PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MATERI PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL (VIDEO)PADA SISWA KELAS V DI MI MUFIDAH TAMAN SIDOARJO.
SKRIPSI
Oleh : ABDUL GHOFUR
D77212080
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
(2)
NIM : D77212080
Program Studi : PGMI
Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan saya atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dibuktikan bahwa skripsi ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Surabaya, 11 Agustus 2016 Yang Membuat Pernyataan
(3)
NIM : D77212080
Judul : PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MATERI PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN
INDONESIA MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL (VIDEO) PADA SISWA KELAS V DI MI MUFIDAH TAMAN SIDOARJO
Ini telah diperiska dan disetujui untuk diajukan.
Surabaya, 12 Agustus 2016 Dosen Pembimbing
Wahyuniati, M.Si NIP. 198504292011012010
(4)
Mengesahkan,
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
(5)
(6)
ABSTRAK
Abdul Ghofur, 2016.Peningkatan Motivasi Belajar IPS Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Menggunakan Media Audio Visual (Video) Pada Siswa Kelas V di MI Mufidah Taman Sidoarjo.
Dosen Pembimbing: Wahyuniati, M.Si.
Motivasi belajar sangat menentukan keberhasilan siswa dalam menangkap materi pembelajaran. Dari data yang diperoleh banyak siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Hanya 25% siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi. Jadi dari 33 orang siswa, hanya 7 siswa yang mencapai kategori motivasi minimal baik. Hal ini dikarenakan guru kurang inovatif dalam menggunakan media pembelajaran. Oleh karena itu, perlu digunakan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan deskripsi dari latar belakang tersebut diperoleh dua permasalahan, yaitu: 1) Bagaimana penggunaan media pembelajaran Audio Visual (Video) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di Kelas V MI Mufidah Taman Sidoarjo? 2) Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan media pembelajaran Audio Visual (Video) di Kelas V MI Mufidah Taman Sidoarjo?
Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu: 1) Untuk mengetahui penggunaan media pembelajaran Audio-Visual (Video) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di Kelas V MI Mufidah. 2) Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan media pembelajaran Audio-Visual (Video)di Kelas V MI Mufidah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. PTK ini terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2016, sedangkan siklus II dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2016. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V MI Mufidah Taman Sidoarjo yang berjumlah 33 siswa, yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.
Hasil penelitian ini: 1) Nilai aktivitas guru pada siklus I adalah 77,5 kemudian pada siklus II meningkat menjadi 87,5. 2)nilai aktivitas siswa pada
(7)
siklus I adalah 80 kemudian pada siklus II meningkat menjadi 87,5. 3) Motivasi belajar siswa pada tes awal (pre test) mencapai prosentase 25%. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I meningkat menjadi 86,21% dan pada siklus II meningkat kembali menjadi 90%.
Kata kunci: Motivasi Belajar, Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia, Media Audio Visual (Video).
(8)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
MOTTO ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iv
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR DIAGRAM ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR RUMUS ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 5
C.Tindakan yang Dipilih ... 5
D.Tujuan Penelitian ... 6
E. Lingkup Penelitian ... 6
F. Signifikansi Penelitian ... 7
G.Sistematika Pembahasan ... 9
(9)
A.Pengertian Motivasi ... 11
B.Pembelajaran IPS di MI ... 16
C.Materi IPS ... 18
D.Media Audio-Visual (video) ... 34
BAB III : METODE PENELITIAN ... 50
A.Metode Penelitian ... 50
B.Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian ... 53
C.Variabel yang Diselidiki ... 54
D.Rencana Tindakan ... 55
E. Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 60
F. Analisis Data ... 71
G.Indikator Kinerja ... 74
H.Tim Peneliti dan Tugasnya ... 75
I. Rencana Jadwal Kegiatan PTK ... 76
BAB IV : HASIL PENELITIAN ... 77
A.Hasil Penelitian ... 77
B.Pembahasan ... 95
BAB V : PENUTUP ... 100
A.Kesimpulan ... 100
B.Saran ... 101
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
(10)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Sosial untuk tingkat sekolah sangat erat kaitannya dengan bidang disiplin ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu, Ilmu Pengetahuan Sosial atau yang biasa disingkat IPS, di tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledges), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitude and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan partisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.
Selain adanya tujuan di atas, mata pelajaran Ilmu Pendidikan Sosial juga memiliki beberapa tujuan. Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; dan (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
(11)
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, siswa harus mempunyai motivasi. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar itu akan optimal kalau ada motivasi yang tepat.1
Ada banyak cara untuk menimbulkan motivasi dalam diri siswa, diantaranya yaitu dengan penggunaan metode, strategi dan media dalam proses pembelajaran. Terutama dalam penggunaan media. Siswa tidak hanya berangan-angan dalam memahami konsep dalam proses pembelajarannya, tetapi mereka akan dapat melihat secara langsung apa yang mereka pelajari.
Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru sebagai fasilitator dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, tiap-tiap pendidik perlu mempelajari bagaimana menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar-mengajar.
Namun pada kenyataanya media pembelajaran masih sering terabaikan dengan berbagai alasan, di antaranya: terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar bagi guru sebagai pendidik, kesulitan untuk mencari model dan jenis media yang tepat, ketiadaan biaya dan sarana dari lembaga pendidikan yang biasa dikeluhkan.
1
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996), Cet. 6, 73-75.
(12)
Akibatnya siswa akan cenderung malas dan bosan dalam proses pembelajaran. Terutama dalam proses pembelajaran IPS yang cakupan materinya sangat luas dan berhubungan dengan sejarah. Siswa kurang termotivasi dalam proses pembelajaran, karena informasi yang mereka dapat hanya terfokus pada buku dan penjelasan guru. Konsep yang mereka terima pun hanya dapat mereka angan-angan tanpa bisa mereka lihat secara langsung.
Hal ini pun serupa dengan yang terjadi di MI Mufidah. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di Madrasah Ibtida’iyah Mufidah, Taman-Sidoarjo, masih banyak permasalahan yang ditemui dalam proses pembelajaran IPS disana. Hal ini dibenarkan oleh Bapak Alaihim selaku guru IPS kelas V MI Mufidah, bahwasannya motivasi belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPS materi Keanekaragaman Suku Bangsa dan Budaya di Indonesia cenderung rendah. Banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru dan mengobrol dengan teman saat pelajaran berlangsung.2 Di lain pihak, pada saat pelajaran Aqidah Akhlak siswa terlihat sangat antusias melihat penayangan film melalui media video yang disajikan guru yang bersangkutan. Sementara Pak Alaihim belum pernah menerapkan media serupa dalam pembelajaran IPS.
Pada saat dilakukan pra siklus dapat diketahui bahwa jumlah siswa kelas V adalah 33 siswa. Namun terdapat 5 siswa yang tidak hadir. Dari data pengukuran motivasi belajar siswa saat pra siklus, diketahui siswa dengan
2
(13)
kategori gagal yaitu sebanyak 7 siswa. Jumlah siswa dengan kategori kurang 7 siswa. Jumlah siswa dengan kategori cukup yaitu sebanyak 7 siswa. Siswa dengan kategori motivasi belajar baik sebanyak 6 siswa. Sementara siswa dengan kategori motivasi baik sekali hanya sebanyak 1 siswa. Apabila dijadikan dalam skala prosentase, dimana data motivasi belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah siswa berkategori motivasi belajar baik dan baik sekali terhadap seluruh siswa yaitu hanya 25,00% saja. Data pengukuran motivasi belajar siswa pada saat pra siklus terlampir ( Lampiran 13 )
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dianggap membosankan bagi siswa karena cakupan materinya yang cukup luas dan pembelajaran yang monoton yaitu pembelajaran yang didominasi oleh guru. Siswa hanya menjadi objek pembelajaran sehingga siswa kurang mandiri dan mengakibatkan siswa menjadi pasif. Dalam pembelajaran IPS guru sering kali hanya menggunakan metode ceramah saja.3
Berdasarkan persoalan di atas, penulis mencoba salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengatasi hal tersebut dan untuk lebih meningkatkan konsep serta sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, perlu dikembangkannya suatu media pembelajaran yang tepat. Salah satu media
pembelajaran yang banyak melibatkan keaktifan siswa, mampu
menggunakan seluruh panca indera dan keterampilan sosial adalah dengan menerapkan salah satu media pembelajaran yaitu Media Audio Visual (Video).
3
(14)
Dari latar belakang tersebut, maka peneliti merasa terdorong untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan media pembelajaran Audio Visual (Video) terhadap peningkatan motivasi belajar siswa dengan judul “Peningkatan Motivasi Belajar IPS Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Menggunakan Media Audio Visual (Video) Pada Siswa Kelas V MI Mufidah Taman Sidoarjo”.
B. Rumusan Masalah
Masalah mendasar dari penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penggunaan media pembelajaran Audio Visual (Video) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di Kelas V MI Mufidah Taman Sidoarjo?
2. Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan media pembelajaran Audio Visual (Video) di Kelas V MI Mufidah Taman Sidoarjo?
C. Tindakan Yang Dipilih
Tindakan yang dipilih untuk mengatasi permasalahan di kelas V MI Mufidah dalam pembelajaran IPS materi Perjuangan Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan media pembelajaran
(15)
Audio-Visual (Video) diharapkan dapat meningkatkan prosentase motivasi belajar siswa berkategori minimal baik di kelas V MI Mufidah dalam pembelajaran IPS materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan peneliti adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui penggunaan media pembelajaran Audio-Visual (Video)untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di Kelas V MI Mufidah.
2. Mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan media pembelajaran Audio-Visual (Video) di Kelas V MI Mufidah.
E. Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini dapat tuntas dan terfokus, sehingga penelitian mendapat hasil yang memuaskan, permasalahan tersebut dibatasi oleh hal-hal sebagai berikut :
1. Penelitian ini hanya membahas mengenai peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS pada materi Perjuangan Mempertahankan
(16)
Kemerdekaan Indonesia dengan menerapkan media pembelajaran Audio-Visual (Video)di Kelas V MI Mufidah.
2. Subyek penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas V MI Mufidah tahun ajaran 2015-2016 dengan jumlah siswa 33 orang, terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.
3. Penelitian ini hanya menggunakan instrumen pengukuran motivasi belajar menggunakan angket yang hanya digunakan pada ranah afektif, sedangkan ranah psikomotori menggunakan lembar observasi dan ranah kognitif menggunakan instrument tes tulis berupa soal-soal.
4. Kompetensi Dasar :
a. Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Indikator :
Menjelaskan beberapa usaha dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Mengidentifikasi tokoh-tokoh yang berperan dalam mempertahankan kemerdekaan.
F. Signifikansi Penelitian
Berdasarkan pada tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan data di lapangan yang bermanfaat bagi: 1. Siswa
(17)
a. Dengan menggunakan media Audio-Visual (Video), peserta didik akan lebih aktif, kreatif dan lebih memahami pelajaran
b. Mampu mengungkapkan dan mengekspresikan pikiran dan
perasaannya dengan baik (artikulatif/ articulate)4
c. Memberikan motivasi belajar karena sangat menarik dan
menyenangkan anak5 2. Guru
a. Mendapatkan alternatif media yang dapat digunakan dalam
pembelajaran IPS
b. Pembelajaran di kelas lebih aktif, efektif, kreatif dan menyenangkan c. Menarik atau membawa perhatian siswa pada materi pelajaran.6 3. Sekolah
a. Sebagai masukan tentang hambatan dan masalah yang terjadi pada proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah.
b. Mengatasi dan memperbaiki masalah-masalah pembelajaran yang terjadi di kelas, sehingga dapat menemukan cara yang tepat untuk meningkatan kualitas belajar mengajar di kelas.
c. Meningkatkan profesionalitas guru dalam mengajar di sekolah.
4
Naning Pranoto, Penulisan Kreatif Untuk Anak, (Solo: Tiga Serangkai, 2009), 54.
5
Moh. User Usman, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993), Cet. I, 127.
6
Sardiman A.M, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012) Cet. 21, 195.
(18)
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam proposal ini penulis susun secara sistematis dari bab ke bab yang terdiri dari lima bab dan antara bab satu dengan bab yang lainnya merupakan integritas atau kesatuan yang tak terpisahkan serta memberikan atau menggambarkan secara lengkap dengan jelas tentang penelitian dan hasil-hasilnya.
Adapun sistematika pembahasan selengkapnya adalah sebagai berikut:
BAB I: (a) Latar Belakang, (b) Rumusan Masalah, (c) Tindakan yang Dipilih, (d) Tujuan Penelitian, (e) Lingkup Penelitian, (f) Manfaat Penelitian, (g) Sistematika Pembahasan.
BAB II: Kajian teori, meliputi: (a) Motivasi:Pengertian Motivasi, Teori-teori dalam Motivasi, Ciri-ciri Motivasi Belajar, Indikator Motivasi Belajar, (b) Pembelajaran IPS di MI: Hakikat Pembelajaran IPS, Tujuan Pembelajaran IPS di MI, Ruang Lingkup Pembelajaran IPS di MI, (c) Materi IPS: Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia, (d) Media Audio-Visual (Video): Pengertian media Pembelajaran, Langkah-langkah memilih media pembelajaran, Media Audio-Visual (Video), Kelebihan dan Kekurangan metode Audio-Visual (Video).
BAB III: Metode dan Rencana Penelitian, yang meliputi: (a) Metode Penelitian, (Setting dan Subjek Penelitian), (c) Variabel yang Diselidiki, (d) Rencana Tindakan Kelas, (e) Data dan Teknik Pengumpulan Data, (f) Analisis Data, (g) Indikator Kinerja, (h) Tim Peneliti dan Tugasnya, (i) Rencana Jadwal Kegiatan PTK.
(19)
BAB IV: Hasil Penelitian, meliputi: (a) Paparan data dan temuan penelitian siklus I: Perencanaan (Planning), Pelaksanaan (Acting), Pengamatan (Observing), Refleksi (Reflecting), (b) Paparan data dan temuan penelitian siklus II: Perencanaan (Planning), Pelaksanaan (Acting), Pengamatan (Observing), Refleksi (Reflecting), (c) Pembahasan.
(20)
BAB II KAJIAN TEORI A.Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului
dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting:
a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang
ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
b. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/ “feeling”, afeksi seseorang.
Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah-laku manusia.
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi
(21)
d. kemunculannya karena terangsang atau terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.
Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.
Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Perannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar itu akan optimal kalau ada
(22)
motivasi yang tepat.7 Sementara dalam pengertian yang sangat luas, motivasi belajar adalah suatu nilai dan suatu dorongan untuk belajar.8
Sebagai umat Islam yang beriman, selain memiliki iman yang kuat diharuskan juga memiliki motivasi belajar yang kuat. Seperti janji Allah dalam Q.S Al-Mujadalah ayat 11 berikut:
ليقاذاو ُۚل ّٰا حسڧياوحسڧاڧ سلٰج لا ِ اوح َسڧت ُل ليقاذاآونمٰا ي ّاا هُ ٰي
ڧ ياو ااڧاو اا
ﷲ
و ٰ لااوتوا ي َّاو ُنماونمٰا ي َّا
ﷲ
ْبخ نول تا ب
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu!”, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.9
2. Teori-teori dalam Motivasi
a. Teori instink
Menurut teori ini tindakan setiap diri manusia diasumsikan seperti tingkah jenis animal/ binatang. Tindakan manusia itu dikatakan selalu
7
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996), Cet. 6, 73-75.
8
Raymond J. Wlodkowski dan Judith H. Jaynes, Hasrat untuk Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), Cet. I, 11.
9
Agus Hidayatullah, Siti Irhamah Sail, Imam Ghazali Masykur, dan Fuad Hadi, ALJAMIL Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah Inggris.(Bekasi:Cipta Bagus Segara, 2012), 543.
(23)
berkait dengan instink atau pembawaan. Dalam memberikan respon terhadap adanya kebutuhan seolah-olah tanda dipelajari. Tokoh dari teori ini adalah Mc. Dougall.
b. Teori fisiologis
Teori ini juga disebutnya “Behaviour theories”. Menurut teori ini
semua tindakan manusia itu berakar pada usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan organik atau kebutuhan untuk kepentingan fisik. Atau disebut sebagai kebutuhan primer, seperti kebutuhan tentang makanan, minuman, udara dan lain-lain yang dperlukan untuk kepentingan tubuh seseorang. Dari teori inilah muncul perjuangan hidup, perjuangan untuk mempertahankan hidup, strunggle for survivar.
c. Teori psikoanalitik
Teori ini mirip dengan teori instink, tetapi lebih ditekankan pada unsur-unsur kejiwaan yang ada pada diri manusia. Bahwa setiap tindakan manusia karena adanya unsur pribadi manusia yakni idea dan ego. Tokoh dari teori ini adalah Freud.
3. Ciri-ciri Motivasi Belajar
Menurut Sardiman yang dikutip di dalam buku Ali Imron mengemukakan ciri-ciri motivasi yang ada pada diri siswa yaitu:
a. Tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja terus menerus dalam waktu lama.
b. Ulet dalam menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa. c. Tidak cepat puas atas prestasi yang telah diperoleh.
(24)
d. Menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar.
e. Lebih suka bekerja sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain. f. Tidak mudah bosan dengan tugas-tugas rutin.
g. Dapat mempertahankan pendapatnya.
h. Tidak mudah melepaskan apa yang diyakini. i. Senang mencari dan memecahkan masalah.10
Dalam hal ini, peneliti memfokuskan penelitian pada peningkatan motivasi berdasarkan ciri-ciri motivasi belajar diantaranya:
a. Dapat bekerja terus menerus dalam waktu lama. b. Tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan. c. Tidak cepat puas atas prestasi yang telah diperoleh. d. Tidak mudah bosan dengan tugas-tugas rutin. e. Dapat mempertahankan pendapatnya.
f. Senang mencari dan memecahkan masalah
4. Indikator Motivasi Belajar
Tingkat motivasi siswa dapat diukur melalui indikator motivasi. Adapun indikator motivasi seperti yang dipaparkan Hamzah B. Uno di dalam bukunya adalah sebagai berikut:
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
c. Adanya harapan dan cita-cita dimasa yang akan datang.
10
(25)
d. Adanya penghargaan dalam belajar.
e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. f. Adanya lingkungan yang kondusif.11
B.Pembelajaran IPS di MI
1. Hakikat Mata Pelajaran IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata
pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai
SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan
11
(26)
dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.
2. Tujuan Mata Pelajaran IPS di MI
Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPS di MI
Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Manusia, Tempat, dan Lingkungan b. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan
(27)
c. Sistem Sosial dan Budaya
d. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.
C.Materi IPS
Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaaan Indonesia
Perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan berlangsung sejak 1945 sampai 1949. Periode itu disebut periode Perang Kemerdekaan atau Revolusi Fisik. Usaha mempertahankan kemerdekaan, tidak hanya dengan mengandalkan perjuangan fisik. Para pemimpin bangsa juga melakukannya dengan diplomasi melalui berbagai perundingan.
1. Perjuangan Fisik dalam Mempertahankan Kemerdekaan
Setelah proklamasi kemerdekaan, bangsa Indonesia melakukan pemindahan kekuasaan dari tangan Jepang. Akan tetapi, Jepang tidak mau melepaskan Indonesia. Akibatnya, pertempuran antara tentara Indonesia dan tentara Jepang berkobar di mana-mana. Berkat kegigihan bangsa Indonesia akhirnya Jepang dapat diatasi. Kemudian datanglah tentara Sekutu pada 8 September 1945. Kedatangan tentara Sekutu di Indonesia disambut baik oleh rakyat. Tujuan mereka, yaitu melucuti senjata tentara Jepang, membebaskan tawanan Jepang, dan mencari penjahat perang. Namun, kedatangan tentara Sekutu diboncengi orang-orang Belanda. Belanda datang kembali ke Indonesia untuk membuat pemerintahan sipil yang disebut NICA (Netherland Indies Civil Administration). Tindakan tersebut mendapat perlawanan dari para pejuang Indonesia.
(28)
a. Pertempuran 10 November
Tentara Sekutu (Inggris) pertama kali mendarat di Surabaya pada 25 Oktober 1945. Pendaratan ini dipimpin Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby. Dua hari kemudian tentara Inggris menyerbu penjara republik untuk membebaskan perwira-perwira Sekutu dan pegawai RAPWI (Relief of Alleid Prisoner of War and Internees). Tentara sekutu menguasai tempat-tempat penting seperti Kantor pos besar, gedung Bank Internatio, dan pangkalan udara Tanjung.
Pertempuran di Surabaya meluas hampir ke seluruh kota. Inggris menyerang dengan peralatan perang yang lengkap. Para pemuda berusaha mengepung dan menyerang gedung tersebut. Dalam insiden itu, Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby tewas. Inggris kemudian mendatangkan tentara yang lebih besar ke berbagai daerah.
Pada 9 November 1945, Inggris mengeluarkan ultimatum. Isinya: "Rakyat Surabaya supaya menyerahkan senjata kepada Inggris selambat-lambatnya pukul 6.00, 10 November 1945. Apabila tidak dilaksanakan, Surabaya akan digempur baik dari darat, laut, maupun udara."
Ultimatum itu ditolak. Rakyat Surabaya bertekad untuk mempertahankan Kota Surabaya sampai titik darah penghabisan. Setelah batas ultimatum habis, Kota Surabaya mulai digempur oleh tentara Inggris. Kota Surabaya diserang dari darat, laut dan udara.
(29)
Salah satu pemimpin arek-arek Surabaya, antara lain adalah Bung Tomo. Ia mengobarkan semangat bagi para pejuang Surabaya untuk menggempur musuh. Karena persenjataan yang tidak seimbang, banyak rakyat Surabaya yang gugur. Akhirnya mereka kalah. Kota Surabaya kemudian jatuh ke tangan Inggris. Pertempuran di Surabaya pada 10 November 1945 itu merupakan peristiwa penting. Oleh karena itu, 10 November ditetapkan sebagai Hari Pahlawan.
b. Bandung Lautan Api
Tentara Sekutu memasuki Kota Bandung pada Oktober 1945. Tentara Sekutu yang diboncengi NICA kemudian mengeluarkan ultimatum. Isinya agar para pemuda menyerahkan senjata yang dirampas dari tangan Jepang. Ultimatum tersebut tidak diindahkan oleh para pemuda. Akhirnya, terjadilah pertempuran. Pasukan Sekutu berhasil merebut dan menduduki kantor-kantor penting. Bahkan, Kota Bandung bagian utara berhasil diduduki oleh tentara Sekutu. Para pejuang Bandung akhirnya terdesak ke bagian selatan Bandung.
Pada 23 Maret 1946, pasukan Sekutu mengeluarkan ultimatum kedua. Isinya agar Kota Bandung bagian selatan segera dikosongkan. Para pejuang yang dipimpin Kolonel A.H. Nasution sepakat untuk mematuhi ultimatum demi keselamatan rakyat dan kepentingan politik pemerintah RI.
Sebelum meninggalkan Kota Bandung, para pejuang
(30)
gedung-gedung penting dibakar. Peristiwa tersebut dikenal dengan "Bandung Lautan Api". Peristiwa tersebut oleh seniman Ismail Marzuki diabadikan dalam lagu perjuangan, "Halo-Halo Bandung". c. Pertempuran Medan Area
Pasukan Sekutu (Inggris) juga mendarat di Medan pada 9 Oktober 1945. Kedatangan Sekutu di daerah ini juga diboncengi orang-orang NICA. Pasukan Sekutu ini dipimpin oleh Brigadir Jederal T.E.D. Kelly. Sebelumnya Belanda telah mendaratkan pasukan di bawah pimpinan Westerling.
Para pejuang bersiap-siap dan membentuk divisi keamanan rakyat Medan. Divisi tersebut diberi nama Divisi Banteng. Pada 13 Oktober 1945, terjadilah pertempuran yang pertama sejak kedatangan Sekutu di Medan.
Pada 18 Oktober 1945, Sekutu menuntut agar rakyat menghentikan pertempuran dan menyerahkan senjatanya. Akan tetapi, rakyat menolak. Pada 10 Desember 1945, terjadilah pertempuran yang dikenal sebagai Pertempuran Medan Area.
d. Pertempuran Lima Hari di Semarang
Hingga Oktober 1945, pasukan Jepang masih berada di Kota Semarang. Mereka masih melancarkan serangan terhadap kubu-kubu TKR. Tujuannya untuk membebaskan orang-orang Jepang yang masih ditahan. Sementara itu, terdengar isu bahwa Jepang meracuni sumber air minum di daerah Candi Semarang. Oleh karena itu, dr. Kariadi
(31)
memeriksa sumber air tersebut. Ia adalah kepala Laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat (Pusara) di Semarang. Akan tetapi, ia kemudian dibunuh oleh tentara Jepang.
Terbunuhnya dr. Kariadi menyulut kemarahan pemuda. Akibatnya, terjadi pertempuran hebat di Simpang Lima (Tugu Muda) dan sekitarnya. Pertempuran antara pasukan TKR melawan tentara Jepang di bawah komando Mayor Kido. Pertempuran ini berlangsung selama lima hari, 15 - 19 Oktober 1945. Perang dapat dihentikan setelah diadakan gencatan senjata.
e. Pertempuran Ambarawa
Kedatangan pasukan sekutu yang diikuti orang-orang NICA di Ambarawa tidak menyenangkan rakyat. Akibatnya, terjadilah pertempuran pada 21 November 1945. Dalam pertempuran itu, Letnan Kolonel Isdiman gugur. Ia adalah Komandan Resimen Banyumas. Pimpinan pasukan kemudian dipegang oleh Kolonel Sudirman, Panglima Divisi Banyumas.
Pada 12 sampai 15 Desember 1945 terjadi pertempuran hebat yang dikenal dengan sebutan Palagan Ambarawa. Dalam pertempuran ini Sekutu dapat diusir dari Ambarawa. Peristiwa ini diabadikan oleh pemerintah dengan dibangunnya monumen untuk mengenang peristiwa ini, dibuatlah Monumen Palagan Ambarawa. Pada 15 Desember dijadikan sebagai Hari Infanteri.
(32)
f. Perang Puputan di Bali
Perang Puputan di Bali dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai. I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya, Ciung Wanara, beberapa kali memperoleh kemenangan. Pertempuran ini dimulai April 1946 di Denpasar. Karena keterbatasan senjata yang dimiliki, pasukan Ciung Wanara akhirnya terdesak. Mereka bertahan di Desa Marga. Di daerah ini pasukan I Gusti Ngurah Rai mengadakan perang habis-habisan (Puputan). Akhirnya I Gusti Ngurah Rai dan sebagian besar pasukannya meninggal. Perang ini juga disebut pertempuran Margarana (18 November 1946).
g. Petempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang
Pasukan Sekutu mendarat di Palembang pada 12 Oktober 1945. Pendaratan ini dipimpin Letnan Kolonel Carmichael. Mereka pun dengan diboncengi orang-orang NICA. Mereka diizinkan oleh pemerintah masuk di Palembang. Tindakan Sekutu ternyata sangat menyinggung perasaan rakyat. Mereka menggeledah rumah-rumah penduduk untuk mencari senjata hasil rampasan dari tentara Jepang. Akibatnya, terjadilah insiden bersenjata pada 1 Januari 1946. Tentara
Sekutu menggunakan pesawat dan kapal-kapal laut untuk
membombardir Palembang. Para pejuang terus mengadakan
perlawanan. Pertempuran baru berhenti pada 6 Januari 1946 setelah diadakan gencatan senjata.
(33)
2. Perjuangan Diplomasi dalam Rangka Mempertahankan Kemerdekaan
Setelah Belanda dapat dikalahkan, Letjen Christion, pemimpin Sekutu, berusaha mempertemukan pemimpin Indonesia dengan Belanda lewat meja perundingan. Beberapa perundingan yang terjadi sebagai berikut:
a. Perundingan Linggajati
Dalam upaya perdamaian, Inggris mempertemukan Belanda dan Indonesia di Linggajati, sebelah Selatan Cirebon (sekarang Kabupaten Kuningan), Jawa Barat. Dalam perundingan ini Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir, Belanda diwakili oleh Van Mook.
Hasil perundingan ditandatangani pada 25 Maret 1947. Isinya sebagai berikut:
1) Belanda mengakui wilayah Indonesia secara de facto yang meliputi Sumatra, Jawa, dan Madura.
2) Republik Indonesia bersama Belanda bekerja sama membentuk negara Republik Indonesia Serikat (RIS).
3) Bersama-sama membentuk Uni Indonesia Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.
Dalam perundingan Linggajati kedaulatan RI diakui secara de facto
atas Sumatra, Jawa dan Madura. Ini dapat memperkokoh berdirinya RI di mata dunia, meskipun wilayah dipersempit.
(34)
b. Agresi Militer Belanda I
Belanda ternyata tidak mau mengakui kedaulatan RI. Belanda akan menjadikan Indonesia sebagai negara persemakmuran (commonwealth)
yang berbentuk federasi. Pada 21 Juli 1947, Belanda melakukan serangan militer yang disebut sebagai Agresi Militer Belanda I.
Wilayah Jawa Barat digempur habis-habisan. Kemudian meluas ke Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatra. TNI melawan serangan agresi Belanda tersebut menggunakan taktik gerilya. TNI berhasil membatasi gerakan Belanda hanya di kota-kota besar saja dan di jalan raya.
c. Perjanjian Renville
Agresi Militer Belanda I mendapat reaksi keras dari masyarakat internasional. India dan Austalia mengajukan permohonan kepada Dewan Keamaman PBB supaya sengketa Indonesia-Belanda dimasukkan dalam agenda sidang. Pada 1 Agustus 1947, PBB mengeluarkan perintah gencatan senjata Indonesia-Belanda.
Pada 11 Agustus 1947 pemerintah RI yang diwakili oleh Sutan Syahrir dan H. Agus Salim hadir dalam Dewan Keamanan PBB. Perjuangan diplomasi di PBB ini membawa hasil. Kemudian PBB membentuk "Komisi Tiga Negara" (KTN) yang beranggotakan Australia, Belgia dan Amerika Serikat. Tugas KTN adalah menghentikan sengketa RI-Belanda.
Indonesia diwakili oleh Australia, Belanda diwakili oleh Belgia, dan Amerika Serikat sebagai penengah. Perundingan dimulai 8
(35)
Desember 1948 di atas kapal Amerika Serikat "USS Renville" yang sedang berlabuh di Teluk Jakarta. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Amir Syarifudin. Delegasi Belanda dipimpin oleh R. Abdul Kadir Widjojoatmodjo.
Pada 17 Januari 1948, kedua pihak kembali ke atas kapal untuk menandatangani hasil perundingan. Hasil perundingan itu dikenal dengan sebutan Perjanjian Renville.
Perjanjian Renville sangat merugikan pihak Indonesia karena wilayahnya makin sempit. Isi perjanjian Renville, antara lain sebagai berikut:
1) Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia sampai dengan terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS).
2) Sebelum RIS dibentuk, Belanda dapat menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada pemerintah federal.
3) RIS mempunyai kedudukan sejajar dengan Negara Belanda dalam Uni Indonesia-Belanda.
4) Republik Indonesia merupakan bagian dari RIS.
5) Akan diadakan penentuan pendapat rakyat (plebisit) di Jawa, Madura, dan Sumatra. Tujuannya untuk menentukan apakah rakyat akan bergabung dengan RI atau RIS.
6) Pasukan RI yang berada di daerah pendudukan Belanda harus ditarik ke daerah Republik Indonesia.
(36)
d. Agresi Militer Belanda II
Pada 18 Desember 1948, Belanda di bawah pimpinan Dr. Bell mengumumkan bahwa Belanda tidak terikat lagi oleh Persetujuan Renville. Pada 19 Desember 1948 Belanda mengadakan Agresi Militer II ke ibu kota Yogyakarta. Dalam agresi itu Belanda dapat menguasai Yogyakarta.
Presiden Soekarno pun ditangkap Belanda. Beliau lalu
mengirimkan mandat lewat radio kepada Mr. Syaffruddin
Prawiranegara. Isinya agar membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI), di Bukit Tinggi Sumatra Barat. Dengan demikian, meskipun ibu kota Negara RI telah berhasil diduduki Belanda, pemerintah Republik Indonesia tetap berdiri.
Para pejuang tetap melalukan perlawanan terhadap Belanda. Gerilyawan RI dipimpin oleh panglima Soedirman. Mereka menghadang konvoi-konvoi amunisi dan logistik Belanda. Akibatnya, kekuatan pertahanan Belanda menjadi terpecah-belah sehingga pertahanan di dalam kota menjadi lemah. Para gerilyawan untuk melakukan serangan ke pusat kota Yogyakarta.
Pada 1 Maret 1949 Brigade X mengadakan serangan umum ke Yogyakarta. Penyerangan ini dipimpin Letkol. Soeharto. Serangan ini memakai sandi "Janur Kuning". Serangan ini dikenal juga dengan "Serangan Umum 1 Maret". Dalam penyerangan ini Tentara Republik
(37)
Indonesia dalam serangan ini berhasil mendudukiKota Yogyakarta selama 6 jam.
Tujuan pendudukan Kota Yogyakarta selama 6 jam, antara lain: 1) Menurunkan mental pasukan Belanda.
2) Meningkatkan kepercayaan dan semangat juang bagi TNI 3) Menunjukkan kepada dunia internasional bahwa TNI masih ada e. Reaksi terhadap Agresi Militer Belanda II
Agresi Militer II , 19 Desember 1948 mendapat berbagai reaksi dari dalam maupun luar negeri. Reaksi dari dalam negeri ditandai dengan sikap-sikap berikut:
1) Negara Pasundan membubarkan kabinetnya karena tidak setuju dengan politik Belanda.
2) Negara Indonesi Timur, di bawah pimpinan Anak Agung Gde Agung mengadakan sidang kilat. Kemudian mereka membubarkan diri dan menyerahkan kembali mandat kepada presiden RI.
3) Negara RI menugaskan LN Palar untuk melaporkan Agresi Militer II kepada Dewan Keamanan PBB.
Reaksidari luar negeri ditandai oleh adanya larangan kapal-kapal perang dan pesawat terbang Belanda melewati wilayah negaranya. Selain itu, mereka mendukungagar masalah Indonesia - Belanda segera dibawa ke perundingan PBB.
(38)
3. Perundingan dalam Usaha Pengakuan Kedaulatan
Indonesia telah beberapa kali mengadakan perundingan dengan Belanda. Namun, perjanjian itu selalu dilanggar oleh Belanda.Selanjutnya, komisi PBB untuk Indonesia atau UNCI (United Nations Comission for Indonesia) mempertemukan kembali Belanda dengan Indonesia di meja perundingan. Perundingan yang ditempuh, antara lain perundingan Roem-Royen dan Konferensi Meja Bundar (KMB).
a. Perjanjian Roem-Royen
Perjanjian Roem-Royen ditandatangani di Jakarta pada 7 Mei 1949. Pihak Indonesia dipimpin oleh Mr. Moh. Roem dengan anggota Drs. Moh. Hatta dan Sultan Hamengkubuwono IX, sedangkan Belanda diwakili oleh Dr. Van Royen. Isi perjanjian Roem-Royen sebagai berikut:
1) Penghentian tembak-menembak antara Indonesia dan Belanda. 2) Pengembalian pemerintah Republik Indonesia ke Yogyakarta. 3) Pembebasan para pemimpin RI yang ditahan Belanda.
4) Segera mengadakan Konferensi Meja Bundar di Den Hag, Belanda.
b. Konferensi Inter-Indonesia (KII)
Konferensi Inter-Indonesia dilaksanakan sebelum pelaksanaan Konferensi Meja Bundar (KMB). KII diadakan oleh bangsa Indonesia sendiri, yaitu antara delegasi RI dan BFO (Bijeen komstvoor Federal Overleg). Dalam konferensi ini delegasi RI dipimpin Drs. Moh. Hatta.
(39)
BFO dipimpin oleh Sultan Hamid II. Tujuan konferensi ini untuk mempersatukan pendapatan yang akan diperjuangkan dalam KMB.
Konferensi ini diadakan dua tahap, yaitu di Yogyakarta pada 19-22 Juli 1949 dan di Jakarta pada 31 Juli – 2 Agutus 1949.
Hasil dari konferensi ini sebagai berikut:
1) Negara yang akan dibentuk nanti dinamakan Republik Indonesia Serikat (RIS).
2) RIS tetap memakai sang Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya dan memakai bahasa nasional bahasa Indonesia.
3) Tanggal 17 Agustus tetap dijadikan ”Hari kemerdekaan”.
c. Konferensi Meja Bundar (KMB)
Konferensi Meja Bundar (KMB) dilaksanakan pada 12 Agustus hingga 2 November 1949 di Den Haag, Belanda. KMB dilaksanakan sebagai tidak lanjut dari perundingan Roem-Royen. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta. Delegasi Negara Federal atau BFO (Bijenkomst Voor Federal Overleg) dipimpin oleh Sultan Hamid II. Delegasi Belanda dipimpin oleh Mr. van Maarseveen. Dari UNCI sebagai pengawas dan penengah diwakili oleh Chritchley. Hasil perjanjian KMB sebagai berikut:
1) Dibentuknya Negara Indonesia Serikat (RIS) dan Belanda akan menyerahkan kedaulatan kepada RIS pada akhir Desember 1949. 2) Akan dibentuk Uni Indonesia-Belanda.
(40)
3) Irian Barat akan diserahkan kepada RIS setahun setelah penyerahan kedaulatan oleh Belanda.
d. Pengakuan Kedaulatan
Setelah RIS berdiri, Ir. Soekarno terpilih sebagai presiden RIS . Ia dilantik pada 17 Desember 1949 di Keraton Yogyakarta. Wakil presiden RIS terpilih Drs. Moh. Hatta. Ia dilantik pada 20 Desember
1949. Pemangku jabatan presiden Republik Indonesia
diserahterimakan kepada Mr. Assaat pada 27 Desember 1949.
Dalam rangka penyerahan kedaulatan, pada 23 Desember 1949 delegasi RIS berangkat ke Belanda. Delegasi ini dipimpin Mohammad Hatta. Upacara pengakuan kedaulatan dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Jakarta dan di Amsterdam, Belanda. Pada 27 Desember 1949 di Amsterdam, Belanda, naskah pengakuan kedaulatan ditandatangani oleh Drs. Mohammad Hatta dan Ratu Yuliana (Ratu Belanda). Naskah pengakuan kedaulatan di Jakarta ditandatangani oleh A.H.J. Lovink dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Pada 17 Agustus 1950 RIS dibubarkan dan kembali menjadi Negara Kesatuan RI.
4. Beberapa Tokoh yang Berperan dalam Mempertahankan Kemerdekaan
Perjuangan mempertahankan kemerdekaan dilakukan dengan revolusi fisik (perang) dan diplomasi. Banyak tokoh yang berperan dalam usaha mempertahankan kemerdekaan, di antaranya Ir. Soekarno, Drs.
(41)
Mohammad Hatta, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Panglima Besar Soedirman, dan Bung Tomo.
a. Ir. Soekarno
Ir. Soekarno lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901. Ir. Soekarno adalah proklamator kemerdekaan Indonesia. Ia adalah presiden pertama RI yang terpilih pada 18 Agustus 1945 melalui sidang PPKI. Masa jabatannya dihabiskan untuk meyelesaikan masalah bangsa.
Pada saat Agresi Militer Belanda I, pada 19 Desember 1948, Ir. Soekarno ditangkap dan diasingkan ke Bangka. Sebelum diasingkan beliau sempat memberikan amanat pada Mr. Syafrudin Prawiranegara (Menteri Kemakmuran) untuk membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI). Beliau kembali dari pengasingan pada 6 Juli 1949.
b. Drs. Mohammad Hatta
Drs. Mohammad Hatta adalah tokoh proklamator kemerdekaan Indonesia. Beliau sudah aktif berjuang dalam gerakan kebangsaan
sejak mahasiswa. Setelah Indonesia merdeka, Bung Hatta
mendampingi Presiden Soekarno memimpin negara Republik Indonesia. Pada agresi militer II, beliau ditangkap oleh Belanda lalu diasingkan ke Pulau Bangka.
Ia selalu tampil di berbagai perundingan dalam penyelesaian masalah pengakuan kedaulatan RI. Bung Hatta selalu berusaha memperbaiki ekonomi rakyat. Atas gagasan beliaulah di Indonesia
(42)
didirikan koperasi. Pada 1 Desember 1956, Bung Hatta mengundurkan diri dari jabatan wakil presiden RI.
c. Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Sri Sultan Hamengkubuwono IX adalah seorang raja. Ia juga sebagai pemimpin perjuangan bangsa dalam menghadapi serbuan Belanda. Pada 19 Agustus 1945, ia menyatakan bahwa Yogyakarta yang berbentuk kerajaan itu menjadi bagian dari negara Republik Indonesia.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX sangat berpengaruh pada masa perang kemerdekaan. Beliau adalah seorang bangsawan yang selalu membaur dengan rakyatnya. Tak heran rakyat bahu membahu mendukung perjuangan untuk mengusir Belanda dari Yogyakarta. Pada serangan umum 1 Maret 1949, Sultan Hamengkubuwono IX membantu TNI dengan membangun kubu pertahanan di dalam keraton sebagai tempat persembunyian. Sri Sultan Hamengkubuwono IX juga turut berperan dalam menandatangani hasil KMB di Belanda. Beliau tampil sebagai wakil Indonesia.
Dalam sidang kabinet pertama RI pada 13 Juli 1949, beliau terpilih sebagai Menteri Koordinator Pertahanan. Jabatan penting lain yang pernah dipegang, antara lain wakil perdana mentri, Ketua Badan Pengawas Keuangan, dan Menteri Utama bidang Ekonomi dan Keuangan.
(43)
d. Panglima Besar Soedirman
Sebelumnya Soedirman adalah seorang guru di sekolah Muhammadiyah. Kemudian beliau mengikuti pendidikan Peta (Pembela Tanah Air) di Bogor. Beliau diangkat menjadi Panglima Divisi V Banyumas dengan pangkat kolonel. Ia memimpin pasukan TKR untuk menyerang tentara Sekutu (Inggris) di Ambarawa.
Pada 12 November 1945 Soedirman dipilih menjadi Panglima Besar TKR. Selanjutnya beliau dilantik oleh Presiden dengan pangkat jenderal. Pada waktu itu beliau adalah Jenderal termuda di dunia yang diangkat dalam usia 29 tahun. Tugasnya adalah menyusun organisasi TKR dan memimpin perjuangan bersama Letnan Jenderal Urip Sumohardjo. Pada 3 Juni 1947 TKR menjadi TNI setelah terlebih dahulu menjadi TRI.
Pada waktu Agresi Militer Belanda II beliau memimpin perang gerilya selama tujuh bulan. Padahal, waktu itu beliau dalam keadaan sakit parah akibat penyakit paru-paru. Setelah perang berakhir, sakit beliau belum sembuh, sehingga tidak dapat memimpin langsung Angkatan Perang. Namun, pemikiran beliau selalu dibutuhkan pemerintah sampai akhir hayatnya.12
12
Sutrisno,Wasito,Sadikun,Mengenal Lingkungan Sosialku Ilmu Pengetahuan Sosial : untuk SD dan MI Kelas V,(Jakarta:Pelita Ilmu,2009), 154-165.
(44)
D.Media Audio-Visual (Video)
1. Pengertian Media Pembelajaran
Banyak kalangan yang mendefinisikan tentang media pembelajaran secara umum. Lebih jelasnya, media pembelajaran yang terdiri dari dua kata yaitu media dan pembelajaran :
a. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”.13
Media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Media dalam arti secara luas dapat diartikan dengan manusia, benda ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Sementara, Azhar Arsyad mengemukakan bahwa media berasal dari kata medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.14
Sehingga dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa.
13
Djamarah, Syaiful Bahri & Drs. Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2006), 136.
14
(45)
b. Pembelajaran merupakan bentuk jamak dari kata belajar yang mempunyai kata dasar ajar. Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru atau pendidik untuk membuat para peserta didik melakukan proses belajar. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya akan berhasil jika si belajar aktif mengalami sendiri proses belajar. Seorang guru tidak dapat mewakili belajar siswanya. Seorang siswa belum dapat dikatakan telah belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu ruangan dengan guru yang sedang mengajar.15 Untuk itu diperlukan usaha dari pendidi agar peserta didik termotivasi aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
c. Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media pembelajaran dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajikan informasi belajar kepada siswa. Jika program media itu didesain dan dikembangkan secara baik, maka fungsi itu akan dapat diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan guru.16
15
Suryani,Nunuk & Leo Agung, Strategi Belajar Mengajar.(Yogyakarta:Penerbit Ombak, 2102), 136.
16
Suryani,Nunuk & Leo Agung, Strategi Belajar Mengajar.(Yogyakarta:Penerbit Ombak, 2102), 136.
(46)
2. Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Media Pembelajaran
Dalam prosesnya, pemilhan media pembelajaran yang akan
digunakan perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang akan
mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran, di antaranya adalah:
a. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. b. Karakteristik siswa atau sasaran.
c. Jenis rangsangan belajar yang diinginkan. d. Keadaan latar atau lingkungan.
e. Kondisi setempat.
f. Luasnya jangkauan yang ingin dilayani.17
3. Macam-macam Media Pembelajaran
a. Media Visual, yaitu media yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan.
b. Media Audio, yaitu jenis media yang didengar. Media ini memiliki karakteristik pemanipulasian pesan yang hanya dilakukan melalui bunyi atau suara-suara.
c. Media Audio Visual, media ini tidak hanya dapat dipandang atau diamati tetapi juga dapat didengar.
d. Benda asli dan Orang, media ini merupakan benda yang sebenarnya guna memberikan pengalaman langsung bagi peserta didik.
17
Sadiman, AriefS., R. Rahardjo, Agung Haryono, dan Rahardjito, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya.(Jakarta:Rajawali Press, 2002), 82.
(47)
e. Lingkungan sebagai Media Pembelajaran, menyajikan tempat belajar hingga lingkungan sekitar sebagai sarana penyampai pembelajaran.18
4. Manfaat Media Pembelajaran
Secara umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih efektif dan efisien. Sedangkan secara lebih khusus manfaat media pembelajaran adalah:
a. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan
Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi di antara siswa di manapun berada.
b. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan.
c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
Dengan penggunaan media, akan terjadi komunikasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa media guru cenderung bicara satu arah.
18
Suryani,Nunuk & Leo Agung, Strategi Belajar Mengajar.(Yogyakarta:Penerbit Ombak, 2012), 141-143.
(48)
d. Efisiensi dalam waktu dan tenaga
Dengan media tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian menggunakan media, siswa akan lebih mudah mempelajari materi pelajaran.
e. Meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa
Media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi belajar lebih mendalam dan utuh. Bila dengan mendengar informasi verbal dari guru saja, siswa kurang memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media pemahaman siswa akan lebih baik.
f. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja
Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang guru.
g. Media dapat menumbuhkan sifat positif siswa terhadap materi dan proses belajar.
Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber pengetahuan.
(49)
h. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif
Guru dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak memiliki waktu untuk memberi perhatian pada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, dan lain-lain.19
Lebih dari itu, media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya:
a. Obyek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film, atau model.
b. Obyek yang terlalu kecil bisa dibantu dengan menggunakan proyektor, gambar
c. Gerak yang terlalu cepat dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography
d. Kejadian atau peristiwa masa lampau dapat ditampilkan dengan pemutaran film, video, foto, maupun VCD/DVD.
e. Obyek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain.
19
Suryani,Nunuk & Leo Agung, Strategi Belajar Mengajar.(Yogyakarta:Penerbit Ombak, 2012), 154-156.
(50)
f. Konsep yang terlalu luas (misalnya gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, gambar, dan lain-lain.20
5. Pengertian Video
Istilah video berasal dari bahasa latin yaitu dari kata vidi atau visum
yang artinya melihat atau mempunyai daya penglihatan. Dalam kamus bahasa Indonesia video adalah teknologi pengiriman sinyal elektronik dari suatu gambar bergerak. Video adalah teknologi penangkapan, perekaman, pengolahan, penyimpanan, pemindahan, dan perekontruksian urutan gambar diam dengan menyajikan adegan-adegan dalam gerak secara elektronik. Video menyediakan sumber daya yang kaya dan hidup bagi aplikasi multimedia. Video merupakan gambar yang bergerak. Jika obyek pada animasi adalah buatan, maka obyek pada video adalah nyata.
Sementara Agnew dan Kellerman, mendefinisikan video sebagai media digital yang menunjukkan susunan atau urutan gambar-gambar dan memberikan ilusi, gambaran serta fantasi pada gambar yang bergerak. Video juga bisa dikatakan sebagai gabungan gambar-gambar mati yang dibaca berurutan dalam suatu waktu dengan kecepatan tertentu. Gambar-gambar yang digabung tersebut dinamakan frame dan kecepatan pembacaan gambar disebut dengan frame rate, dengan satuan fps (frame per second). Karena dimainkan dalam kecapatan yang tinggi maka tercipta ilusi gerak yang halus, semakin besar nilai frame rate maka akan semakin
20
Sadiman, Arief AriefS., R. Rahardjo, Agung Haryono, dan Rahardjito, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya.(Jakarta:Rajawali Press, 2002), 16.
(51)
halus pergerakan yang ditampilkan. Biasanya menggunakan film seluloid, sinyal elektronik, atau media digital.21
6. Macam-Macam Video dalam Aplikasi Multimedia
a. Live Video Feed
Live video feed menyediakan obyek-obyek link multimedia yang menarik dan waktu yang nyata (real-time). Saluran televise atau live camera feed menjadi obyek sebuah link. Diambil dalam waktu yang nyata dan sama. Contohnya pertandingan sepak bola secara langsung. b. Videotape
Ada beberapa format videotape, yaitu VHS, 88 mm, Hi-8 mm, Super VHS dan Betacam. VHS merupakan format yang paling banyak digunakan. Betacam merupakan format untuk broadcast, yang mempunyai kualitas tertinggi dari jenis videotape. Jenis medium yang paling banyak dijumpai adalah videotape. Hampir semua orang mempunyai VCR. Banyak perusahaan memanfaatkan videotape untuk memberikan just-in time training, dan perpustakaan-perpustakaan umum memiliki koleksi videotape untuk berbagai macam panduan.
Videotape juga menjadi obyek link di multimedia. Tetapi medium ini memiliki dua keterbatasan, yaitu:
1) Pertama, videotape sifatnya linier. Informasi tersimpan dalam pita gulungan, dan untuk mengaksesnya harus menunggu karena harus mempercepat (fast-forward) atau menggulung balik (rewind),
21
(52)
untuk sampai pada spot yang diinginkan, dan sampai tiga menit lamanya.
2) Kedua, kebanyakan videotape player tidak dikontrol lewat computer. Untuk itu ketika menggunakan videotape dalam presentasi multimedia harus menekan tombol play, stop, fast-forward, atau rewind secara manual. Videotape player sony Hi8 bisa dikontrol lewat computer, melalui yang dinamakan Video Stream Control Architecture (VISCA), yang dapat mengontrol hingga tujuh peralatan.
b. Videodisc
Ada dua format videodisc yaitu CAV dan CLV.
1) Disc dengan format CAV dapat menyimpan data hingga 54.000
still frame atau setara dengan 30 menit motion video dengan stereo sound track. Frame-framenya ditandai dengan angka dari 1 sampai 54.000. format CAV memungkinkan menampilkan still frame dan juga memainkan motion sequences.
2) Disc dengan format CLV dapat menyimpan hingga satu jam video pada tiap sisi disc atau mempunyai putaran yang cepat, yang berarti dua kali kemampuan CAV disc, kecuali mempunyai high-end player seperti pioneer LD-V8000 yang cukup mahal. Karena
videodisc memiliki random access sangat cepat dan hanya menempati sedikit saja sumber daya computer multimedia, maka di abad dua puluh, videodisc menjadi salah satu sarana terpopuler
(53)
untuk menyediakan video bagi berbagai aplikasi multimedia, seperti dalam pendidikan, pemerintahan, dan training industri. Tetapi popularitas videodisc telah pudar dengan munculnya digital video dan DVD.
c. Digital Video
Digital video merupakan medium penyimpanan video yang digunakan pada rangkaian computer. Dalam prosesnya bisa memainkan video dengan layar penuh tanpa bantuan alat lainnya. Kualitas film lebih baik. Digital Video memiliki dua format utama yaitu MiniDV dan Digital8. Keduanya menggunakan DV codec, tetapi direkam dalam ukuran yang berbeda. DV codec digunakan dengan berbasis format DVCAM, DVCPRO yang dirancang untuk reabilitas yang maksimum.
Format terbaru MPEG codec misalnya MicroMV masih dalam taraf penjagaan dan kualitas dan reabilitasnya belum bisa menandingi format DV codec. Industri jaringan televise adalah Digital Betacam
sebagai pengganti Betacam SP yang masih dominan dan ada dimana-mana. MiniDV (sering hanya disebut DV) video format digital yang paling popular di pasar saat ini. Ukuran pitanya sangat kecil, hanya sekitar 2,5 inci.
Pita MiniDV rata-rata dapat merekam selama 60 menit dalam
standard play (SP) mode dan 90 menit dalam long play (LP) mode. Kualitasnya baik direkam dalam 60 menit maupun 90 menit sama
(54)
saja. Tetapi merekam dalam 90 menit dapat memunculkan peluang untuk dropout, ketika kehilangan gambar atau suara, sebab mendapat gangguan kelebihan data pada tempat yang kurang.
Salah satu bentuk digital video adalah DVD. DVD kependekan dari digital versatile disc, tetapi kalau DVD digunakan untuk
mem-playback sebuah film, maka DVD lebih tepatnya merupakan singkatan
dari digital video disc. DVD menggunakan MPEG-2 untuk
memadatka sebuah film panjang menjadi cakram 4,7 inci (berdiameter sekitar 12cm). Film akan tampak sangat bagus, dengan surround sound dan full-color video ber-horizontal line 540.
Biasanya DVD juga menyediakan pilihan bahasa, dengan subtitle atau tidak, dan kadang pemakai dapat memilih menampilkan
endingalternative pada sebuah film. Semua ini, dikombinasikan dengan backward-compability yang memungkinkan memainkan audio CD. Seperti halnya CD audio yang menyediakan split-second access
kepada pengembang multimedia ke praktis semua rekaman music, DVD pun menjanjikan bisa menciptakan penyimpanan semua fitur film yang dapat diakses secara digital.22
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan media audio visual berupa video dengan format DVD yang berupa film perjuangan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Video yang akan
ditampilkan disimpan dalam laptop berupa file berformat mp4.
22
(55)
d. Hypervideo
Hypervideo mempunyai soundtrack dan dapat dimainkan berulang kali. Video bisa dimainkan secara bersama dengan penyajian multimedia. Video clip juga dimainkan urut waktu (over time). Ada banyak multimedia creation tool yang memungkinkan melakukan
timing munculnya obyek-obyek untuk mensinkronkannya dengan video. Ketika video digunakan untuk memicu obyek-obyek multimedia, ia dinamakan hypervideo. Hypervideo sejalan dengan
hypertext, yang memungkinkan pembaca untuk mengklik pada sebuah kata dalam satu dokumen dan mengambil informasi dari dokumen lain, atau dari tempat lain dalam dokumen yang sama. Artinya,
hypervideo menggunakan video dengan struktur informasi non linier, yang memungkinkan pengguna untuk membuat pilihan berdasarkan isi video dan kepentingan pengguna.
7. Format File Video
Format file dalam video merupakan hal yang penting. Format file untuk integrasi video digital ke dalam aplikasi multimedia jenisnya berbeda-beda. Ada sejumlah format pita analog dan digital, meskipun file video digital juga dapat disimpan pada system file computer yang memiliki format sendiri. Format file computer antara lain: MPEG, AVI, MOV, DAT, RM/RAM, dan SW.
(56)
Motion Picture Experts Group (MPEG) adalah skema kompresi dan spesifikasi format file video digital yang dikembangkan oleh grup ini. MPEG merupakan salah satu dari “rich media” yang
mendukung web dan banyak situs web mempunyai video dan animasi MPEG. Hampir seluruh web browser terkenal mendukung MPEG. MPEG ditandai dengan eksistensi “.mpg” atau “.mpeg”. Pada masa lalu, MPEG mempunyai keterbatasan, misalnya ketidak mampuannya untuk memainkan video dan audio secara sinkron. Untuk menciptakan video MPEG, biasanya membutuhkan perangkat keras dan perangkat lunak yang mahal. Agar playback dapat memainkan video secara halus, maka membutuhkan perangkat keras. MPEG release terbaru didukung perangkat keras yang lebih murah dan mendukung teknologi yang baru berkembang, misalnya DVD (Digital Video Disk).
b. Audio Video Interleave (AVI)
Audio Video Interleave (AVI) merupakan format video dan animasi yang digunakan video dan berekstensi “.avi”. Sebagian besar
authoring mendukung format AVI. Juga didukung oleh Netscape. Kekurangannya penggunaan file AVI pada playback yaitu harus mengubah file ke format lain untuk playback. AVI kurang canggih,
berbasis track, kemampuan untuk mendukung dan melakukan
sinkronisasi dengan Quick Time kurang bagus. c. Format Shockwave (Flash)
(57)
Format Shockwave (Flash) dikembangkan oleh Macromedia. Format Shockwave membutuhkan sebuah komponen tambahan untuk memainkan. Komponen ini datang sebelumnya diinstal dengan versi terbaru dari Netscape dan Internet Explorer. Videonya disimpan dalam format Shockwave mempunyai eksistensi “.swf”. Swf adalah format file untuk multimedia, grafik vektor dan Actionscrip di lingkungan Adobe Flash. Berasal dengan FutureWave Software, kemudian dipindahkan ke Macromedia, dan kemudian datang di bawah kendali dari Adobe, file SWF dapat berisi animasi atau applet dari berbagai fungsi dan tingkat interaktivitas. Saat ini, fungsi SWF sebagai format yang dominan untuk menampilkan grafik vektor animasi di web. Hal ini juga dapat digunakan untuk program, umumnya game browser, menggunakan ActionScript.
8. Keunggulan dan Kelemahan Video dalam Multimedia
Keunggulan video di dalam multimedia adalah:
a. Menjelaskan keadaan riel dari suatu proses, fenomena, atau kejadian. b. Sebagai bagian terintegrasi dengan media lain seperti teks atau
gambar, video dapat memperkaya penyajian atau penjelasan.
c. Pengguna dapat melakukan pengulangan (replay) pada bagian-bagian tertentu untuk melihat gambaran yang lebih fokus.
d. Sangat cocok untuk mengajarkan materi dalam ranah perilaku atau psikomotor.
(58)
e. Kombinasi video dan audio dapat lebih efektif dan lebih cepat menyampaikan pesan dibandingkan media teks.
f. Menunjukkan dengan jelas suatu langkah prosedural (misal cara melukis suatu segitiga sama sisi dengan bantuan jangka).
Kelemahan video di dalam multimedia adalah:
a. Video mungkin saja tidak detil dalam penjelasan materi karena peserta didik harus mampu mengingat detil dari scene ke scene.
b. Umumnya pengguna menganggap belajar melalui video lebih mudah dibandingkan dengan melalui teks sehingga pengguna kurang terdorong untuk lebih aktif di dalam berinteraksi dengan materi.
Berikut tampilan potongan gambar video yang digunakan dalam penelitian ini:
Gambar 2.1A Gambar 2.1B
Potongan Slide video yang digunakan selama penelitian
Gambar 2.1A merupakan peta wilayah Republik Indonesia yang diakui Belanda berdasarkan perjanjian Linggarjati. Sementara gambar 2.1B merupakan gambaran para pejuang yang menyerang wilayah Tabanan Bali daerah yang tengah dikuasai oleh Belanda.
(59)
BAB III
METODE DAN RENCANA PENELITIAN A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas atau
classroom action research, karena digunakan untuk memperoleh gambaran tentang hasil belajar penguasaan konsep. Mata Pelajaran IPS dalam materi Perjuangan Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Secara etimologi, ada tiga istilah yang berhubungan dengan penelitian tindakan kelas (PTK), yakni:23
1. Penelitian
Penelitian adalah suatu proses pemecahan masalah yang dilakukan secara sistematis, empiris, dan terkontrol. Sistematis diartikan sebagai proses penelitian harus dilakukan secara bertahap mulai dari menyadari adanya masalah sampai proses pemecahannya melalui teknik analisis tertentu untuk ditarik kesimpulan. Empiris mengandung arti bahwa kerja penelitian harus didasarkan pada data-data tertentu. Terkontrol artinya suatu kerja penelitian harus didasarkan pada prosedur kerja yang jelas, sehingga orang lain dapat membuktikan hasil temuan penelitian yang diperoleh.
23
(1)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
98
Analisis hasil pra siklus hingga telah dilaksanakannya siklus I dan siklus II
menghasilkan prosentase motivasi belajar yang ditunjukkan pada tabel berikut:
Diagram 4.3
Data Pengukuran Motivasi Belajar Siswa
Dari prosentase motivasi belajar siswa pada pra siklus diketahui bahwa
motivasi belajar siswa tidak mencapai 70% karena hanya mencapai 25% saja.
Motivasi belajar siswa meningkat pada siklus I yakni mencapai 86,21% dan
meningkat lagi pada siklus II yakni mencapai 90%.
Keterangan di atas menunjukkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang dilakukakan oleh peneliti dengan mengangkat judul
“
Peningkatan
Motivasi Belajar IPS Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan
Indonesia Menggunakan Media Audio Visual (Video) Pada Siswa Kelas V MI
Mufidah Taman Sidoarjo
”
telah berhasil dilaksanakan. Hasil yang diperoleh
0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00% 100.00%
Prosentase Motivasi Belajar Siswa 25.00%
86.21% 90.00%
Pre Test Siklus I Siklus II
(2)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
99
pada siklus II telah memenuhi kriteria ketuntasan motivasi belajar seperti yang
(3)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
100
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan paparan data dan pembahasan pada bab IV serta
berdasarkan perumusan masalah yang telah peneliti tentukan pada tahap awal
penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Penerapan media pembelajaran audio-visual (video) di Kelas V MI
Mufidah Taman Sidoarjo pada materi Perjuangan Mempertahankan
Kemerdekaan Indonesia mengalami peningkatan pada indikator proses
pembelajaran. Indikator proses pembelajaran adalah nilai aktivitas guru dan
siswa. Nilai aktivitas guru atau peneliti pada siklus I adalah 77,5 kemudian
pada siklus II meningkat menjadi 87,5. Sedangkan nilai aktivitas siswa
pada siklus I adalah 80 kemudian pada siklus II meningkat menjadi 87,5.
Hal ini menunjukkan bahwa nilai aktivitas guru dan siswa menunjukkan
pada kreteria yang sangat baik.
2.
Terdapat peningkatan motivasi belajar pada materi Perjuangan
Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia dengan menerapkan media
pembelajaran audio-visual (video) di Kelas V MI Mufidah Taman
Sidoarjo. Prosentase motivasi belajar siswa dengan kategori minimal baik
pada siklus I yakni sebesar 86,21% yang sebelumnya pada pelaksanaan pra
siklus hanya sebesar 25%, pada siklus II meningkat menjadi 90%. Hal ini
(4)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
101
tinggi mata pelajaran
IPS materi Perjuangan Mempertahankan
Kemerdekaan Indonesia.
B.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, ada
beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat, dan dijadikan bahan
pertimbangan dalam penerapan media pembelajaran audio-visual (video),
diantaranya adalah:
1.
Memilih materi yang tepat untuk diterapkannya media pembelajaran
audio-visual (video).
2.
Mempertimbangkan durasi video berdasarkan alokasi waktu dalam
langkah-langkah proses pembelajaran.
3.
Memeriksa ketersediaan sarana dan prasarana penunjang yang ada pada
kelas.
4.
Memberikan makna pada video yang ditampilkan sehingga mampu
(5)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Agus Hidayatullah, Siti Irhamah Sail, Imam Ghazali Masykur, dan Fuad Hadi.
2012.
ALJAMIL Al-
Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris.
Bekasi: Cipta Bagus Segara
Alaihim, guru kelas 5 MI Mufidah, wawancara pribadi, Sidoarjo, 09 November
2015
Ali Imron. 1996.
Belajar dan Pembelajaran
.Jakarta: Pustaka Jaya
Arsyad, Azhar.2011.
Media Pembelajaran.
Jakarta: Rajawali Press
Bambang Soepono.1997.
Statistik Terapan: Dalam Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial
dan Pendidikan
.Jakarta: Rineka Cipta
Basrowi dan Suwandi.2008.
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
.Jakarta : Ghalia
Indonesia
Djamarah, Syaiful Bahri & Drs. Aswan Zain.2006.
Strategi Belajar
Mengajar
.Jakarta:PT. Rineka Cipta
Emzir.2011.
Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data.
Jakarta:Rajawali Press
Hamzah B. Uno.2007.
Teori Motivasi dan Pengukurannya
,.Jakarta: Bumi Aksara
Masnur Muslich.2009.
Melaksanakan PTK itu Mudah
.Jakarta: PT. Bumi Aksara
Mimin Haryati.2010.
Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan
Pendidikan.
Jakarta: Gaung Persada Press
Moh. User Usman.1993.
Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar
Mengajar
,.Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Munir.2012.
Multimedia Konsep & Aplikasi dalam Pendidikan
.Bandung:Alfabeta
Naning Pranoto.2009.
Penulisan Kreatif Untuk Anak
.Solo: Tiga Serangkai
(6)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id