Model Peningkatan Kinerja Melalui Pembelajaran Organisasi dan Pembentukan Modal Insani Pada Gapoktan Sri Makmur, Kabupaten Sragen

MODEL PENINGKATAN KINERJA MELALUI PEMBELAJARAN
ORGANISASI DAN PEMBENTUKAN MODAL INSANI PADA
GAPOKTAN SRI MAKMUR, KABUPATEN SRAGEN

ALFIANI RACHMATIKA

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Model Peningkatan
Kinerja Melalui Pembelajaran Organisasi dan Pembentukan Modal Insani
Gapoktan Sri Makmur, Kabupaten Sragen adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014
Alfiani Rachmatika
NIM H24100056

ABSTRAK
ALFIANI RACHMATIKA. Model Peningkatan Kinerja Melalui Pembelajaran
Organisasi dan Pembentukan Modal Insani Gapoktan Sri Makmur, Kabupaten
Sragen. Dibimbing oleh ANGGRAINI SUKMAWATI.
Kabupaten Sragen mendirikan gabungan kelompok tani (gapoktan) dengan
nama Gapoktan Sri Makmur. Gapoktan ini merupakan organisasi yang mengelola
produk padi organik di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Padi organik merupakan
produk yang dihasilkan dari penerapan sistem pertanian organik. Pertanian
organik merupakan pertanian yang dilakukan tanpa menggunakan pupuk kimia
atau pestisida kimia. Pembelajaran organisasi dan pembentukan modal insani
memiliki peran penting untuk peningkatan kinerja Gapoktan Sri Makmur. Adapun
tujuan penelitian ini adalah 1) mengidentifikasi masalah utama yang sedang
dialami oleh Gapoktan Sri Makmur dalam upaya meningkatkan kinerjanya, 2)
menganalisis faktor pendorong dan penghambat dalam peningkatan kinerja petani

padi organik pada Gapoktan Sri Makmur, 3) menganalisis pengaruh pembelajaran
organisasi dan pembentukan modal insani terhadap peningkatan kinerja petani
padi organik pada Gapoktan Sri Makmur, dan 4) menganalisis bentuk rancangan
model dari peningkatan kinerja petani padi organik pada Gapoktan Sri Makmur.
Hasil penelitian yang diperoleh, SDM merupakan permasalahan utama yang
dihadapi oleh Gapoktan Sri Makmur. Hasil analisis Structure Equation Modelling
(SEM) menyatakan bahwa organisasi pembelajar memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja dan pembentukan modal insani membutuhkan variabel
perantara agar berpengaruh terhadap kinerja. Variabel perantara tersebut adalah
pembelajaran organisasi. Implikasi manajerial yang dilihat dari faktor pendorong
dan penghambat serta hasil analisis SEM diperoleh model peningkatan kinerja
Gapoktan Sri Makmur dengan The House Model.
Kata kunci : gapoktan, kinerja, modal insani, pembelajaran organisasi

ABSTRACT
ALFIANI RACHMATIKA. Performance Improvement Model Through Learning
Organization and Human Capital Planning Gapoktan Sri Makmur, Sragen
Regency. Supervised by ANGGRAINI SUKMAWATI.
Sragen Regency has established a farmer groups association (gapoktan)
named Gapoktan Sri Makmur. This gapoktan is an organization that manages the

organic rice production in Sragen Regency, Central Java. Organic rice is a product
resulting from organic farming systems aplication. Organic farming is farming
that is implemented without the use of chemical fertilizers or chemical pesticides.
Learning organization and human capital planning has an important role to
increase the Gapoktan Sri Makmur performance. The objectives of this study are
to 1) identify major problems that are being experienced by Gapoktan Sri Makmur
in an effort to improve its performance, 2) analyze the driving and inhibiting
factors while performance improving of organic rice farmers in Gapoktan Sri
Makmur , 3) analyze the effect of learning organization and human capital
planning to performance improvement of organic rice farmers in Gapoktan Sri
Makmur, and 4) analyze the design model of performance improvement organic
rice farmers in Gapoktan Sri Makmur. The obtained results, shows that human
resource is a major problem faced by Gapoktan Sri Makmur. The analysis of
Structure Equation Modeling (SEM) results that learning organization has a
significant impact on the performance, and human capital planning needs
intervening variable in order to impact on the performance. That variable is
learning organization. Managerial implications that are seen from the driving,
inhibiting factors and SEM analysis obtained results Gapoktan Sri Makmur
performance improvement is model with The House Model.
Keywords : Gapoktan, human capital, learning organization, performance


MODEL PENINGKATAN KINERJA MELALUI PEMBELAJARAN
ORGANISASI DAN PEMBENTUKAN MODAL INSANI PADA
GAPOKTAN SRI MAKMUR, KABUPATEN SRAGEN

ALFIANI RACHMATIKA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Model Peningkatan Kinerja Melalui Pembelajaran Organisasi dan

Pembentukan Modal Insani Pada Gapoktan Sri Makmur,
Kabupaten Sragen
Nama
: Alfiani Rachmatika
NIM
: H24100056

Disetujui oleh

Dr. Ir. Anggraini Sukmawati, MM
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Mukhamad Najib, S.TP, MM
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyusun hasil penelitian dengan judul “Model Peningkatan
Kinerja Melalui Pembelajaran Organisasi dan Pembentukan Modal Insani Pada
Gapoktan Sri Makmur, Kabupaten Sragen”. Penelitian ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr.Ir.Anggraini Sukmawati, MM atas
bantuan dan dukungan selaku pembimbing skripsi. Di samping itu, ucapan terima
kasih disampaikan kepada Bapak dan Ibu di rumah , seluruh keluarga, Humairoh,
Zafira, Fitri Bahri, Hartantri, Okviyesha, Netriyana, Rindang Purba, Eka
Nurnafih, Siti Syarifah, Athia serta seluruh teman-teman Manajemen 47 atas
segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga hasil penelitian ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2014
Alfiani Rachmatika

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE
Lokasi Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Prosedur Analisis Data
Penelitian Terdahulu
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum
Karakteristik Responden
Presepsi Petani terhadap Pembelajaran Organisasi, Pembentukan Modal
Insani dan Kinerja Gapoktan
Permasalahan Gapoktan Sri Makmur
Force Field Analysis (FFA)
Analisis Pengaruh Pembelajaran Organisasi dan Pembentukan Modal Insani
terhadap Kinerja Gapoktan dengan Pendekatan Partial Least Square (PLS)

Peningkatan Kinerja Gapoktan
Simpulan dan Saran
Simpulan
Saran
Daftar Pustaka
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
1
2
3
3
3
4
5
6

8
8
8
9
11
13
14
15
18
20
20
21
21
24
32

DAFTAR TABEL
1. Perkembangan produksi padi organik Kabupaten Sragen
2. Penelitian terdahulu yang relevan
3. Hasil evaluasi outer dan inner model 1, 2 dan 3


1
8
16

DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka Pemikiran
2. Penyebaran luas tanam padi organik per kecamatan di Kabupaten
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

15.
16.
17.
18.

Sragen (Distan Kab Sragen, 2010)
Kerangka The House Model (Horovits dan Ohlsson-Corboz 2007)
Karakteristik petani
Presepsi petani terhadap pembelajaran organisasi
Presepsi petani terhadap pembentukan modal insani
Presepsi petani terhadap kinerja
Diagram tulang ikan Gapoktan Sri Makmur
Force Field Analysis Gapoktan Sri Makmur
Hasil outer model 2
Hasil inner model 2
The House Model Gapoktan Sri Makmur
Outer model 1
Inner model 1
Outer model 2
Inner model 2
Outer model 3
Inner model 3

4
5
7
10
11
12
12
13
14
17
17
19
22
22
22
22
22
22

DAFTAR LAMPIRAN
Model sebelum direduksi
Outer model setelah direduksi
Outer dan inner model 1
Outer dan Inner model 2
5. Outer dan Inner model 3
1.
2.
3.
4.

22
22
22
22
22

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertanian organik dalam arti luas merupakan pertanian yang menggunakan
pupuk kimia secara minimum dan dikombinasikan dengan bahan-bahan organik
lainnya. Sedangkan dalam arti sempit, pertanian organik adalah pertanian yang
tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia namun menggunakan bahan-bahan
yang alami (Hong, 1994). Penerapan pertanian organik lebih menguntungkan
karena memberikan penghematan pada pengeluaran sarana produksi (saprodi)
seperti benih, pupuk, pestisida dan fungisida (Santoso et al. 2012).
Pertanian organik yang diterapkan merupakan hasil kesadaran petani akibat
meningkatnya biaya produksi, karena sarana produksi (saprodi) seperti pupuk dan
pestisida kimia buatan tidak dapat diproduksi sendiri dan bertambahnya jenis
hama baru, sehingga meningkatkan kebutuhan pestisida. Selain itu, pola hidup
sehat masyakarat mendorong permintaan bahan organik meningkat. Hal ini
dikarenakan munculnya kesadaran akan pentingnya mengkonsumsi makanan yang
sehat (Utami, 2011).
Peluang pasar padi organik Indonesia masih terbuka. Hal ini didukung
dengan adanya pembukaan kesempatan ekspor beras baik beras non organik,
organik maupun ketan hitam, dengan penerbitan Permendag tentang Ekspor dan
Impor Beras 28 Maret 2014 (Herlinda, 2014). Di samping itu, menurut Aliansi
Organis Indonesia (AOI) terdapat konsumen yang tidak mempedulikan harga
produk organik yang cenderung lebih mahal dibandingan dengan produk biasa.
Hal ini seiring dengan peningkatan umur, pendapatan dan tingkat pendidikan
konsumen tersebut (BPPKI, 2014).
Pertanian organik dikembangkan oleh Kabupaten Sragen pada tahun 2001
yang diawali dengan program semi organik dan diterapkan pada produksi padi
Kabupaten Sragen (Dinas Pertanian Kabupaten Sragen, 2005). Tabel 1 berikut
merupakan perkembangan produksi padi organik Kabupaten Sragen.
Tabel 1 Perkembangan produksi padi organik Kabupaten Sragen
Tahun

Luas
tanam
( Ha )

Luas
panen
( Ha )

2010

185

181

Produksi
Gabah Kering Panen
(GKP)
( Ton / Musim )
941.20

2011
2012
2013

185
185
555

183
185
549

1037,9
1.091,50
2129,4

Produktivitas
Kw / Ha
10.30
11,3
11,80
23,1

Sumber : Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Sragen (2014)

Meskipun produktivitas padi organik Kabupaten Sragen mengalami
peningkatan, produktivitas ini masih jauh di bawah produktivitas padi non organik
yang mencapai 61.06 kw/ha pada tahun 2012 (BPS, 2013). Dengan demikian,
agar produktivitas dapat ditingkatkan Kabupaten Sragen melakukan

2
pengembangan petani dengan membentuk gabungan kelompok petani (Gapoktan).
Meskipun sudah tersedianya Gapoktan, produktivitas padi organik belum dapat
menyaingi produksi padi non organik. Hal ini disebabkan oleh beberapa masalah,
sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah apa yang
dialami serta cara meningkatkan kinerja Gapoktan agar dapat membantu
peningkatan produktivitas petani. Menurut Mangkuprawira dan Vitayala (2007)
mengemukakan bahwa kinerja merupakan karya pelaksanaan pekerjaan tertentu
dalam periode tertentu oleh suatu organisasi dan karyawan organisasi yang
berkaitan.
Pembelajaran organisasi dan pembentukan modal insani diduga dapat
meningkatkan kinerja Gapoktan. Organisasi pembelajar merupakan sarana yang
dapat digunakan untuk membangun kelompok manusia agar dapat melakukan
kerjasama. Menurut Prahalad dan Hamel (1990) perusahaan yang mempunyai
kemampuan belajar, lebih cepat mengenal perubahan lingkungan, sehingga dapat
dengan cepat dalam bertindak dan mencapai keunggulan bersaing. Hal ini
dikarenakan, penerapan organisasi pembelajar dapat membenahi insfrastruktur
organisasi dan menumbuhkan budaya sampai ke tingkat individu (Offia dan
Molina 2012).
Pembentukan modal insani merupakan salah satu investasi organisasi,
karena menurut Nandy dan Mahapatra (2010) investasi SDM mirip dengan
investasi di modal lainnya seperti uang dan peralatan. Menurut Fitz-Enz (2000)
yang dirujuk pada Abdussalam (2011) menyatakan bahwa human capital
didefinisikan sebagai kombinasi dari tiga faktor yaitu, (a) karakter atau sifat yang
dibawa ke pekerjaan seperti inteligensi, energi, sikap positif, keandalan, dan
komitmen, (b) kemampuan seseorang untuk belajar, dan (c) motivasi untuk
berbagi informasi dan pengetahuan seperti semangat tim dan orientasi tujuan.

Perumusan Masalah
Produktivitas petani pada Gapoktan berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan
adanya perbedaaan kinerja yang dimiliki oleh setiap petani. Kinerja diduga
dipengaruhi oleh organisasi pembelajar dan pembentukan modal insani. Dengan
demikian diperoleh rumusan masalah yang dihadapi Gapoktan Sri Makmur, Desa
Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen dikaji sebagai berikut ini :
1. Apa masalah utama yang sedang dihadapi oleh Gapoktan Sri Makmur dalam
upaya meningkatkan kinerjanya?
2. Apa saja yang menjadi faktor pendorong dan penghambat dalam peningkatan
kinerja petani padi organik pada pada Gapoktan Sri Makmur?
3. Apakah organisasi pembelajar dan pembentukan modal insani memiliki
pengaruh terhadap peningkatan kinerja petani padi organik pada Gapoktan Sri
Makmur?
4. Bagaimana bentuk rancangan model dari peningkatan kinerja petani padi
organik pada pada Gapoktan Sri Makmur?

3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, penelitian tentang
pembelajaran organisasi, pembentukan modal insani dan kinerja pada Gapoktan
Sri Makmur dilakukan dengan diharapkan dapat mencapai tujuan-tujuan sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi masalah utama yang sedang dihadapi oleh Gapoktan Sri
Makmur dalam upaya meningkatkan kinerjanya.
2. Menganalisis faktor pendorong dan penghambat dalam peningkatan kinerja
petani padi organik pada Gapoktan Sri Makmur.
3. Menganalisis pengaruh organisasi pembelajar dan pembentukan modal insani
terhadap peningkatan kinerja petani padi organik pada Gapoktan Sri Makmur.
4. Menganalisis bentuk rancangan model dari peningkatan kinerja petani padi
organik pada Gapoktan Sri Makmur.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat mencapai dua sudut pandang manfaat yaitu,
praktis dan teoritis. Manfaat praktis penelitian ini, diharapkan hasil penelitian
dapat membantu Gapoktan Sri Makmur, pemerintah, maupun instansi terkait
dalam melakukan aplikasi manajerial untuk terus dapat mengembangkan
produktivitas padi organik di Kabupaten Sragen. Manfaat teoritis dari penelitian
ini dapat memberikan informasi maupun pengetahuan berkaitan dengan organisasi
pembelajar, modal insani dan kinerja pada produksi padi organik.

METODE
Penelitian ini terkait pembelajaran organisasi, pembentukan modal insani
dan kinerja. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu Gapoktan dan
menjadi bahan pertimbangan sebagai masukan dalam upaya meningkatkan kinerja
petani Gapoktan Sri Makmur Kabupaten Sragen. Pelaksanaan peneliaitna ini
dilakukan dengan empat tahapan. Adapun tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tahap pertama, menganalisis permasalahan yang dihadapi oleh gapoktan
menggunakan diagram ishikawa (fishbone chart).
2. Tahap kedua, mengidentifikasi faktor yang menjadi pendorong dan
penghambat menggunakan Force Field Analysis (FFA)
3. Tahap ketiga, menganalisis pengaruh organisasi pembelajar dan pembentukan
modal insani terhadap peningkatan kinerja gapoktan dengan Structural
Equation Modeling (SEM).
4. Tahap keempat, perolehan hasil dari tahap sebelumnya dijadikan masukan
(input) untuk perancangan model peningkatan kinerja Gapoktan menggunakan
The House Model. Kerangka pemikiran dijabarkan pada Gambar 1.

4

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Pemilihan
lokasi ini dikarenakan Kabupaten Sragen merupakan salah satu tempat yang
sukses dalam mengembangkan padi organik. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Irawan et.al (2012) yaitu terdapat dua daerah penggerak padi
organik yaitu Jawa Tengah dan Jawa Barat. Menurut penyebaran luas tanam padi
organik di Kabupaten Sragen, Kecamatan Sambirejo memiliki luas tanam padi
organik terbesar dibandingkan dengan luas tanam padi organik di kecamatan
laindengan luas tanam padi organik di Kecamatan Sambirejo seluas 794 Ha,
dengan demikian untuk pengambilan data dilaksanakan pada Kecamatan
Sambirejo. Adapun penyebaran luas tanam padi organik di kecamatan, Kabupaten
Sragen dapat dilihat pada Gambar 2.

Kecamatan

5

Miri
Mondokan
Kalijambe
Plupuh
Masaran
Tanon
Kedawung
Karangmalang
Sragen
Sambirejo
0

200

400

600

800

1000

Luas tanam (Ha)

Gambar 2 Penyebaran luas tanam padi organik per kecamatan di Kabupaten
Sragen (Dinas Pertanian Kabupaten Sragen, 2010)
Jenis dan Sumber Data
Kecamatan Sambirejo terdiri dari 9 desa dengan 9 Gapoktan. Namun, tidak
semua desa di kecamatan tersebut memproduksi padi organik. Hanya terdapat 3
desa dari 9 desa tersebut yang menjadi sentra produksi padi organik yaitu Desa
Jambeyan, Desa Jetis dan Desa Sukorejo. Dengan demikian, penelitian ini
mengambil salah satu desa dari sentra padi organik tersebut yaitu Desa Sukorejo
dan Gapoktan Sri Makmur sebagai sampelnya.
Penarikan sampel menggunakan teknik purposive sampling, yang
merupakan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ditentukan sebelumnya (Serakan, 1992). Informasi mengenai sampel
diperoleh dari data yang dimiliki oleh Dinas Pertanian Kabupaten Sragen (2010).
Dengan demikian, untuk memenuhi data yang digunakan untuk analisis maka
diambil sampel sebanyak 50 petani. Hal ini berdasarkan penentuan sampel pada
metode SEM dapat menggunakan beberapa pedoman seperti yang kemukakan
oleh Solimun (2002) :
1. Bila pendugaan parameter menggunakan metode kemungkinan maksimum
besar sampel disarankan adalah antara 100-200, dengan minimum sampel
adalah 50.
2. Sebanyak 5-10 kali jumlah parameter yang ada didalam model.
3. Sama dengan 5 hingga 10 kali jumlah variabel indikator dari keseluruhan
variabel.
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan atau suatu organisasi
langsung melalui objeknya. Data primer diperoleh dari:
a. Wawancara
Pelaksanaan wawancara ini dilakukan di Desa Sukorejo dengan
mewawancarai tokoh masyarakat yang paham padi organik, beberapa petani

6
yang menjadi sampel penelitian dan instansi pemerintah seperti dinas
pertanian serta badan penyuluh pertanian Kabupaten Sragen.
b. Kuesioner
Kuesioner diisi oleh petani-petani anggota Gapoktan Sri Makmur yang
menjadi sampel dalam penelitian ini.
Adapun untuk data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari data yang sudah
tersedia. Data diambil dari penelitian terdahulu yang relevan, website Kabupaten
Sragen, data dari dinas pertanian Kabupaten Sragen dan lain sebagainya.
Prosedur Analisis Data
Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan metode Analisis
Deskriptif, Diagram Ishikawa, Force Field Analysis (FFA), Analisis Structural
Equation Modelling (SEM), dan The House Model.
a. Analisis Deskriptif
Metode ini merupakan metode yang mempelajari teknik atau prosedur yang
digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan kumpulan data
maupun hasil penelitian. Menurut Suliyanto (2005) analisis deskriptif meliputi
penyajian data, baik dalam bentuk tabel maupun grafik, serta pengukuran nilai
statistik. Selain itu, manfaat metode ini untuk mempermudah penyajian agar
informasi yang diperoleh dapat lebih mudah dimengerti, menarik dan
informatif.
b. Diagram Tulang Ikan
Diagram Tulang Ikan merupakan sebuah diagram yang diciptakan oleh
ilmuwan Jepang yaitu Dr. Kaoru Ishikawa. Diagram ini biasa disebut juga
dengan diagram tulang ikan. Diagram tulang ikan merupakan alat yang
digunakan untuk menganalisa suatu hubungan sebab-akibat serta dapat juga
digunakan untuk mengkategorikan sebab yang potensial degan menyajikan
datanya secara rapi, membantu menganalisis apa yang sebernarnya terjadi
dalam suatu proses, dan mengajarkan kepada tim maupun individu tentang
proses dan prosedur yang baru.
c. Force Field Analysisis (FFA)
Menurut Swinton (2010) metode ini dikembangkan oleh Kurt Lewin dan
digunakan untuk pengambilan keputusan. Metode ini digunakan untuk
memberikan informasi kepada pembuat keputusan dalam perencanaan dan
pelaksanaan program manajemen dalam sebuah organisasi. Metode ini
menganalisis berbagai faktor kekuatan dan kelemahan yang mempengaruhi
suatu perubahan.
d. Structural Equation Modelling (SEM)
Structural Equation Modelling (SEM) adalah metode yang dapat
memisahkan hubungan setiap variabel dependen. Metode ini dibagi menjadi 2
komponen dasar yaitu, model struktural dan model pengukuran. Model
struktural adalah path model, yang berhubungan dengan independen dan
dependen variabel. Sedangkan model pengukuran, memungkinkan peneliti
untuk menggunakan beberapa variabel untuk variabel dependen atau
independen (Hair et.al 2010).

7
Penelitian ini menggunakan 2 variabel laten yaitu variabel endogen dan
eksogen. Variabel tersebut yaitu variabel independen (eksogen) terdiri dari
organisasi pembelajar dan pembentukan modal insani serta variabel laten
dependen (endogen) terdiri dari kinerja. Variabel organisasi pembelajar dan
kinerja memiliki beberapa indikator yang diambil dari penelitian yang telah
dilakukan oleh Herrera (2007). Adapun indikator dari organisasi pembelajar
adalah tingkat individu, tingkat kelompok dan tingkat organisasi (Gapoktan).
Adapun untuk variabel kinerja terdiri dari 2 indikator yaitu finansial dan
pengetahuan. Variabel pembentukan modal insani diperoleh dari pengertian
yang dikemukan oleh Brush dan Ruse (2005) yang dirujuk pada penelitian Zula
(2006). Adapun indikator pada variabel pembentukan modal insani adalah
perencanaan, penganalisaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.
Untuk menguji model diharapkan dari variabel organisasi pembelajar,
pembentukan modal insani dan kinerja pada penelitian ini, menggunakan
pendekatan Partial Least Square (PLS) dengan software SmartPLS 0.2.M3.
e. House Model
Metode ini dikemukaan oleh Horovitz dan Anne-Valerie Ohlsson. Metode
ini merupakan metode yang menggambarkan bagaimana mewujudkan tujuan
dengan tindakan-tindakan yang sesuai. House Model digambarkan dengan
sebuah rumah yang memiliki atap dan pilar penyokong atap. Atap
menggambarkan impian perusahaan, selanjutnya pilar-pilar yang menyokong
atap dari bawah merupakan gambaran dari tindakan-tindakan yang dapat
dilakukan untuk meraih tujuan
.

Gambar 3 Kerangka The House Model (Horovits dan Ohlsson-Corboz 2007)

8
Penelitian Terdahulu
Tabel 2 Penelitian terdahulu yang relevan
Variabel
Peneliti
Zula,
Modal insani
2006

Alat analisis
SPSS 14.0

Hasil
Lima dimensi dalam modal
insani yaitu perencanaan,
penganalisisan,
pengorganisasian, pengarahan
dan pengawasan

Herrera,
2007

Pembelajaran organisasi
dan kinerja

Uji korelasi dan
regresi berganda

Pembelajaran organisasi
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja

Utami,
2011

Pilihan konsumen dan
beras organik

Analisis preferensi
leksikografik

Alasan memilih beras organik
berdasarkan beberapa faktor
seperti harga , motif konsumen
dan kandungan bahan

Partial least
square (PLS)

Modal manusia dan
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja

EFE, IFE, Matrik
IE, SWOT, dan
QSPM

Faktor internal dan ekternal
yang mempengaruhi
pengembangan Gapoktan

Winarno, Modal manusia,
pembelajaran
2012
organisasi, kompetensi,
inovasi, kinerja
Saputri,
2012

Pengembangan
Gapoktan

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum
Kabupaten Sragen merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi
Jawa Tengah. Letaknya sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sragen terdiri
dari 20 Kecamatan dengan 196 desa. Luas pertaniannya mencapai 94155.81 ha.
Luas pertanian yang ada, menghasilkan produksi padi secara keseluruhan sebesar
451430 ton pada tahun 2008, dengan produksi padi organiknya sebesar 27721.553
ton pada tahun 2008 (Team PDE Sragen, 2010).
Desa Sukorejo yang menjadi tempat pengambilan sampel terletak di
Kecamatan Sambirejo. Menurut Bappeda Kab. Sragen (2012), desa ini berada
pada batas wilayah seperti berikut:
1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Jambeyan
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah
3. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Jetis
4. Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur.

9
Karakteristik Responden
Kuesioner yang telah diisi oleh 50 petani diperoleh beberapa karakteristik.
Karakteristik tersebut dikelompokkan menjadi 6 yaitu sebagai berikut:
Jenis kelamin
Gapoktan Sri Makmur didominasi dengan petani berjenis kelamin pria
dengan persentase 88 persen dari keseluruhan petani yang dijadikan sampel.
Umur
Petani dengan usia 50-60 tahun memiliki jumlah terbesar dengan persentase
34 persen dari keseluruhan sampel petani yang digunakan. Sedangkan jumlah
terkecil adalah petani yang memiliki usia ≤45 tahun dengan persentase 14 persen.
Dengan demikian, di usia ≤45 tahun masih banyak yang belum mengembangkan
padi organik. Menurut BPS yang diacu pada Pitoyo et.al (2013) 15-64 tahun
merupakan umur produktif. Oleh karena itu, petani padi organik yang
mendominasi Desa Sukorejo ini masih tergolong pada umur produktif. Sehingga
peningkatan kinerja masih dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas petani
padi organik.
Waktu yang digunakan untuk bertani
Waktu bertani sebagian besar petani didominasi dengan waktu selama 3140 tahun dengan persentase 30 persen. Waktu yang telah digunakan tersebut,
menggambarkan bahwa para petani sudah melakukan bertani sejak lama. Dengan
pengalaman bertani yang cukup lama menunjukkan bahwa petani pada Gapoktan
Sri Makmur memiliki pengalaman untuk mengatasi masalah-masalah yang dapat
terjadi pada pertaniannya. Selain itu, pengalaman tersebut dapat dijadikan dasar
untuk membandingakan hasil pertanian organik dengan non organik baik dari
produktivitas maupun sistem yang digunakan.
Pendidikan terakhir
Pertanian padi di daerah tersebut tetap dapat berjalan, meskipun petani
memiliki pendidikan terakhir pada jenjang Sekolah Dasar (SD), bahkan ada yang
tidak bersekolah. Hal ini dapat dilihat pada pendidikan terakhir SD memiliki
persentase yang paling tinggi yaitu 46 persen. Pendidikan terakhir yang dapat
dicapai sebagian besar petani di Gapoktan Sri Makmur belum mencapai tingkat
minimal yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu wajib belajar 9 tahun, yaitu
sampai ke jenjang sekolah menengah pertama (SMP) maupun sederajatnya.
Dengan demikian dibutuhkan cara lain untuk menambah pengetahuan petani
terkait padi organik dan sistem pendukungnya.
Pekerjaan selain bertani
Kenyataannya, petani tidak hanya mengandalkan hasil pertaniannya saja
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan selain bertani yang menjadi
karakteristik kelima, menunjukkan hasil sejumlah 22 persen dari keseluruhan
petani yang ada hanya mengandalkan pertaniannya saja. Sedangkan 39 persen
petani memilih berternak sebagai pekerjaan lainnya. Dengan demikian, kotoran
hewan ternak mereka sebenarnya dapat diolah dan dimanfaatkan dalam
pembuatan pupuk organik. Oleh karena itu, pupuk organik yang selama ini masih
dirasa kurang oleh petani dapat terpenuhi dengan mengolahnya sendiri.

10
Pendapatan Per Bulan
Profit yang diperoleh
eh petani dari bertani memberikan pendapatan yang
memadai yaitu di atas rata--rata upah minimum regional (UMR) Kabupaten Sragen
yang sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Jateng, Nomor 560/60 tahun 2013
(Rudianto, 2013) sebesarr 960.000 rupiah. Hal tersebut dibuktikan dengan
pendapatan petani diantara 1.100.000-2.000.000
1.100.
2.000.000 rupiah memiliki per
persentase
tertinggi yaitu 42 persen. Meskipun demikian, petani masih membutuhkan
pekerjaan lainnya untuk meningkatkan pendapatan mereka.
mereka Adapun hasil dari
pengelompokkan 6 karakteristik
arakteristik tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.
Umur (tahun
tahun)
61≤
16%

≤45
14%

5660
34%

Lama bertani (Tahun)

4650
18%

5155
18%

4150
16%

≤10
10%
1120
18%
2130
22%

3140
30%

Pendidikan Terakhir
Lainlain
S1
16%
2%
SMA
12%

51≤
4%

juta)
Pendapatan/bulan (dalam juta
4,1≤
14%
3,1-4
10%

SD
46%

1,1-22
36%

2,1-3
32%

SMP
24%

Pekerjaan Selain Bertani
Berkebun
11%

Tidak ada
3%

T. Kayu
3%
Ternak
39%

≤1
8%

Dagang
22%
Buruh
6%

Gambar 4 Karakteristik petani

11
Presepsi
psi Petani terhadap Pembelajaran Organisasi,, Pemben
Pembentukan Modal
Insani dan Kinerja Gapoktan
Hasil yang diperoleh dari pengisian kuesioner oleh petani memberikan
pernyataan sering pada variabel pembelajaran organisasi
organisasi, setuju pada
pembentukan
ukan modal insani dan kinerja. Berikut merupakan ppresepsi petani
terhadap setiap variabel dan indikator
indikatornya.
Variabel pembelajaran organisasi memiliki 3 indikator
ator dimana indikator
tingkat Gapoktan memiliki persentase terbesar yaitu 55.44 persen, sedangkan yang
terendah pada tingkat
tingka individu dengan persentase 54.7 persen dan dapat dilihat
pada Gambar 5.
60
Prosentase

50
40
30
20
10
0
Tingkat Individu

Tingkat Kelompok

Tingkat Gapoktan

Indikator
Tidak Sama Sekali

Jarang

Cukup Sering

Sering

Sangat Sering

Gambar 5 Presepsi petani terhadap pembelajaran organisasi
Pembelajaran organisasi ini dinilai dari beberapa pernyataan antara lain
penghargaan prestasi, kemudahan mendapatkan modal untuk belajar, menghargai
sesama anggota dan komunikasi.
ko
Melihat Gambar 5,, pernyataan sering pada
Tingkat Gapoktan memiliki nilai tertinggi. Dengan demikian, presepsi petani
terhadap pembelajaran organisasi mpaling tinggi pada Tingkat Gapoktan, karena
petani sering melakukan perturakan informasi dan mendapatkan kemudahan unt
untuk
mengakses informasi serta mendapatkan modal untuk belajar.
Variabel pembentukan modal insani terdapat 5 tahapan yang menjadi
indikatornya yaitu, perencanaan, penganalisaan, pengorganisasian, pengarahan,
Perencanaan
aan yang dinilai dari beberapa pernyataan pentingnya
dan pengawasan. Perencan
perencanaan untuk menetapkan tujuan, membangun partisipasi, mengembangkan
kemampuan petani, menentukan kinerja dan memperbaharui informasi. Indikator
penganalisaan dinilai dari pernyataan pentingnya penganalisaan
analisaan untuk
memastikan strategi untuk masa depan Gapoktan, menyesuaikan infrastruktur
dengan kebutuhan Gapoktan, dan memastikan kompetensi sesuai dengan kinerja.
Indikator pengorganisasian dinilai dari pernyataan pentingnya pengorganisasian
untuk memeriksa
iksa aliran produksi, menentukan kualitas petani yang dibutuhkan,
dan meneyesuaikan petani dengan strattegi Gapoktan. Indikator pengarahan
dinilai dari pernyataan pentingnya pengarahan untuk membangun pembelajaran
organisasi setiap petani, membangun rencana
rencana pengembangan petani dan
membantu memilih kebijakan dalam Gapoktan. Indikator pengawasan dinilai dari
pernyataan pentingnya pengawasan pada pemantuan, pengawasan, dan
perkembangan petani serta mendorong konstribusi petani pada Gapoktan.

12

Presentase

Indikator pengarahan
han memiliki nilai terbesar dengan persentase 66.5
persen, sedangkan nilai terendah dimiliki oleh indikator pperencanaan
erencanaan dengan
persentase 44.77 persen. Hal ini menjelaskan bahwa petani setuju bahwa
pengarahan kepada anggota Gapoktan lebih penting dibandingkan
kan dengan
perencanaan untuk setiap anggota. Adapun presepsi petani terhadap variabel
pembentukan modal insani dapat dilihat pada Gambar 6.
70
60
50
40
30
20
10
0

Indikator
Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Cukup Setuju

Setuju

Sangat Setuju

Presentase

Gambar 6 Presepsi petani terhadap pembentukan modal insani
Variabel terakhir adalah variabel kinerja. Variabel kinerja memiliki 2
indikator yaitu, indikator finansial dan pengetahuan. Indikator finansial dinilai
dari pernyataan perbandingan tahun 2014 dengan tahun sebelumnya atas
pengembalian investasi yang lebih besar, produktivitas setiap petani yang lebih
besar, pangsa pasar, biaya yang digunakan dan jumlah produk yang dihasilkan.
Indikator pengetahuan dinilai dari beberapa perbandingan tahun 2014 dengan
ng lebih baik
baik,
tahun sebelumnya atas respon terhadap keluhan pelanggan yang
kepuasan pelanggan lebaih baik dan petani terampil lebih banyak dibandingkan
Kedua indikator tersebut menunjukkan setuju serta memiliki nilai yaitu 55.3
persen untuk indikator pengetahuan, dan 40 persen untuk indikator finansial
finansial.
Dengan demikian, petani memandang finansial petani pada Gapoktan Sri Makmur
lebih baik pada pengetahuan yang dimiliki petani.
petani. Adapun presepsi responden
pada variabel kinerja
erja dapat dilihat
diliha pada Gambar 7.
60,0
50,0
40,0
30,0
20,0
10,0
0,0
Finansial
Sangat Tidak Setuju

Indikator

Tidak Setuju

Pengetahuan

Cukup Setuju

Setuju

Gambar 7 Presepsi petani terhadap kinerja

Sangat Setuju

13
Permasalahan Gapoktan Sri Makmur
Permasalahan yang dihadapi oleh Gapoktan Sri Makmur adalah kinerja
yang kurang berkembang. Hasil ini diperoleh dari wawancara dengan salah satu
anggota Gapoktan yang berkompeten dibidangnya dan beberapa petani.
Perkembangan kinerja yang kurang ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
lingkungan, material, metode, dan SDM.
Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Gapoktan Sri Makmur
merupakan masalah yang banyak dialami oleh gapoktan lainnya. Adapun
permasalahan yang dihadapi Gapoktan Sri Makmur itu sendiri digambarkan pada
diagram tulang ikan (fishbone chart) seperti Gambar 8.
Permasalahan Gapoktan Sri Makmur yang disajikan pada Gambar 8, sejalan
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Saputri, 2012), seperti berorientasi
kepada peningkatan produktivitas padi tanpa mempedulikan ilmu pendukungnya
antara lain pemasaran dan kelembagaan, belum terciptanya pengelompokkan
sesuai dengan tugas setiap petani dan produksi pupuk organik yang tidak
keberlanjutan. Hal tersebut merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh SDM
yaitu petani. Sehingga dari kelemahan yang ada pada penelitian Saputri (2012)
didominasi dari kelemahan yang dimiliki oleh SDM.

Gambar 8 Diagram tulang ikan Gapoktan Sri Makmur
Gapoktan Sri Makmur memiliki permasalahan utama pada SDM yaitu
petani. Petani yang merupakan penyusun utama gapoktan memiliki masalahmasalah seperti petani kurang peduli pada lingkungan sekitarnya, sebagian besar
petani belum terampil dalam mengolah limbah yang ada, seperti sampah baik dari
rumah tangga maupun kotoran ternak yang mereka pelihara. Selain itu, petani juga
belum terlalu mengetahui strategi pemasaran yang tepat untuk memasarkan
produknya.

14
Force Field Analysis (FFA)
Gapoktan yang mandiri dan dapat menciptakan kegiatan agribisnis yang
mapan merupakan tujuan dari Gapoktan Sri Makmur. Pencapaian tujuan tersebut
dapat didukung dengan adanya faktor pendorong yaitu faktor yang menjadi
kekuatan maupun peluang yang dapat diambil. Meskipun demikian, pencapaian
tujuan dapat juga terhambat. Hal ini dikarenakan adanya faktor penghambat
seperti kelemahan dan ancaman yang dihadapi oleh gapoktan. Adapun yang
menjadi faktor pendorong dan penghambat Gapoktan dapat dilihat pada Gambar
9.

Gambar 9 Force Field Analysis Gapoktan Sri Makmur
Berdasarkan Gambar 9, pencapaian tujuan Gapoktan untuk menjadi
Gapoktan yang mandiri dan menciptakan kegiatan agribisnisnya yang mapan
dapat dilakukan dengan meningkatkan faktor pendorong yang dimiliki dan
mengurangi faktor penghambatnya. Faktor pendorong dapat dilihat dari kekuatan
yang dimiliki maupun dari peluang yang tersedia.
Kekuatan yang dimiliki antara lain adalah kualitas produk yang baik.
Kualitas ini dilihat dari produk padi organik Gapoktan Sri Makmur yan telah lolos
uji laboratorium yang dilakukan oleh SUCOFINDO Jakarta (Dinas Pertanian
Kabupaten Sragen, 2005). Petani yang berpengalaman dilihat dari karakteristik
petani yang sebagian besar petani telah bertani selama 31-40 tahun. Pembelajaran
tingkat gapoktan baik. Di samping itu peluang yang dapat dimanfaatkan adalah
lahan pertanian organik yang bertambah dan peningkatan produk padi organik.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Utami (2011) telah banyak konsumen
yang mengetahui pertanian organik sehingga sikap dan tingkat kesadaran tentang

15
bahan yang berbahaya tinggi. Hal ini menyebabkan permintaan padi organik dapat
semakin meningkat.
Berdasarkan faktor penghambat pada Gambar 9 terdiri dari kurangnya
sarana produksi pertanian seperti pupuk dan pestisida organik. Hal ini dikarenakan
produsen pupuk maupun pestisida organik di Kabupaten Sragen masih sedikit.
Petani yang memproduksi pupuk organik hanya 16.7 persen dan pestisida organik
hanya 0.65 persen dari keseluruhan jumlah petani yang memproduksi padi organik
yaitu sebanyak 8730 petani (Team PDE Sragen, 2010). Produksi pupuk dan
pestisida organik yang masih rendah ini juga dipengaruhi oleh petani yang kurang
terampil dan kurang mengerti dalam mengolah limbah-limbah yang ada di sekitar
mereka. Hal ini juga disebabkan oleh masih rendahnya keinginan petani untuk
terus mengakses informasi terkait produksi padi organik. Selanjutnya, distribusi
padi organik yang masih kuran baik ini dikarenakan petani masih belum memiliki
konsumen, karena selama ini produk organik masih ditampung oleh beberapa
pengepul seperti Perusahaan Dagang Pelopor Alam Lestari (PD PAL) Kabupaten
Sragen dan Padi Mulya. Adanya peluang bertambahnya lahan pertanian organik
ternyata dihambat dengan tidak semua lahan yang tersedia dapat dijadikan sebagai
lahan untuk padi organik. Hal ini karenakan untuk menerapkan pertanian organik
membutuhkan tanah yang bebas dari pencemaran air yang digunakan untuk irigasi
maupun bahan-bahan kimia lainnya. Sedangkan, untuk beberapa daerah di
Kabupaten Sragen, air yang mengalir sudah tercemar limbah rumah tangga yang
tidak ramah lingkungan maupun limbah pabrik yang ada di Kabupaten Sragen.
Oleh sebab itu, tidak semua lahan dapat digunakan untuk menerapkan pertanian
organik.
Analisis Pengaruh Pembelajaran Organisasi dan Pembentukan Modal Insani
terhadap Kinerja Gapoktan dengan Pendekatan Partial Least Square (PLS)
Penelitian ini menggunakan 3 variabel laten yaitu pembelajaran organisasi,
pembentukan modal insani dan kinerja. Variabel-variabel tersebut digunakan
dalam analisis model pengaruh pembelajaran organisasi dan pembentukan modal
insani terhadap kinerja. Pada analisis ini, variabel organisasi pembelajar dan
pembentukan modal insani berfungsi sebagai variabel eksogen, sedangkan
variabel kinerja merupakan variabel laten endogen.
Variabel organisasi pembelajar terdiri atas 3 indikator yaitu tingkat individu,
tingkat kelompok dan tingkat organisasi (Gapoktan). Selanjutnya, variabel
pembentukan modal insani terdiri atas 5 indikator yaitu perencanaan,
penganalisaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Berikutnya,
variabel kinerja meliputi finansial dan pengetahuan. Dengan demikian
keseluruhan jumlah indikator yang diuji berjumlah sepuluh indikator.
Kesepuluh indikator yang berasal dari tiga variabel di atas, dianalisis
menggunakan pendekatan Partial Least Square (PLS). Pengolahan data yang
diperoleh menggunakan SmartPLS 2.M3. Adapun standar penilaian kriteria yang
digunakan, mengikuti standar kriteria yang dijelaskan Chin (1998) yang disitasi
oleh Latan dan Ghozali (2012) dapat dilihat pada Tabel 3.

16
Tabel 3 Hasil evaluasi outer dan inner model 1, 2 dan 3
Kriteria

Standar
penilaian
Nilai
loading
factor >
0.70

Model 1

Model 2

Model 3

Terdapat 2
indikator yang
memiliki nilai
loading factor <
0.70 yaitu
Penganalisaan dan
Pengorganisasian,
sehingga indikator
tersebut perlu
direduksi untuk
menghasilkan
kevalidan seluruh
indikator. Setelah
direduksi maka,
diperoleh hasil
keseluruhan nilai
nilai loading factor
> 0.70 sehingga
telah merefleksikan
semua variabel
(Valid)
HC (0.948394); K
(0.917853); LO
(0.728022) (Valid)

Terdapat 2
indikator yang
memiliki nilai
loading factor <
0.70 yaitu
Penganalisaan dan
Pengorganisasian,
sehingga indikator
tersebut perlu
direduksi untuk
menghasilkan
kevalidan seluruh
indikator. Setelah
direduksi maka,
diperoleh hasil
keseluruhan nilai
nilai loading factor
> 0.70 sehingga
telah merefleksikan
semua variabel
(Valid)
HC (0.948379); K
(0.917843); LO
(0.726272) (Valid)

HC (0.948394); K
(0.917853); LO
(0.728022) (Valid)

HC (0.948379); K
(0.917843); LO
(0.726271) (Valid)

Cronbach Nilai >
's Alpha 0.70

HC (0.972785); K
(0.910815); LO
(0.813212)
(Reliabel)

HC (0.972785); K
(0.910815);LO
(0.813212)
(Reliabel)

Signifikan Nilai TStatistik >
si
1.96
(5persen)

Terdapat 2
indikator yang
memiliki nilai
loading factor <
0.70 yaitu
Penganalisaan dan
Pengorganisasian,
sehingga indikator
tersebut perlu
direduksi untuk
menghasilkan
kevalidan seluruh
indikator. Setelah
direduksi maka,
diperoleh hasil
keseluruhan nilai
nilai loading factor
> 0.70 sehingga
telah merefleksikan
semua variabel
(Valid)
HC (0.948394); K
(0.917843); LO
(0.728022); LO*HC
(0.913856) (Valid)
HC (0.948394); K
(0.917843); LO
(0.728022); LO*HC
(0.913856) (Valid)
HC (0.972785); K
(0.910815); LO
(0.813212); LO*HC
(0.988172)
(Reliabel)
HC >> K (1.8201)
(Tidak Berpengaruh
signifikan)

HC >>K (0.345993) HC >> K
(Tidak berpengaruh (0.018517) (Tidak
signifikan)
Berpengaruh
signifikan)
LO >>K (3.196339) LO >> K (2.693497) LO >> K (2.764268)
(Berpengaruh
(Berpengaruh
(Berpengaruh
signifikan)
signifikan)
signifikan)

Loading
factor

Nilai
Average
Variance AVE >
Extracted 0.50
(AVE)
Communa Nilai >
lity
0.50

HC >> LO
(79.414486)
(Berpengaruh
signifikan)
Sumber : Analisis data primer

LO*HC >> K
(1.852819) (Tidak
Pengaruh signifikan)

17
Penganalisisan pada penelitian ini menggunakan tiga bentuk model. Model
pertama merupakan model pengaruh langsung dari variabel organisasi pembelajar
dan variabel pembentukan modal insani terhadap kinerja. Model kedua
menggunakan model mediasi dimana variabel organisasi pembelajar sebagai
variabel mediasi atau perantara dari variabel pembentukan modal insani terhadap
kinerja. Model ketiga menggunakan model moderasi dimana variabel organisasi
pembelajar sebagai variabel prediktor, sedangkan variabel pembnetukan modal
insani sebagai variabel moderator terhadap kinerja. Bentuk model yang digunakan
pada peneletian ini merujuk pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Winarno (2012) dan menurut Murniati et.al (2013).
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 3, model 2 merupakan model yang
dipilih. Model ini merupakan jenis model mediasi dan dipilih karena model
cenderung menggambarkan kondisi Gapoktan Sri Makmur serta memiliki hasil
pengukuran terbaik. Adapun gambar hasil evaluasi outer dan inner model 2 dapat
dilihat pada Gambar 10 dan Gambar 11.

Gambar 10 Hasil outer model 2
Keterangan : Pembelajaran Organisasi (LO), pembentukan modal insani (HC), kinerja
(K)

Berdasarkan Gambar 10 dapat dijelaskan bahwa semua indikator setelah
dilakukan reduksi pada indikator Penganalisaan dan Pengorganisasian memiliki
indikator yang valid dan reliabel. Hal ini terlihat pada semua nilai loading
indikator Gambar 10 di atas 0.70.

Gambar 11 Hasil inner model 2
Keterangan : Pembelajaran organisasi (LO), pembentukan modal insani (HC), kinerja
(K)

18
Berdasarkan Gambar 11 dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran organisasi
memberikan pengaruh yang signifikan kepada kinerja. Hal tersebut dibuktikan
dari hasil T-statistik yang dihasilkan lebih besar daripada nilai T-tabel (T-tabel:
1.96 ; dengan taraf kesalahan 5 persen) yaitu 2.693. Hasil ini sejalan dengan hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh Herrera (2007) bahwa variabel organisasi
pembelajar berpengaruh signifikan terhadap kinerja.
Variabel pembentukan modal insani pada Gambar 11 memiliki nilai Tstatistik sebesar 0.019 dan memiliki nilai original sample negatif. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel pembentukan modal insani memberikan pengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap variabel kinerja. Namun variabel ini
memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel pembelajaran
organisasi dengan nilai T-statistik sebesar 79.414 dan nilai original sample
bernilai positif. Dengan demikian, variabel pembentukan modal insani
membutuhkan variabel perantara pembelajaran organisasi agar berpengaruh
terhadap peningkatan kinerja.
Penelitian yang telah dilaksanakan oleh Winarno (2012) juga sejalan dengan
hasil yang diperoleh pada penelitian ini dimana variabel pembelajar berpengaruh
signifikan terhadap kinerja dengan perantara variabel kompetensi organisasi dan
budaya inovasi. Namun variabel modal insani pada penelitian Winarno (2012)
tidak sejalan dengan hasil penelitian yang diperoleh pada Tabel 3. Pada Winarno
(2012) modal insani memberi pengaruh terhadap kinerja secara langsung. Namun,
pada penelitian ini variabel modal insani tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja dan membutuhkan variabel perantara.
Peningkatan Kinerja Gapoktan
Dibentuknya Gapoktan berfungsi sebagai wadah untuk para petani agar
dapat memperbaiki kelembagaannya, sehingga petani dapat meningkatkan skala
dan peningkatan usaha ke arah yang lebih baik. Dengan demikian, pertanian
diharapkan dapat semakin berkembang. Berikut merupakan rancangan model
peningkatan kinerja Gapoktan Sri Makmur menggunakan The House Model.
Model ini diperoleh dari hasil alat analisis yang digunakan pada pembahasan
sebelumnya seperti hasil diagram tulang ikan, Force Field Analysis (FFA) dan
Partial Least Square (PLS).
Adapun rancangan The House Model dapat dilihat pada Gambar 12.
Berdasarkan Gambar 12, bagian atap dari The House Model merupakan tujuan
yang harus dapat dicapai oleh gapoktan yaitu menjadi gapoktan yang mandiri
sehingga dapat menciptakan kegiatan agribisnis yang mapan di daerah pedesaan.
Sedangkan pilar penyokongnya merupakan tindakan yang dapat dilakukan untuk
mencapai tujuan.
Pilar penyokong atap The House Model diperoleh dari permasalahanpermasalahan yang diperoleh dari hasil pembahasan menggunakan alat analisis
yang sebelumnya. Hasil analisis diagram tulang ikan diperoleh permasalahan
utama yaitu SDM, sehingga pada pilar penyokongnya yang perlu diperhatikan
adalah SDM. Perhatian itu dapat dilakukan dengan “Mengembangkan
Sumberdaya Manusia (SDM)”. Hal ini dikarenakan, SDM (petani) merupakan
faktor utama yang dapat menghambat maupun membantu peningkatan kinerja
gapoktan.

19
Pilar-pilar selanjutnya, merupakan pilar “Meningkatkan Kualitas dan
Kuantitas” dan serta pilar “Pemasaran yang Terintegrasi”. Pilar ini diperoleh dari
hasil analisis diagram tulang ikan dan Force Field Analysis (FFA). Dari kedua
analisis tersebut diperoleh hasil bahwa Gapoktan Sri Makmur mempunyai faktor
pendorong yang perlu dikembangkan terkait produk, pemasaran dan sarana
produksi pertanian. Berikut ini merupakan Gambar 12 The House Model
Gapoktan Sri Makmur.

Gambar 12 The House Model Gapoktan Sri Makmur
Selanjutnya, pilar “Pengorganisasian Kelompok Tani” diperoleh dari hasil
evaluasi Partial Least Square (PLS). Dari hasil PLS diperoleh proses belajar
sering terjadi pada tingkat kelompok. Oleh karena itu, pada tingkat kelompok
perlu dikembangkan dan lebih ditingkatkan kinerjanya dengan tindakan-tindakan
antara lain memberi pengawasan, penyesuaian tujuan dengan strategi dan tugas
serta kompetensi yang dimiliki anggota.
Dengan demikian, dari keempat pilar yang ada pada Gambar 12, pilar
“Mengembangkan Sumberdaya Manusia” dijadikan sebagai pilar utama yang
perlu diperhatikan dan diperbaiki. Dengan demikian, apabila pilar utama baik
akan membantu pelaksanaan tindakan pada pilar-pilar lain, serta akan
mempermudah pencapaian tujuan yang diharapkan oleh Gapoktan Sri Makmur.
Melihat The House Model pada Gambar 12, untuk mencapai tujuan,
dibutuhkan strategi yang tepat dan dilakukan dengan berkesinambungan.
Berdasarkan Gambar 12 dapat diperoleh beberapa strategi yang dapat
meningkatkan kinerja melalui pengembangan SDM yang merupakan masalah
utama Gapoktan Sri Makmur. Berikut merupakan implikasi manajerial yang dapat
dijadikan masukan untuk pencapaian tujuan Gapoktan Sri Makmur, Kec.
Sambirejo, Kab. Sragen :

20
1. Pengembangan SDM diperlukan untuk meningkatkan kinerja Gapoktan.
Pengembangan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu; a) memberikan
pelatihan dan penyuluhan kepada petani terkait peningkatan ketrampilan
mengolah limbah maupun mengelola padi organik, pentingnya memperkuat
aliran informasi antar petani terkait padi organik, perencanaan baik sebelum
dan sesudah penanaman tentang perencanaan kebutuhan pupuk, benih sampai
dengan perencanaan penyimpanan hasil produksi yang belum terjual, dan
strategi pemasaran serta pentingnya menambah pengetahuan baru terkait
teknologi maupun informasi terkait padi organik; b) memberikan pengarahan
dan pengawasan kepada petani agar tetap termotivasi untuk mencapai tujuan
gapoktan.
2. Keterlibatan instansi-instansi yang terkait seperti dinas pertanian dan badan
penyuluh pertanian sangat diperlukan untuk mendukung peningkatan kinerja
gapoktan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan informasi yang relevan
tentang padi organik kepada seluruh petani melalui Gapoktan, memberikan
penyuluhan maupun pelatihan yang dibutuhkan petani seperti cara mengolah
limbah agar semua petani dapat mengolahnya menjadi pupuk dan pestisida
organik dan cara menerapkan pertanian organik pada padi organik dengan
benar, sehingga memberikan hasil yang sesuai standar padi organik.
Selanjutnya, instansi terkait dapat memberikan bantuan baik itu bahan baku
maupun modal untuk mempermudah proses produksi padi organik.

Simpulan dan Saran
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis dan dibahas pada bab
sebelumnya, diperoleh kesimpulan bahwa Gapoktan Sri Makmur sedang
menghadapi masalah utama yaitu pada bidang Sumberdaya Manusia (SDM)
dalam hal ini adalah petani dalam upaya peningkatan kinerja.
Gapoktan Sri Makmur juga menghadapi masalah yang menjadi faktor
penghambat dalam peningkatan kinerjanya, meskipun telah didukung oleh faktor
pendorong yang telah dimiliki. Faktor pendorong yang dimiliki adalah kualitas
produk baik, pengalaman bertani petani, permintaan padi organik meningkat,
pembelajaran tingkat gapoktan baik dan lahan pertanian organik bertambah.
Sedangkan untuk faktor penghambatnya adalah kekurangan sarana produk
pertanian, pengetahuan petani tentang padi organik dan pengolahan limbah masih
rendah, distribusi padi organik kurang baik, keinginan petani untuk mengakses
informasi r