Peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas V pada kompetensi dasar perjuangan mempertahankan kemerdekaan melalui media audio visual di MI Jauharotul Huda Cakung Jakarta Timur

Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Pada Kompetensi Dasar
Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Melalui Media Audio Visual di
MI Jauharotul Huda Cakung Jakarta Timur
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan
Akademik Program Kualifikasi SI Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) dan Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan

Oleh
Neneng Suryani
NIM 1811018300019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M/ 1436 H

ABSTRAK
Neneng Suryani, NIM 1811018300019. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Peningkatan Hasil

Belajar IPS Pada Kompetensi Dasar Perjuangan Mempertahankan
Kemerdekaan Melalui Media Audio Visual di MI Jauharotul Huda Cakung
Jakarta Timur
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan media audio visual pada
mata pelajaran IPS kelas V materi tentang perjuangan mempertahankan
kemerdekaan . Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yang terdiri dari dua siklus. Siklus pertama
terdiri dari tiga pertemuan sedangakan siklus kedua terdiri dari dua pertemuan
dengan tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument observasi
yang dilakukan sebelum penelitian dan disetiap pertemuan PTK, test berupa pre
test yang di berikan pada siswa sebelum PTK dan post test yang dilakukan di
setiap akhir siklus, serta dokumentasi yang diambil setiap pertemuan saat PTK.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPS
dengan media audio visual pada siswa kelas V di MI.Jauharotul Huda Cakung
Jakarta Timur, hal ini terlihat dari hasil belajar yang meningkat yaitu dari hasil
rata-rata post test siklus I 64,67 dengan prosentase ketercapaian KKM 54,8%
meningkat pada siklus II dengan hasil rata-rata post test 72,74 dengan prosentase
ketercapaian KKM sebesar 74,2.

Kata kunci: Peningkatan Motivasi Belajar, Penggunaan Media Audio Visual,
Penelitian Tindakan Kelas

i

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan Inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPS Pada
Kompetensi Dasar Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Melalui Media
Audio Visual di MI Jauharotul Huda Cakung Jakarta Timur”. Sholwat serta salam
senantiasa kita curahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang selalu
menjadi suru tauladan bagi umat manusia.
Tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang penulis alami dalam
menyusun penelitian ini, namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam
menyusun penelitian ini, baik bantuan dalam bentuk moril maupun materil.
Semoga semua bantuan dan kebaikan yang telah diberikan mendapatkan pahala

dan keridhaan Allah SWT, khususnya kepada:
1.

Dr. Nurlena MA., Dekan Fakultas Ilmu tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

2.

Dr. Fauzan MA., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang senantiasa
memberikan pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran dan
keikhlasan hingga terselesaikan skripsi ini.

3.

Dindin Ridwaniddin M,Pd., Ketua pengelola program dual mode system
yang selalu dengan gigih memperjuangkan segala kebaikan untuk kita
semua.

4.


Dosen – dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosendosen di jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang telah
memberikan

ilmu

pengetahuan

dan

bimbingan

selama

mengikuti

perkuliahan.
5.

Ketua Yayasan Perguruan Pendidikan Jauharotul Huda, Bapak H. Abdul

Hakim
ii

6.

Bapak pimpinan dan karyawan perpustakaan FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang telah memberikan kemudahan pinjaman buku-buku sebagai
bahan acuan dan referensi penyusunan skripsi.

7.

Ibu kepala MI Jauharotul Huda, M.Salminah yang telah memberikan izin
untuk melakukan penelitian.

8.

Guru dan karyawan MI.Jauharotul Huda yang telah banyak membantu
dalam proses penelitian.

9.


Yayasan Gugah Nurani Indonesia yang telah memberikan bantuan
perpustakaan sehingga penulis dapat mencari bahan referensi.

10. Siswa-siswi kelas V MI. Jauharotul Huda tahun ajaran 2013/2014 yang
menjadi subjek penelitian.
11. Sahabat seperjuangan kelas B3 PGMI dual mode system angkatan tahun
2011, yang senantiasa saling mensuport dan memberikan motivasi.
12. Suami dan anak-anak tercinta yang selalu mendukung dan mendoakan
13. Terima kasih pula penulis haturkan kepada pihak yang tidak tersebutkan
namun telah memberikan kontribusi yang berharga untuk penulis, semoga
Allah SWT membalas kebaikan kalian.

Penulis berharap dengan segala kekurangan yang ada semoga
bermanfaat bagi diri sendiri, teman-teman seperjuangan serta calon guru yang
berkenan membaca dan mempelajari skripsi ini.

Jakarta, 21 September 2014

Penulis


iii

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 5
C. Pembatasan Fokus Masalah ........................................................... 5
D. Perumusan Masalah Penelitian ...................................................... 6
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian .......................................... 6
BAB


II.

KAJIAN TEORiTIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN
A. Acuan Teori dan Fokus yang Diteliti ............................................. 7
1. Hakikat Hasil Belajar .......................................................... 7
2. Hakikat Pendidikan IPS ...................................................... 11
3. Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan ........................ 13
4. Media Pembelajaran ........................................................... 19
5. Media Audio Visual ............................................................ 24
6. Kerangka Berpikir .............................................................. 34
B. Penelitian yang Relavan ................................................................ 35
C. Hipotesa Tindakan ......................................................................... 37
BAB III. METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 38
B. Metode dan Desain Penelitian........................................................ 38
C. Subjek Penelitian ........................................................................... 40
D. Peran dan posisi Peneliti dalam penelitian ..................................... 40


iv

E. Tahap Intervensi Tindakan ............................................................ 41
F. Hasil intervensi Tindakan yang Diharapkan ................................... 42
G. Data dan Sumber Data ................................................................... 42
H. Instrumen Pengumpulan data ......................................................... 43
I. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 47
J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan ................................................. 47
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ................................. 48
BAB IV. DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ............................................................................... 50
B. Analisis Data ................................................................................. 55
C. Pembahasan................................................................................... 61
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ....................................................................................... 65
B. Saran ............................................................................................. 65

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Daftar nilai rapor semester 1 tahun 2013/2014 kelas V MI Jauharotul
Huda............................................................................................ 4
Tabel 3.1. Kisi-kisi observasi untuk guru ..................................................... 43
Tabel 3.2. Lembar observasi guru ................................................................ 44
Tabel 3.3. Kisi-kisi observasi aktivitas siswa ............................................... 45
Tabel 3.4. Lembar observasi siswa ............................................................... 46
Tabel 3.5. Skala Penilaian Jumlah Skor ........................................................ 46
Tabel 4.1. Data perolehan nilai test pada siklus I .......................................... 55
Tabel 4.2. Hasil tes pada siklus II ................................................................. 56
Tabel 4.3. Hasil observasi kegiatan guru pada siklus I .................................. 58
Tabel 4.4. Hasil observasi kegiatan siswa pada siklus I ................................ 58
Tabel 4.5. Hasil observasi kegiatan guru pada siklus II ................................ 59
Tabel 4.6. Hasil observasi kegiatan siswa pada siklus II ............................... 60

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Bagan penelitian tindakan kelas ................................................ 39
Gambar 4.1. Diagram hasil tes siswa ............................................................. 62

Gambar 4.2. Diagram lingkaran hasil post tes siklus I ................................... 63
Gambar 4.3. Diagram lingkaran hasil post tes siklus II .................................. 63

vii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. RPP
Lampiran 2. Surat izin penelitian
Lampiran 3. Surat keterangan penelitian
Lampiran 4. Foto dokumentasi
Lampiran 5. Biodata penulis

viii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peran penting dalam mewujudkan manusia
Indonesia seutuh, yaitu manusia yang utuh baik dari sisi penguasaan ilmu
pengetahuan dan moralitas. Melalui program pendidikan 9 tahun diharapkan
tidak ada lagi anak Indonesia yang tidak bersekolah minimal sampa jenjang
SMP/MTS. “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermasyarakat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhan YME,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
yang demokratis”.1
Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang penting bagi
perkembangan peradaban manusia dalam suatu bangsa.Bangsa yang
mempunyai peradaban maju adalah bangsa yang mempunyai sumber daya
manusia yang berkualitas.Oleh karena itu, agar bangsa Indonesia memiliki
sumber daya manusia yang berkualitas, tentunya harus dilakukan suatu usaha
untuk meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan.
Dalam PP 32/2013 tentang Standar Nasional pendidikan, bahwa proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, setia memberikan ruang cukup bagi prakarsa, kreativitas
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.
Peningkatan mutu atau kualias pendidikan berkaitan erat dengan siswa,
guru, sistem pendidikan, metode, strategi, media pembelajaran yang
digunakan, serta motivasi dan dukungan orang tua dan lingkungan.Lembaga
pendidikan merupakan wadah para siswa mengerti ilmu pengetahuan,
1

Abd Rozak, Fauzan, Ali Nurdin. Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan
Bidang Pendidikan (Jakarta : UIN FITK Press 2010), cet 1 halm 6

1

1

2

mengembangkan potensi serta bakat.Salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa adalah motivasi belajar. Kurangnya
motivasi belajar siswa terutama pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) mengakibatkan rendahnya nilai mata pelajaran IPS tingkat Madrasah
Ibtidaiyah, banyak siswa yang menganggap remeh mata pelajaran tersebut,
karena tidak termasuk mata pelajaran yang harus diikuti dalam ujian nasional.
Banyak siswa yang merasa kesulitan dalam memahami mata pelajaran
IPS

dikarenakan

banyaknya

cabang-cabang

ilmu

yang

harus

dipelajari.Sebagaimana diketahui IPS termasuk geografi, ekonomi, sejarah dan
hubungan kemasyarakatan baik lokal maupun international.Banyaknya
hafalan makin membuat siswa bosan dan kurang termotivasi dalam
belajar.Padahal kita tahu bahwa manusia sebagai makhluk sosial, dengan
mempelajari ilmu pengetahuan sosial diharapkan siswa/i dapat menjadi
manusia yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi dan dapat menjadi warga
negara yang baik, berguna bagi bangsa dan negara.
Menurut Morgan dalam buku introduction to psycology mengemukakan
balajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku
yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan dan pengalaman.2
Keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat diamati dari dua sisi
yaitu tingkat pemahaman dan penguasaan materi yang diberikan oleh guru.
Pemahaman seorang siswa berhubungan dengan daya serap seorang siswa
dalam pembelajaran. Daya serap siswa adalah kemampuan atau kekuatan
untuk melakukan sesuatu untuk bertindak dalam menyerap pelajaran oleh
setiap siswa. Adanya perbedaan daya serap dalam memahami pelajaran
menjadi kendala dalam proses pembelajaran di kelas. Siswa satu dan lainnya
mempunyai daya serap yang berbeda-beda meskipun mempunyai tingkatan
umur yang sama di kelas, yang pada akhirnya mengakibatkan hasil belajar
yang kurang memuaskan.
Strategi mengajar merupakan suatu kiat dalam pembelajaran.Pemilihan
strategi pembelajaran sangatlah penting. Artinya, “bagaimana guru dapat
memilih kegiatan pembelajaran yang paling efektif dan efisien untuk
2

M.Ngalim Purwanto,
Rosdakarya, 2013), hlm. 84.

Psikologi

Pendidikan,

(Bandung:

PT.Remaja

3

menciptakan pangalaman belajar yang baik, yaitu yang dapat memberikan
fasilias kepada peserta didik mencapai tujuan pembelajaran”. 3
Metode guru mengajar yang monoton, dengan metode konvensional
seperti ceramah, tidak menyentuh ranah dimensi seorang siswa. Artinya,
seorang guru masih mendominasi dan menjadi “teacher centered”, dimana
seorang siswa hanya duduk diam mendengarkan penjelasan guru tanpa aktif
penggali pengetahuan dan pengalaman bermakna dalam proses pembelajaran.
Hal ini menjadikan siswa pasif, proses pembelajaran tidak menyenangkan,
sehingga dapat dipastikan siswa hanya menyerap sedikit penjelasan gurunya
dan akan cepat lupa.Metode mengajar yang tepat sangat berperan dalam
membantu siswa untuk memahami materi yang disampaikan.Siswa untuk
memahami materi yang disampaikan. Bahkan siswa akan semakin
bersemangat dan merasa senang untuk belajar bla disajikan metode yang
menarik. Metode yang tepat tidak menjamin keberhasilan belajar siswa tanpa
diikuti dengan penguasaan media pembelajaran yang menarik, misalnya pada
pembelajaran sejarah.Bila siswa diaktifkan dengan berdiskusi siswa banyak
mengalami kesulitan, karena mereka sulit membayangkan masa atau zaman
yang mereka tidak pernah alami langsung.Maka dari itu perlu digunakan
media pembelajaran yang menarik baik media gambar (visual), suara (audio)
ataupun media audio visual.
Seperti halnya proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS siswa kelas
V MI Jauharotul Huda pada materi kompetensi perjuangan mempertahankan
kemerdekaan, siswa memiliki minat yang kurang serta motivasi yan rendah.
Hal ini sebabkan, karena monotonnya proses belajar mengajar dan tidak
digunakannya media pembelajaran. Rendahnya minat dan motivasi siswa
mengakibatkan rendahnya hasil belajar pada mata pelajaran IPS, terutama
yang berkaitan dengan sejarah, hal ini dibuktikan dengan rendahnya nilai ratarata mata pelajaran IPS dibandingkan pelajaran lain.

3

Hamzah B. Uno & Mohammad Nurdin. Belajar dengan Pendekatan PAIKEM.
(Jakarta: Bina Aksara,2011). Cet 1 hlm 6.

4

Tabel I.1
Daftar nilai rapor semester I tahun 2013/2014 Kelas V MI Jauharotul Huda
No
Mata Pelajaran
Nilai Rata-Rata
1

Al-Quran hadist

75

2

Aqidah akhlak

79

3

Fiqih

75

4

Sejarah kebudayaan islam

70

5

Pendidikan kewarganegaraan

72

6

Bahasa arab

70

7

Bahasa Indonesia

72

8

Matematika

62

9

Ilmu pengetahuan alam

72

10

Ilmu pengetahun sosial

63

11

Seni budaya dan keterampilan

75

12

Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan

75

13

Pendidikan lingkungan budaya Jakarta

76

14

Bahasa inggris

69

15

Tahfidzul quran

78

Salah satu cara untuk membangkitkan aktifitas pembelajaran IPS adalah
dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat, sehingga siswa menjadi
termotivasi dalam belajar. Penggunaan media atau alat bantu disadari oleh
banyak praktisi pendidikan sangat membantu aktifitas proses pembelajaran
yang baik di dalam maupun diluar kelas, terutama membantu peningkatan
prestasi siswa. Media pembelajaran juga dapat membantu keterbatasan guru
dalam bercerita terutama pada materi sejarah.
Pemilihan media audio visual merupakan salah satu solusi yang tepat
dan membantu kegiatan belajar menjadi lebih menarik dan menyenangkan
dalam pembelajaran IPS terutama pada kopetensi dasar perjuangan
mempertahakan kemerdekaan. Karena siswa dapat melihat sejarah berupa film
dokumenter sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan
kemerdekaan, yaitu sejarah tentang peristiwa 10 November (pertempuran

5

Surabaya), Bandung lautan api dan pertempuran Ambarawa. Dalam film
inipun siswa dapat mengenal tokoh-tokoh pejuang dalam peristiwa tersebut,
tidak hanya mengenal namanya dari cerita guru.
Penggunaan media audio visual berupa film perjuangan diharapkan
hasil pembelajaran lebih bermakna dan dapat menyentuh ranah kognitif,
afektif dan psikomotor.Diharapkan siswa menjadi lebih mencintai tanah
airnya. Indonesia karena para pejuang sudah susah payah merebut dan
mempertahankannya dari cengkraman penjajah. Siswa juga lebih mengenal
dan menghargai serta meneladani sifat-sifat tokoh pejuang Indonesia.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
penulis akan melakukan penelitian dengan berjudul “Peningkatan Hasil
Belajar

IPS

Pada

Kompetensi

Dasar

Perjuangan

Mempertahankan

Kemerdekaan Melalui Media Audio Visual di MI jauharotul Huda Cakung
Jakarta Timur”.
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Dari uraian latar belakang masalah tersebut, ada beberapa masalah yang
berhubungan dengan proses mengajar, yaitu :
1. Rendahnya nilai mata pelajaran IPS di kelas V MI Jauharotul Huda
yaitu di bawah KKM (68).
2. Metode yang digunakan berpusat pada guru
3. Kurangnya penggunaan media pembelajaran
4. Kurangnya minat dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
IPS di kelas V MI Jauharotul Huda
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasikan di atas maka tidak
semua masalah dapat diteliti dalam waktu yang bersamaan. Untuk keperluan
praktis karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka masalah akan
diteliti dibatasi pada masalah pokok yaitu penggunaan media audio visual
untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS pada
kompetensi dasar perjuangan mempertahankan kemerdekaan baik berupa
kognitif, afektif maupun psikomotor.

6

D. Perumusan Masalah Penelitian
Dengan melihat latar belakang penelitian di atas penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
“Apakah penggunaan media audio visual dapat meningkatkan hasil
belajar pada kelas V pada kompetensi dasar perjuangan mempertahankan
kemerdekaan di MI Jauharotul Huda?”
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian
1. Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS kelas V pada
kompetensi dasar perjuangan mempertahankan kemerdekaan di MI
Jauharotul Huda.
2. Kegunaan Hasil Penelitian
Pembelajaran dengan menggunakan media audio visual dapat
memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Manfaat praktis
1) Bagi guru
-

Meningkatkan kemampuan guru dalam membuat suasana
kelas yang menyenangkan serta menarik perhatian siswa.
Pembelajaran

menjadi

menyenangkan

dan

tidak

membosankan untuk para siswa.
-

Mendorong guru untuk mempersiapkan media yang menarik
sesuai dengan materi pelajaran dan mengkombinasikannya
dengan metode dan strategi yang variatif

2) Bagi sekolah
Dapat memberikan masukan dan alternatif kegiatan
belajar dalam upaya penggunaan media pembelajaran sehingga
menghasilkan ketuntasan hasil belajar siswa meningkat
3) Bagi siswa
Penggunaan media audio visual diharapkan dapat
meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa sehingga
meningkatkan hasil belajar.

BAB II
KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI
TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1. Hakikat Hasil Belajar
a) Pengertian Hasil Belajar
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik bahwa
“hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan
pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan
terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan
dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang
sopan menjadi sopan, dan sebagainya.1
Menurut pendapat Kripsin dan Feldhusen evaluasi adalah satusatunya cara untuk menentukan ketepatan pembelajaran dan keberhasilan.
Dengan demikian dapat dikatakan indikator pembelajaran efektif dapat
diketahui dari hasil belajar siswa yang baik.2
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar
dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan
proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.3
Supriyono (2011:5) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah
pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,
apresiasi dan keterampilan. Gagne (dalam Supriyono, 2011:5-6)
menjelaskan hasil belajar berupa :
a. Informasi

verbal

yaitu

kapabilitas

mengungkapkan

pengalaman dalam bahasa baik lisan maupun tulisan.

1

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,
(Jakarta:Bumi Aksara, 2008), hlm.155 cet.ke-7
2
Hamzah B. Uno & Mohammad Nurdin. Belajar dengan Pendekatan PAIKEM.
(Jakarta: Bina Aksara,2011)
3
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2006), hlm. 3.

7

8

b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan
konsep dan lambang.
c. Strategi

kognitif

yaitu

kecakapan

menyalurkan

dan

mengarahkan aktivitas kognitif.
d. Keterampilan motorik yaitu melakukan serangkaian gerak
jasmani.
e. Sikap yaitu kemampuan menerima atau menoleh objek
berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Teori perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang
menjelaskan

bagaimana

anak

beradaptasi

dengan

dan

menginterpretasikan objek dan kejadian – kejadian di sekitarnya, piaget
memandang bahwa anak memainkan peran aktif didalam menyusun
pengetahuannya mengenai realitas, anak tidak pasif menerima informasi. 4
Bloom menyampaikan tiga taksonomi yang disebut ranah belajar
yaitu kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.
a. Ranah kognitif
Meliputi : C1 mengingat, C2 memahami, C3 mengaplikasi, C4
menganalisa, C5 mengevaluasi dan C6 mencipta.
b. Ranah afektif
Meliputi : A1 menerima, A2 merespon, A3 menghargai, A4
mengorganisasikan, A5 karakteristik menurut nilai.
c. Ranah psikomotor
Meliputi : P1 meniru, P2 manipulasi, P3 presisi, P4 artikulasi,
P5 naturalisasi.
Dari beberapa pendapat para ahli, penulis mengambil kesimpulan
mengenai hasil belajar. Hasil belajar adalah suatu tujuan dalam
pembelajaran dimana di dalamnya terdapat beberapa aspek yang
terkandung atau dinilai didalamnya. Aspek-aspek tersebut adalah aspek
kognitif,

afektif,

dan

psikomotorik.

Ketiga

aspek

ini

sifatnya

komprehensif dan tidak secara pragmentis atau terpisah.

4

hlm.46.

Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2009),

9

b) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Dalam proses
komunikasi selalu melibatkan tiga komponen pokok yaitu komponen
pengirim pesan (guru), komponen penerima pesan (siswa), dan komponen
pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. 5 Oleh karena itu
perlu adanya hubungan yang komunikatif dan interaktif dari pengirim
pesan dengan penerima pesan, sebagai pemberi pesan seorang guru harus
memilih strategi pembelajaran yang tepat agar pesan, dalam hal ini materi
atau tujuan pembelajaran dapat diterima dengan baik oleh siswa sebagai
penerima pesan tanpa menimbulkan sesalahpahaman.
Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar sebagai hasil
interaksi dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seseorang
tergantung kepada apa yang telah diketahui pembelajar konsep – konsep,
tujuan dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang
dipelajari.6
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa, adapun faktor-faktor itu digolongkan sebagai berikut:

- Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam anak itu
sendiri, seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan sebagainya.
Faktor internal disebut juga faktor pada organism (siswa). Muhibbin Syah
menyebutkan bahwa “yang termasuk faktor internal adalah aspek
fisiologis dan psikologis. Aspek fisiologis mencakup kondisi tubuh siswa
termasuk organ tubuh dan kondisi alat indera. Sedangkan aspek psiologis
banyak sekali macamnya tetapi yang esensial antara lain kecerdasan
(intelegensi), sikap, bakat, minat dan motivasi siswa”.7

5

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses pendidikan,
(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), hlm.162
6
Suyono, Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011), hlm.127.
7
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2009), cet.ke-7, hlm.133-136

10

- Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri sianak,
seperti keadaan rumah, udara yang panas, lingkungan dan sebagainya.
Faktor eksternal terdiri dari faktor keluarga, masyarakat dan sekolah.
Selama hidup anak didik tidak biasa menghindarkan diri dari lingkungan
alami dan lingkungan sosial budaya. Interaksi dari kedua lingkungan
yang berbeda ini selalu terjadi dalam mengisi kehidupan anak didik.
Lingkungan hidup adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup
dan berusaha di dalamnya seperti lingkungan sekolah. Sedangkan
lingkungan sosial budaya, sebagai anggota masyarakat, anak didik tidak
biasa melepaskan diri dari ikatan sosial. Sistem sosial yang terbentuk
mengikat perilaku anak didik untuk tunduk pada norma sosial, susila dan
hukum yang berlaku dalam masyarakat. Seperti dalam lingkungan
sekolah maka anak didik berada dalam system sosial di sekolah.8
- Faktor pendekatan belajar (approach to learning)
Faktor pendekatan merupakan jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan model yang digunakan siswa untuk melakukan
kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran”.9Pemilihan metode
dan media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi
yang menjadi objek pembelajaran. Untuk memilih model pembelajaran
tidak boleh sembarangan, banyak faktor yang mempengaruhinya dan
perlu pertimbangan.
Tidak semua strategi dan metode dapat diterapkan pada mata
pelajaran tertentu, seorang guru harus pandai memilih dan menentukan
strategi dan metode apa yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan penggunaan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran akan sangat berarti dan dapat meningkatkan minat,
motivasi belajar siswa. Media pembelajaran juga dapat membantu guru
dari keterbatasan bercerita. Dengan meningkatnya minat dan motivasi
diharapkan akan meningkatkan hasil belajar siswa secara maksimal.
8

Saiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm.

9

Muhibbin Syah, Op. Cit., hlm.132

143

11

Hubungan antara satu factor dengan faktor yang lainnya sangat
erat kaitannya dan bersifat saling mendukung. Dalam faktor internal
terdapat factor psikologis dan fisiologis siswa yang didukung faktor
eksternal dan pendekatan belajar.Oleh karena itu lingkungan yang
merupakan bagian dari faktor eksternal dan metode belajar yang
merupakan bagian dari pendekatan belajar perlu diperhatikan dengan
seksama dalam penerapannya. Hal ini dimaksudkan agar hasil belajar
yang akan dicapai dapat diperoleh dengan maksimal.

2. Hakikat Pendidikan IPS
a) Pengertian Pendidikan IPS
Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata
pelajaran di tingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi
yang identic dengan istilah, “social Studies” dalam kurikulum di negara
lain, khususnya negara – negara Barat seperti Australia dan Amerika
Serikat. Nama IPS yang lebih dikenal social studies di negara lain itu
merupakan istilah hasil kesepakatan dari para ahli atau pakar kita di
Indonesia.10
Pendidikan IPS adalah “penyederhanaan atau adaptasi dari
disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia
yang

diorganisasikan

dan

disajikan

secara

ilmiah

dan

pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.”11
Pendidikan IPS adalah “seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan
humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan
disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.”12
Ilmu pengetahuan social merupakan sarana yang sangat
bermanfaat dalam membentuk diri supaya memiliki keterampilanketerampilan sosial (social skill) yang memadai. Tanpa keterampilan
sosial, manusia akan gagal dalam kehidupan sosialnya.

10

Sapriya dkk., Konsep Dasar IPS, ( Bandung: UPI PRESS, 2006 ), hlm. 3
Sapriya, Pendidikan IPS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 9
12
Sapriya, Ibid, hlm. 9
11

12

Dari beberapa pendapat tentang pengertian IPS di atas dapat
dikemukakan bahwa IPS adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang
kehidupan sosial didukung dan berdasarkan pada bahan kajian geografis,
ekonomi, sosiologi, antropologi, tata Negara dan sejarah, namun IPS
bukan merupakan penjumlahan, himpunan atau penumpukan, bahanbahan ilmu sosial.

b) Hasil Belajar dalam Pendidikan IPS
Melaui

proses

pembelajaran,

diharapkan

adapeningkatan

kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik, yang dapat dilihat salah
satunya adalah melalui penilaian hasil belajar. Mengacu pada Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 65 tahun 2013, ”penilaian dilakukan
secara konsisten,sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes
dan nontes dalam bentuktertulis atau lisan, pengamatan kinerja,
pengukuran sikap, penilaian hasil karyaberupa tugas, proyek dan atau
produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaianhasil pembelajaran
menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan PanduanPenilaian
Kelompok Mata Pelajaran.”Dalam melakukan penilaian terhadap
hasilbelajar dilakukan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan,
denganmenggunakan tes atau nontes.
Hasil belajar IPS adalah hasil belajar yang dicapai peserta
didik setelahmengikuti proses pembelajaran IPS berupa seperangkat
pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi
peserta didik untuk kehidupan sosialnyabaik untuk masa kini
maupun masa yang akan datang yang meliputi: sosialisasi,kelompok
sosial, struktur sosial lembaga sosial, perubahan sosial, dan
konflikserta terciptanya integrasi sosial, serta keragaman tingkat
kemampuan intelektualdan emosional. Hasil belajar dapat diperoleh
dari hasil tes (formatif, subsumatifdan sumatif), hasil kerja
(performance), penugasan (proyek), hasil kerja (produk),portofolio,
sikap serta penilaian diri.

13

Untuk meningkatkan hasil belajar IPS, dalam proses
pembelajaran harusmenggunakan metode dan media yang menarik
sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar. Diperlukan metode
dan media pembelajaran interaktif yang dilakukan dengan baik, guru
lebih banyak memberikan peran kepada peserta didik sebagai subjek
belajar, dan guru mengutamakan proses daripada hasil. Guru
merancang proses belajarmengajar yang melibatkan peserta didik
secara integratif dan komprehensif pada aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar yang sesuai dengan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang sudah ditentukan. Agar
hasil belajar IPS meningkat diperlukan situasi, cara dan strategi
pembelajaran yang tepat untuk melibatkan peserta didik secara aktif
baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam
proses belajar mengajar.

3. Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan
Pertempuran-pertempuran mempertahankan kemerdekaan
Setelah Jepang menyerah, sekutu masuk Indonesia untuk mengambil
alih kekuasaaan. Pasukan sekutu diboncengi Belanda. Belanda ingin
menguasai Indonesia lagi. Rakyat Indonesia tidak senang Belanda kembali ke
bumi pertiwi. Terjadilah pertempuran-pertempuran. Pertempuran terjadi di
Surabaya, Ambarawa, Bandung, Palembang, Bali, Medan dan kota-kota
lainnya. Mari kita pelajari beberapa pertempuran lain.

a. Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya
Tentara sekutu mendarat pertama kali di Surabaya pada tanggal 25
Oktober 1945. Komandan pasukan sekutu yang mendarat di Surabaya adalah
Brigjen A.W.S Mallaby. Tentara sekutu bertugas melucuti tentara Jepang dan
membebaskan interniran (tawanan perang).
Awalnya, pemerintah dan rakyat Indonesia menyambut kedatangan
tentara sekutu tersebut dengan tangan terbuka. Namun, sekutu mengabaikan
uluran tangan tersebut. Pada tanggal 27 Oktober 1945, sekutu menyerbu

14

penjara Kallsosok. Mereka berhasil membebaskan Kolonel Huiyer. Kolonel
Huiyer ialah seorang perwira angkatan laut Belanda yang ditawan Jepang.
Pada tanggal 28 Oktober 1945, pos-pos sekutu di seluruh kota
Surabaya diserang oleh rakyat Indonesia. Dalam berbagai serangan itu,
pasukan sekutu terjepit. Pada tanggal 29 Oktober 1945,para pemuda dapat
menguasai tempat-tempat yang telah dikuasai sekutu. Komandan sekutu
menghubungi Presiden Sukarno untuk menyelamatkan pasukan Inggris dari
bahaya kehancuran. Presiden Sukarno bersama Moh Hatta, Amir Syarifudin,
dan jendral D.C Hawthon tiba di Surabaya untuk menenangkan keadaan.
Akhirnya, pada tanggal 30 Oktober 1945 dicapai kesepakatan untuk
menghentikan tembak menembak.
Namun, pada sore harinya terjadi pertempuran di gedung Bank
International, tepatnya di Jembatan Merah. Dalam peristiwa itu, Brigjen
Mallaby tewas. Menanggapi peristiwa ini, pada tanggal 9 november 1945,
pimpinan sekutu Surabaya mengeluarkan ultimatum. Isi ultimatum itu adalah
“semua pemimpin dan orang-orang Indonesia yang bersenjata harus melapor
dan meletakan senjatanya di tempat-tempat yang telah ditentukan, kemudian
menyerahkan diri dengan menggangkat tangan. Batas waktu ultimatum
tersebut adalah pukul 06.00 tanggal 10 november 1945, jika sampai batas
waktunya tidak menyerahkan senjata, maka Surabaya akan diserang dari darat,
laut dan udara.
Batas waktu itu tidak diindahkan rakyat Surabaya.Oleh karena itu,
pecahlah pertempuran Surabaya pada tanggal 10 november 1945. Tentara
sekutu berjumlah kira-kira 10 sampai 15 ribu orang. Mereka terdiri dari
pasukan darat, laut dan udara. Pasukan sekutu ini merupakan gabungan dari
tentara Gurkha, Inggris dan Belanda.
Dalam pertempuran yang berjalan sampai awal bulan Desember 1945
itu telah gugur beribu-ribu pejuang. Perjuangan rakyat Surabaya ini
mencerminkan

tekad

perjuangan

seluruh

rakyat

Indonesia.

Untuk

memperingati kepahlawanan rakyat Surabaya itu, pemerintah menetapkan
tanggal 10 november sebagai Hari Pahlawan.

15

b. Pertempuran Ambarawa
“Pertempuran Ambarawa” diawali oleh mendaratnya tentara sekutu di
bawah pimpinan Brigadir Jendral di Semarang. Tentara sekutu mendarat di
Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Tujuan kedatangan mereka adalah
untuk mengurus tawanan perang dan tentara Jepang di Jawa Tengah.
Kedatangan sekutu semula disambut baik oleh rakya Semarang.
Bahkan, Gubernur Jawa Tengah menawarkan bantuan bahan makanan dan
keperluan-keperluan lainnya. Pihak sekutupun berjanji untuk tidak menganggu
kedaulatan Republik Indonesia.
Bentrokan bersenjata mulai timbul di Magelang. Bentrokan itu mulai
meluas menjadi pertempuran antara pasukan sekutu dengan pejuang
Indonesia. Penyebabnya adalah tentara sekutu diboncengi NICA. NICA
adalah singkatan dari Netherlands Indies Civil Administration, yaitu
pemerintah peralihan Belanda. NICA hendak membebaskan tawanan perang
Belanda di Magelang dan Ambarawa.
Setelah diadakan perundingan antara Presiden Sukarno dengan
Brigadir Jendral Bethel, tentara sekutu kemudian meninggalkan Magelang
menuju Ambarawa pada tanggal 21 November 1945. Para pejuang Indonesia
yang dipimpin Letnan Kolonel M. Sarbini mengejar pasukan sekutu yang
mundur ke Ambarawa. Di Desa Jambu, pasukan sekutu dihadang pejuang
angkatan muda yang dipimpin oleh Sastrodiharjo. Di desa Ngipik, pasukan
sekutu diserang pejuang Indonesia yang dipimpin oleh Suryosampeno.
Pada saat mundur, pasukan sekutu mencoba menduduki dua desa di
sekitar Ambarawa. Dalam pertempuran untuk membebaskan kedua desa
tersebut. Letnan Kolonel Isdiman gugur. Letnan Kolonel Isdiman adalah
Komandan Resimen Banyumas.
Dengan gugurnya letnan Isdiman, Kolonel Sudirman turun langsung
ke medan pertempuran Ambarawa. Kolonel Sudirman adalah panglima Divisi
Banyumas. Kehadiran Kolonel Sudirman member semangat baru bagi pejuang
Indonesia. Pasukan Indonesia mengepung kota Ambarawa dari berbagi
jurusan. Siasat yang dipakai adalah mengadakan serangan serentak dari
berbagai jurusan pada saat yang sama. Pasukan Indonesia mendapat bantuan

16

dari Yogyakarta, Surakarta, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang dan
lain-lain.
Pada tanggal 12 Desember 1945 pasukan Indonesia melancarkan
serangan serentak ke Ambarawa. Pada tanggal 15 Desember 1945 pasukan
sekutu berhasil dipukul mundur ke Semarang. Dalam pertempuran di
Ambarawa ini banyak pejuang yang gugur.

c. Bandung Lautan Api
Pada bulan Oktober 1945, tentara sekutu memasuki Kota Bandung.
Ketika itu para pejuang Bandung sedang melaksanakan pemindahan
kekuasaan dan merebut senjata dan peralatan dari tentara Jepang. Tentara
NICA membonceng tentara sekutu itu. NICA berkeinginan mengembalikan
kekuasaan Belanda di Indonesia. Para pejuang yang tergabung dalam TKR,
lascar-laskar dan badan-badan pejuang mengadakan perlawanan terhadap
tentara sekutu dan Belanda.
Pada tanggal 21 November 1945, tentara sekutu mengeluarkan
ultimatum (peringatan) pertama agar kota Bandung bagian utara dikosongkan
oleh pihak Indonesia selambat-lambatnya tanggal 29 November 1945. Para
pejuang kita harus menyerahkan senjata yang dirampas dari tentara Jepang.
Alasannya untuk menjaga keamanan. Apabila tidak diindahkan, tentara sekutu
akan menyerang habis-habisan.
Peringatan ini tidak dihiraukan oleh para pejuang Indonesia. Sejak saat
iu sering terjadi bentrokan senjata. Kota Bandung terbagi menjadi dua,
Bandung utara dan Bandung selatan. Karena persenjataan yang tidak
memadai,

pasukan

TKR

dan

para

pejuang

lainnya

tidak

dapat

mempertahankan Bandung utara. Akhirnya Bandung utara dikuasai ole sekutu.
Pada tanggal 23 Maret 1946 tentara sekutu mengeluarkan ultimatum
kedua. Mereka menuntut agar semua masyarakat dan para pejuang TRI
(tentara republic Indonesia) mengosongkan kota Bandung bagian selatan.
Perlu diketahui bahwa sejak 24 Januari 1946, TKR telah berubah namanya
menjadi TRI.

17

Demi keselamatan rakyat dan pertimbangan politik, pemerintah
republic Indonesia pusat memerintahkan TRI dan para pejuang lainnya
mundur dan mengosongkan Bandung selatan. Tokoh-tokoh pejuang, seperti
Aruji Kartawinata, Suryadarma dan Kolonel Abdul Harris Nasution yang
menjadi panglima TRI waktu itu segara bermusyawarah. Mereka sepaka untuk
mematuhi perintah dari pemerintah dari pemerintah pusat. Namun, mereka
tidak mau menyerahkan kota bandung bagian selatan itu secara utuh kepada
musuh.
Rakyat diungsikan ke luar kota Bandung. Pasukan TRI dari para
pejuang lainnya dengan berat hati meninggalkan Bandung Selatan. Sebelum
dtinggalkan, Bandung Selatan dibumihanguskan oleh para pejuang. Bumi
hangus adalah memusnahkan dengan pembakaran semua barang, bangunan,
gedung yang mungkin akan dipakai oleh musuh. Pertempuran terus berlanjut.
Para anggota TKR dan pemuda kita menggunakan taktik perang gerilya.
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 23 Maret 1946 dan terkenal dengan sebutan
Bandung Lautan Api dalam peristwa tersebut, gugur seorang pejuang
Mohammad Toha.

d. Perjanjian Linggajati
Perjanjian tentara Inggris menyadari, sengketa Indonesia dengan
Belanda tidak mungkin diselesaikan melalui peperangan, Inggris berusaha
mempertemukan kedua belah pihak di meje perundingan. Melalui meja
perundingan diharapkan konflik bisa diatasi.
Pada tanggal 10 November 1946 diadakan perundingan antara
Indonesia dan Belanda. Perundingan ini dilaksanakan di Linggajati. Linggajati
terletak di sebelah selatan Cirebon. Dalam perundingan itu delegasi Indonesia
dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir. Sementara delegasi Belanda
dipimpin oleh Van Mook.
Pada tanggal 15 November 1946, hasil perundingan diumumkan dan
disetujui oleh kedua belah pihak. Secara resmi, naskah hasil perundingan
ditandatangani oleh Pemerintah Indonesia dan Belanda pada tanggal 25 Maret

18

1947. Hasil Perjanjian Linggajati sangat merugikan Indonesia karena wilayah
Indonesia menjadi sempit
Berikut ini isi perjanjian Linggajati.
1. Belanda hanya mengakui kekuasaan Republik Indonesia atas Jawa,
Madura, dan Sumatera.
2. Republik Indonesia dan Belanda akan bersama-sama membentuk
Negara Indonesia Serikat yang terdiri atas :
a. Negara Republik Indonesia
b. Negara Indonesia Timur
c. Negara Kalimantan
3. Negara Indonesia Serikat dan Belanda akan merupakan suatu uni
(kesatuan) yang dinamaikan Uni Indonesia Belanda dan diketuai oleh
Ratu Belanda

e. Perjanjian Renville
Pada tanggal 1 Agustus 1947, Dewan Keamanan PBB memerintahkan
agar pihak Indonesia dan Belanda menghentikan tembak-menembak.
Akhirnya pada tanggal 4 Agustus 1947, Belanda mengumumkan gencaran
senjata. Gencatan senjata adalah penghentian tembak-menembak di antara
pihak-pihak yang berperang.
PBB membantu penyelesaian sengketa antara Indonesia dan Belanda
dengan membentuk Komisi Tiga Negara (KTN) yang terdiri atas :
1. Autralia, dipilih oleh Indonesia
2. Belgia, dipilih oleh Belanda
3. Amerika Serikat, dipilih oleh Autralia dan Belanda
Komisi Tiga Negara (KTN) memprakarsai perundingan antara
Indonesia dan Belanda. Perundingan dilakukan di atas kapal Renville, yaitu
kapal Angkatan Laut Amerika Serikat. Oleh karena itu, hasil perundingan ini
dinamakan Perjanjia Renville.
Dalam perundingan itu Negara Indonesia, Belanda, dan masingmasing anggota KTN diwakili oleh sebuah delegasi.
1. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Amir Syarifuddin

19

2. Delegasi Belanda dipimpin oleh R. Abdul Kadir Wijoyoatmojo
3. Delegasi Autralia dipimpin oleh Richard C Kirby
4. Delegasi Belgia dipimpin oleh Paul Van Zeeland
5. Delegasi Amerika Serikat dipimpin oleh Frank Porter Graham
Hasil perjanjian Renville sangat merugikan Indonesia. Wilayah
kekuasaan Republik Indonesia menjadi sangat sempit.

4. Media Pembelajaran
a) Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin “Medium” yang secara
harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Modeo adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.13
Tetapi secara lebih khusus, pengertian media dalam proses
pembelajaran diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali
informasi visual atau verbal. Media juga dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan,
merangsang

pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa,

sehingga dapat terdorong terlibat dalam proses pembelajaran.
Menurut Heinic dkk media merupakan alat saluran
komunikasi. Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti perantara yaitu
perantara sumber pesan dengan penerima pesan.14
Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses
pembelajaran merupakan proses komunikasi dari pembawa pesan
kepada penerima pesan.
Sedangkan Briggs berpendapat bahwa media adalah segala
alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk
belajar, contohnya buku, film, kaset.15 Namun sayangnya hanya
13

Arief S. Sadiman dkk., Media Pendidikan, (Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 2011), hlm. 6.
14
Asep Herry Hernawan dkk., Media pembelajaran Sekolah Dasar, (Bandung:
UPI PRESS.
15
Loc.cit.

20

sebgian kecil guru yang menyiapkan media pembelajarn sebelum
memulai pembelajarn dalam bentuk yang menarik, mereka lebih
cenderung hanya menyjikan bahan ajar berupa buku paket yang
siswa sudah miliki.
Asosiasi

Pendidikan

Nasional

(

National

Education

Association/NEA ) berpendapat bahwa media adalah bentuk-bentuk
komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya.
Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan
dibaca.16Dengan

adanya

media

yang

mengembangkan

alat

pendengaran dan penglihatan serta melakukan langsung sendiri,
maka siswa akan lebih mudah untuk memahami dan mengingat
materi pembelajaran.
Media merupakan bahan pengjaran, bahan pengajaran
adalah seperangkat materi materi keilmuan yang terdiri atas fakta,
konsep, prinsip, generalisasi suatu ilmu pengethuan yang bersumber
dari

kurikulum

dan

dapat

menunjang

tercapainya

tujuan

pengajaran.17Dengan adanya media pengjaran tersebut dapat
menyederhanakan sebuah konsep serta mungkin dapat disajikan
dalam bentuk yang lebih realistis dan dapat diterima dan
dibayangkan oleh daya fikir siswa.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa media
merupakan alat bantu atau bahan yang dapat digunakan dalam
pembelajaran.Proses pembelajaran mengandung lima komponen
komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, media
pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Jadi,
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat
merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.

16

Ibid., hlm. 7
Nana Sudjana, Ahmad Rivai, Media Pengajaran, ( Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2009), hlm. 1.
17

21

b) Ciri-ciri media pembelajaran
Hamalik mengemukakan bahwa “ciri-ciri umum dari media
pendidikan adalah sebagai berikut: Media pendidikan identik
artinya dengan pengertian keperagaan yang berasal dari kata raga,
artinya suatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar, dan yang
dapat diamati melalui panca indera kita”.18
Ciri-ciri media dapat dilihat menurut kemampuannya
membangkitkan rangsangan pada indera penglihatan, pendengaran,
perabaan, penciuman, dan pengecapan. Maka ciri-ciri umum media
pembelajaran

adalah bahwa media itu dapat diraba, dilihat,

didengar, dan diamati melalui panca indera.
Di samping itu, Arsyad menyatakan bahwa ciri-ciri umum
media pembelajaran ialah :
(1) Media pembelajaran memiliki pengertian fisik yang dewasa ini
dikenal

sebagai hardware ( perangkat keras), yaitu suatu

benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan
pancaindera.
(2) Media pembelajaran memiliki pengertian non fisik yang dikenal
sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang
terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang
disampaikan kepada siswa.
(3) Penekanan media pembelajaran terdapat pada visual dan audio.
(4) Media pembelajaran merupakan alat bantu pada proses belajarmengajar baik di dalam maupun di luar kelas.
(5) Media pembelajaran digunakan dalam rangka komunikasi dan
interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
(6) Media pembelajaran dapat digunakan secara massa (misalnya:
radio, televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya:
film, slide,video, OHP), atau perorangan (misalnya : modul,
komputer, radio tape/ kaset, video recorder).19
18

Alim Sumarno, Hakikat televisi dalam media pendidikan. http://alimsumarno.blog.elearning.unesa.ac.id
19
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran,(Jakarta: Raja Grafindo, 2003), hlm.6

22

Sedangkan

Gerlach

dan

Ely (1971)

dalam

Arsyad

mengemukakan tiga ciri media pembelajaran, yaitu:
(1) Ciri Fiksatif
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam,
menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau
objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali
dengan media seperti fotografi, video tape, audio tape, dan film.
Dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman
kejadian atau objek yang terjadi pada satu

waktu tertentu

ditransportasikan tanpa mengenal waktu.
(2) Ciri Manipulatif
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan
karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan
waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua
atau tiga menit dengan teknikpengambilan gambar

time-lapse

recording. Misalnya bagaimana proses larva menjadi kepompong
kemudian menjadi kupu-kupu dapat

dipercepat dengan teknik

fotografi tersebut. Di samping dipercepat, suatu kejadian dapat pula
diperlambat pada saat menayangkan kembali suatu rekaman video.
Pada rekaman gambar hidup seperti pada media film, kejadian dapat
diputar

mundur.

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Media Audio Visual Pada Siswa Kelas V SDN 01 M

0 2 15

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Media Audio Visual Pada Siswa Kelas V SDN 01 M

0 5 20

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN MELALUI METODE INDEX UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN MELALUI METODE INDEX CARD MATCH PADA SISWA KELAS V SDN I MANYARAN TAHUN

0 0 15

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DENGAN METODE PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DENGAN METODE CIRC (COOPERATIVE, INTEGRATED, READING, AND COMPOSITION) PADA SISWA KELAS V

0 0 14

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MATERI PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL (VIDEO)PADA SISWA KELAS V DI MI MUFIDAH TAMAN SIDOARJO.

0 0 112

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI MENGHARGAI JASA DAN PERAN TOKOH DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V MI MUHAMMADIYAH BLAGUNG KECAMATAN SIMO TAHUN AJARAN 20142015 SKRIPSI

0 1 180

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI METODE STORY TELLING DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL GERAK PADA SISWA KELAS V SEMESTER II MI TARBIYATUL AULAD JOMBOR TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20172018

0 1 114

Peningkatan IPS materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui metode make a match dan media audio visual pada siswa kelas V semester II MI Baran Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2017/2018 - Test Repository

0 0 172

Peningkatan hasil belajar IPS Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan melalui media audio-visual dan metode snowball theowing pada kelas V MI Ma’arif Global Blotongan Salatiga tahun ajaran 2017/2018 - Test Repository

0 0 201

PENERAPAM MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN PADA SISWA KELAS V MI MIFTAHUL HUDA MENGANTI GRESIK SKRIPSI

0 0 15