Pengujian Galur Padi (Oryza sativa L.) Tipe Baru di Kabupaten Karawang

PENGUJIAN GALUR PADI (Oryza sativa L.) TIPE BARU
(PTB) DI KABUPATEN KARAWANG

SELY SEPTIANI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengujian Galur Padi
(Oryza sativa L.) Tipe Baru (PTB) di Kabupaten Karawang benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014
Sely Septiani
NIM A24100069

ABSTRAK
SELY SEPTIANI. Pengujian Galur Padi (Oryza sativa L.) Tipe Baru (PTB)
di Kabupaten Karawang. Dibimbing oleh HAJRIAL ASWIDINNOOR.
Penurunan hasil produksi padi terutama disebabkan karena perpindahan
fungsi lahan pertanian menjadi lahan nonpertanian. Salah satu upaya pemulia dalam
hal meningkatkan produktivitas padi yaitu dengan cara perakitan varietas. Varietas
yang dihasilkan dari seorang pemulia harus melalui beberapa tahap seleksi, salah
satunya dengan uji daya hasil. Percobaan uji daya hasil dilaksanakan di desa
Karangpawitan, Kabupaten Karawang, Jawa barat pada bulan November 2013
sampai Maret 2014. Tujuan penelitian untuk mengevaluasi galur-galur padi tipe
baru dan 2 varietas pembanding. Rancangan yang digunakan adalah rancangan
kelompok lengkap teracak dengan 3 ulangan. Peubah yang diamati adalah panjang
batang, jumlah anakan produktif, umur berbunga, umur panen, gabah isi, gabah
hampa, panjang malai, bobot 1000 butir dan produktivitas. Hasil penelitian
menunjukan genotip berpengaruh nyata terhadap seluruh peubah yang diamati
kecuali jumlah anakan produktif. Galur IPB159-F-14-3-1 (7.18 ton ha-1), IPB159F-15-1-1 (7.31 ton ha-1), IPB160-F-3-1-1 (7.33 ton ha-1), IPB160-F-4-2-1 (6.63 ton

ha-1), IPB160-F-7-3-1 (7.24 ton ha-1), IPB160-F-36-1-1(7.98 ton ha-1) memiliki
produktivitas yang setara dengan varietas pembanding Mekongga (7.08 ton ha-1)
dan Ciherang (7.31 ton ha-1).
Kata kunci: daya hasil, multilokasi, padi, produksi tinggi, tipe baru

ABSTRACT
SELY SEPTIANI. Yield Trial of New Plant Type of Rice Lines at Karawang
Regency. Supervised by HAJRIAL ASWIDINNOOR.
Rice production decline was mainly due to displacement of agricultural land
into non-agricultural land. One of the breeders efforts to increasing productivity of
rice is assembling varieties. Variety resulting from a breeder must go through
several stages of selection with yield trials. The experiment was conducted at
Karawang Regency, West Java in November 2013 until Maret 2014. The objective
the research was to test and evaluate the yield of new type of rice line and 2 cultivars
as check. This study at randomized complete block design with 3 replication. The
variable observeved were plant length, number of productive tiller, time of heading,
time of ripening, number of filled grain, number of empty grain, length of panicle,
seed index, and productivity. The result showed that genotype gave significant
effect on the observed variable except number of productive tiller. The lines were
IPB159-F-14-3-1 (7.18 ton ha-1), IPB159-F-15-1-1 (7.31 ton ha-1), IPB160-F-3-1-1

(7.33 ton ha-1), IPB160-F-4-2-1 (6.63 ton ha-1), IPB160-F-7-3-1 (7.24 ton ha-1), and
IPB160-F-36-1-1(7.98 ton ha-1) gave equals productivity to cultivas as control
variety Mekongga (7.08 ton ha-1) and Ciherang (7.31 ton ha-1).
Key words: high production, multilocation, new type, rice, yield trial

PENGUJIAN GALUR PADI (Oryza sativa L.) TIPE BARU (PTB)
DI KABUPATEN KARAWANG

SELY SEPTIANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

Judul Skripsi : Pengujian Galur Padi (Oryza sativa L.) Tipe Baru di Kabupaten
Karawang
Nama
: Sely Septiani
NIM
: A24100069

Disetujui oleh

Dr Ir Hajrial Aswidinnoor, MSc
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Segenap puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis berjudul Pengujian Padi (Oryza Sativa L.)
Tipe Baru (PTB) di Kabupaten Karawang. Penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dr Ir Hajrial Aswidinnor, Msc sebagai dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan, motivasi serta pelajaran berharga kepada
penulis selama penelitian.
2. Dr Rahmi Yuniati, SP Msi dan Dr Ir Eny Widajati, MS sebagai dosen
pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan kepada penulis.
3. Dr Ir Heni Purnamawati, Msc sebagai dosen pembimbing akademik dan penguji
skripsi yang telah memberikan saran dalam penulisan skripsi.
4. Dr Ir Desta Wirnas, SP Msi sebagai dosen penguji skripsi yang telah
memberikan saran dalam penulisan skripsi.
5. Bapak dan ibu tercinta, Dudung Supardi dan Acih Haryati, serta kaka-kaka,
Karyadi, Kusnadi, dan Karsa yang selalu memberikan semangat dan doa-doa
terbaik.
6. Staf Laboratorium Benih Lewikopo pak Rahmat yang telah banyak membantu

selama penelitian.
7. Pak Satim dan Bu Iin yang senantiasa membantu penulis selama penelitian.
8. Fikry, Iskandar, Fanny, Usman, Tya, Nurhajijah, Ekshantika yang senantiasa
menyemangati dan membantu selama penelitian.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan bagi
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang pertanian.

Bogor, September 2014
Sely Septiani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Hipotesis

2

TINJAUAN PUSTAKA


2

Padi

2

Pemuliaan Padi

2

Padi Tipe Baru

3

Uji Daya Hasil

3

METODE


4

Lokasi dan Waktu Penelitian

4

Bahan Penelitian

4

Alat Penelitian

4

Prosedur Percobaan

4

Analisis Data


5

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Kondisi Umum

6

Keragaman Karakter Agronomi

6

Produktivitas Gabah Kering Giling (GKG)

7

Keragaan Karakter Agronomi dan Komponen Hasil


8

Korelasi
SIMPULAN DAN SARAN

13
14

Simpulan

14

Saran

14

DAFTAR PUSTAKA

15

LAMPIRAN

17

RIWAYAT HIDUP

23

DAFTAR TABEL
1 Hasil analisis uji F dan koefisien keragaman produksi karakter agronomi
dan varietas pembanding yang diuji
2 Produktivitas GKG (k.a 14%) galur galur dan varietas pembanding
3 Nilai rata-rata karakter vegetatif galur-galur yang di uji dan varietas
pembanding
4 Nilai rata-rata jumlah gabah isi, jumlah gabah hampa, dan presentasi
gabah hampa galur-galur yang di uji dan varietas pembanding
5 Nilai rata-rata panjang malai dan bobot 1000 butir galur-galur yang di uji
dan varietas pembanding
6 Nilai rata-rata masa generatif galur-galur yang di uji dan varietas
pembanding
7 Analisis korelasi antara komponen hasil dan hasil

7
8
9
11
12
12
14

DAFTAR GAMBAR
1 Keragaan malai galur-galur padi tipe baru dan varietas pembanding

10

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Keragaan 10 galur padi tipe baru dan varietas pembanding di lapangan
Data curah hujan bulanan di Kabupaten Karawang
Deskripsi varietas Mekongga
deskripsi varietas Ciherang

18
20
21
22

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Produksi padi di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 66.4 juta ton,
sedangkan tahun 2012 mengalami peningkatan mencapai 69 juta ton dibandingkan
tahun 2011 yang hanya mencapai 65.7 juta ton (BPS 2012). Kenaikan produksi
padi tahun 2012 berasal dari kenaikan yang relatif besar terjadi di 26 provinsi,
sedangkan 7 provinsi mengalami penurunan (BB Padi 2012). Salah satu penyebab
hal tersebut diduga karena tercapainya potensi optimum dari varietas unggul baru
(VUB) dan belum ditemukannya varietas yang menghasilkan produksi yang lebih
tinggi serta daya adaptasi yang luas. Peningkatan produktivitas untuk peningkatan
produksi padi merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mencegah
kekurangan pangan di masa sekarang dan masa yang akan datang. Produktivitas
padi dapat ditingkatkan melalui perakitan varietas padi yang potensi hasilnya lebih
tinggi dari varietas yang telah ada. Terobosan yang dapat dilakukan adalah dengan
penanaman varietas padi padi tipe baru (PTB).
Varietas padi unggul tipe baru merupakan salah satu inovasi yang
dikembangkan di IRRI (International Rice Research Institut) pada tahun 1988
(Makarim et al. 2001). Potensi yang baik dan hasil yang memuaskan membuat
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) ikut melakukan perakitan PTB
pada tahun 2000-2006 dan telah dihasilkan 59 varietas (Sumarno et al. 2008).
Institut Pertanian Bogor sebagai institusi pendidikan dalam bidang pertanian ikut
serta dalam merakit beberapa varietas padi tipe baru di Indonesia. Penelitian yang
dilakukan sejak tahun 1996 sampai dengan 2002 di Departemen Agronomi dan
Hortikultura telah menghasilkan 60 galur-galur harapan padi sawah tipe baru
(PTB). Aswidinnoor (2004) menyatakan bahwa galur PTB memiliki produktivitas
yang lebih tinggi dibandingkan IR64 dan Way Apo Buru.
Galur-galur padi tipe baru yang dihasilkan seorang pemulia harus diuji daya
hasilnya. Galur-galur yang berdaya hasil terbaik pada uji daya hasil lanjutan perlu
diuji pada musim dan lokasi yang berbeda (Sudarna 2010). Pengujian galur di
beberapa lokasi adalah tahapan umum yang sering dilaksanakan dalam proses
pelepasan varietas. Pengujian tersebut dilakukan untuk mengidentifikasi galurgalur yang memiliki potensi daya hasil serta adaptasi yang tinggi yang kemudian
diajukan sebagai calon varietas.

Tujuan Penelitian
1. Menguji daya hasil 10 galur padi tipe baru dibandingkan dengan dua
varietas pembanding
2. Mengevaluasi galur-galur yang berpotensi dilepas sebagai varietas

2
Hipotesis
1. Terdapat minimal satu galur yang memiliki daya hasil lebih tinggi
dibandingkan varietas pembanding
2. Terdapat minimal satu galur yang memiliki potensi untuk dilepas menjadi
suatu varietas

TINJAUAN PUSTAKA
Padi
Tanaman padi memiliki tiga fase yaitu fase vegetatif, fase reproduktif dan
fase pematangan. Fase vegetatif berlangsung dari perkecambahan biji sampai
inisiasi anakan, fase reproduktif dimulai dari inisiasi anakan sampai anthesis, serta
fase pematangan mulai dari anthesis sampai tanaman dewasa seluruhnya (Vergara
1991).
Morfologi tanaman padi misalnya akar, batang, bunga, dan malai dapat
mempengaruhi produktivitasnya. Padi memiliki akar serabut, batang yang beruasruas serta akan berongga ketika masuk dalam fase reproduktif, daun padi menempel
pada batang dan daun teratas biasanya disebut daun bendera, sedangkan bunga padi
disebut malai. Morfologi tanaman padi yang berproduksi tinggi diantaranya
memiliki batang tanaman tidak terlalu tinggi atau kurang lebih 115-125 cm, kokoh
dan kuat yang dibalut oleh daun pelepahnya, serta memiliki ruas-ruas batang yang
relatif pendek. Warna daun kelopak hijau dan ukuran yang tidak terlalu lebar atau
sempit. Daun kelopak yang bagus dengan arah menjulang keatas. Tanaman padi
satu sama lain memiliki perbedaan atau ciri yang khas masing- masing jenisnya
baik dari segi morfologi maupun fisiologi. Penyebab perbedaan tersebut yaitu dari
faktor genetik yang diwariskan dari masing-masing tetua (Siregar 1978).

Pemuliaan Padi
Pemuliaan tanaman padi adalah seleksi tanaman padi yang berarti memilih
satu atau lebih varietas padi yang terunggul dari ribuan varietas tanaman yang ada
dengan menggunakan beberapa teori yang telah ada sebelumnya sebagai referensi.
Usaha pemulia yaitu menciptakan varietas dengan menggabungkan sifat-sifat yang
menguntungkan, sehingga menghasilkan varietas dengan daya hasil yang tinggi
(Siregar 1978). Kegiatan seorang pemulia meliputi persilangan untuk membentuk
populasi dasar, seleksi untuk memilih tanaman yang dikehendaki, serta uji daya
hasil dan adaptasi galur-galur harapan yang dihasilkan sebelum dilepas sebagai
varietas baru. Pengembangan karakter yang diinginkan dimulai dengan membentuk
populasi dasar padi tipe baru yang memiliki tetua subspesies Indica dan Japonica
tropik (Abdullah et al. 2008).
Keberhasilan program pemuliaan sebagian besar tergantung pada
keberadaan sifat yang diperlukan dalam bahan awal, metode persilangan yang dapat

3
menghasilkan genotip baru yang lebih baik, metode seleksi populasi, dan metode
untuk pengujian galur yang dipilih ( Ilieva et al 2008). Seleksi yang dilakukan pada
saat pemuliaan padi tipe baru dengan metode dapat secara metode pedigree yang
dilakukan pada generasi F1-F5 dengan tingkat segregasi yang tinggi. Seleksi
dilakukan terhadap tanaman yang memiliki keragaan fenotip yang baik (Abdullah
2008).
Padi Tipe Baru
Padi tipe baru merupakan persilangan dengan dua subspesies yaitu Indica
dan Japonica (Las et al. 2003). Perbedaan dari kedua jenis tersebut yaitu padi indica
biasa tumbuh di negara yang memiliki iklim tropis dan Japonica terdapat di daerah
sub tropis.Varietas dari padi Japonika yang beradaptasi di iklim tropis dataran
tinggi tergolong sub japonica atau Indo-japonika yang biasa disebut padi bulu atau
padi gundil. Padi dari jenis indica memiliki bulir yang panjang dan ramping,
sedangkan sebagian besar jenis japonica memilki bulir yang tebal namun pendek
(Siregar 1978; Makarim 2001). Padi tipe baru memiliki beberapa sifat penting
diantaranya jumlah anakan 12-18 batang dan semuanya produktif, malai yang lebih
panjang dan lebat, batang besar dan kokoh, daun hijau tua, serta perakaran yang
panjang dan lebat. Potensi hasil PTB 10-25 % lebih tinggi dibandingkan dengan
varietas unggul lain, salah satunya IR64 (Abdullah et al. 2008; Las et al 2003).
Beberapa galur PTB seperti IR66160 dan IR65600 memiliki karakter
fisiologi yang cukup baik, namun galur tersebut masih mempunyai kelemahan
berupa kehampaan yang tinggi dan peka terhadap hama dan penyakit. Perbaikan
sifat-sifat tersebut sangat diperlukan dalam upaya mendapatkan varietas padi
unggul dengan potensi hasil yang lebih tinggi. Galur padi yang telah mempunyai
sifat padi tipe baru akan mempunyai potensi hasil yang lebih tinggi dibandingkan
varietas padi unggul lainnya (Abdullah et al. 2002).
Kriteria lokasi untuk perluasan varietas unggul padi tipe baru memiliki
kesesuaian lahan S1 (sesuai) atau S2 (Kesesuaian sedang), wilayah pertanaman
beririgasi teknis dengan sistem irigasi yang baik, tanah sawah tidak bermasalah
sebagai indikator utama adalah pH 6-7, kandungan hara bahan organik 2.0 % tetapi
bukan jenis tanah histosol, darinase tanah alami agak baik, intensitas cahaya
matahari sangat tinggi 30-40 hari sebelum panen, dengan suhu udara 23-30 0C,
wilayah pertanaman bukan endemikhama tikus, penggerek batang dan wereng
coklat, dan bukan endemik penykit tungro dan hawar daun (Makarim et al. 2004).
Uji Daya Hasil
Terdapat tiga jenis pengujian daya hasil tanaman yaitu uji daya hasil
pendahuluan, uji daya hasil lanjut, dan uji multilokasi. Penyediaan varietas-varietas
unggul baru selalu didahului dengan pengujian galur-galur harapan yang memiliki
potensi hasil tinggi dan mantap dengan adaptasi luas maupun spesifik. Uji daya
hasil lanjutan menunjukkan adanya keunggulan dari masing-masing galur dan uji
multilokasi dilakukan untuk mengetahui daya adaptasi dari suatu galur sehingga
galur tersebut layak untuk diusulkan menjadi varietas baru (Riyanto 2010).

4

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Karangpawitan, Kecamatan Karawang Barat,
Kabupaten Karawang dengan ketinggian 8-10 mdpl. Penelitian dilaksanakan pada
bulan November 2013 sampai Maret 2014.
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 10 galur harapan padi tipe
baru (PTB) yaitu IPB158-F-1-2-1, IPB158-F-7-1-1, IPB159-F-14-3-1, IPB159-F15-1-1, IPB160-F-3-1-1, IPB160-F-4-2-1, IPB160-F-7-3-1, IPB160-F-36-1-1,
IPB161-F-1-2-1, IPB161-F-6-1-1 dan dua varietas pembanding yaitu Ciherang dan
Mekongga.
Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian yaitu alat-alat umum budidaya
padi sawah untuk pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, pengamatan dan
pemanenan.
Prosedur Percobaan
Penelitian menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT)
dengan genotipe sebagai perlakuan tunggal. Perlakuan terdiri atas 12 genotipe yang
terdiri dari 10 genotipe galur PTB dan 2 varietas pembanding, masing-masing
genotipe diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 36 satuan percobaan di
lokasi. Dalam satuan percobaan diambil 5 tanaman contoh.
Pelaksanaan
Benih tiap genotipe yang mulai berkecambah ditebar pada petak petak
persemaian. Pemupukan persemaian dilakukan setelah 5-7 HSS (hari setelah semai)
dengan dosis pupuk urea sebesar 10 g m-2. Pemeliharaan irigasi dan penyiangan
gulma persemaian dilakukan setiap hari sampai bibit dicabut. Pemeliharaan hama
yang dilakukan salah satunya dengan menggunakan plastik disekeliling lahan
persemaian agar bibit terhindar dari hama tikus.
Bibit dicabut setelah berumur 17-18 HSS, kemudian bibit tiap genotipe
ditanam dalam petakan berukuran 5 m x 4 m. Jumlah bibit per lubang tanam yaitu
dua bibit dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm.
Pemeliharaan
Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam
(MST). Pemupukan tanaman dilakukan sebanyak tiga kali. Pemupukan pertama
dilakukan saat tanaman berumur 1 MST dengan dosis pupuk 40 kg urea ha-1 dan
200 kg phonska ha-1, pemupukan kedua saat tanaman berumur 3 MST dengan dosis
pupuk 100 kg urea ha-1 dan 100 kg phonska ha-1, pemupukan ketiga saat tanaman

5
berumur 6 MST dengan dosis pupuk 60 kg urea ha-1. Pemeliharaan tanaman
dilakukan secara optimal. Pemeliharaan meliputi penyiangan gulma, pengaturan
air, dan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pengendalian gulma dilakukan
manual dengan menggunakan alat pertanian sederhana. Hama keong dan hawar
daun dikendalikan secara kimia dengan menggunakan pestisida degan bahan aktif
fetin asetat dan streptomysin sulfat.
Pemanenan
Kegiatan panen dilakukan dengan cara dipotong bawah menggunakan sabit
saat 85 % malai telah menguning. Pemanenan dilakukan secara bertahap tergantung
dari kemasakan dari galur-galur yang diuji. Padi yang telah dipanen kemudian
dirontokan dengan cara digebot.
Pengamatan
Komponen-komponen pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan
peubah kuantitatif dari karakter vegetatif dan generatif yang diamati pada 5
tanaman contoh diantaranya:
1. Karakter agronomi
a. Panjang batang yang diukur dari permuakaan tanah sampai buku malai
b. Jumlah anakan produktif dihitung anakan yang keluar malai
c. Umur berbunga yaitu 85 % bunga keluar dari tanaman yang dihitung dari
hari setelah sebar
d. Umur panen yaitu 85 % gabah masak permalai yang dihitung dari hari
setelah sebar
2. Karakter komponen hasil
a. Jumlah gabah isi per malai
b. Jumlah gabah hampa per malai
c. Panjang malai
d. Bobot 1 000 butir
3. Karakter hasil
a. Bobot gabah per petak
b. Kadar air yang diukur pada gabah yang ditimbang bobotnya

Analisis Data
Uji F dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh nyata antara genotipe
yang diteliti. Apabila perlakuan berpengaruh nyata terhadap genotipe maka akan
dilakukan uji lanjut dengan metode uji t-Dunnett pada taraf 5 %.

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Lokasi merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan padi. Penelitian berlansung di Karawang dengan jenis tanah aluvial,
pH tanah 5-7, tekstur tanah lempung, rata-rata curah hujan sebesar 546 mm setiap
bulan (Lampiran 2). Menurut Toha et al. (2008) dan Feng et al. (2013), musim
tanam akan sangat berpengaruh terhadap hasil panen. Penanaman padi pada musim
hujan akan memiliki hasil yang lebih rendah dibandingkan musim kemarau, selain
itu karena tingkat kelembapan yang cukup tinggi akan menyebabkan
berkembangnya hama dan penyakit. Menurut Feing (2013) fisiologi dan ekologi
sangat berpengaruh tertama pada besar dan bobot malai, tinggi tanaman, serta
produktivitas. Persilangan antara indika dan japonica memiliki kemampuan
adaptasi yang baik dengan lingkungan.
Pertumbuhan tanaman padi pada masa awal fase vegetatif di Karawang
cukup baik, hal tersebut terlihat dari hasil jumlah anakan yang banyak dan berwarna
hijau serta hijau tua. Galur-galur yang diuji mengalami rebah ringan akibat adanya
angin kencang dan hujan deras yang melanda lahan penanaman pada saat umur
tanaman 9 MST, namun kemudian jumlah petakan tanaman yang rebah semakin
bertambah hingga tanaman umur 11 MST (Lampiran 1).
Memasuki fase generatif sampai pengisian bulir tanaman mulai mengalami
serangan hama dan penyakit. Hama dan penyakit yang menyerang walang sangit
(Leptocorisa oratorius), dan hawar daun bakteri (Xanthomonas oryzae pv oryzae).
Serangan hawar daun bakteri cukup berat terutama pada galur IPB161-F-1-2-1 dan
IPB161-F-6-1-1, sehingga menyebabkan jumlah gabah hampa sangat tinggi.
Serangan hawar daun yang terjadi menyebar dengan sangat cepat akibatnya seluruh
bagian daun tanaman dalam satu petakan terserang penyakit. Menurut Priyadi
(2013) tanaman hawar daun bakteri menyerang tanaman padi pada musim hujan.
Kondisi pertanaman dengan kelembaban yang tinggi dan pemupukan yang tidak
berimbang dengan dosis pupuk nitrogen yang tinggi. Menurut Yudiarti (2010)
Penyakit hawar daun bakteri menyerang pertanaman padi pada musim tanam
Oktober-Maret.
Pada saat perontokan gabah terdapat beberapa galur yang sulit dirontokan
gabahnya. Galur IPB160-F-4-2-1 dan IPB160-F-36-1-1 tergolong sulit dirontokan
sedangkan galur lainya memiliki tingkat kerontokan yang sedang, dan varitas
pembanding memiliki tingkat kerontokan yang mudah. Galur-galur yang memiliki
tingkat kerontokan yang sulit kurang disukai oleh petani, sedangkan galur yang
memiliki tingkat kerontokan yang mudah akan berpengaruh terhadap hilangnya
hasil.
Keragaman Karakter Agronomi
Analisis ragam menggunakan uji F tampak perlakuan genotip memberikan
perbedaan dari karakter-karakter yang diamati kecuali jumlah anakan (Tabel 1).
Karakter-karakter yang diamati memiliki koefisien keragaman (KK) berkisar antara
0.47 sampai 20.72. Nilai KK menunjukan tingkat ketepatan perlakuan percobaan

7
dan menunjukan pengaruh lingkungan dalam suatu percobaan serta faktor lain yang
tidak dapat ditemukan dalam percobaan (Gomez dan Gomez 1995)
Table 1 Hasil analisis uji F dan koefisisen keragaman produksi karakter agronomi
galur-galur dan varietas pembanding yang diuji
No
Karakter
Uji Fa
Koefisien Keragaman
1
Produktivitas
**
6.10
2
Panjang batang
*
4.29
3
Jumlah anakan produktif
tn
16.88
4
Gabah isi per malai
*
13.97
5
Gabah hampa per malai
**
20.72
6
Panjang malai
**
4.00
7
Umur berbunga
*
1.48
8
Umur panen
*
0.47
9
Masa pengisian
*
4,49
10
Bobot 1000 butir
**
5.48
a

Baris yang mengandung simbol *,**, tn: berbeda nyata, sangat berbeda nyata, tidak berbeda nyata
pada taraf 5% .

Produktivitas gabah kering giling (GKG)
Gabah kering giling (GKG) merupakan suatu nilai atau ukuran yang
menunjukan tingkat produktivitas suatu galur yang diuji dengan keadaan kadar air
tertentu (14%). Berdasarkan deskripsi varietas pemanding, varietas Mekongga
memiliki produktivitas rata-rata 6-8.5 ton ha-1, varietas Ciherang 6- 8.4 ton ha -1
(Lampiran 3-4). Galur padi tipe baru memiliki produktivitas rata-rata 7.45-11.05
ton ha-1 (Halimah 2010). Hasil percobaan tidak jauh berbeda, produktivitas galur
padi tipe baru sebesar 5.44-8.31 ton ha-1 sedangkan varietas pembanding Mekongga
sebesar 7.08 ton ha-1 dan Ciherang sebesar 7.31 ton ha-1. Menurut Sudarna (2010)
galur PTB yang berumur genjah dan berdaya hasil tertinggi dengan hasil GKG 6.82
ton ha-1. Hasil ini lebih tinggi daripada hasil varietas pembanding Fatmawati yakni
5.43 ton ha-1, namun lebih rendah dibandingkan dengan Ciherang yang hasilnya
mencapai 7.19 ton ha-1.
Produktivitas galur yang diuji setara dengan varietas pembanding, kecuali
galur IPB158-F-1-2-1; IPB158-F-7-1-1 yang lebih tinggi dari varietas ciherang
serta galur IPB161-F-1-2-1; IPB161-F-6-1-1 yang lebih rendah dari varietas
pembanding (Ciherang dan Mekongga) (Tabel 2). Beberapa galur memiliki
produktivitas gabah yang lebih tinggi dari varietas pembanding. Galur-galur yang
memiliki produktivitas gabah yang lebih tinggi dari varietas pembanding adalah
IPB160-F-3-1-1, dan IPB160-F-36-1-1 dengan hasil produktivitas masing-masing
sebesar 7.33 ton ha-1 dan 7.98 ton ha-1. Galur IPB160-F-36-1-1 merupakan galur
yang memiliki produktivitas tertinggi dibandingkan dengan galur lain dan varietas
pembanding, selain itu galur tersebut memiliki potensi yang sangat tinggi yaitu
sebesar 8.31 ton ha-1 yang terdapat pada ulangan ketiga.

8

Tabel 2 Produktivitas GKG (k.a 14%) galur-galur dan varietas pembanding
Ulangan
Galur
rata-rata
1
2
3
…. (ton ha-1)a .....
IPB158-F-1-2-1
6.14
6.12
6.49
6.25b
IPB158-F-7-1-1
6.91
6.38
5.44
6.24b
IPB159-F-14-3-1
7.34
6.90
7.29
7.18
IPB159-F-15-1-1
7.84
7.11
6.97
7.31
IPB160-F-3-1-1
6.81
7.72
7.46
7.33
IPB160-F-4-2-1
6.77
6.79
6.33
6.63
IPB160-F-7-3-1
6.88
7.08
7.75
7.24
IPB160-F-36-1-1
7.81
7.82
8.31
7.98
IPB161-F-1-2-1
6.18
5.62
5.62
5.81ab
IPB161-F-6-1-1
6.14
4.84
5.33
5.44ab
Mekongga
7.14
6.80
7.30
7.08
Ciherang
7.24
7.35
7.36
7.31
a

KK: 6.39 %; Angka- angka yang diikuti simbol a, b : berbeda nyata dengan varietas Mekongga,
berbeda nyata dengan varietas Ciherang pada uji t-Dunnett taraf 5%.

Galur-galur yang memiliki produktivitas lebih kecil dari varietas pembanding
adalah IPB158-F-1-2-1, IPB158-F-7-1-1, IPB160-F-4-2-1, IPB161-F-1-2-1, dan
IPB161-F-6-1-1 dengan produktivitas masing-masing sebesar 6.25 ton ha-1, 6.24
ton ha-1, 5.81 ton ha-1, dan 5.44 ton ha-1. Galur IPB161-F-6-1-1 memiliki hasil nilai
terendah dibanding galur lainya dan varietas pembanding. Perbedaan hasil tersebut
disebabkan oleh genetik dan ketahanan hama penyakit yang berbeda pada setiap
galur dan varietas pembanding.
Keragaan Karakter Agronomi dan Komponen Hasil
Produksi pada setiap galur dan varietas pembanding memiliki hasil yang
berbeda-beda (Tabel 2). Perbedaan tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa
komponen hasilnya. Menurut Siregar (1978) tanaman padi satu sama lain memiliki
perbedaan atau ciri yang khas masing- masing jenisnya baik dari segi morfologi
maupun fisiologi yang dapat mempengaruhi produktivitasnya. Penyebab perbedaan
tersebut yaitu dari faktor genetik yang diwariskan dari masing-masing tetua. Faktor
genetik yang diwariskan diantaranya panjang batang, jumlah anakan produktif,
bunga, dan malai.
Batang berfungsi sebagai penopang tanaman, penyalur senyawa-senyawa
kimia dan air dalam tanaman, dan sebagai cadangan makanan. Hasil tanaman yang
tinggi harus didukung dengan batang yang kokoh, apabila tidak tanaman akan rebah
terutama di daerah yang terkena angin kencang. Adapun galur yang roboh pada saat
terkena angin kencang diantaranya galur IPB160-F-3-1-1, IPB160-F-7-3-1,
IPB161-F-6-1-1, dan varietas pembanding Mekongga dengan panjang batang
masing-masing 81.13 cm, 84.53 cm, 77.53 cm, 82.47 cm (Tabel 3). Galur-galur
tersebut memiliki panjang batang yang cukup tinggi dan tidak kokoh sehingga
mengalami kerebahan di setiap ulangan, namun masih ada tujuh galur lainnya yang

9
tahan terhadap kerebahan. Panjang batang galur-galur yang diuji setara dengan
varietas pembanding, kecuali IPB161-F-1-2-1 yang lebih pendek dibandingkan
varietas mekongga. Panjang batang galur- galur berkisar antara 67-93 cm yang
lebih rendah dari pembanding, hal tersebut sesuai dengan Abdullah et al. (2008)
yang menyatakan panjang batang padi tipe baru berkisar 80-90 cm. Panjang batang
yang paling rendah dimiliki oleh galur IPB161-F-1-2-1 dan tertinggi galur IPB160F-7-3-1 (Tabel 3). Pengaruh panjang batang yang pendek dan kokoh akan
menunjang tanaman tahan terhadap kerebahan yang ditunjang pula oleh perakaran
yang dalam dan panjang (Canto 2003).
Tabel 3

Nilai rata-rata komponen hasil galur-galur yang di uji dan varietas
pembandinga
Galur
PB (cm)
JAP
IPB158-F-1-2-1
83.93
18
IPB158-F-7-1-1
75.33
15
IPB159-F-14-3-1
80.07
15
IPB159-F-15-1-1
80.07
15
IPB160-F-3-1-1
81.13
17
IPB160-F-4-2-1
81.33
13
IPB160-F-7-3-1
84.53
16
IPB160-F-36-1-1
76.73
15
IPB161-F-1-2-1
73.80a
18
IPB161-F-6-1-1
77.53
18
Mekongga
82.47
20
Ciherang
79.60
19

a

Angka- pada yang diikuti simbol a : berbeda nyata dengan varietas Mekongga pada uji t-Dunnett;
PB: panjang batang; JAP: jumlah anakan produktif.

Semakin pendek panjang batang maka jumlah anakan produktif semakin
sedikit. Jumlah anakan produktif galur-galur yang diuji lebih sedikit dibanding
varietas pembanding. Kisaran jumlah anakan produktif dari galur-galur yang
dihasilkan pada pengujian yaitu 13-18 yang sesuai dengan Abdullah et al. (2008)
yang menyatakan jumlah anakan produktif berkisar 12-18. Jumlah anakan produktif
yang paling sedikit yaitu galur IPB160-F-4-2-1dibanding galur lain dan varietas
pembanding. Anakan produktif tertinggi dimiliki oleh galur IPB158-F-1-2-1,
IPB161-F-1-2-1, IPB161-F-6-1-1 yang masih lebih rendah jika dibandingkan
dengan varietas pembanding (Tabel 3). Karakter padi tipe baru yaitu memiliki
jumlah anakan sedikit namun semuanya produktif, sehingga tanaman dapat
mengakumulasikan fotosintat pada fase generatif secara maksimum (Makarin et al.
2009).
Beberapa komponen hasil yang sangat mempengaruhi hasil yaitu jumlah
gabah isi permalai, jumlah gabah hampa permalai, panjang malai, dan bobot 1000
butir. Galur-galur yang diuji memiliki jumlah gabah isi lebih tinggi dibanding
varietas pembanding. Berbeda dengan jumlah gabah isi, jumlah gabah hampa
memiliki nilai tertinggi dan terendah dibandingkan varietas pembanding. Semakin
banyak jumlah gabah permalai semakin tinggi presentase gabah hampa (Tabel 4).
Panjang malai dan bobot 1000 butir galur-galur yang diuji lebih tinggi

10
dibandingkan dengan varietas pembanding. Galur-galur yang diuji memiliki bobot
1000 butir yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas pembanding, kecuali
galur IPB161-F-1-2-1 dan IPB161-F-6-1-1. Semakin panjang ukuran malai
semakin tinggi bobot 1000 butirnya (Tabel 5).

a

b

g

c

h

e

d

i

j

f

k

l

Gambar 1 Keragaan malai galur-galur padi tipe baru dan varietas pembanding
(a) IPB158-F-1-2-1; (b) IPB158-F-1-2-1; (c) IPB159-F-14-3-1; (d)
IPB159-F-15-1-1; (e) IPB160-F-3-1-1; (f) IPB160-F-4-2-1; (g) IPB160F-7-3-1; (h) IPB160-F-36-1-1; (i) IPB161-F-1-2-1; (j) IPB161-F-6-1-1;
(k) Mekongga; (l) Ciherang
Varietas pembanding Mekongga dan Ciherang memiliki karakter agronomi
yang berbeda. Varietas Mekongga memiliki panjang batang berkisar 71-93 cm,
jumlah anakan produktif 17-24, jumlah gabah isi per malai 72- 176, jumlah gabah
hampa 15-107, panjang malai 21-29 cm, dan bobot 1000 butir 24.84-26.27 g.
Varietas Ciherang memiliki panjang batang berkisar 72-86 cm, jumlah anakan
produktif 14-23, jumlah gabah isi per malai 60-154, jumlah gabah hampa 9-45,
panjang malai 21-27.5 cm, dan bobot 1000 butir 24.11-27.64 g. Galur-galur yang
diuji memiliki panjang batang berkisar 70.8-87.8 cm, jumlah anakan produktif 1223, jumlah gabah isi per malai 110-217, jumlah gabah hampa 118-137, panjang
malai 26-32 cm, dan bobot 1000 butir 22.91-33.62 g. Perbedaan yang terlihat yaitu
galur yang diamati memiliki nilai kisaran yang lebih kecil dalam kriteria panjang
batang dan jumlah anakan jika dibandingkan dengan varietas pembanding
(Ciherang dan Mekongga), sedangkan kisaran nilai jumlah gabah isi, jumlah gabah
hampa, panjang malai, dan bobot 1000 butir lebih tinggi dibanding varietas
pembanding.

11
Tabel 4 Nilai rata-rata jumlah gabah isi, jumlah gabah hampa, dan presentasi gabah
hampa galur-galur yang di uji dan varietas pembandinga
JGH
Galur
JGI
JGH
(%)
40
IPB158-F-1-2-1
136
22.7
58b
IPB158-F-7-1-1
166ab
25.8
35b
IPB159-F-14-3-1
145
19.4
29
IPB159-F-15-1-1
153
15.9
30
IPB160-F-3-1-1
133
18.4
55
IPB160-F-4-2-1
148
27
35
IPB160-F-7-3-1
144
19.5
35
IPB160-F-36-1-1
160
17.9
79ab
IPB161-F-1-2-1
151
34.3
107ab
IPB161-F-6-1-1
134
44.3
41
Mekongga
116
26.1
31
Ciherang
112
21.6
a

Angka-angka pada kolom yang diikuti simbol a, b: berbeda nyata dengan varietas Mekongga,
berbeda nyata dengan varietas Ciherang pada uji t-Dunnett taraf 5 %; JGI: jumlah gabah isi;
JGH: jumlah gabah hampa.

Galur yang memiliki bobot gabah kering giling (GKG) yang tinggi adalah
IPB159-F-14-3-1, IPB159-F-15-1-1, IPB160-F-3-1-1, IPB160-F-7-3-1 dan
IPB160-F-36-1-1 (Tabel 1). Hasil tersebut dipengaruhi oleh karakter agronomi
yang secara umum lebih baik dibanding galur-galur lain dan varietas pembanding.
Karakter agronomi yang mempengaruhi adalah jumlah anakan, jumlah gabah isi
per malai dan jumlah gabah hampa yang sedang, namun memiliki panjang malai
dan bobot 1000 butir yang paling tinggi dibandingkan galur-galur lain dan varietas
pembanding (Tabel 5). Galur dan varietas pembanding yang diuji memiliki panjang
malai yang berbeda. Panjang malai pada setiap genotip tidak dapat secara langsung
menentukan ketinggian produksi karena dipengaruhi oleh serangan hama penyakit,
jumlah gabah hampa, gabah isi serta bobot 1000 butir (Gambar 1). Menurut
Suhartatik et al. (2007) padi tipe baru (varietas Fatmawati) memiliki batang yang
pendek, malai yang panjang, jumlah gabah yang total dan isi tinggi, tetapi gabah
hampa tinggi dan jumlah malai per rumpunya rendah menyebabkan gabah kering
giling tidak begitu tinggi.
Galur IPB161-F-6-1-1 memiliki bobot gabah kering giling (GKG) yang
terendah sebesar 5.44 ton ha-1 dibandingkan galur-galur lain dan varietas
pembanding. Galur ini memiliki jumlah gabah hampa per malai tertinggi dibanding
galur lain dan varietas pembanding. Semakin banyak jumlah gabah permalai
semakin tinggi presentase kehampaanya. Selain itu galur tesebut memiliki bobot
1000 butir yang paling rendah dibanding varietas pembanding dan galur lainya
(Tabel 5). Menurut Makarim (2009) persentase gabah hampa yang tinggi
disebabkan oleh malai yang panjang dan jumlah gabah per malai yang banyak
sebagai sinks yang besar, hanya ditopang (sources) oleh beberapa anakan, sehingga
tidak mampu mencukupi kebutuhan hara dan karbohidrat. Menurut Priyadi (2013)
hawar daun bakteri dapat merusak klorofil daun sehingga kemampuan daun untuk

12
berfotosintesis menjadi menurun dan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat.
Serangan hawar daun bakteri ini terjadi mulai dari masa persemaian sampai masa
menjelang panen. Walang sangit dan hawar daun bakteri (HDB) menyebabkan
presentase gabah hampa menjadi cukup tinggi. Menurut Sudir et al. (2012)
kehilangan hasil padi yang terkena penyakit hawar daun bakteri berkisar 15-80 %.
Tabel 5 Nilai rata-rata panjang malai dan bobot 1000 butir galur-galur yang di uji
dan varietas pembandinga
Galur
PM
BB
IPB158-F-1-2-1
29ab
27.13
IPB158-F-7-1-1
30ab
27.29
IPB159-F-14-3-1
28ab
26.44
IPB159-F-15-1-1
27b
26.84
IPB160-F-3-1-1
28 ab
29.62ab
IPB160-F-4-2-1
29ab
26.43
IPB160-F-7-3-1
29ab
29.41ab
IPB160-F-36-1-1
31ab
32.57ab
IPB161-F-1-2-1
28ab
24.19
IPB161-F-6-1-1
29ab
24.21
Mekongga
25
25.46
Ciherang
24
25.58
a

Angka-angka pada kolom yang diikuti simbol a, b: berbeda nyata dengan varietas Mekongga,
berbeda nyata dengan varietas Ciherang pada uji t-Dunnett taraf 5 %; PM: panjang malai; BB: bobot
1000 butir.

Umur berbunga galur-galur yang diuji 76-87 HSS yang setara dengan
varietas pembanding Mekongga (86 HSS) dan Ciherang (87 HSS), kecuali galur
IPB158-F-7-1-1, IPB160-F-4-2-1, IPB160-F-7-3-1, dan IPB160-F-36-1-1. Galur
IPB158-F-7-1-1 memiliki umur bunga yang lebih cepat dibanding galur lainya dan
varietas pembanding (Tabel 6). Umur panen galur yang diuji memiliki kisaran 109113 HSS dan berbeda dengan varietas pembanding kecuali IPB160-F-4-2-1,
IPB160-F-36-1-1, dan PB161-F-1-2-1. Galur IPB158-F-7-1-1 memiliki umur
panen yang lebih cepat dibanding galur lain dan varietas pembanding. Hal tersebut
dikarenakan umur bunga lebih cepat meskipun memiliki waktu yang paling lama
pada saat pengisian gabah dibanding galur lain dan varietas pembanding. Umur
berbunga yang cepat menyebabkan masa pengisian gabah semakin lama. Masa
pengisian gabah galur-galur yang diuji lebih lama dibanding varietas pembanding,
kecuali galur IPB160-F-3-1-1 dan IPB161-F-1-2-1 yang memiliki masa pengisian
yang sama dengan varietas pembanding (Mekongga) (Tabel 6). Masa pengisian
gabah merupakan hal penting yang dapat mempengaruhi jumlah gabah isi maupun
hampa pada setiap malai. Menurut Sudir et al. ambang kerusakan pada penyakit
hawar daun bakteri 20 % terjadi pada waktu dua minggu sebelum panen. Waktu
dua minggu sebelum panen merupakan masa pengisian gabah, sehingga galur yang
terserang hawar daun bakteri dapat mempengaruhi proses pengisian gabah yang
kemudian berdampak pada penurunan gabah isi, jumlah gabah hampa, panjang
malai, dan bobot 1000 butir. Menurut Makarim et al. (2009) tanaman padi sawah
pada umumnya mengalami fase vegetatif selama 45-65 hari setelah tanam, fase
reproduktif 35 hari, dan fase pengisiaan 30 hari. Menurut Nugraha et al. (2008)

13
umur panen optimum sangat menentukan mutu maupun kehilangan hasil saat
panen. Padi yang dipanen sebelum masak optimal akan menghasilkan kualitas
gabah maupun beras yang kurang baik. Umumnya padi yang dipanen muda akan
menghasilkan kualitas beras dengan persentase butir hijau dan butir mengapur yang
tinggi.
Tabel 6
Galur

Nilai rata-rata masa generatif galur-galur yang di uji dan varietas
pembandinga
UB
UP
MPG (hari)
(HSS)
(HSS)

IPB158-F-1-2-1
IPB158-F-7-1-1
IPB159-F-14-3-1
IPB159-F-15-1-1
IPB160-F-3-1-1
IPB160-F-4-2-1
IPB160-F-7-3-1
IPB160-F-36-1-1
IPB161-F-1-2-1
IPB161-F-6-1-1
Mekongga
Ciherang

84
76ab
87
87
87
82ab
80ab
80ab
87
85
86
87

113a
109ab
113a
113a
112a
111
110b
111
112
112a
111
112

29ab
33ab
26
26
25
29ab
30 ab
31ab
25
27
25
25

a

Angka-angka yang diikuti simbol a,b: berbeda nyata dengan varietas Mekongga, berbeda nyata
dengan varietas Ciherang pada uji t-Dunnett taraf 5 %; UB: umur berbunga; UP: umur panen; MPG:
masa pengisian gabah.

Korelasi
Hasil panen merupakan suatu proses perkembangan yang berkaitan dengan
morfologi. Analisis korelasi digunakan agar dapat diketahui keterkaitan antar setiap
karakter yang terdiri dari panjang batang, jumlah gabah isi per malai, jumlah gabah
hampa per malai, bobot 1000 butir, umur berbunga, umur panen, masa pengisian
gabah, dan jumlah anakan produktif dengan hasil gabah kering giling. Apabila
kedua karakter bersifat positif, maka dapat dijelaskan bahwa seiring bertambah
besar suatu sifat dan diikuti dengan semakin besar atau bertambah sifat yang lain,
jika bernilai negatif, maka dapat dijelaskan bahwa seiring bertambah besar suatu
sifat akan diikuti dengan penurunan ukuran atau sifat yang lain.
Korelasi bobot gabah kering giling sebagai hasil dengan beberapa keragaan
morfologi memberikan hasil positif pada panjang batang, bobot 1000 butir dan
umur berbunga. Menurut Suciati et al. (2012) tinggi tanaman, jumlah anakan
produktif, umur berbunga dan bobot 1000 butir menghasilkan korelasi yang positif
terhadap hasil gabah, namun menurut Sutaryo et al. (2005) jumlah gabah isi, jumlah
malai, bobot 1000 butir, panjang malai, panjang akar memberikan korelasi yang
positif terhadap hasil gabah. Perbedaan hasil percobaan dipengaruhi lingkungan
dan keragaan lainya (Tabel 7). Jumlah gabah isi memberikan korelasi yang negatif

14
terhadap bobot gabah dikarenakan jumlah gabah isi memiliki korelasi yang negatif
pula dengan jumlah anakan produktif sehingga semakin banyak jumlah anakan
produktif maka akan semakin menurun jumlah gabah isi. Jumlah gabah hampa
memiliki korelasi yang negatif dengan bobot gabah yang dipengaruhi oleh bobot
1000 butir.
Tabel 7 Analisis korelasi antara komponen hasil dan hasil a
JGI

JGI

PB
-0.466tn

JGH

PM

BB

UB

JGH

-0.527tn

0.114tn

PM

-0.241tn 0.803** 0.260tn

BB

0.177tn 0.371tn

-0.570tn

0.511tn

UB

0.120tn -0.594*

-0.055tn

-0.673*

-0.467tn

UP

0.155tn -0.309tn

-0.097tn

-0.319tn

-0.278tn 0.834**

MPG

-0.091tn 0.659*

0.030tn

JAP

0.082tn -0.768**

0.151tn

BG

0.334tn -0.057tn -0.872**

UP

MPG

JAP

0.761** 0.502tn -0.968** -0.670*
-0.615* -0.414tn 0.477tn 0.210tn -0.546tn
-0.163tn 0.706*

0.012tn -0.007tn -0.019tn -0.221tn

a
Angka-angka pada kolom yang diikuti simbol *, **, tn: sangat berbeda nyata,berbeda nyata, tidak
nyata berbeda pada taraf 5 %; BG: bobot gabah; PB: panjang batang;JGI: jumlah gabah isi; JGH:
jumlah gabah hampa; PM: Panjang malai; BB: Bobot 1000 butir;UB: umur bunga;UP: umur panen;
MPG: masa pengisian gabah; JAP: jumlah anakan produktif.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Galur-galur yang diuji memiliki bobot gabah lebih tinggi dari 7 ton ha-1 dan
setara dengan varietas pembanding. Galur-galur tersebut adalah IPB159-F-14-3-1,
IPB159-F-15-1-1, IPB160-F-3-1-1, IPB160-F-7-3-1 dan IPB160-F-36-1-1 yang
kemudian dapat diproses lebih lanjut pada pengusulan pelepasan varietas. Bobot
gabah dipengaruhi panjang batang, jumlah gabah isi per malai, jumlah gabah hampa
per malai, panjang malai, umur berbunga, umur panen, masa pengisian gabah, dan
bobot 1000 butir.
Saran
Perlu adanya pengujian ketahanan terhadap hama, penyakit serta rebah
tanaman sehingga dapat menambah data pengujian.

15
DAFTAR PUSTAKA

[BB Padi] Balai Besar Penelitian Padi. 2012. Produksi Padi 2012 Diprediksi
Lampaui Target [Internet]. [diunduh 2013 Maret 7]. Tersedia pada: http
//bbpadi.litbang.deptan.go.id/index.php.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi
di Indonesia [Internet]. [diunduh 2013 Maret 6]. Tersedia pada:
http//www.bps.go.id/tnmn_pgn.php.
Abdullah B, Tjokrowidjojo S, Sularjo. 2008. Perkembangan dan prospek perakitan
padi tipe baru di Indonesia. Indonesian Agricultural Research and
Developing Journal. 27(1): 1-9.
Aswidinnoor H. 2004. Penggunaan Metode Finlay-Wilkinson dan Wricke
Ecovalence Untuk Menguji Stabilitas Galur Harapan F8 Padi Tipe Baru.
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Canto E. 2003. Mengenal padi tipe baru: Fatmawati. Liptan.113(37):1.
Fagi AM, Abdullah B, Kartaatmadja S. 2001. Peran Padi Indonesia Sebagai Sumber
Daya Genetik Padi Modern. Di dalam Sjamsoe’oed Sadjad. Budidaya Padi;
28 Agustus 2001. Surakarta, Indonesia. Surakarta: Yapadi (Yayasan Padi
Indonesia) dan IRF (Indonesian Rice Foundation). hlm 33-43.
Feng Jin, Hetong Wang, Hai Xu, Tiansheng Liu, Liang Tang, Xiaoxue Wang,Yijun
Jiang, Li Yang, Maobai Li, Ming Sui, Xidong Lang, Zhengjin Xu , Wenfu
Chen. 2013. Comparisons of plant-type characteristics and yield
components infilial generations of Indica × Japonica crosses grown in
different regions in China. Field Crops Research 154 (2013) 110–118.
Gomez KA, Gomez AA. 1955. Prosedur Statistika untuk Penelitian Pertanian. E
Sjamsudin dan JS Baharsjah, penerjemah. Jakarta (ID): UI Press.
Terjemahan dari: Statisticals Procedures for Agricultural Research.
Halimah W. 2010. Keragaan galur harapan padi tipe baru (PTB) IPB di Bogor dan
Kulon Progo dalam rangka uji multilokasi [Skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Ilieva V, Markova N, Andreevska D, Andov D. 2008. Breeding and evaluation for
improved rice varieties in Macedonia. Goce Delcev University dan Insitute
of Agriculture-Skopje.
Las I, Abdullah B, Daradjat AA. 2003. Padi tipe baru dan padi hibrida mendukung
ketahanan pangan. Sinar Tani. 30 Juli 2003.
Makarim AK, Las I, Fagi AM, Widiarta IY, Pasaribu D. 2004. Padi tipe baru:
Budidaya Dengan Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu.
Sukamandi: Agro Inovasi.
Makarim AK, Suhartatik E. 2009. Morfologi dan fisiologi tanaman padi [internet].
[diunduh 2014 juni 06]. Tersedia pada: http://www.litbang.deptan.go.id
Nugraha. 2008. Metode menekan kehilangan hasil padi. Bogor (ID): Balai Besar
Litbang Pasca Panen.
Priyadi I. 2013. Penyakit hawar daun bakteri (HDB) pada tanaman padi dan
pengendaliannya [internet]. [diunduh 2014 Juni 06]. Tersedia
pada:http://cybex.deptan.go.id

16
Riyanto D. 2010. Uji multi lokasi (UML) atau uji daya hasil lanjutan (UDHL) padi,
jagung, dan kedelai [Internet]. [Diunduh 2013 Mar 13]. Tersedia
pada: http://yogya.litbang.deptan.go.id/ind/index.
Siregar H. 1978. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Bogor (ID): Sastra Hudaya.
Suciati CE, Nasrullah, Sutardi. 2012. Uji daya hasil delapan galur padi sawah.
Vegetalika. 1(2): 4
Sudarna. 2010. Teknik pengujian daya hasil lanjutan beberapa galur harapan padi
sawah tipe baru. Bul. Tek. Pertanian. 15(2): 48-51.
Sudir, Nuryanto B, Kadir ST. 2012. Epidemiologi, patotipe, dan strategi
pengendalian penyakit hawar daun bakteri pada tanaman padi. Iptek
Tanaman Pangan. 7(2): 80.
Suhartatik E, Makarim KA, Abdullah B. 2007. Respon galur padi tipe Baru
terhadap waktu dan jumlah pemberian pupuk nitrogen. Subang (ID): Balai
Besar Penelitian Tanaman Padi.
Sumarno, Hasanuddin A, Suyamto. 2008. Kebijakan, Arah, Strategi, Dan Program
Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Pangan (Inovasi Teknologi Padi).
Di dalam: Makarim AK, Suprihatno B, Zaini Z, Widjono A, Widiarta IY,
Hermanto, Kasim H, editor. Kebijakan penelitian dan pengembangan; 2829 Agustus 2007. Bogor, Indonesia. Bogor: Badan penelitian dan
pengembangan pertanian. Hlm 7.
Sutaryo B, Purwantollo, Nasrullah. 2005. Seleksi kombinasi persilangan padi untuk
ketahanan terhadap aluminium.Ilmu Pertanian. 12(1): 20-31
Toha HM, Permadi K, Daradjati A A. 2008. Pengaruh waktu tanam terhadap
pertumbuhan , hasil dan komponen hasil terhadap beberapa varietas Padi
sawah irigasi dataran rendah. Subang (ID): Balai Besar Penelitian Tanaman
Padi.
Vergara BS. 1991. Rice Plant Growth and Development. Bor SL, editor. New York
(US): Van Nostrand Reinhold.
Yudiarti T. 2010. Cara Praktis Dan Ekonomis Mengatasi Hama Dan Penyakit
Tanaman Pangan Dan Hortikultura. Yogyakarta: Graha Ilmu.

17

LAMPIRAN

18

Lampiran 1 Keragaan 10 galur padi tipe baru dan varietas pembanding di
lapangan

IPB158-F-1-2-1

IPB158-F-7-1-1

IPB159-F-14-3-1

IPB159-F-15-1-1

IPB160-F-3-1-1

IPB160-F-4-2-1

19

IPB160-F-7-3-1

IPB161-F-1-2-1

Mekongga

PB160-F-36-1-1

IPB161-F-6-1-1

Ciherang

20
Lampiran 2 Data curah hujan bulanan di Kabupaten Karawang
Bulan
November
Desember
Januari
Februari
Rata-rata

Curah Hujan
(mm)
237.0
231.0
1214.0
41.5
546.6

Sumber: Perum Jasa Tirta Karawang

Jumlah Hari
Hujan
7
12
18
13
12

21
Lampiran 3 Deskripsi varietas Mekongga
MEKONGGA
Nomor seleksi
Asal persilangan
Golongan
Umur tanaman
Bentuk tanaman
Tinggi tanaman
Anakan produktif
Warna kaki
Warna batang
Warna telinga daun
Warna lidah daun
Warna daun
Muka daun
Posisi daun
Daun bendera
Bentuk gabah
Warna gabah
Kerontokan
Tekstur nasi
Kadar amilosa
Indeks glikemik
Bobot 1000 butir
Rata-rata hasil
Potensi hasil
Hama
Penyakit
Anjuran tanam

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Instansi pengusul
Pemulia

:
:

Tim peneliti

:

Teknisi

:

Dilepas tahun

:

Sumber: BB Padi 2009

:

S4663-5D-KN-5-3-3
2
A2790/ *IR64
Cere
116-125 hari
Tegak
91-106 cm
13-16 batang
Hijau
Hijau
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Hijau
Agak kasar
Tegak
Tegak
Ramping panjang
Kuning bersih
Sedang
Pulen
23 %
88
28 g
6,0 t/ha
8,4 t/ha
Agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3
Agak tahan terhadap hawar daun bakteri strain IV
Baik ditanam di lahan sawah dataran rendah
sampai ketinggian 500 m dpl
Balitpa dan BPTP Sultra
Z. A. Simanullang, Idris Hadade, Aan A.
Daradjat, dan Sahardi
B. Suprihatno, Y. Samaullah, Atito DS.,
Ismail B. P., Triny S. Kadir, dan A. Rifki
M. Suherman , Abd. Rauf Sery, Uan D., S.
Toyib S. M., Edi S. MK, M. Sailan, Sail
Hanafi, Z. Arifin, Suryono, Didi dan Neneng
S.
2004

22

Lampiran 4 Deskripsi varietas Ciherang
CIHERANG
Nomor seleksi
Asal persilangan
Golongan
Umur tanaman
Bentuk tanaman
Tinggi tanaman
Anakan produktif
Warna kaki
Warna batang
Warna telinga daun
Warna lidah daun
Warna daun
Muka daun
Posisi daun
Daun bendera
Bentuk gabah
Warna gabah
Kerontokan
Kerebahan
Tekstur nasi
Kadar amilosa
Indeks Glikemik
Bobot 1000 butir
Rata-rata hasil
Potensi hasil
Ketahanan terhadap
Hama Penyakit

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

S3383-1D-PN-41-3-1
IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1-3//4*IR64
Cere
116-125 hari
Tegak
107-115 cm
14-17 batang
Hijau
Hijau
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Hijau
Kasar pada sebelah bawah
Tegak
Tegak
Panjang ramping
Kuning bersih
Sedang
Sedang
Pulen
23%
54
28 g
6,0 t/ha
8,5 t/ha

:

Anjuran tanam

:

Pemulia

:

Dilepas tahun

:

Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak
tahan biotipe 3. Tahan terhadap hawar daun bakteri
strain III dan IV
Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah
sampai 500 m dpl.
Tarjat T, Z. A. Simanullang, E. Sumadi dan Aan A.
Daradjat
2000

Sumber: BB padi 2009

23
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Karawang pada tanggal 30 September 1992 dari ayah
Dudung Supardi dan ibu Acih Haryati (alm). Penulis menempuh pendidikan dasar
di SDN Karawang Wetan 1 pada tahun 1998-2004. Pendidikan dilanjutkan di
SMPN 1 Karawang pada tahun 2004-2007, kemudian dilanjutkan di SMAN 1
Karawang pada tahun 2007-2010.
Penulis di terima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010 melalui jalur
Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI). Penulis pernah mengikuti Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang penelitian dan kewirausahaan. Penulis juga
pernah aktif sebagai staf kewirausahaan Himpunan Mahasiswa Agronomi
(HIMAGRON) periode 2012-2013 dan Bina desa Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Pertanian IPB periode 2011-2012. Penulis dipercaya untuk menjadi panitia
Festival Bunga dan Buah Nusantara pada tahun 2013 dan 2014.