguasai materi pelajaran fisika dengan alasan agar mereka dapat memahami materi secara mendalam, menunjukkan usaha yang kuat dalam memahami materi, tekun dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit, dan suka mencari tantangan, dengan mengasah diri mengerjakan soal-soal dalam jumlah lebih banyak dan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Siswa juga aktif di dalam kelas, baik aktif bertanya maupun aktif dalam menjawab persoalan lisan dari gurunya. Siswa juga berlatih soal-soal untuk mendalami pemahaman dan melatih diri mengerjakan soal-soal dengan beragam jenis dan tingkat kesulitan. Siswa mempersiapkan diri dengan belajar setiap saat, saat ada ulangan ataupun tidak ada ulangan, yaitu dengan mengulang materi yang telah diajarkan saat pulang ke rumah. Perilaku di atas merupakan ciri perilaku yang menggambarkan mastery approach orientation. Siswa dengan mastery approach orientation diharapkan dapat memperoleh nilai yang tinggi yaitu mencapai nilai ketuntasan mutlak, nilai di atas nilai ketuntasan mutlak dan nilai di atas rata-rata kelas dalam pelajaran fisika, baik dalam ulangan ataupun ujian, dapat menyelesaikan tugas dengan hasil yang baik dan selesai tepat pada waktunya. Universitas Kristen Maranatha Terdapat 30, yaitu 6 orang siswa yang menyatakan bahwa mereka berusaha untuk memahami materi pelajaran fisika sebagai alasan agar tidak melakukan kesalahan dalam belajar dan mengerjakan soal dan menghindari nilai di bawah nilai ketuntasan mutlak, sehingga membuat mereka berusaha untuk memahami materi, memiliki kriteria yang ditentukan oleh diri sendiri untuk tidak melakukan kesalahan dalam mengerjakan tugas. Siswa juga mampu menguasai materi dan mengerjakan tugas dengan baik, namun semua itu dilakukan agar siswa tidak mendapatkan hukuman atau nilai yang kurang baik. Siswa belajar baik pada saat ada ulangan atau ujian dan berlatih soal saat ada pekerjaan rumah, maupun saat tidak ada ujian atau ulangan serta tugas. Perilaku-perilaku tersebut merupakan ciri perilaku yang menggambarkan mastery avoidance orientation. Siswa dengan mastery avoidance orientation diharapkan juga untuk mendapatkan nilai yang tinggi dalam pelajaran fisika di kelasnya. Terdapat pula 10 , yaitu 2 orang siswa yang menyatakan bahwa mereka ingin mencapai nilai yang terbaik dalam mata pelajaran fisika dan ingin mengalahkan teman sekelas lainnya, ingin menonjolkan diri dan terlihat pandai, kurang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit, dan tidak suka mencari tantangan. Siswa juga mampu memahami materi yang ada agar dapat mengerjakan soal ulangan dan ujian. Siswa ini juga mengerjakan tugas, mengerjakan soal ulangan, mengerjakan pekerjaan rumah agar dapat mengalahkan teman lainnya yang ia anggap sebagai saingannya. Perilaku-perilaku tersebut menggambarkan performance approach orientation. Universitas Kristen Maranatha Terdapat 5 , yaitu 1 orang siswa menyatakan bahwa mereka belajar agar mereka tidak terlihat bodoh atau tidak mampu dalam pelajaran fisika, tidak ingin mendapatkan nilai terendah di dalam kelas sehingga mereka berusaha untuk mendapatkan nilai yang baik, menghindari tantangan dalam tugas sehingga lebih memilih tugas yang ringan. Perilaku tersebut merupakan ciri perilaku yang menggambarkan performance avoidance orientation. Dari 20 siswa , didapatkan bahwa ada 11 orang siswa memiliki ciri perilaku yang menggambarkan mastery approach orientation, 6 orang siswa memiliki ciri perilaku yang menggambarkan mastery avoidance orientation, selain itu ada 2 orang siswa memiliki ciri perilaku yang menggambarkan performance approach orientation, dan ada 1 orang siswa memiliki ciri perilaku yang menggambarkan performance avoidance orientation. Padahal, sebenarnya setiap siswa perlu mengadopsi ciri-ciri perilaku yang menggambarkan mastery approach orientation dalam mempelajari pelajaran fisika. Dengan mengadopsi mastery approach orientation, diharapkan siswa dapat mencapai goal akademiknya pada mata pelajaran fisika. Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Studi Deskriptif Tentang Achievement Goal Orientation Dalam Pelajaran Fisika Pada Siswa Kelas XI IPA di SMAK “X” Bandung”

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH