Model Peningkatan Kinerja Usaha Kecil Menengah melalui Pengembangan Modal Insani dan Modal Sosial (Studi Kasus: UKM Makanan dan Minuman di Kota Depok)

MODEL PENINGKATAN KINERJA USAHA KECIL
MENENGAH MELALUI PENGEMBANGAN
MODAL INSANI DAN MODAL SOSIAL
(STUDI KASUS: UKM MAKANAN DAN MINUMAN
DI KOTA DEPOK)

SHOFIATU RAHMAH SUGIS

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Modal Peningkatan
Kinerja Usaha Kecil Menengah melalui Pengembangan Modal Insani dan Modal
Sosial (Studi Kasus: UKM Makanan dan Minuman di Kota Depok) adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014

Shofiatu Rahmah Sugis
NIM H24100033

ABSTRAK
SHOFIATU RAHMAH SUGIS. Model Peningkatan Kinerja Usaha Kecil
Menengah melalui Pengembangan Modal Insani dan Modal Sosial. Dibimbing
oleh LINDAWATI KARTIKA.
Saat ini kinerja UKM dianggap masih rendah, sehingga perlu dirancang
sebuah model yang dapat meningkatkan kinerja tersebut. Beberapa penelitian
menunjukkan terdapat pengaruh modal insani dan sosial terhadap kinerja. Oleh
karena itu, model dirancang berdasarkan variabel tersebut. Analisis data yang
digunakan adalah Analisis Deskriptif, Importance Performance Analysis (IPA),
Structural Equation Modeling (SEM) dengan pendekatan Partial Least Square,

The House Model, dan Force Field Analysis (FFA). Hasil dari penelitian ini: (1)
Terdapat pengaruh positif dari modal insani dan sosial terhadap kinerja sebesar
41,8%; (2) The House Model terdiri dari visi menjadi UKM yang produktif dan
inovatif dalam 5 tahun; dua pilar yaitu optimalisasi modal insani dan modal sosial;
dan perilaku pendukung dengan pelaksanaan indikator kinerja utama (IKU) serta
perbaikan prioritas berdasarkan hasil IPA; (3) Terdapat 11 faktor pendukung dan
15 faktor penghambat pada analisis FFA; (4) Solusi alternatif agar melaksanakan
pelatihan spesifik, meningkatkan komunikasi dan kerjasama, memaksimalkan
faktor pendukung, serta meminimalkan faktor penghambat.
Kata kunci: Kinerja, Modal Insani, Modal Sosial, The House Model, Usaha Kecil
Menengah (UKM)

ABSTRACT
SHOFIATU RAHMAH SUGIS. The Model of Small Medium Enterprise’s
Performance Improvement through the Development of Human Capital and
Social Capital. Supervised by LINDAWATI KARTIKA.
The current performance of SME is still low, so the model that can improve
the performance needs to be designed. Many studies show there is an effect of
human and social capital on labor’s performance. Because of that, the model has
been designed by those variables. Data analyzed by Descriptive Analysis,

Importance Performance Analysis (IPA), Structural Equation Modeling (SEM)
with Partial Least Square, The House Model, and Force Field Analysis (FFA).
The results of this study: (1) There is a positive effect of human and social capital
on the performance by 41.8 %, (2) The House model consists of a vision to be
productive and innovative SMEs in 5 years; two pillars namely the optimization
of human and social capital; and supporting behaviour by implement the Key
Performance Indicator (KPI) and improve priorities based on the result of IPA; (3)
There are 11 supporting factors and 15 inhibiting factors as the result of FFA, (4)
The alternative solution in order to implement specific training, improve
communication and collaboration, maximize the supporting factors, and minimize
the inhibiting factors.
Keywords: Human Capital, Performance, Small Medium Enterprise (SME),
Social Capital, The House Model

MODEL PENINGKATAN KINERJA USAHA KECIL
MENENGAH MELALUI PENGEMBANGAN
MODAL INSANI DAN MODAL SOSIAL
(STUDI KASUS: UKM MAKANAN DAN MINUMAN
DI KOTA DEPOK)


SHOFIATU RAHMAH SUGIS

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi

Nama
NIM

: Model Peningkatan Kinerja Usaha Kecil Menengah melalui
Pengembangan Modal Insani dan Modal Sosial (Studi Kasus:

UKM Makanan dan Minuman di Kota Depok)
: Shofiatu Rahmah Sugis
: H24100033

Disetujui oleh

Lindawati Kartika, SE, M.Si.
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Mukhamad Najib, STP, MM
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini
merupakan hibah fundamental dari Departemen Manajemen untuk meneliti UKM

di Kota Bogor dan Depok. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan
sejak bulan Juni hingga September 2013 ini ialah peningkatan kinerja, dengan
judul Model Peningkatan Kinerja Usaha Kecil Menengah melalui Pengembangan
Modal Insani dan Modal Sosial (Studi Kasus: UKM Makanan dan Minuman di
Kota Depok).
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Lindawati Kartika, SE, MSi.
selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan arahannya dalam pelaksanaan
penelitian ini. Penulis juga berterimakasih kepada pemilik dan tenaga kerja dari
UKM Abon Ikan Patin Ibu Ratu, UKM Bussela Food, UKM Dodol Bapak Satibi,
UKM Dodol Alam Lestari, UKM Abon Ikan Lele Ollya, UKM Dodol Kenanga,
UKM Enny Bakery, UKM Pulo Damar, PT. Aulia Prima Alami, UKM TempeQu,
UKM Pempek Tussy, UKM Diana Bakery, serta Ibu Rara dari Dinas UMKM
Kota Depok yang telah bersedia menjadi narasumber dalam pelaksanaan
penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh
keluarga, serta teman-teman atas segala doa dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

Shofiatu Rahmah Sugis


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

4

Ruang Lingkup Penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA


4

Usaha Kecil Menengah (UKM)

4

Modal Insani (Human Capital)

5

Modal Sosial

5

Kinerja

5

Penelitian Terdahulu


5

METODE PENELITIAN

5

Kerangka Pemikiran

5

Lokasi dan Waktu Penelitian

7

Jenis dan Sumber Data

7

Metode Pengambilan Sampel


7

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

8

Metode Pengolahan dan Analisis Data

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

10

Karateristik dan Presepsi Responden

10

Analisis Pengaruh Modal Insani dan Modal Sosial terhadap Kinerja

14

Tingkat Kepentingan dan Pencapaian Kinerja UKM

15

Model Peningkatan Kinerja UKM Makanan dan Minuman di Kota Depok

17

Implikasi Manajerial

21

SIMPULAN DAN SARAN

22

Simpulan

22

Saran

22

DAFTAR PUSTAKA

23

LAMPIRAN

25

RIWAYAT HIDUP

39

DAFTAR TABEL
1

Jumlah dan pertumbuhan unit usaha kecil menengah dan tenaga kerja
di Indonesia tahun 2009-2011
2 Rekapitulasi data anggota asosiasi UMKM di kota Depok per sektor
usaha tahun 2011
3 Skala penilaian presepsi
4 Karakteristik sampel UKM makanan dan minuman di kota Depok
tahun 2013
5 Penilaian presepsi tenaga kerja UKM makanan dan minuman di kota
Depok mengenai modal insani, modal sosial, dan kinerja
6 Loading factor outer model peningkatan kinerja UKM makanan dan
minuman di kota Depok melalui modal sosial dan modal insani
7 Inner model peningkatan kinerja UKM makanan dan minuman di kota
Depok melalui modal sosial dan modal insani
8 Rata-rata skor kepentingan dan kinerja UKM makanan dan minuman
di kota Depok
9 Sasaran strategis, indikator kinerja utama, dan target UKM makanan
dan minuman di kota Depok
10 Definisi operasional dan cara menghitung indikator kinerja utama
UKM makanan dan minuman di kota Depok
11 Faktor pendukung dan penghambat yang dimiliki UKM makanan dan
minuman di kota Depok

1
2
8
11
13
14
14
15
19
20
21

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7

Analisis fishbone penyebab rendahnya kinerja UKM di kota Bogor dan
Depok
Kerangka pemikiran penelitian
Struktur model pengujian
Kerangka dari The House Model
Karakteristik responden penelitian
Hasil Importance Performance Analysis (IPA)
The House Model untuk peningkatan kinerja UKM melalui
pengembangan modal insani dan modal sosial

2
6
9
10
12
16
18

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Kuesioner penelitian untuk pemilik UKM
Kuesioner penelitian untuk tenaga kerja UKM
Hasil uji validitas dan uji realibilitas
Analisis deskriptif dari karakteristik UKM dan tenaga kerja UKM
Penilaian presepsi tenaga kerja UKM mengenai indikator dan sub
indikator modal insani, modal sosial, dan kinerja
Struktur model analisis pengaruh modal insani dan modal sosial
terhadap kinerja

25
29
33
34
36
37

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keberadaan usaha kecil menengah (UKM) saat ini sangat penting karena
karakteristik utama yang dimilikinya, yaitu terdapat di semua lokasi terutama di
pedesan, lebih tergantung pada bahan baku lokal, penyedia utama barang/jasa
kebutuhan pokok masyarakat berpendapatan rendah, dan usaha padat karya yang
menyerap banyak tenaga kerja (Tambunan 2012). Data dari Kementerian
Koperasi dan UKM menunjukan peningkatan jumlah UKM sebanding dengan
peningkatan penyerapan tenaga kerja. Pertumbuhan jumlah unit usaha dan
penyerapan tenaga kerja UKM di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Jumlah dan pertumbuhan unit usaha kecil menengah dan tenaga kerja di
Indonesia tahun 2009-2011
Jumlah
Pertumbuhan (%)
Indikator
2009
2010
2011
2009-2010 2010-2011
Unit Usaha (unit)
Kecil
546 675
573 601
602 195
4.93
4.98
Menengah
41 133
42 631
44 280
3.64
3.87
Tenaga Kerja (orang)
Kecil
3 521 073 3 627 164 3 919 992
3.01
8.07
Menengah
2 677 565 2 759 852 2 844 669
3.07
3.07
Sumber: Kementrian Koperasi dan UKM (2012) (diolah)
Secara tidak langsung, data pada Tabel 1 menunjukkan UKM memiliki
peran penting dalam pembangunan ekonomi, karena peningkatan tenaga kerja
dapat meningkatkan PDB negara. Peningkatan pembangunan ekonomi ini dapat
dilihat dari Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE). Salah satu kota yang pernah
meraih LPE tertinggi adalah kota Depok. Berdasarkan ekspos BPS Kota Depok di
tahun 2010, LPE kota Depok mencapai 6.36. Nilai tersebut lebih tinggi dari laju
LPE Provinsi Jawa Barat, bahkan melampaui LPE Nasional yang hanya sebesar
6.10.
Keberhasilan kota Depok meraih LPE tinggi didorong oleh berbagai faktor,
salah satunya adalah peningkatan lapangan usaha di sektor pengolahan makanan
dan minuman. Sektor ini merupakan sektor yang menjanjikan di kota Depok,
karena sektor tersebut ada untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat.
Peningkatan jumlah penduduk meningkatkan permintaan akan makanan dan
minuman, sehingga unit usaha di sektor ini terus berkembang. Hal ini ditunjukkan
oleh Tabel 2 yang menunjukkan dominasi UMKM makanan dan minuman di kota
Depok.

2
Tabel 2 Rekapitulasi data anggota asosiasi UMKM di kota Depok per sektor
usaha tahun 2011
No
Sektor Usaha
Divisi Makanan dan minuman
1
Makanan Olahan
2
Minuman Kesehatan, Obat-obatan, dan Kosmetik
3
Minuman Olahan
Divisi Handycraft
1
Sektor Garmen dan Konveksi
2
Sektor Kerajinan
Divisi Agro
1
Sektor Agro
Divisi Pembiayaan dan Permodalan
1
Sektor Perdagangan dan Jasa
Jumlah UMKM Kota Depok Tahun 2011

Jumlah (Unit)
182
142
20
20
151
50
101
22
22
35
35
390

Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Kota Depok (2013)
Besarnya presentasi UMKM Makanan dan Minuman di kota Depok, seperti
yang ditunjukkan pada Tabel 2, menjadikan UKM di sektor ini sebagai prioritas
dalam pembangunan UKM. Sebagai salah satu usaha yang menjadi prioritas dan
fokus dalam Grand Design UKM Kota Depok, UKM di bidang makanan dan
minuman mendapatkan bantuan lebih dari pemerintah, berupa bantuan dalam
mendapatkan modal usaha dan pelatihan. Pelatihan tersebut berupa pelatihan
kewirausahaan dengan mengadakan seminar, pelatihan packaging makanan, dan
pelatihan lain, yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja UKM makanan dan
minuman yang saat ini dinilai masih rendah, karena belum dapat menyejahterakan
para anggotanya. Wawancara mendalam terhadap beberapa pemilik UKM
makanan dan minuman di kota Depok dan analisis fishbone dilakukan untuk
mengidentifikasi penyebab rendahnya kinerja UKM. Hasil dari analisis tersebut
ditunjukkan pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1 Analisis Fishbone penyebab rendahnya kinerja UKM di kota
Bogor dan Depok

3
Berdasarkan analisis fishbone hasil Focus Group Discusion UKM Kota
Bogor dan Depok di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2013 tersebut, ekor ikan
pada Gambar 1 menggambarkan penyebab utama rendahnya kinerja UKM, yaitu
rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki UKM. Sedangkan
tulang lainnya merupakan kategori penyebab pendukung dari permasalahan yang
dihadapi, seperti sistem keuangan, pemasaran, dan produksi yang dimiliki. Hasil
analisis ini sesuai dengan permasalahan UKM menurut Sudarno (2012), yaitu
kurang terampilnya sumber daya manusia, kurangnya modal, masalah bahan baku,
persaingan, lokasi, perijinan, pemasaran, dan masalah lainnya. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan sumber daya manusia menjadi penyebab utama rendahnya
kinerja UKM. Menurut Endri (2010), sebuah perusahaan akan menghasilkan
kinerja berbeda jika dikelola oleh orang berbeda, artinya SDM yang berbeda
dalam mengelola aset perusahaan yang sama akan menghasilkan nilai tambah
yang berbeda. Oleh karena itu, diperlukan telaah lebih lanjut terhadap SDM yang
bekerja di UKM tersebut disertai pengembangan sebuah model yang dapat
meningkatkan kinerja UKM. Beberapa penelitian menunjukkan pengaruh
pengelolaan SDM (human capital) dan faktor-faktor yang ada pada SDM tersebut
(social capital) terhadap kinerja perusahaan. Salah satunya penelitian yang
dilakukan oleh Pujiastuti dan Kristanto (2012) menunjukkan bahwa human
capital dan social capital memiliki hubungan dan pengaruh positif terhadap
kinerja perusahaan. Pengaruh dari variabel inilah yang akan dikembangkan
menjadi sebuah model yang dapat membantu meningkatkan kinerja UKM,
sehingga penelitian ini dilaksanakan.
Perumusan Masalah
Pemerintah Kota Depok telah membuat Grand Design untuk UKM se-Kota
Depok, yakni perencanaan pengembangan UKM di 3 sektor utama, yaitu
pengolahan makanan dan minuman, fashion, serta handycraft. Sektor pengolahan
makanan dan minuman merupakan sektor dengan presentase terbesar dalam
jumlah UKM yang ada di kota Depok. Pemerintah Kota Depok berupaya
memposisikan UKM tersebut sebagai potensi kekuatan ekonomi kota Depok.
Oleh karena itu, perlu diadakannya penelitian mengenai kinerja UKM yang
dipengaruhi oleh SDM yang terlibat dalam pengelolaan UKM tersebut, maka
permasalahan yang diteliti adalah: (1) Bagaimana pengaruh modal insani dan
modal sosial terhadap kinerja UKM makanan dan minuman di kota Depok?; (2)
Bagaimana rancangan The House Model yang dapat membantu meningkatkan
kinerja UKM makanan dan minuman di kota Depok?; (3) Faktor-faktor apa saja
yang menjadi pendorong dan penghambat peningkatan kinerja UKM makanan
dan minuman di kota Depok?; (4) Bagaimana solusi alternatif yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kinerja UKM makanan dan minuman di kota
Depok?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dijelaskan,
tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Menganalisis pengaruh modal insani dan
modal sosial terhadap kinerja UKM makanan dan minuman di kota Depok; (2)

4
Menganalisis The House Model yang dapat membantu meningkatkan kinerja
UKM makanan dan minuman di kota Depok; (3) Menganalisis faktor-faktor
pendorong dan penghambat peningkatan kinerja UKM makanan dan minuman di
kota Depok; (4) Menganalisis solusi alternatif yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kinerja UKM makanan dan minuman di Kota Depok
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu manfaat: (1) Praktis,
yaitu manfaat yang ditinjau dari aspek manajerial, sehingga diharapkan dapat
menjadi acuan bagi masyarakat, pengusaha, dan pemerintah dalam upaya
mengembangkan kinerja usaha berskala kecil dan menengah; (2) Teoritis, yaitu
hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi
bagi pengembangan ide, penyelesaian masalah di bidang keilmuan, serta
menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan meningkatan kinerja
melalui modal insani dan modal sosial pada usaha kecil dan menengah.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada pengaruh langsung yang
diberikan dari modal insani dan modal sosial terhadap peningkatan kinerja UKM
di kota Depok. Variabel dari modal insani dibatasi pada pelatihan umum,
pelatihan spesifik, pendidikan formal, dan pengetahuan lainnya. Variabel ini
mengacu pada teori yang dikemukakan Becker (1962). Penelitian untuk modal
sosial dibatasi pada dimensi struktural, relasional, dan kognitif. Dimensidimensi tersebut mengacu dari teori yang dikembangkan Nahapiet dan Goshal
(1998). Variabel kinerja dibatasi oleh produktivitas dan inovasi seperti yang
dikemukakan oleh Dokko (2004). Objek penelitian ini adalah tenaga kerja dari
UKM makanan dan minuman di kota Depok.
TINJAUAN PUSTAKA
Usaha Kecil Menengah (UKM)
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia mendefinisikan usaha kecil dan
menengah berdasarkan jumlah tenaga kerja. Usaha kecil adalah suatu unit usaha
yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa,
terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, ada seseorang atau lebih yang
bertanggung jawab atas usaha tersebut, serta memiliki tenaga kerja antara 5
hingga 19 orang. Adapun usaha menengah didefinisikan sebagai usaha yang
memiliki tenaga kerja antara 20 hingga 99 orang. Usaha yang diklasifikasikan ke
dalam divisi makanan dan minuman oleh Pemerintah Kota Depok adalah usaha
yang bergerak di bidang pengolahan makanan dan minuman. Bahan mentah
utama ditambah dengan bahan pelengkap, kemudian diolah menjadi makanan dan
minuman yang siap dikonsumsi (Kadin UKM Depok 2013).

5
Modal Insani (Human Capital)
Pada konsep human capital menurut Hutapea dan Thoha (2008), organisasi
memperlakukan orang bukan sebagai faktor biaya melainkan sebagai aset (harta).
Artinya, organisasi menganggap setiap biaya yang dikeluarkan untuk
pengembangan sumber daya manusia adalah investasi, yang mana pada akhirnya
biaya-biaya tersebut akan memberikan hasil pada organisasi. Hal ini mengacu
pada penjelasan Becker (1962) mengenai investasi modal insani, yang meliputi on
the job (pelatihan umum dan pelatihan spesifik), sekolah (pendidikan formal), dan
pengetahuan lainnya.
Modal Sosial
Modal sosial pada dasarnya bersumber dalam diri anggota perusahaan
(Hartanto 2009). Nahapiet dan Ghoshal (1998) menyatakan modal sosial terdiri
dari tiga dimensi, yaitu dimensi struktural, dimensi relasional, dan dimensi
kognitif.
Kinerja
Kinerja dalam Maarif dan Kartika (2012) adalah keluaran (result) yang
merupakan real value bagi perusahaan. Adapun pengukuran kinerja menurut
Dokko (2004) yaitu dengan menilai produktivitas dan inovasi dari SDM.
Produktivitas adalah aspek dari kinerja tentang seberapa banyak dan cepat suatu
pekerjaan dapat diselesaikan. Sedangkan daya inovasi adalah aspek dari tenaga
kerja untuk melihat ke depan, melakukan sebuah perubahan untuk memperbaiki
kinerjanya.
Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai modal insani, modal sosial, serta kinerja telah
dilakukan oleh beberapa peneliti. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh
Pujiastuti dan Kristianto (2012) menunjukkan pengetahuan lainnya dari modal
insani serta dimensi relasional, dimensi struktural, dan dimensi kognitif dari
modal sosial menunjukkan pengaruh dan hubungan positif terhadap kinerja
organisasi. Penelitian lainnya oleh Wahyuningrum (2013) menunjukkan modal
insani dan modal sosial menunjukkan pengaruh positif terhadap kinerja.
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Salah satu UKM yang menjadi fokus pengembangan Dinas KUMKM Kota
Depok adalah UKM makanan dan minuman. Pentingnya peranan SDM dalam
pengembangan UKM menyebabkan permasalahan mengenai hal tersebut tidak
dapat diabaikan begitu saja. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian dan
pengkajian mengenai SDM yang ada di UKM. Kerangka pemikiran pada
penelitian ini ditunjukkan oleh Gambar 2.

6

Ket:

alur penelitian
hasil penelitian
menghasilkan

Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian
Gambar 2 menjelaskan alur dari penelitian ini. Penelitian diawali dengan
menentukan fokus utama penelitian, yaitu pengembangan strategi sumber daya
manusia sebagai upaya peningkatan kinerja UKM. Selanjutnya menentukan visi
dari UKM berdasarkan hasil wawancara terhadap pemilik UKM. Lalu,
menganalisis presepsi responden menggunakan analisis deskriptif serta,
menganalisis pengaruh modal insani dan modal sosial terhadap kinerja
menggunakan Structural Equation Modeling dengan pendekatan Partial Least
Square. Hasil dari analisis ini menjadi landasan dalam pembuatan pilar pada
model peningkatan kinerja yang menggunakan konsep The House Model, yang
akan diuraikan menjadi Indikator Kinerja Utama sebagai pondasi dari pilar
tersebut. Analisis selanjutnya adalah analisis tingkat kepentingan dan kinerja

7
dengan menggunakan Importance Performance Analysis (IPA) yang akan
dijadikan landasan dari perilaku pendukung dalam pencapaian visi pada The
House Model. Penelitian dilanjutkan dengan Force Field Analysis (FFA) untuk
mengidentifikasi dan menganalisis faktor pendukung dan penghambat yang akan
dihadapi UKM ketika mengimplementasikan model peningkatan kinerja yang
telah dirancang. Faktor pendukung dan penghambat pada analisis ini didapatkan
dari analisis tingkat kepentingan dan kinerja. Variabel yang terdapat pada kuadran
I dan III pada diagram IPA menjadi faktor penghambat dan variabel yang terdapat
pada kuadran II dan IV menjadi faktor pendukungnya. Selain variabel tersebut,
hasil wawancara mendalam terhadap pihak-pihak yang terkait dengan UKM
menjadi pertimbangan pada analisis ini. Selanjutnya, menganalisis solusi
alternatif untuk meningkatkan kinerja UKM makanan dan minuman di kota
Depok yang dijadikan sebagai implikasi manajerial.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di 12 UKM makanan dan minuman yang berada
di Kota Depok, Jawa Barat sesuai dengan pertimbangan yang telah disebutkan
pada perumusan masalah dan hasil dari teknik sampling. Waktu pelaksanaan
penelitian ini adalah Juni hingga September 2013.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui metode observasi, yaitu wawancara
dengan pihak terkait seperti pakar di bidang UKM, wawancara pemilik UKM
makanan dan minuman di kota Depok dengan instrumen kuesioner yang
dilampirkan pada Lampiran 1, dan wawancara tenaga kerja di UKM terkait
dengan instrumen kuesioner yang dilampirkan pada Lampiran 2; serta hasil dari
kegiatan Focus Group Discussion yang menyertakan 8 orang perwakilan masingmasing sektor UKM di kota Bogor dan Depok pada September 2013 di Kampus
Baranangsiang, Institut Pertanian Bogor. Adapun data sekunder diperoleh dari
berbagai literatur, seperti buku, artikel ilmiah, penelitian terdahulu, internet, serta
data-data dari instansi-instansi terkait.
Metode Pengambilan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah 60 UKM Makanan dan Minuman yang
terdaftar aktif di dinas UKM Kota Depok, serta sesuai dengan pengertian dari
Badan Pusat Stratistik, yaitu memiliki tenaga kerja 5 hingga 99 orang. Adapun
teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik pengambilan sampel
oleh Gay dan Diehl (1992), yang menyatakan penelitian dengan metode deskriptif
dengan populasi relatif kecil sampelnya minimal 20% dari total populasi.
Sehingga sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 12 UKM
(20% dari 60 UKM). UKM yang diteliti merupakan UKM yang bersedia diteliti,
dengan ketetapan responden yang diwawancara yaitu 1 orang pemilik dan tenaga
kerja 2-99 orang yang bersedia menjadi responden, sehingga didapat sebanyak 12
orang pemilik dan 49 tenaga kerja yang menjadi responden dari penelitian ini.

8
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Sebelum dianalisis, diadakan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas terlebih
dahulu terhadap jawaban dari 30 responden. Uji validitas digunakan untuk
mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya (Gumilar 2010). Uji validitas dengan menggunakan
Microsoft Excel, menyatakan bahwa alat ukur sudah valid karena nilai dari
Rhitung > Rtabel (0.361). Sedangkan uji realibilitas merupakan ukuran suatu
kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan
konstruk-konstruk pertanyaan. Konstruk tersebut dinyatakan reliable karena
memiliki nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0.6, yaitu 0.879. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan SPSS. Hasil uji validitas dan realibilitas
dilampirkan pada Lampiran 3.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analisis Deskriptif, Analisis
Structural Equation Modeling (SEM) dengan pendekatan Partial Least Square
(PLS), Importance-Performance Analysis (IPA), The House Model, dan Force
Field Analysis (FFA).
Analisis Deskriptif
Analisis Deskriptif merupakan metode analisis yang bertujuan
mendeskripsikan atau menjelaskan suatu hal apa adanya. Parameter analisis
deskriptif berupa informasi statistif seperti mean, median, modus, frekuensi,
persentase, dan sebagainya (Baroroh 2008). Pada penelitian ini, analisis deskriptif
digunakan untuk menjelaskan karakteristik dari UKM serta responden dan
penilaian presepsi responden terhadap variabel yang diujikan. Penilaian ini ini
menggunakan 5 skala likert yang memiliki rentang nilai sebagai berikut:

Rentang nilai dari perhitungan tersebut digunakan untuk menentukan
interval penilaian. Skala penilaian dengan intervalnya ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Skala penilaian persepsi
Interval
1 sd 1.80
> 1.80 sd 2.60
> 2.60 sd 3.40
> 3.40 sd 4.20
> 4.20 sd 5.00
Sumber: Baroroh, 2008 (diolah)

Skala
Sangat Tidak Setuju
Kurang Setuju
Cukup Setuju
Setuju
Sangat Setuju

9
Skala penilaian persepsi pada Tabel 3 terbagi menjadi lima kelas. Skala ini
digunakan untuk menilai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian
menurut presepsi responden.
Structural Equation Modeling (SEM)
Penelitian ini menggunakan alat analisis SEM (Structural Equation
Modeling) melalui pendekatan Partial Least Squares (PLS) untuk melihat
pengaruh antar variabel eksogen dan endogen. SEM adalah metode analisis data
multivariat yang bertujuan menguji model pengukuran (outer model) dan model
struktural (inner model) dari suatu variabel laten (Kusnedi 2008). Struktur model
pengujian yang digunakan Wahyuningrum (2013) dan diujikan pada penelitian ini
ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3 Struktur model pengujian
Penelitian ini menggunakan dua variabel laten independen, yaitu modal
insani serta modal sosial, dan satu variabel laten dependen, yaitu kinerja. Model
yang diujikan digunakan untuk melihat pengaruh langsung modal insani dan
modal sosial terhadap kinerja seperti yang tertera pada Gambar 3.
Importance Performance Analysis (IPA)
Importance Performance Analysis menggambarkan kinerja (performance)
yang dibandingkan dengan harapan atau tingkat kepentingan (importance) yang
dipresepsikan seseorang (Arifin 2006), dalam penelitian ini dipresepsikan oleh
pemilik UKM. Analisis ini menentukan prioritas perbaikan dengan mencari
kesenjangan antara kepentingan dan kinerja serta membagi beberapa faktor yang
dinilai ke dalam 4 kuadran berdasarkan nilai kinerja dan kepentingannya.
The House Model
The House Model merupakan konsep yang dibangun dalam menggambarkan
usaha organisasi untuk mengubah mimpi menjadi sebuah tindakan. The House
Model tersebut dijelaskan melalui Gambar 4.

10

Gambar 4 Kerangka dari The House Model
Horovitz dan Corboz (2007) merancang model ini menjadi tiga komponen,
yaitu atap sebagai visi yang ingin dicapai, pilar sebagai kunci utama untuk
mencapai visi tersebut yang pada penelitian ini dijabarkan sebagai komponen
peningkatan kinerja, dan pondasi berupa indikator utama peningkatan kinerja dan
perilaku pendukung.
Force Field Analysis (FFA)
Force Field Analysis adalah suatu teknik yang dikembangkan oleh Kurt
Lewin untuk secara visual mengidentifikasi bagaimana kekuatan positif dan
negatif dengan dinamis mempengaruhi subjek atau situasi. Teknik ini dilakukan
dengan tahapan: menentukan hal yang ingin dicapai; menilai faktor yang relevan;
membuat daftar faktor pendukung yang bisa dimaksimalkan; membuat daftar
faktor penghambat yang bisa diminimalkan (Michalko 2001).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik dan Prespepsi Responden
Karekteristik responden dalam penelitian ini dilihat dari dua sisi, yaitu dari
karakteristik UKM dan tenaga kerja. Karateristik UKM dikelompokkan
berdasarkan skala usaha dan lama UKM telah berdiri, sedangkan karakteristik
tenaga kerja dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin,
lama bekerja, penghasilan, status pernikahan, dan jumlah tanggungan.
Karakteristik responden yang lebih rinci terdapat pada Lampiran 4.

11
Karakteristik UKM
UMKM Makanan dan minuman yang terdaftar di Dinas KUMKM dan
Dinas Perindag sebanyak 2 456 sedangkan yang aktif hanya 162 UMKM, dan
yang termasuk Usaha Kecil dan Menengah berdasarkan pengertian BPS (tenaga
kerja), sebanyak 60 UKM, sehingga sampel yang diambil untuk diteliti adalah 12
UKM. Gambaran umum UKM Makanan dan minuman di Kota Depok terdapat di
Tabel 4.
Tabel 4 Karakterisitik sampel UKM makanan dan minuman di kota Depok tahun
2013

Tabel di atas menunjukkan UKM Dodol Alam Lestari merupakan UKM
yang sudah berdiri selama 23 tahun, namun omzet yang didapatkan masih relatif
kecil, yaitu 5.4 juta. Hal ini yang menjadikan dinas UKM menyatakan masih
rendahnya kinerja dari UKM makanan dan minuman. Sedangkan jumlah tenaga
kerja dan omzet terbesar dimiliki UKM Enny Bakery, hal ini wajar karena UKM
tersebut sudah termasuk ke dalam usaha menengah.
Karakteristik Tenaga Kerja
UKM makanan dan minuman di kota Depok masih merupakan usaha yang
padat karya, yaitu usaha yang memanfaatkan lebih banyak tenaga kerja
dibandingkan sumber daya lainnya seperti modal maupun mesin, sehingga
karakteristik dari tenaga kerja di UKM tersebut perlu diperhatikan. Hasil analisis
deskriptif dari karakteristik tersebut dapat digunakan untuk menunjukkan alasan
Dinas KUMKM kota Depok menganggap kinerja dari UKM makanan dan
minuman masih rendah. Adapun karakteristik yang diteliti di antaranya: usia,
jumlah tanggungan, pernikahan, pendidikan terakhir, penghasilan perbulan,
hubungan kekeluargaan dengan pemilik, serta lamanya bekerja. Karakteristik
tersebut ditunjukkan pada Gambar 5.

12
Jumlah Tanggungan

Usia
18%

2%
22%

31%

< 15 tahun
16-25 tahun
26-35 tahun
35-45 tahun
> 45 tahun

tidak ada

10%

20%

1-2 orang
21%

3-4 orang
5-6 orang

27%
49%

Pendidikan Terakhir

Lama Bekerja
2%
4%
8%

0-5 tahun
6-10 tahun

SD/ Sederajat

28%
35%

SMP/sederajat

11-15 tahun
SMA/sederajat

16-20 tahun
86%

37%

Penghasilan/bulan < Rp500 000
8%
10%

Hubungan Kekerabatan
10%

Rp500 001 - Rp750 000

53%

Ada
Rp750 001- Rp1 000 000

Tidak Ada

17%
Rp1 000 001- Rp1 500 000

12%

> Rp1 500 000

90%

Gambar 5 Karakteristik responden penelitian
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat karakteristik UKM Makanan dan
Minuman di kota Depok. Tenaga kerja yang bekerja di UKM memiliki sebaran
usia yang merata, kecuali tenaga kerja di bawah usia 15, sehingga secara
keseluruhan kaderisasi tenaga kerja di UKM Makanan dan minuman Depok tidak
menjadi masalah, tenaga kerja yang berusia tua dapat digantikan oleh tenaga kerja
berusia lebih muda. Sebagian besar tenaga kerja berpenghasilan di bawah 500 000
rupiah, hal ini tidak sebanding dengan besarnya tanggungan mereka sebanyak 3-4
orang, yang menyebabkan UKM dinyatakan belum memiliki kinerja yang baik.
Hampir 90% tenaga kerja sudah bekerja di UKM kurang dari 5 tahun, hal ini
disebabkan usia UKM yang belum terlalu lama. Hanya sedikit tenaga kerja yang
digunakan oleh pemilik UKM memiliki hubungan keluarga, tenaga kerja lainnya
merupakan masyarakat di daerah sekitar UKM.
Presepsi Tenaga Kerja UKM
Analisis presepsi merupakan penilaian dari 49 tenaga kerja UKM yang
menjadi responden mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu modal insani, modal sosial, dan kinerja dengan menghitung rata-rata dari
setiap jawaban yang diberikan oleh responden. Penilaian presepsi ini terbagi
menjadi dua bagian, yaitu presepsi mengenai indikator dan presepsi mengenai sub
indikator dari masing-masing variabel. Hasil Penilaian terhadap variabel tersebut
ditunjukkan pada Tabel 5 di bawah ini.

13
Tabel 5 Penilaian presepsi tenaga kerja UKM makanan dan minuman di kota
Depok mengenai indikator modal insani, modal sosial, dan kinerja
Indikator
Nilai Indikatora
Keterangan
Modal Insani
1 Pendidikan Formal
2.07
Kurang Setuju
2 Pelatihan Umum
2.87
Cukup Setuju
3 Pelatihan Spesifik
Setuju
3.80
4 Pengetahuan Lainnya
3.44
Setuju
Modal Sosial
1 Dimensi Struktural
3.89
Setuju
2 Dimensi Relasional
Sangat Setuju
4.21
3 Dimensi Kognitif
3.99
Setuju
Kinerja
1 Produktivitas
3.77
Setuju
2 Inovasi
Setuju
3.95
Keterangan
a
Angka yang bercetak tebal merupakan hasil tertinggi antar variabel/indikator

Berdasarkan penilaian presepsi terhadap indikator yang terdapat pada Tabel
5, pelatihan spesifik dari investasi modal insani memiliki nilai tertinggi (3.80) di
antara indikator modal insani lainnya. Hal ini dikarenakan pelatihan spesifik
berupa pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan bidang UKM-nya dirasakan
memiliki pengaruh terhadap peningkatan kemampuan mereka di bidang tersebut.
Lain halnya dengan pendidikan formal yang memiliki nilai presepsi terendah
(2.07). Sebagian besar tenaga kerja memiliki tingkat pendidikan yang cukup
rendah, namun mereka tetap bisa bekerja dengan baik di UKM. Berbeda dengan
indikator dari modal sosial, seluruh indikator dari modal sosial mendapatkan
penilaian presepsi “setuju”. Dimensi Relasional, dengan nilai presepsi tertinggi
(4.21) dianggap paling berpengaruh terhadap kinerja tenaga kerja. Kepercayaan
dan rasa empati yang dimiliki, serta norma yang berlaku, membantu tenaga kerja
untuk menjalankan pekerjaannya dengan baik. Pada variabel kinerja, banyaknya
ide-ide baru dalam pengolahan produk dinilai sebagai indikator dari kemajuan
usaha, oleh karena itu inovasi memiliki nilai presepsi lebih tinggi dibandingkan
dengan produktivitas. Adapun nilai presepsi tertinggi berdasarkan sub indikator di
setiap variabel akan digunakan sebagai indikator utama peningkatan kinerja dari
model peningkatan kinerja dilampirkan pada Lampiran 5.
Analisis Pengaruh Modal Insani dan Modal Sosial terhadap Kinerja
Evaluasi model dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh
modal insani dan modal sosial terhadap kinerja. Secara umum, evaluasi dan
intepretasi model dapat dilihat sebagai berikut:
Model Pengukuran (Outer Model)
Menurut Ghozali (2008), outer model digunakan untuk menganalisis
hubungan setiap indikator (manifest) dengan variabel latennya (peubah). Nilai
koefisien atau factor loading yang kurang dari 0.7 dari masing-masing indikator
pada model harus direduksi. Hasil dari reduksi ini ditunjukkan pada Tabel 6.

14
Tabel 6 Loading factor outer model peningkatan kinerja UKM makanan dan
minuman di kota Depok melalui modal sosial dan modal insani
Variabel
Indikator
Nilai
Modal Sosial
Dimensi Struktural
0.774
Dimensi Relasional
0.768
Dimensi Kognitif
0.810
Modal Insani
Pelatihan Umum
0.948
Pelatihan Spesifik
0.958
Kinerja
Produktivitas
0.840
Inovasi
0.728
Tabel 6 menunjukkan indikator dengan nilai factor loading yang telah
sesuai yang akan diolah kembali dengan bootstrapping untuk melihat pengaruh
modal insani dan modal sosial terhadap kinerja. Struktur dan rincian dari
kelayakan model dilampirkan pada Lampiran 6.
Model Struktural (Inner Model)
Model struktural menggambarkan hubungan antar variabel laten
berdasarkan substantive theory. Hasil dari penggunaan bootstrapping dapat
digunakan untuk menilai signifikansi statistik model penelitian dengan menguji
hipotesis untuk tiap jalur hubungan. Hasil bootstraping yang terdapat pada Tabel
7 menunjukkan koefisien untuk tiap jalur hipotesis dan nilai T-Statistiknya yang
diperoleh dari hasil output smartPLSsebagai berikut:
Tabel 7
Path
insani ->
kinerja
sosial ->
kinerja

Inner model peningkatan kinerja UKM makanan dan minuman di kota
Depok melalui modal sosial dan modal insani
Original Evaluasi
Sample
Standard
TEvaluasi
Sample
Model
Mean
Deviation statistics
Model
0.492

Positif

0.485

0.115

3.264

Signifikan

0.261

Positif

0.291

0.107

2.435

Signifikan

Tabel 7 menjelaskan hubungan positif langsung dan tidak langsung diantara
konstruk yang ada dengan melihat pada original sample dan t-statistics. Varibael
signifikan jika T-statistics lebih besar dibandingkan T-tabel, yaitu 1.96 untuk
tingkat error 5%. Analisisnya adalah sebagai berikut:
a. Konstruk Model Insani memiliki pengaruh positif langsung terhadap
kinerja sebesar 0.492 karena T-statistics > T-tabel, yaitu 3,264.
b. Konstruk Model Sosial memiliki pengaruh postif langsung terhadap
kinerja sebesar 0.261 karena T-statistics > T-tabel, yaitu 2,435.
Berdasarkan data pada Tabel 6 dan Tabel 7 dapat disimpulkan bahwa,
variabel modal insani dengan indikator pelatihan umum dan pelatihan spesifik
memiliki pengaruh terhadap produktivitas dan inovasi. Produktivitas dan inovasi
juga dipengaruhi oleh modal sosial dengan indikator dimensi relasional dan
dimensi kognitif. Secara keseluruhan, pengujian terhadap model struktural dapat
dilakukan dengan melihat nilai R-Square pada Lampiran 3. Model pengaruh
modal insani dan modal sosial terhadap kinerja UKM memberikan nilai R-square

15
sebesar 0.418. Nilai ini dapat diintepretasikan bahwa variabilitas konstruk kinerja
UKM dapat dijelaskan oleh variabilitas konstruk modal insani dan modal sosial
sebesar 41.8% dan sisanya sebesar 58.2% dijelaskan oleh variabel lain diluar yang
diteliti. Ghozali (2008) menyatakan bahwa hasil R-square sebesar 0.67, 0.33, dan
0.19 untuk variabel laten endogen dalam model struktural secara berurutan
mengidikasikan bahwa model “baik”, “moderat”, dan “lemah”. Nilai R-square
penelitian ini adalah 0.418 sehingga mengidikasikan model adalah moderat fit.
Tingkat Kepentingan dan Pencapaian Kinerja UKM
Tingkat kepentingan dan pencapaian kinerja UKM dianalisis dengan
menggunakan Importance Performance Analysis (IPA). Salah satu bentuk analisis
yang digunakan adalah analisis kesenjangan (Gap). Analisis ini mengidentifikasi
selisih antara angka kinerja yang telah dilakukan oleh UKM dengan angka
kepentingan menurut pemilik UKM. Nilai kepentingan dan kinerja diperoleh dari
nilai rata-rata setiap variabel. Selisih antara kinerja dan tingkat kepentingan
tersebut ditunjukkan pada Tabel 8.
Tabel 8 Rata-rata skor kepentingan dan kinerja UKM makanan dan minuman di
kota Depok
No.
Variabel
Kinerja (X) Kepentingan (Y) Gap
3.50
4.58
-1.08
1 Laporan keuangan
3.67
4.75
-1.08
2 Pencatatan keuangan harian
3.67
4.50
-0.83
3 Sarana prasarana
3.75
4.33
-0.58
4 Standar pelaksanaan produksi
3.83
4.50
-0.67
5 Standar mutu
3.92
4.58
-0.67
6 Sistem pengendalian mutu
3.58
4.58
-1.00
7 Inovasi produk
3.42
4.33
-0.92
8 Inovasi teknik produksi
3.25
4.00
-0.75
9 Target pasar
3.25
4.42
-1.17
10 Promosi produk
3.33
4.58
-1.25
11 Jaringan distribusi
2.83
3.42
-0.58
12 Administrasi SDM
2.75
3.67
-0.92
13 Pelatihan SDM
3.75
4.50
-0.75
14 Sistem kompensasi
3.67
4.42
-0.75
15 Rencana jangka pendek
3.42
4.42
-1.00
16 Rencana jangka menengah
3.17
4.42
-1.25
17 Rencana jangka panjang
2.58
3.08
-0.50
18 Visi usaha
2.58
3.17
-0.58
19 Misi usaha
3.50
4.17
-0.67
20 Tujuan usaha
3.25
3.92
-0.67
21 Budaya organisasi
2.83
3.83
-1.00
22 Struktur organisasi formal
73.50
92.17
73.50
Jumlah
Rata-rata
3.34
4.19
3.34

16
Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 8, sebanyak 22 variabel bernilai
negatif menunjukkan bahwa kinerja di lapangan belum sesuai dengan ekspektasi
pemilik UKM sehingga perlu dilakukan banyak perbaikan dari kinerja UKM
selama ini. Prioritas perbaikan bisa dilakukan dengan mendahulukan variabelvariabel yang ada pada kuadran I. Kuadran tersebut menunjukan hubungan antara
penilaian tingkat kepentingan dan kinerja yang telah dicapai UKM. Variabel
dijabarkan ke dalam diagram kartesius berdasarkan penilaian performance
(kinerja) UKM dan importance (kepentingan) dari pemilik UKM. Sumbu X
adalah kinerja UKM dan sumbu Y adalah tingkat kepentingan dari pemilik. Skor
rataan menjadi indikator pembatas pembagian empat bagian kuadran dalam
diagram tersebut. Rataan dari skor rata-rata kinerja ( ̿ ) adalah 3.34, sedangkan
rataan dari skor rata-rata kepentingan ( ̿ ) adalah 4.19. Pembagian kuadran dan
variabel-variabel yang terdapat di dalamnya ditunjukkan oleh Gambar 6 di bawah
ini.
Prioritas Pengembangan Kinerja UKM Makanan dan
Minuman Kota Depok
4.80
K
e
p
e
n
t
i
n
g
a
n

Kuadran I

2

4.60

1

11
17

4.40

10

7

6
3 14 5
15
4

16
8

4.20

Kuadran II

20

Kuadran III

4.00

9
21

Kuadran IV

22

3.80
13

3.60

12

3.40
3.20

19
18

3.00
2.50

2.70

2.90

3.10

3.30

3.50

3.70

3.90

Kinerja

Gambar 6 Hasil Importance Performance Analysis (IPA)
Berdasarkan Gambar 6, variabel-variabel skor rata-rata kepentingan dan
kinerja UKM menyebar secara acak di tiga kuadran. Penjelasan analisisnya adalah
sebagai berikut:
a. Kuadran I
Terdapat tujuh variabel pada kuadran I, ditunjukkan oleh angka 1, 8, 10, 11,
16, 17, 20 yaitu laporan keuangan berkala, inovasi produksi, promosi produk,
jaringan distribusi, rencana keberlanjutan usaha jangka menengah, rencana
keberlanjutan usaha jangka panjang, dan tujuan usaha. Kuadran I
menunjukkan tingkat kinerja yang di bawah rata-rata namun tingkat
kepentingan yang di atas rata-rata, sehingga variabel yang berada pada

17
kuadran I merupakan hal-hal yang harus menjadi prioritas untuk dilakukan
perbaikan.
b. Kuadran II
Terdapat delapan variabel pada kuadran II, ditunjukkan oleh angka 2, 3, 4, 5,
6, 7, 14, 15 yaitu pencatatan keuangan secara rinci, sarana dan prasarana
produksi, standar pelaksanaan produksi, standar mutu produk, sistem
pengendalian mutu produk, inovasi produk, kompensasi yang rasional, dan
rencana keberlanjutan usaha jangka pendek. Kuadran II menunjukkan tingkat
kinerja dan kepentingan yang di atas rata-rata, sehingga kinerja yang sudah
baik harus dipertahankan bahkan ditingkatkan.
c. Kuadran III
Terdapat tujuh variabel pada kuadran III, ditunjukkan oleh angka 9, 12, 13,
18, 19, 21, dan 22, yaitu administrasi SDM, pelatihan SDM, visi usaha, misi
usaha, budaya organisasi, dan struktur organisasi. Kuadran III menunjukan
tingkat kepentingan dan kinerja yang rendah.
Model Peningkatan Kinerja UKM Makanan dan Minuman di Kota Depok
Konsep yang digunakan sebagai model peningkatan kinerja adalah The
House Model. Model ini merupakan gambaran usaha organisasi untuk mengubah
mimpi menjadi sebuah tindakan yang dapat direpresentasikan dalam sebuah
gambar berbentuk rumah, yang terdiri dari atap, pilar, dan pondasinya.
Berdasarkan hasil analisis kinerja dan kepentingan, visi berada pada kuadran III,
hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pemilik UKM menganggap visi dan
misi tidak terlalu penting, sehingga kinerjanya kurang diperhatikan. Oleh karena
itu, perlu ditetapkan visi yang dapat memotivasi pemilik serta tenaga kerja UKM
dalam meningkatkan kinerjanya. Berdasarkan hasil wawancara, Visi yang akan
diterapkan oleh UKM adalah “Menjadi UKM yang Produktif dan Inovatif dalam 5
Tahun”. Visi tersebut akan menjadi atap dari The House Model ini.
Selain itu, berdasarkan hasil penelitian pendahuluan dengan menggunakan
analisis fishbone menunjukkan penyebab utama rendahnya kinerja UKM adalah
sumber daya manusia, dimana hasil analisis pengaruh modal insani dan modal
sosial menunjukkan variabel tersebut memiliki pengaruh positif langsung terhadap
kinerja. Maka, pilar dari House Model ini berupa optimalisasi modal insani dan
modal sosial. Indikator dari modal insani yang akan dikembangkan adalah
pelatihan umum dan pelatihan spesifik, sedangkan indikator dari modal sosial
yang akan dikembangkan adalah dimensi struktural, dimensi relasional, dan
dimensi kognitif. Indikator ini dianalisis lebih lanjut dengan analisis presepsi
untuk menentukan sub indikator utama dari setiap indikator, seperti yang
dilampirkan pada Lampiran 5. Nilai presepsi tertinggi pada indikator pelatihan
umum adalah “Saya belajar banyak dari pelatihan umum”, sehingga perlu
diadakannya pelatihan umum berkala bagi tenaga kerja. Hal ini menjadikan
pelatihan umum secara berkala sebagai indikator utama dari pelatihan umum.
Adapun nilai presepsi tertinggi pada indikator pelatihan spesifik adalah “Saya
belajar banyak dari pelatihan spesifik”, sehingga perlu diadakan pelatihan spesifik
berkala bagi tenaga kerja. Hal ini menjadikan pelatihan spesifik secara berkala
sebagai indikator utama dari pelatihan spesifik. Hal yang sama berlaku bagi
dimensi struktural, dengan nilai presepsi tertinggi pada pernyataan “Saya

18
melakukan komunikasi dan hubungan kerjasama dengan rekan kerja dalam satu
unit kerja”, sehingga yang perlu dilakukan adalah mempertahankan bahkan
meningkatkan komunikasi dan hubungan kerjasama antar tenaga kerja. Jadi,
indikator utamanya adalah penurunan turnover sebagai ukuran adanya
peningkatan komunikasi dan kerjasama, karena kenyamanan dalam
berkomunikasi dan kerjasama dalam satu unit kerja menjadikan tenaga kerja
enggan untuk mengganti kegiatannya selama ini. Pada dimensi relasional,
pertanyaan yang memiliki nilai presepsi tertinggi adalah “Saya selalu merasakan
rasa kebersamaan dengan rekan kerja saya”, oleh karena itu indikator utamanya
adalah penurunan tingkat absensi karena tingginya intensitas pertemuan dapat
meningkatkan rasa kebersamaan. Terakhir, nilai presepsi tertinggi pada dimensi
kognitif adalah “Saya selalu berbagi cerita dan pengetahuan dengan rekan kerja
saya”, yang menjadikan tingkat partisipasi pada kegiatan transfer knowledge
sebagai indikator utama. Pengembangan pada indikator tersebut diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas dan inovasi tenaga kerja karena pilar menunjukkan
cara mencapai visi dengan menetapkan keunggulan kompetitif UKM.
Pondasi merupakan tindakan pendukung untuk mencapai visi yang telah
ditetapkan, oleh karena itu pondasi dari The House Model adalah pelaksanaan
indikator kinerja utama yang telah ditetapkan serta perbaikan dari faktor-faktor
yang menjadi prioritas perbaikan hasil analisis IPA. Adapun faktor-faktor tersebut
adalah laporan keuangan berkala, inovasi produksi, promosi produk, jaringan
distribusi, rencana keberlanjutan usaha jangka menengah, rencana keberlanjutan
usaha jangka panjang, dan tujuan usaha. Faktor-faktor ini terdapat pada unsurunsur sistem administrasi, proses produksi, proses pemasaran, serta sistem
organisasi. Gambar 7 menunjukkan struktur dari The House Model yang akan
digunakan untuk membantu meningkatkan kinerja UKM Makanan dan Minuman
di Kota Depok.

Menjadi UKM yang Produktif dan Inovatif
dalam 5 Tahun
Optimalisasi Modal Insani
1.
2.

Pelatihan spesifik secara berkala
Pelatihan umum secara berkala

Optimalisasi Modal Sosial
1.
2.
3.

Peningkatan komunikasi dan
kerjasama tenaga kerja
Peningkatan rasa kebersamaan
dalam satu unit kerja
Pelaksanaan kegiatan transfer
knowledge

Pelaksanaan pelatihan spesifik, pelaksanaan pelatihan umum, penurunan tingkat turnover,
penurunan tingkat absensi, dan peningkatan tingkat partisipasi kegiatan transfer knowledge
Perbaikan sistem administrasi, perbaikan proses produksi, perbaikan proses pemasaran, dan
perbaikan sistem organisasi

Gambar 7 The House Model untuk peningkatan kinerja UKM melalui
pengembangan modal insani dan modal sosial

19
Berdasarkan House Model di atas, dapat dilihat Indikator Kinerja Utama
(IKU) yang dapat digunakan oleh UKM Makanan dan Minuman di kota Depok.
Menurut Rampertsad (2003), Indikator Kinerja Utama merupakan suatu titik ukur,
berkaitan dengan faktor penentu keberhasilan dari sasaran strategis. Hal ini
merupakan standar pengukur kemajuan dari visi yang telah dibuat dan harus
memenuhi kriteria SMART (Specific, Measurable, Achievable, Result-oriented,
Time specific). Setelah menetapkan IKU, UKM harus menetapkan target yang
ingin dicapai. Target adalah tujuan kuantitatif tolak ukur kinerja. Target
menunjukkan nilai yang harus dicapai. Target dapat didasarkan pada pengharapan
manajemen, kebutuhan pelanggan, atau hasil studi banding (Rampertsad 2003).
Pada model ini, target didasarkan pada pengharapan manajemen dan kemampuan
UKM dalam mencapai target tersebut. Tabel 9 menyajikan sasaran strategis,
indikator kinerja utama, serta target yang harus dicapai oleh UKM Makanan dan
Minuman di Depok untuk meningkatkan kinerjanya.
Tabel 9 Sasaran strategis, indikator kinerja utama, dan target UKM makanan dan
minuman di kota Depok
Sasaran
Indikator Kinerja
Target
No
2014 2015 2016 2017 2018
Strategis
Utama
Presentase pelatihan
umum yang
50% 75% 100% 100% 100%
Optimalisasi dilaksanakan
1
Modal Insani Presentase pelatihan
50% 75% 100% 100% 100%
spesifik yang
dilaksanakan
Presentase tingkat
turnover tenaga
40% 35% 30% 25% 20%
kerja
Presentase tingkat
Optimalisasi
50% 45% 40% 35% 30%
2
absensi tenaga kerja
Modal Sosial
Presentase tingkat
partisipasi dalam
NA
35% 50% 85% 100%
kegiatan transfer
knowledge
Pengharapan manajemen dan kemampuan UKM menjadi landasan dalam
penentuan target seperti yang tertera pada Tabel 9. Tahun 2014, merupakan tahun
pertama dalam perhitungan indikator kinerja utama yang telah ditetapkan. Tidak
semua pelatihan yang ada dan yang direncanakn diikuti oleh UKM, sehingga
perlu adanya penetapan target agar keseluruhan pelatihan dapat diikuti oleh UKM.
Begitu pula dengan tingkat turnover dan absensi yang tidak pernah diperhatikan,
akan mulai diukur, dianalisis penyebabnya, dan dievaluasi sehingga tren dari
tingkat turnover dan absensi menurun setiap tahunnya. Berbeda halnya dengan
kegiatan transfer knowledge yang saat ini belum ada atau non available (NA),
sehingga pada tahun pertama belum ada target yang ditetapkan, karena kegiatan
tersebut perlu dirancang terlebih dahulu. Penjel