1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang membutuhkan terapi pengobatan yang lama untuk mengurangi risiko kejadian komplikasi American
Diabetes Association , 2014. Tujuh puluh lima persen penderita diabetes akhirnya
meninggal karena penyakit vaskular. Serangan jantung, gagal ginjal, stroke dan gangren adalah komplikasi yang paling utama Price and Wilson, 2005.
Pada tahun 2013 diabetes telah menyebabkan 5,1 juta angka kematian di dunia. Indonesia menempati urutan ke-7 dari 10 negara dengan penderita diabetes
tertinggi pada tahun 2013 International Diabetes Federation, 2013. Pada tahun 2011 pengeluaran biaya untuk terapi diabetes mellitus mencapai USD 465 miliar,
dan diperkirakan akan meningkat sebesar USD 595 miliar pada tahun 2030 International Diabetes Federation, 2011.
Pembiayaan kesehatan di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Kenaikan biaya kesehatan terjadi akibat penerapan teknologi canggih,
karakter supply induced demand dalam pelayanan kesehatan, pola penyakit kronik dan degeneratif serta inflasi. Kenaikan biaya pemeliharaan kesehatan semakin
sulit diatasi oleh kemampuan penyediaan dana pemerintah maupun masyarakat. Peningkatan biaya tersebut mengancam akses dan mutu pelayanan kesehatan
Andayani, 2013. Menurut Janis 2014, menyatakan bahwa kebijakan BPJS akan meningkatkan permintaan terhadap pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang
selama ini kurang mampu untuk membayar jasa kesehatan. Konsep SJSN dikatakan dapat berhasil karena BPJS merupakan transformasi dari Askes yang
mempunyai potensi kinerja yang baik. Menurut Murni 2010, menyatakan bahwa di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta pola pengobatan yang paling cost effective berdasarkan glukosa darah yang mencapai target adalah kombinasi golongan sulfonilurea dengan biguanid
dengan biaya pengobatan rata-rata terkecil yaitu Rp181.140,45. Menurut Murniningdyah 2009, menyatakan bahwa di RS Pandan Arang Boyolali pola
pengobatan dengan Sulfonilurea lebih cost effective dengan nilai ACER sebesar Rp445,34 dibanding dengan golongan biguanid dan alpha glucosidase inhibitor.
Menurut Listiyaning, A. 2006, menyatakan bahwa di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta pola pengobatan antidiabetik oral yang cost effective
berdasarkan nilai ACER adalah kombinasi sulfonilurea dengan biguanid. Menurut Efranda, J. 2014, menyatakan bahwa di Poliklinik Khusus Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. M. Djamil Padang pola pengobatan antidiabetik oral yang cost effective berdasarkan nilai ACER adalah kombinasi glimepiride dengan metformin dengan
nilai sebesar Rp942.060. Tempat penelitian dilakukan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta karena
berdasarkan salah satu sumber dari Rumah sakit tersebut, jumlah pasien diabetes rawat jalan yang menggunakan BPJS semakin meningkat. Sebagai salah satu
rumah sakit rujukan terbesar di Kota Surakarta terutama untuk pasien dengan BPJS, analisis cost effective dirasa dapat memberi masukan kepada klinisi rumah
sakit untuk menyeimbangkan biaya dan outcome yang menguntungkan bagi pasien.
Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian oleh Murni 2010 sebelumnya adalah tentang Jaminan kesehatan yang digunakan, meskipun BPJS
merupakan transformasi dari Askes, tetapi terdapat perbedaan yang mendasar pada Jaminan kesehatan tersebut. Dalam hal ini BPJS dibentuk dengan tujuan
untuk mencakup seluruh masyarakat Indonesia dan bersifat wajib, sehingga mendorong peneliti untuk mengetahui apakah jaminan kesehatan tersebut efektif
digunakan karena seiring bertambahnya tahun, biaya kesehatan terutama biaya obat semakin meningkat.
B. Rumusan Masalah