Pengaruh Pemeraman, Pengeringan, dan Keadaan Kulit Biji Terhadap Perkecambahan Benih Pepaya (Carica papaya L.) Varietas Red Lady

PENGARUH PEMERAMAN, PENGERINGAN, DAN KEADAAN
KULIT BIJI TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH
PEPAYA (Carica papaya L.) VARIETAS RED LADY

SKRIPSI

OLEH :

AMELIA SEBAYANG
090301204
AGROEKOTEKNOLOGI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2013

Universitas Sumatera Utara

PENGARUH PEMERAMAN, PENGERINGAN, DAN KEADAAN
KULIT BIJI TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH

PEPAYA (Carica papaya L.) VARIETAS RED LADY

SKRIPSI

OLEH :

AMELIA SEBAYANG
090301204
AGROEKOTEKNOLOGI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana
di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2013

Universitas Sumatera Utara


Judul Penelitian

Nama
NIM
Program Studi
Minat

: Pengaruh Pemeraman, Pengeringan, dan Keadaan Kulit
Biji Terhadap
Perkecambahan
Benih
Pepaya
(Carica papaya L.) Varietas Red Lady
: Amelia Sebayang
: 090301204
: Agroekoteknologi
: Budiaya Tanaman dan Perkebunan

Disetujui Oleh :


(Prof. Dr. T. Chairun Nisa, B., M. Sc.)
Ketua Komisi Pembimbing

(Nini Rahmawati, SP, Msi.)
Anggota Komisi Pembimbing

Mengetahui:

(Ir. T. Sabrina, M.Agr.Sc., Ph.D.)
Ketua Departemen/Program Studi

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
AMELIA SEBAYANG : Pengaruh Pemeraman, Pengeringan, dan Keadaan Kulit
Biji Terhadap Perkecambahan Benih Pepaya (Carica papaya L.) Varietas
Red Lady dibimbing oleh T. CHAIRUN NISA dan NINI RAHMAWATI.
Penelitian ini bertujuan untuk dapat menetapkan lama pemeraman buah
dan pengeringan biji yang tepat serta pengaruh keadaan kulit biji terhadap
perkecambahan benih pepaya varietas Red Lady. Penelitian dilaksanakan di

Laboratorium teknologi benih, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Penelitiaan ini menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan tiga
faktor yaitu pemeraman (0, 2, 4 hari), pengeringan (0, 1, 2 hari) dan keadaan kulit
benih (ada tidaknya sarcotesta). Parameter yang diamati adalah perubahan kadar
air (%), kecepatan tumbuh benih (%/etmal), persentase perkecambahan total (%),
persentase perkecambahan normal (%), bobot segar kecambah (%), tinggi
kecambah (cm), dan nilai puncak (%/hari).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemeraman berpengaruh nyata
terhadap kecepatan tumbuh benih, persentase perkecambahan total, persentase
perkecambahan normal, bobot segar kecambah, perubahan kadar air dan nilai
puncak. Pengeringan dan keadaan kulit benih berpengaruh nyata terhadap
perubahan kadar air. Interaksi pemeraman dan pengeringan berpengaruh nyata
terhadap kadar air benih dan tinggi kecambah. Interaksi antara pemeraman dan
keadaan kulit benih serta interaksi antara pengeringan dan keadaan kulit benih
berpengaruh nyata terhdap perubahan kadar air benih. Interaksi antara
pemeraman, pengeringan dan keadaan kulit biji berpengaruh terhadap perubahan
kadar air benih. Perlakuan terbaik diperoleh pada perlakuan tanpa pemeraman,
tanpa pengeringan, dan tanpa sarcotesta.
Kata kunci : pepaya, pemeraman, pengeringan, keadaan kulit benih


Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
AMELIA SEBAYANG: influence of ripeness, seed drying and seed treatment on
the germination of papaya seeds (Carica papaya L.) variety Red Lady supervised
by T. CHAIRUN NISA and NINI RAHMAWATI.
Ripening of papaya leads to increase the rate of maturity and seed
viability. Papaya seeds require light for germination. The light requirement could
be supplied with drying before the seeds were planted. There is a phenolic
compound in sarcotesta surrounding the papaya seed which act as a germination
inhibitor. This experiment was conducted in the Seed Technology Laboratory,
Agriculture Faculty, University of Sumatera Utara during Juli-September 2013,
using a factorial randomized block design with three factors. The factors were
ripening (0, 2, 4 days), seed drying (0, 1, 2 days), and seed treatment (with and
without sarcotesta). Variabels were
changes in water content (%),
germination speed (%/etmal), total seedling percentage (%), normal seedling
percentage (%), seedling fresh weight (%), height of sprout (cm), and peak value
of germination (%/day).
The results showed that ripening increase speed of germination, total

seedling percentage, normal seedling percentage, seedling fresh weight, changes
in water content and peak value. Seed drying and seed treatment increase changes
in water content, and germination peak value. Interaction ripening and seed
drying increase the changes in water content and high of sprout. Interaction
between seed drying and ripening and interaction between seed drying and seed
treatment increase the changes in water content. Interaction between ripening,
seed drying, and seed treatment increase the changes of water content.
Keywords : ripening, seed drying, seed treatment.

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Amelia Sebayang lahir pada tanggal 07 Februari 1991 di Medan dari
ayahanda Ir. Sastera Sebayang, M.Eng. dan ibunda Rehulina Meliala. Penulis
merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah diperoleh penulis antara lain : tahun
1997-2003 menempuh pendidikan dasar di SD Methodist Binjai; tahun
2003-2006 menempuh pendidikan di SMP Methodist Binjai; tahun 2006-2009
menempuh pendidikan di SMA Santo Thomas 2 Medan dan terdaftar sebagai
mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun

2009 melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih
minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan, Program Studi Agroekteknologi.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan
Mahasiswa Agroekoteknologi (Himagrotek), sebagai anggota Ikatan Mahasiswa
Karo (IMKA Mbuah Page) FP USU, sebagai asisten praktikum di Laboratorium
Fisiologi

Tumbuhan

2011-2013

dan

Laboratorium

Anatomi

Tumbuhan

2011-2013.

Penulis

melaksanakan

praktek

kerja

lapangan

(PKL)

di

PTPN 4 Kebun Brangir, Ranto Prapat dari tanggal 9 Juli sampai 4 Agustus 2012.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas

rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Judul dari skripsi ini adalah “Pengaruh Pemeraman Buah, Pengeringan
dan

Keadaan

Kulit

Biji

Terhadap

Perkecambahan

Benih

Pepaya

(Carica papaya L.) Varietas Red Lady”. Penulisan skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian Program Studi

Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Prof. Dr. T. Chairun Nisa, B., M. Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu
Nini Rahmawati, SP, Msi. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan masukan serta saran dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah
memberikan dukungan moril, kepada seluruh staf pengajar, pegawai serta semua
rekan-rekan mahasiswa Agroekoteknologi 2009 di Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara yang telah berkontribusi dalam kelancaran studi dan penyelesaian
skripsi ini.
Semoga hasil skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, September 2013

Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI


ABSTRAK ......................................................................................................
ABSTRACT ......................................................................................................
RIWAYAT HIDUP.........................................................................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................
Tujuan Penelitian ............................................................................
Hipotesis Penelitian ........................................................................
Kegunaan Penelitian .......................................................................

Hal
i
ii
iii
iv
v
vii
viii
ix
1
3
3
3

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman ...............................................................................
Syarat Tumbuh .................................................................................
Iklim ........................................................................................
Tanah .......................................................................................
Perkecambahan Benih Pepaya .........................................................
Pemeraman Buah Pepaya .................................................................
Pengeringan Benih ...........................................................................
Keadaan Kulit Benih ........................................................................

4
5
5
6
7
9
12
14

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................
Bahan dan Alat ..................................................................................
Metode Penelitian .............................................................................

16
16
16

PELAKSANAAN PENELITIAN
Pemilihan Buah ................................................................................
Pemeraman Buah dan Ekstraksi .......................................................
Perlakuan Kulit Biji .........................................................................
Pengeringan ......................................................................................
Perendaman ......................................................................................
Penyiapan Media ..............................................................................
Penanaman Biji ................................................................................
Pemeliharaan ....................................................................................
Variabel Pengamatan
Kecepatan Tumbuh Benih (%/etmal) ......................................
Persentase Perkecambahan Total (%) .....................................
Persentase Perkecambahan Normal (% ) ................................
Kadar Air Awal dan Akhir Perlakuan .....................................

19
19
19
19
20
20
20
20
20
21
21
22

Universitas Sumatera Utara

Perubahan Kadar Air Benih (%)..............................................
Bobot Segar Kecambah (gr) ...................................................
Tinggi Kecambah (cm) ...........................................................
Nilai Puncak (%/hari) ..............................................................

22
22
22
23

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil .................................................................................................
Pembahasan ......................................................................................

24
34

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ......................................................................................
Saran.................................................................................................

41
41

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
No.

Hal.

1.

Stadia Kematangan buah pepaya .................................................................... 11

2.

Rataan laju perkecambahan benih (kecambah/etmal) terhadap
pemeraman, pengeringan dan keadaan kulit biji ............................................. 24

3.

Rataan persentase perkecambahan total (%) terhadap pemeraman,
pengeringan dan keadaan kulit biji ............................................................... 26

4.

Rataan persentase perkecambahan normal (%) terhadap pemeraman,
pengeringan dan keadaan kulit biji ............................................................... 27

5.

Rataan kadar air benih awal dan akhir perlakuan ......................................... 29

6.

Rataan perbuahan kadar air (%) terhadap pemeraman, pengeringan dan
keadaan kulit biji ........................................................................................... 30

7.

Rataan tinggi kecambah (cm) terhadap pemeraman, pengeringan dan
keadaan kulit biji ........................................................................................... 31

8.

Rataan tinggi kecambah (cm) terhadap pemeraman dan pengeringan.......... 31

9.

Rataan bobot segar kecambah (gr) terhadap pemeraman, pengeringan
dan keadaan kulit biji .................................................................................... 33

10.

Rataan nilai puncak (%/hari) terhadap pemeraman, pengeringan, dan
keadaan kulit biji ............................................................................................. 34

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
No.

Hal.

1.

Hubungan laju perkecambahan benih (%/etmal) dengan pemeraman
buah ............................................................................................................... 25

2.

Hubungan persentase perkecambahan total (%) dengan pemeraman
buah ............................................................................................................... 26

3.

Hubungan persentase perkecambahan normal (%) dengan pemeraman
buah ............................................................................................................... 28

4.

Histogram perubahan kadar air (%) terhadap interaksi antara
pemeraman buah, pengeringan, dan keadaan kulit benih. ............................ 30

5.

Hubungan tinggi kecambah (cm) dengan pemeraman buah pada
masing-masing perlakuan pengeringan. ........................................................ 32

6.

Hubungan bobot segar kecambah (gr) dengan pemeraman buah ................. 33

7.

Hubungan nilai puncak (%/hari) dengan pemeraman buah .......................... 34

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
No.

Hal.

1.

Deskripsi Tanaman Pepaya Varietas Red Lady ............................................ 43

2.

Bagan Penanaman Benih Pada Seed Bag ..................................................... 44

3.

Bagan Penanaman Setiap Plot....................................................................... 45

4.

Data pengamatan kecepatan tumbuh benih (%/etmal) .................................. 46

5.
6.

Transformasi akar data kecepatan tumbuh benih �(x + 0,5) ...................... 46

7.

Data persentase kecambah total (%) ............................................................. 47

8.
9.

Transformasi akar persentase kecambah total �(x + 0,5) ............................48

10.

Data persentase kecambah normal (%) ......................................................... 49

11.
12.

Transformasi akar data persentase kecambah normal �(x + 0,5) ................49

13.

Data perubahan kadar air (%) ....................................................................... 50

14.

Tabel sidik ragam data perubahan kadar air ..................................................51

15.

Data tinggi kecambah (cm) ........................................................................... 51

16.
17.

Transformasi akar tinggi kecambah �(x + 0,5) ........................................... 52

18.

Data bobot segar kecambah (g) ..................................................................... 53

19.
20.

Transformasi akar data bobot segar kecambah �(x + 0,5) .......................... 53

21.

Data nilai puncak kecambah (%/hari) ........................................................... 54

22.

Transformasi akar nilai puncak kecambah �(x + 0,5) ................................ 55

Tabel sidik ragam kecepatan tumbuh benih ...................................................47

Tabel sidik ragam persentase kecambah total ............................................... 48

Tabel sidik ragam persentase kecambah normal ............................................50

Tabel sidik ragam tinggi tanaman ................................................................. 52

Tabel sidik ragam bobot segar kecambah ..................................................... 54

Universitas Sumatera Utara

23.

Sidik ragam nilai puncak .............................................................................. 55

24.

Lampiran foto ................................................................................................ 56

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
AMELIA SEBAYANG : Pengaruh Pemeraman, Pengeringan, dan Keadaan Kulit
Biji Terhadap Perkecambahan Benih Pepaya (Carica papaya L.) Varietas
Red Lady dibimbing oleh T. CHAIRUN NISA dan NINI RAHMAWATI.
Penelitian ini bertujuan untuk dapat menetapkan lama pemeraman buah
dan pengeringan biji yang tepat serta pengaruh keadaan kulit biji terhadap
perkecambahan benih pepaya varietas Red Lady. Penelitian dilaksanakan di
Laboratorium teknologi benih, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Penelitiaan ini menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan tiga
faktor yaitu pemeraman (0, 2, 4 hari), pengeringan (0, 1, 2 hari) dan keadaan kulit
benih (ada tidaknya sarcotesta). Parameter yang diamati adalah perubahan kadar
air (%), kecepatan tumbuh benih (%/etmal), persentase perkecambahan total (%),
persentase perkecambahan normal (%), bobot segar kecambah (%), tinggi
kecambah (cm), dan nilai puncak (%/hari).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemeraman berpengaruh nyata
terhadap kecepatan tumbuh benih, persentase perkecambahan total, persentase
perkecambahan normal, bobot segar kecambah, perubahan kadar air dan nilai
puncak. Pengeringan dan keadaan kulit benih berpengaruh nyata terhadap
perubahan kadar air. Interaksi pemeraman dan pengeringan berpengaruh nyata
terhadap kadar air benih dan tinggi kecambah. Interaksi antara pemeraman dan
keadaan kulit benih serta interaksi antara pengeringan dan keadaan kulit benih
berpengaruh nyata terhdap perubahan kadar air benih. Interaksi antara
pemeraman, pengeringan dan keadaan kulit biji berpengaruh terhadap perubahan
kadar air benih. Perlakuan terbaik diperoleh pada perlakuan tanpa pemeraman,
tanpa pengeringan, dan tanpa sarcotesta.
Kata kunci : pepaya, pemeraman, pengeringan, keadaan kulit benih

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
AMELIA SEBAYANG: influence of ripeness, seed drying and seed treatment on
the germination of papaya seeds (Carica papaya L.) variety Red Lady supervised
by T. CHAIRUN NISA and NINI RAHMAWATI.
Ripening of papaya leads to increase the rate of maturity and seed
viability. Papaya seeds require light for germination. The light requirement could
be supplied with drying before the seeds were planted. There is a phenolic
compound in sarcotesta surrounding the papaya seed which act as a germination
inhibitor. This experiment was conducted in the Seed Technology Laboratory,
Agriculture Faculty, University of Sumatera Utara during Juli-September 2013,
using a factorial randomized block design with three factors. The factors were
ripening (0, 2, 4 days), seed drying (0, 1, 2 days), and seed treatment (with and
without sarcotesta). Variabels were
changes in water content (%),
germination speed (%/etmal), total seedling percentage (%), normal seedling
percentage (%), seedling fresh weight (%), height of sprout (cm), and peak value
of germination (%/day).
The results showed that ripening increase speed of germination, total
seedling percentage, normal seedling percentage, seedling fresh weight, changes
in water content and peak value. Seed drying and seed treatment increase changes
in water content, and germination peak value. Interaction ripening and seed
drying increase the changes in water content and high of sprout. Interaction
between seed drying and ripening and interaction between seed drying and seed
treatment increase the changes in water content. Interaction between ripening,
seed drying, and seed treatment increase the changes of water content.
Keywords : ripening, seed drying, seed treatment.

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pepaya (carica papaya L.) adalah salah satu jenis tanaman buah-buahan
yang daerah penyebarannya berada di daerah tropis. Buah pepaya tergolong buah
yang populer dan umumya digemari oleh sebagian besar penduduk dunia. Hal ini
disebabkan karena daging buahnya yang lunak dengan warna merah atau kuning,
rasanya manis dan menyegarkan serta banyak mengandung air. Tanaman pepaya
merupakan tanaman semusim sehingga buah ini dapat tersedia setiap saat
(Barus dan Syukri, 2008).
Pepaya merupakan buah yang mempunyai nilai nutrisi baik, dapat
dimanfaatkan dalam bentuk buah segar dan produk hasil olahan. Buah pepaya
mengandung 1,0-1,5% protein, 1,0-1,5% vitamin A, dan 69–71 mg (100 g)-1
vitamin C. Mineral yang terkandung dalam buah pepaya di antaranya kalsium
sebesar 11–31 mg (100 g) -1 dan kalium sebesar 39–337 mg (100 g) -1. Kandungan
lain dalam buah pepaya adalah 0,1% lemak rendah, 7-13% karbohidrat, 35–59
kkal (100 g)

-1

, 200 kJ energi dan 85-90% air. Krishna dkk. (2008) dalam

Suketi dkk. (2010) mengemukakan bahwa bagian tanaman buah pepaya seperti
akar, daun, buah dan biji mengandung fitokimia: polisakarida, vitamin, mineral,
enzim, protein, alkaloid, glikosida, saponin dan flavonoid yang semuanya dapat
digunakan sebagai nutrisi dan obat.
Produksi tanaman pepaya sangat berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2007, produksi mencapai 621.524 ton, tahun 2008 mencapai 717.899 ton,
tahun 2009 mencapai 772.844 ton, tahun 2010 mencapai 675.801 ton, dan 2011
mencapai 958.251 ton. Pertambahan produksi dari tahun 2010 sampai 2011

Universitas Sumatera Utara

mencapai 41,79% (BPS dan Direktorat Jendral Hortikultura, 2011). Peningkatan
produksi pepaya harus diawali dengan penyediaan benih yang bermutu,
terjangkau dan tersedia dalam jumlah yang cukup guna menunjang produksi yang
baik di lapangan (Maryati dkk., 2005)
Perbanyakan tanaman pepaya dapat dilakukan baik secara vegetatif
maupun generatif, tetapi lebih sering dilakukan melalui perbanyakan generatif
dengan benih. Salah satu faktor yang menentukan mutu benih adalah tingkat
kemasakan. Benih mencapai vigor maksimum pada saat masak fisiologis. Benih
yang dipanen setelah tercapainya masak fisiologis memiliki vigor yang relatif
lebih tinggi sehingga akan menghasilkan tanaman yang lebih vigor dan memiliki
daya simpan lebih lama (Murniati dkk., 2008).
Pemeraman sering digunakan untuk meningkatkan laju pematangan buah
tertentu, terutama pada buah-buah yang bersifat klimakterik. Pepaya termasuk
dalam buah klimakterik (Kartasapoetra, 1994). Selama pemeraman diduga
kemasakan benih meningkat seiring dengan kematangan buah. Pemanenan
sebelum masak fisiologis diikuti dengan pemeraman diharapkan dapat
menghasilkan benih dengan viabilitas dan vigor yang tinggi seperti benih yang
diperoleh

dari

buah

yang

dipanen

saat

masak

fisiologis

di

pohon

(Murniati dkk., 2008).
Benih pepaya diselimuti oleh sarcotesta, suatu lapisan yang mengandung
senyawa fenolik, khususnya Phydroxybenzoic acid. Fenol merupakan salah satu
antioksidan yang mampu menghambat deteriorasi. Selama ini penghilangan
sarcotesta selalu disarankan dalam penanganan benih pepaya karena sarcotesta
dapat menghambat proses perkecambahan (Sari dkk., 2005).

Universitas Sumatera Utara

Buah-buah yang mengandung biji yang telah dipungut atau dipetik perlu
dikeringkan, maksudnya untuk menurunkan kadar air yang masih banyak
terkandung didalamnya. Tinggi rendahnya kandungan air dalam benih memegang
peranan yang demikian penting dan berpengaruh besar terhadap viabilitas dan
pertumbuhan umum dari dalam benih itu (Kartasapoetra, 2003).
Oleh karena hal tersebut di atas, maka Saya tertarik untuk melihat
pengaruh pemeraman, pengeringan dan keadaan kulit biji terhadap viabilitas benih
pepaya (Carica papaya L.) varietas Red Lady
Tujuan Penelitian
Untuk dapat menetapkan lama pemeraman buah dan pengeringan biji yang
tepat serta pengaruh keadaan kulit biji terhadap perkecambahan benih pepaya
varietas Red Lady
Hipotesis Penelitian
Ada respons yang nyata perlakuan pemeraman buah, pengeringan dan
keadaan kulit biji serta interaksi ketiga perlakuan terhadap perkecambahan benih
pepaya ( carica papaya L.) varietas Red Lady.
Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pertanian di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan
informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Tanaman pepaya (carica papaya L.) termasuk ke dalam family
Caricaceae dan merupakan tanaman herba (Barus dan Syukri, 2008). Sampai saat
ini, Caricaceae itu diperkirakan terdiri dari 31 spesies dalam tiga genera dari
Amerika tropis (carica, jacaratia dan jarilla) dan satu genus dari Afrika yaitu
Cylicomporpha (Australian Government, 2008).
Pepaya berkembang dengan akar tunggang yang cukup kuat setelah
tanam. Dalam kondisi yang baik, akar dapat menembus tanah hingga
kedalaman 2 m. Sebagian besar dari akar yang bertanggung jawab untuk
penyerapan nutrisi terdapat dalam lapisan 500 mm atas tanah dengan
konsentrasi

yang

terbesar

yaitu

terdapat

di

atas

250

mm

(Department of Agriculture, Forestry and Fisheries, 2009).
Batang tanaman pepaya berlubang antara node, kecuali pada tanaman
muda. Batangnya terdiri dari jaringan parenkim. Letak daun diatur dalam spiral
2/5. Batang tanaman pepaya adalah berongga dan biasanya tidak bercabang, dan
tingginya mencapai 10 meter. Daunnya merupakan daun tunggal yang berukuran
besar dan bercangap dengan tangkai daun yang panjang dan berongga
(Barus dan Sykuri, 2008).
Ada 3 jenis dasar pohon yaitu tanaman jantan, betina, dan hermafrodit
(biseksual). Buah biasanya hanya diproduksi dari tanaman betina dan biseksual.
Tanaman jantan memiliki ukuran yang kecil, berbentuk bulat panjang, bunga
kuning yang hanya memiliki 10 kepala sari. Tanaman betina memiliki ukuran
besar dengan bunga berwarna keputihan yang memiliki sebuah ovarium. Tanaman

Universitas Sumatera Utara

biseksual (hermafrodit) memiliki bunga sempurna terdapat dalam daun axils di
sepanjang batang (Crane, 2005)
Untuk menghasilkan buah, bunga betina sangat tergantung pada bunga
jantan atau bunga sempurna. Buah pepaya memiliki getah dan akan menghilang
saat akan mendekati tua (matang). Umumya buah yang berasal dari bunga
sempurna berbentuk panjang dengan daging buah yang tebal, sedangkan buah dari
bunga betina berbentuk bulat sampai oval disertai daging yang tipis
(Barus dan Sykuri, 2008).
Buah mengandung biji dalam jumlah banyak yang berada dalam rongga
buah (Barus dan Syukri, 2008). Biji pepaya berwarna hitam (fertil) dan berwarna
putih (abortus). Benih yang digunakan untuk sumber benih jangan berasal dari
buah yang terlalu mudah atau terlalu masak karena akan menghasilkan daya
berkecambah benih yang rendah (Lumbangaol, 2008).
Syarat Tumbuh
Iklim
Setiap faktor iklim seperti sejuk atau dingin, kekurangan air (kekeringan),
dan angin, akan menekan pertumbuhan dan produksi pepaya. Tanaman pepaya
tumbuh dan berbuah di daerah dengan suhu hangat hingga panas (21-32°C).
Pertumbuhan akar yang terbaik adalah jika suhu tanah tetap berada di atas 15,5°C
dan menurun di bawah suhu tersebut. Tanaman pepaya tidak toleran terhadap
suhu beku dan rusak di bawah -0,6 ° C. Sebaliknya, suhu tinggi di atas 32°C dapat
menyebabkan bunga gugur, dan suhu rendah di bawah 15°C dapat menghambat
pembungaan atau menyebabkan cacat buah. Curah hujan yang terdistribusi
dengan baik diperlukan untuk pertumbuhan tanaman dan produksi buah. Setiap

Universitas Sumatera Utara

kondisi cuaca yang tidak menguntungkan dapat menyebabkan penurunan
pertumbuhan dan produksi buah (Crane, 2005).
Tanaman pepaya memiliki adaptasi terhadap lingkungan sehingga pepaya
dapat tumbuh mulai 0-1.000 m dpl bahkan sampai ketinggian 1.500 m dpl, namun
idealnya ketinggian tanah tidak kurang atau lebih antara 600-700 m dpl, umumnya
pepaya yang dihasilkan diatas 700 m dpl buahnya kurang baik demikian rupa
yang ditanam di bawah 600 m dpl. (Agroprima, 2013). Tanaman pepaya yang
ditanam di daerah pegunungan akan menghasilkan buah dengan kulit agak kusam
dan rasa kurang manis (Barus dan Syukri, 2008). Tanaman pepaya sangat peka
terhadap iklim kritis terutama terhadap suhu dan kelembaban. Tanaman pepaya
memerlukan pencahayaan penuh 100%, artinya harus langsung terkena sinar
matahari/ tempat terbuka (Agroprima, 2013).
Curah hujan yang sesuai untuk pertanaman pepaya berkisar antara
1500-2000 mm pertahun. Pada daerah-daerah dengan musim kering lebih dari 2
bulan maka diperlukan pengairan agar kontinuitas berbunga (berbuah) terjadi
sepanjang tahun (Barus dan Syukri, 2008).
Tanah
Lahan yang lembab merupakan tipe tanah yang cocok untuk pertanaman
pepaya, tetapi tanah tersebut tidak boleh tergenang atau becek karena akar-akar
akan membusuk. Pepaya pada lahan yang menggenang selama 2-3 hari saja akan
menyebabkan kematian total tanaman (Barus dan Syukri, 2008).
Tekstur tanah yang ideal untuk budidaya pepaya secara irigasi adalah
lempung berpasir atau lempung (yaitu dengan kandungan liat dari 15 sampai
30%), namun tanah dengan kandungan liat hingga 50% juga cocok. Tanah yang

Universitas Sumatera Utara

ideal memiliki struktur cukup longgar dan rapuh. Struktur tanah kompak atau
sangat longgar akan berdampak buruk terhadap resapan air dan penetrasi akar.
Tanah ini biasanya dikaitkan dengan kandungan liat yang sangat tinggi di bawah
tanah (> 50%) (Departement of Agriculture, Forestry and Fisheries, 2009).
Pepaya tumbuh baik di tanah dengan pH (air) 6 sampai 6,5. Jika nilai tukar
aluminium

(Al)

tidak

lebih

dari

30

ppm,

tanah

dengan

pH

(air)

dari 5,5 atau lebih tinggi dapat digunakan. Pada pH rendah dari 5,5 atau lebih
tinggi nilai dari 7,2, tanaman mungkin menderita kekurangan fosfat atau
kekurangan kalium (Departement of Agriculture, Forestry and Fisheries, 2009).
Perkecambahan Benih Pepaya
Perkecambahan merupakan proses metobolisme biji hingga dapat
menghasilkan pertumbuhan dari komponen kecambah (plumula dan radikula).
Definisi

perkecambahan

adalah

jika

sudah

dapat

dilihat

atribut

perkecambahannya, yaitu plumula dan radikula dan keduanya tumbuh normal
dalam

jangka

waktu

tertentu

sesuai

dengan

ketentuan

ISTA

(International Seed Testing Association). Setiap biji yang dikecambahkan ataupun
yang diujikan tidak selalu persentase pertumbuhan kecambahnya sama, hal ini
dipengaruhi bebagai macam faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan.
Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai tentang benih yang
tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam kondisi biofisik
lapangan yang serba optimal. Parameter yang digunakan dapat berupa persentase
kecambah normal berdasarkan penilaian terhadap struktur tumbuh embrio yang
diamati secara langsung. Secara tidak lansung dengan hanya melihat gejala
metabolisme benih yang berkaitan dengan kehidupan benih (Purnobasuki, 2011).

Universitas Sumatera Utara

Dormansi didefinisikan sebagai status dimana benih tidak berkecambah
walaupun pada kondisi lingkungan yang ideal untuk perkecambahan. Beberapa
mekanisme dormansi terjadi pada benih baik fisik maupun fisiologis, termasuk
dormansi primer dan sekunder. Dormansi primer merupakan bentuk dormansi
yang paling umum dan terdiri atas dua tipe yaitu dormansi eksogen dan dormansi
endogen. Dormansi eksogen adalah kondisi dimana persyaratan penting untuk
perkecambahan (air, cahaya, suhu) tidak tersedia bagi benih sehingga gagal
berkecambah. Tipe dormansi ini biasanya berkaitan dengan sifat fisik kulit benih
(seed coat) (Ilyas, 2013).
Banyak jenis biji tanaman sayuran dan bunga-bungaan dapat segera
berkecambah setelah dipanen. Sedangkan beberapa jenis biji tanaman buahbuahan dan tanaman hias memerlukan masa istirahat atau after ripening period
sesudah panen. Hal ini menunjukkan perubahan biokimia dan fisiologi dalam biji
yang lambat sebelum tumbuh menjadi tanaman. Perubahan-perubahan ini
mungkin mencakup pembebasan hormon, absorpsi air, difusi oksigen ke dalam
biji, difusi CO2 ke luar biji, dan sebaginya (Ashari, 1995).
Selain dormansi faktor lain yang juga mempengaruhi perkecambahan
benih pepaya adalah tingkat kemasakan buah. Benih yang telah masak fisiologi
biasanya ditandai oleh adanya perubahan pada warna kulit buah. Pada pepaya
buah yang bijinya telah masak fisiologi ditandai oleh warna kulit buah berwarna
jingga dan pada buah yang berbentuk lonjong (ukuran panjang buah lebih panjang
dari pada lebarnya) benih yang berasal dari bagian ujung buah keragaman benih
sangat besar (Kusumawardani dkk., 2011).

Universitas Sumatera Utara

Pemeraman Buah Pepaya
Setelah dipanen buah pepaya tetap melakukan kegiatan metaboliknya
seperti respirasi, fotosintesis dan transpirasi. Respirasi merupakan kegiatan
metabolik oksidatif yang penting dalam fisiologi pasca panen (Syaefullah, 2008).
Menurut Pantastico (1989), sebagian besar perubahan fisikokimia buah pasca
panen berhubungan dengan respirasi seperti proses pemeraman, pembentukan
aroma dan kemanisan, pelunakan daging buah dan penurunan nilai mutu. Sebagai
buah klimakterik, kenaikan pola respirasi buah pepaya dapat digunakan sebagai
acuan untuk waktu simpan dan pemeraman. Buah pepaya mudah mengalami
kerusakan setelah pemanenan baik kerusakan fisik, mekanis maupun kerusakan
mikrobiologis.
Buah yang dapat diperam ialah golongan buah klimakterik yaitu buah
dengan pola respirasi yang diawali peningkatan secara lambat, kemudian
meningkat dan menurun lagi setelah mencapai puncak. Kematangan optimum
buah, dimana buah memiliki kualitas rasa (eating quality) paling maksimal terjadi
di sekitar puncak klimakterik. Pemeraman (ripening) buah merupakan perlakuan
terhadap buah dengan tujuan untuk mempercepat proses dan menyeragamkan
kematangan buah. Selama proses pematangan, warna, rasa, tekstur dan aroma
buah mengalami perubahan (Syaefullah, 2008).
Stadia kematangan pepaya mengacu kepada Abeywickrama et al. (2008)
dalam Suketi dkk. (2010) yang mengemukakan ada 6 stadia kematangan untuk
pepaya yaitu munculnya semburat warna kuning pada kulit buah (stadia I), warna
kuning 25-49% (stadia II), warna kuning 50-74% (stadia III), warna kuning diatas

Universitas Sumatera Utara

75% (stadia IV), warna kuning penuh 100% (stadia V) dan lewat matang
(over ripe).
Menurut Suketi dkk. (2010) fase kematangan dari tanaman pepaya
digolongkan menjadi 3 stadia yaitu 25-49% (stadia 1), 50-74% (stadia 2) dan di
atas 75% (stadia 3). Oleh karena itu tingkat kematangan pepaya genotipe IPB
dapat dimulai dari hari setelah antesis yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Genotipe

Kematangan (Hari Setelah Anthesis/HSA)
Stadia 1
Stadia 2
Stadia 3
IPB 1
130
135
140
IPB 10A
160
165
170
IPB 174
140
145
150
IPB 1 x IPB 10 A
140
145
150
IPB 1 x PB 174
135
140
145
IPB 10 A x PB 174
140
145
150
Tabel 1. Stadia kematangan buah pepaya
Penggunaan kriteria umur panen dengan penghitungan hari setelah
anthesis di daerah Bogor menghasilkan perubahan warna kulit buah yang tidak
teratur dan tidak sama pada setiap waktu panen buah sehingga tingkat kematangan
fisiologis buah diduga berbeda (Suketi dkk., 2010). Perbedaan umur panen buah
yang

menyebabkan

tingkat

kematangan

buah

sama,

menurut

Zhou dan Paull (2001) mungkin disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan
buah yang berbeda akibat suhu udara dan kompetisi fotosintat antar buah,
sehingga ada buah pada genotipe sama yang memerlukan waktu lebih lama untuk
mencapai tingkat kematangan yang sama. Secara umum buah pepaya yang
dipanen pada tingkat kematangan berbeda menunjukkan pelunakan buah berbeda
yang dapat menentukan kualitas buahnya

Universitas Sumatera Utara

Menurut Kays (1991) dalam Suketi dan Nandya (2011) perubahan warna
adalah perubahan yang jelas terjadi pada banyak buah sehingga dapat dijadikan
sebagai kriteria utama bagi konsumen untuk menentukan apakah buah tersebut
sudah matang atau masih mentah. Warna hijau disebabkan adanya klorofil yang
merupakan kompleks organik magnesium. Kemudian klorofil mengalami
degradasi struktur sehingga warna hijau menghilang. Faktor utama yang berperan
dalam degradasi klorofil ini adalah perubahan pH yang disebabkan kebocoran
asam organik dari vakuola, sistem oksidatif, dan adanya enzim chlorophyllase.
Kehilangan warna tergantung pada satu atau seluruh faktor-faktor yang bekerja
berurutan untuk merusak struktur klorofil. Degradasi klorofil berkaitan juga
dengan sintesis karotenoid dan antosianin selama proses pematangan buah. Oleh
karena itu, perubahan warna dalam pematangan dan penyimpanan buah menjadi
faktor yang penting untuk diamati.
Etilen

merupakan

hormon

yang

disintesis

oleh

tumbuhan

dan

menyebabkan proses pemasakan yang lebih cepat. Pada banyak macam buah,
etilen hanya sedikit dihasilkan sampai tepat sebelum terjadi klimaterik respirasi,
yang mengisyaratkan dimulainya pemasakan, yaitu ketika kandungan gas ini di
ruang udara antar sel meningkat tajam, dari jumlah hampir tak terlacak sampai
sekitar 0,1-1 mikron liter per liter. Konsentrasi umumnya memacu pemasakan
buah berdaging dan tak berdaging. Etilen adalah senyawa yang larut di dalam
lemak sedangkan memban dari sel terdiri dari senyawa lemak. Oleh karena itu
etilen dapat larut dan menembus ke dalam membran mitokondria. Apabila
mitokondria pada fase pra klimakterik diekraksi kemdian ditambah etilen, ternyata
terjadi pengembangan volume yang akan meningkatkan permeablitas sel

Universitas Sumatera Utara

sehingga

bahan-bahan

dari

luar

mitokondria

akan

dapat

masuk

(Salisbury dan Ross, 1995).
Buah yang dipanen saat semburat 30-40% kuning diikuti pemeraman
selama 4 hari nyata memiliki potensi tumbuh maksimum, daya berkecambah,
kecepatan tumbuh benih dan first count germination yang meningkat dan sama
dengan kontrol (Murniati dkk., 2008).
Vigor dapat diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal
pada keadaan lingkungan yang subnormal. Vigor benih harus relevan dengan
tingkat produksi, artinya dari benih yang bervigor tinggi dicapai tingkat produksi
yang sangat tinggi. Keadaan lingkungan di lapangan sangat penting dalam
menentukan kekuatan tumbuh benih. Rendahnya vigor dapat diakibatkan oleh
aktivitas cendawan atau bakteri. Kadar air yang terlalu tinggi pada benih dapat
menyebabkan benih kehabisan cadangan makanan dikarenakan aktifitas
pernafasan serta dapat meningkatkan pertumbuhan cendawan dan patogen
(Sutopo, 1984).
Pengeringan Benih
Salomao dan Mundim (2000) menggolongkan benih pepaya sebagai benih
ortodok, namun kenyataannya daya simpan relatif singkat dibandingkan benih
ortodok pada umumnya. Benih pepaya tergolong ke dalam benih intermediate,
yaitu tidak tahan bila kadar air < 8%. Menurunnya perkecambahan benih pepaya
yang dikeringkan hingga kadar air 5% sebenarnya bukan disebabkan oleh
hilangnya viabilitas, melainkan karena terjadinya induksi dormansi.
Dalam hal pengeringan, terdapat dua hal yang harus diperhatikan yaitu
proses penurunan kadar air benih yang sudah masak dan peningkatan pemasakan

Universitas Sumatera Utara

buah untuk buah tua yang belum masak. Oleh karena itu untuk benih yang
diunduh tetapi belum masak, harus dilakukan pemeraman terlebih dahulu.
Kadar air yang terlalu tinggi pada benih dapat menyebabkan pemanasan karena
respirasi dan berbagai cendawan dapat tumbuh. Oleh karena itu, sangat penting
untuk menjamin agar benih yang dipanen memiliki kadar air yang aman sebelum
disimpan (Lensari, 2009).
Meski sangat penting artinya untuk menurunkan kadar air benih hingga ke
tingkat yang aman untuk disimpan, namun bila kadar air terlalu rendah juga dapat
membahayakan benihnya. Benih yang sangat kering sangat peka terhadap
kerusakan mekanis serta pelukaan sampingan lainnya. Kerusakan seperti itu dapat
mengakibatkan bagian penting benih mengalami pecah-pecah atau retak pada
bagian penting biji sehingga peka terhadap serangan cendawan yang terjadi
(Justice dan Bass, 1994).
Untuk berkecambah, benih pepaya memerlukan cahaya, kebutuhan cahaya
ini dapat diberikan sebelum benih ditanam, melalui penjemuran. Pengeringan
benih dengan oven tidak akan mendorong perkecambahan benih dalam kondisi
gelap. Penyerapan air pada kondisi gelap sama dengan pada kondisi terang. Ini
menunjukkan bahwa tidak berkecambahnya benih pada kondisi gelap bukan
disebabkan impermeabilitas kulit benih (Suwarno, 2004).
Umumnya, embrio yang dalam masa pemasakan tertutup oleh jaringan
induk yang mengandung sejumlah klorofil, membutuhkan cahaya untuk
berkecambah. Sementara embrio yang tertutup jaringan induk yang sedikit
berklorofil tidak membutuhkan cahaya. Sebabnya ialah bahwa klorofil menyerap
panjang gelombang merah-jauh dan menghalangi pembentukan cahaya merah

Universitas Sumatera Utara

menjadi bentuk lain dalam embrio yang sedang masak, sehingga kemudian biji
matang membutuhkan panjang gelombang merah untuk memacu perkecambahan
(Salisbury dan Ross, 1995).
benih dengan kadar air awal yang tinggi dan diperlukan dalam kondisi
kadar air yang rendah sesudah pengeringan memerlukan waktu yang lebih lama
untuk pengeringan. Pengeringan yang terlalu cepat dapat mengakibatkan
impermeabilitas kulit biji melalui perubahan testa. Bagian luar biji menjadi keras
tetapi bagian dalamnya masih basah. Hal ini mengakibatkan terjadinya dormansi
benih (Sutopo, 1986)
Keadaan Kulit Benih
Benih pepaya diselimuti oleh sarcotesta, lapisan berair yang menyelimuti
benih dan mampu menghambat perkecambahan. Menurut Sari dkk. (2005)
sarcotesta yang tetap dipertahankan selama proses pengeringan benih tidak
menyebabkan hilangnya viabilitas tetapi menimbulkan induksi dormansi dan
belum diperoleh perlakuan pematahan dormansi yang efektif untuk mengatasi hal
tersebut. Chow dan Lin (1991) menyatakan bahwa kandungan senyawa fenolik
yang tinggi, khususnya p-Hydroxybenzoic acid pada sarcotesta merupakan zat
penghambat perkecambahan sehingga penghilangan sarcotesta selama ini selalu
disarankan untuk mendorong terjadinya perkecambahan.
Biji pepaya memiliki masa dormansi hingga 12-15 hari. Hal ini disebabkan
karena adanya aril dan senyawa fenolik dalam aril benih. Konsumsi oksigen yang
tinggi oleh senyawa fenolik pada kulit benih selama proses perkecambahan dapat
membatasi suplai oksigen ke dalam embrio, dan dapat membentuk lapisan yang
mengganggu permeabilitas benih, serta menghambat efektifitas masuknya zat-zat

Universitas Sumatera Utara

stimulasi perkecambahan sehingga benih menjadi dorman (Maryati dkk., 2005).
Meskipun demikian, menurut Andarwulan dkk. (1999) fenolik juga mempunyai
sifat sebagai antioksidan yang dapat menghambat terjadinya deteriorasi. Adanya
sifat antioksidan ini memungkinkannya untuk dimanfaatkan dalam upaya
meningkatkan daya simpan benih.
Pada umumnya lendir yang menyelimuti benih mengandung senyawa
kimia yang dapat menghambat perkecambahan benih. Lendir benih dapat
dibersihkan dengan cara, yaitu merendam benih dengan air selama beberapa
waktu (fermentasi), menggosok benih dengan abu gosok atau serbuk gergaji,
menggosok benih dengan ayakan secara perlahan dengan dialirkan air, dan
merendam benih dengan menggunakan larutan asam atau larutan kimia
(Oktaviani, 2012).

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai
dari bulan Juni hingga September 2013.
Bahan dan Alat Percobaan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah buah pepaya dengan
varietas Red Lady, abu gosok untuk membersihkan biji dari selaput luar, pasir
sebagai media tumbuh, koran untuk membungkus buah pepaya saat pemeraman,
keranjang tempat pemeraman buah, dan label sebagai penanda.
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah bak kecambah,
pisau, penggaris, penanda sampel, handsprayer, buku data dan alat tulis,
timbangan analitik dan kamera.
Metode Percobaan
Pada percobaan ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok
(RAK) dengan 3 faktor yaitu:
Faktor I

: Pemeraman dengan 3 taraf yaitu:

P0

: Tanpa pemraman (kontrol) kematangan 25-49%

P1

: Pemeraman selama 2 hari

P2

: Pemeraman selama 4 hari

Faktor II : Pengeringan dengan 3 taraf yaitu:
KO

: Tanpa pengeringan

K1

: Kering angin selama 1 hari

K2

: Kering angin selama 2 hari

Universitas Sumatera Utara

Faktor III : Keadaan kulit biji dengan 2 taraf yaitu:
S0

: Kontrol (ada sarcotesta)

S1

: Tanpa sarcotesta

Adapun kombinasi yang diperoleh adalah:
P0K0S0

P0K1S0

P0K2S0

P0K0S1

P0K1S1

P0K2S1

P1K0S0

P1K1S0

P1K2S0

P1K0S1

P1K1S1

P1K2S1

P2K0S0

P2K1S0

P2K2S0

P2K0S1

P2K1S1

P2K2S1

Jumlah kombinasi perlakuan

: 18 kombinasi

Ulangan

: 3 ulangan

Jumlah unit percobaan

: 54 unit percobaan

Jumlah biji tiap unit percobaan

: 50 biji

Jumlah biji seluruhnya

: 2700 biji

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan
model linear aditif sebagai berikut :
Yijkl = µ + ρi + αj + βk +γl +(αβγ)jkl + εijkl
i = 1,2,3

j = 1,2,3

k =0,1,2

l = 1,2

Dimana:
Yijk

: Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan pemeraman (P)
taraf ke-j, pengaruh pengeringan (K) pada taraf ke-k, dan pengaruh
faktor keadaan kulit biji (S) pada taraf ke-l

µ

: Nilai tengah

Universitas Sumatera Utara

ρi

: Efek dari blok ke-i

αj

: Efek perlakuan pemeraman pada taraf ke-j

βk

: Efek perlakuan pengeringan pada taraf ke-k

γl

: Efek perlakuan keadaan kulit biji pada taraf ke-l

(αβγ)jkl

: Interaksi antara pemeraman taraf ke-j dan pengeringan taraf ke-k dan
keadaan kulit biji taraf ke l

εijkl

: Galat dari blok ke-i, pemeraman taraf ke-j dan pengeringan taraf ke-k
dan keadaan kulit biji taraf ke l
Terhadap sidik ragam yang nyata, maka dilanjutkan analisis lanjutan

dengan menggunakan Uji Beda Rata – Rata Duncant dengan taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PERCOBAAN
Pemilihan buah
Buah pepaya yang diambil adalah buah pepaya dengan jenis pepaya
Taiwan varietas Red Lady. Buah yang diambil adalah buah yang mencapai
kematangan 25-49%. Untuk mencapai kematangan tersebut maka umur buah dari
mulai buah antesis hingga matang 25-49 % yaitu berumur 130-140 hari dengan
ciri-ciri telah mengeluarkan semburat kuning pada bagian pangkal buah.
Pemeraman buah dan ekstraksi
Buah yang telah diambil kemudian diperam dengan cara membungkus
buah dengan menggunakan kertas koran kemudian disimpan di tempat tertutup
atau pada keranjang. Buah diperam sesuai dengan hari perlakuan. Setelah sesuai
dengan hari pemeraman, buah kemudian dibelah untuk diambil bijinya.
Perlakuan kulit biji
Perlakuan terhadap kulit biji dilakukan dengan 2 taraf. Setelah dibelah, biji
dibersihkan dari kotoran daging buah dan dicuci. Biji yang tenggelam saja yang
digunakan dalam percobaan ini. Pada perlakuan kontrol (ada sarcotesta) maka
tidak dilakukan perlakuan apapun dan langsung ke perlakuan selanjutnya. Pada
perlakuan tanpa sarcotesta, lendir pada biji harus dilepaskan terlebih dahulu
dengan abu gosok.
Pengeringan
Perlakuan pengeringan dilakukan setelah perlakuan kulit biji. Biji
kemudian dikeringkan dengan meletakkan biji pada wadah terbuka (talam) dan
dikeringkan dengan tidak terkena sinar matahari langsung selama 1 dan 2 hari.

Universitas Sumatera Utara

Perendaman
Perendaman dilakukan setelah perlakuan pengeringan. Perendaman
dilakukan dengan menggunakan air selama 24 jam.
Penyiapan media
Media tanam yang digunakan adalah pasir steril yang telah digongseng.
Setelah itu, media dimasukkan ke dalam bak kecambah yang telah disediakan
sesuai dengan perlakuan masing-masing.
Penanaman Biji
Penanaman biji dilakukan setelah semua perlakuan selesai dilakukan.
Sebelum melakukan

penanaman, pasir dibasahi terlebih dahulu dengan air

kemudian biji ditanam pada seed bag berukuran 22x38 cm dengan jarak tanam
2,5x2,5 cm .
Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakuakan dengan melakukan penyiraman kepada tanaman
hingga keadaan lembab. Waktu penyiraman dikondisikan dengan keadaan pasir.
Apabila masih dalam keadaan lembab maka tidak perlu dilakukan penyiraman.
Variabel Pengamatan
Kecepatan Tumbuh Benih (%/etmal)
Dihitung

berdasarkan

jumlah

pertambahan

persentase

kecambah

normal/etmal (1 etmal = 24 jam). Kecepatan Tumbuh benih dihitung setiap hari
hingga pengamatan terakhir yaitu hari ke-74.


KCT = � d
0

Universitas Sumatera Utara

Keterangan:
KCT : kecepatan tumbuh benih
T
: kurun waktu perkecambahan
d
: tambahan persentase perkecambahan normal setia hari/etmal.
(Sadjad, 1993)
Persentase Perkecambahan Total (%)
Persentase perkecambahan total dihitung berdasarkan jumlah benih yang
tumbuh secara keseluruhan dari seluruh benih yang ditanam. persentase
perkecambahan total dihitung pada pengamatan terakhir yaitu hari ke-74. Rumus
untuk menghitung persentase perkecambahan total adalah sebagai berikut:
Persentase perkc. total =
(Sutopo, 1984)

∑ benih yang tumbuh keseluruhan
× 100%
∑ benih yang ditanam

Persentase Perkecambahan Normal (%)
Persentase perkecambahan normal dihitung berdasarkan jumlah benih
yang tumbuh normal secara fisiologis dari seluruh benih yang ditanam.
Pengamatan persentase perkecambahan normal dihitung pada hari terakhir
pengamatan

yaitu

hari

ke-74.

Rumus

untuk

menghitung

persentase

perkecambahan normal adalah sebagai berikut:
Persentase perkc. normal =
(Sutopo, 1984)

∑ benih yang tumbuh normal
× 100%
∑ benih yang ditanam

Kadar Air Basah dan Kadar Air Kering (%)
Kadar air benih dihitung berdasarkan bobot benih sebelum dilakukan
perlakuan dan setelah dilakukan perlakuan. Rumus untuk menghitung kadar air
adalaha sebagai berikut:
Kadar air basah =

bobot setelah dikeringkan − bobot sebelum dikeringkan
× 100%
bobot sebelum dikeringkan

Universitas Sumatera Utara

Kadar air kering =

bobot setelah dikeringkan