Ketersediaan Limbah Tanaman Pangan untuk Mendukung Pengembangan Populasi Sapi Perah di Kabupaten Bogor

1

KETERSEDIAAN LIMBAH TANAMAN PANGAN UNTUK
MENDUKUNG PENGEMBANGAN POPULASI
SAPI PERAH DI KABUPATEN BOGOR

FEBRIANTI INDAH MARYANI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ketersediaan Limbah
Tanaman Pangan untuk Mendukung Pengembangan Populasi Sapi Perah di

Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Febrianti Indah Maryani
NIM D24100047

ABSTRAK
FEBRIANTI INDAH MARYANI. Ketersediaan Limbah Tanaman Pangan untuk
Mendukung Pengembangan Populasi Sapi Perah di Kabupaten Bogor. Dibimbing
oleh ERIKA B. LACONI dan SRI MULATSIH.
Indonesia merupakan Negara agraris yang kaya akan sumberdaya alam dan
sumberdaya manusia. Hasil produk tanaman pangan yang tinggi akan menghasilkan
limbah tanaman pangan yang berlimpah. Limbah tanaman pangan dapat menjadi

pakan yang potensial. Penelitian ini dilaksanakan di tiga kecamatan (Kecamatan
Cibungbulang, Cisarua dan Jonggol) yang mewakili seluruh kecamatan di Bogor,
Jawa Barat. Penelitian ini difokuskan pada limbah tanaman pangan yang biasa
digunakan oleh peternak, seperti jerami padi, limbah jagung dan limbah ubikayu.
Tujuan penelitian ini adalah menentukan kecamatan yang potensial untuk
pengembangan ternak sapi perah dengan indeks konsentrasi produksi pakan
(IKPP), menghitung produksi limbah tanaman pangan berdasarkan kuantitas dan
kualitas sebagai pakan ternak, dan menghitung pengembangan sapi perah di
kecamatan terpilih di Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan dengan survei
lapang serta mengumpulkan data primer dan sekunder dengan metode purposive
sampling. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkan sebelas kecamatan dari dua belas kecamatan terpilih (Kecamatan
Jonggol, Sukamakmur, Pamijahan, Tanjungsari, Cariu, Cigudeg, Sukajaya, Jasinga,
Leuwiliang, Rumpin, Cibungbulang dan Cisarua) yang potensial berdasarkan
metode IKPP yaitu Kecamatan Jonggol, Sukamakmur, Pamijahan, Tanjungsari,
Cariu, Cigudeg, Sukajaya, Jasinga, Leuwiliang, Rumpin, dan Cibungbulang.
Produksi limbah tanaman pangan berdasarkan kuantitas dan kualitas di dua belas
kecamatan terpilih untuk bahan kering 445 877.30 ton tahun-1, protein kasar
18966.21 ton tahun-1, dan TDN 171 774.29 ton tahun-1 sebagai sumber hijauan.
Pengembangan populasi sapi perah di dua belas kecamatan terpilih 7.21 kali dari

populasi awal berdasarkan bahan kering 125 089.98 ST, protein kasar 48 028.60
ST dan TDN 69 651.96 ST.
Kata kunci: kapasitas tampung, limbah tanaman pangan, sapi perah

ABSTRACT
FEBRIANTI INDAH MARYANI. Availablity Agriculture Waste to Support Dairy
Cattle Population Development in Bogor District. Dibimbing oleh ERIKA B.
LACONI and SRI MULATSIH.
Indonesia is an agricultural country which is abundant with natural and
human resources. High agriculture production will produce high agriculture waste.
Agriculture waste can be use as potential feed. The study was located at three
districs (Cibungbulang, Cisarua dan Jonggol) as representatives all districs in
Bogor. This study focused on agriculture waste usualy used by farmers; rice straw,
corn waste and cassava waste. The aims of this study were to determine the potential
subdistricts to develop dairy cattle feed production concentration index (IKPP),
calculate quantity and quality of agriculture waste as animal feed, and calculate

dairy cattle development in selected subdistrict in Bogor District. This study runs
by field survey in the farm and collect the primary and secondary data with
purposive sampling method. Data were analyzed using descriptive analysis. The

results showed eleven of twelve selected potential subdistricts (Jonggol,
Sukamakmur, Pamijahan, Tanjungsari, Cariu, Cigudeg, Sukajaya, Jasinga,
Leuwiliang, Rumpin and Cibungbulang) based on IKPP method. There are twelve
selected subdistricts (Jonggol, Sukamakmur, Pamijahan, Tanjungsari, Cariu,
Cigudeg, Sukajaya, Jasinga, Leuwiliang, Rumpin, Cibungbulang and Cisarua) can
produce dry matter 445 877.30 ton year-1, crude protein 18 966.21 ton year-1, and
TDN 171 774.29 ton year-1 from agriculture waste by quantity and quality.
Expansion of dairy cattle population in twelve selected subdistricts were 7.21 times
from population about 125 089.98 AU as dry matter need; 48 028.60 AU as crude
protein need and 69 651.96 AU as TDN need.
Keywords: agriculture waste, carring capacity, dairy cattle

3

KETERSEDIAAN LIMBAH TANAMAN PANGAN UNTUK
MENDUKUNG PENGEMBANGAN POPULASI
SAPI PERAH DI KABUPATEN BOGOR

FEBRIANTI INDAH MARYANI


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

5

Judul Skripsi : Ketersediaan Limbah Tanaman Pangan untuk Mendukung
Pengembangan Populasi Sapi Perah di Kabupaten Bogor
Nama
: Febrianti Indah Maryani
NIM
: D24100047


Disetujui oleh

Prof Dr Ir Erika B Laconi, MS
Pembimbing I

Dr Ir Sri Mulatsih, MSc Agr
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHK M Si
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: (

)

PRAKATA


Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan limpahan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi yang berjudul “Ketersediaan Limbah Tanaman Pangan untuk Mendukung
Pengembangan Populasi Sapi Perah di Kabupaten Bogor”. Penelitian ini terlaksana
dengan adanya penelitian unggulan perguruan tinggi lintas fakultas dengan dana
BOPTN 2013 yang mendanai penelitian ini.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kecamatan yang potensial untuk
pengembangan ternak sapi perah dengan indeks konsentrasi produksi pakan
(IKPP), menghitung produksi limbah tanaman pangan berdasarkan kuantitas dan
kualitas sebagai pakan ternak, dan menghitung pengembangan sapi perah di
kecamatan terpilih di Kabupaten Bogor. Skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Departemen Ilmu
Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Febrianti Indah Maryani

3


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
METODE
2
Metode Pengumpulan Data
2
Lokasi dan Waktu Penelitian
2
Analisis Data
2
Identifikasi Pakan
2
Indeks Konsentrasi Produksi Pakan (IKPP)
2
Kualitas dan Kuantitas Limbah Tanaman Pangan

3
Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR)
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
4
Gambaran Umum Peternakan Sapi Perah di Kabupaten Bogor
4
Karakteristik Peternak Sapi Perah
5
Identifikasi Pakan
7
Kecamatan Potensial Berdasarkan Indeks Konsentrasi Produksi Pakan (IKPP) 8
Produksi Limbah Tanaman Pangan Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas
9
Pengembangan Populasi Sapi Perah
10
SIMPULAN DAN SARAN
13
Simpulan
13

Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
13
LAMPIRAN
16
RIWAYAT HIDUP
21
UCAPAN TERIMA KASIH
21

DAFTAR TABEL
1 Struktur ternak ruminansia Jawa Barat (%)
2 Nilai konversi ternak ruminansia
3 Kebutuhan ternak ruminansia per hari
4 Populasi ternak ruminansia
5 Luas panen dan produksi tanaman pangan tahun 2012
6 Karakteristik umum peternak responden
7 Jenis pakan yang diberikan dan ketersediaan
8 Hasil konversi dan produksi limbah segar tahun 2012

9 Indeks konsentrasi produksi pakan limbah tanaman pangan tahun 2012
10 Kandungan nutrien limbah tanaman pangan
11 Produksi limbah tanaman pangan berdasarkan kandungan nutrien
12 Sisa yang dapat digunakan dari sumber limbah tanaman pangan
13 Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansisa (KPPTR)

4
4
4
5
5
6
7
7
8
9
10
10
11

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Produksi limbah tanaman pangan berdasarkan nutrien Kabupaten Bogor
Sisa yang dapat digunakan dari sumber limbah tanaman pangan
Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR)
Indeks konsentrasi produksi pakan (IKPP)
Populasi Ternak Ruminansia Kabupaten Bogor 2012

16
17
18
19
20

1

PENDAHULUAN
Indonesia memiliki potensi limbah tanaman pangan yang melimpah untuk
mengatasi permasalahan pakan. Salah satu permasalahan pakan adalah ketersediaan
sumberdaya pakan seperti ketersediaan rumput dan hijauan pakan yang sangat
fluktuatif di sepanjang tahun. Pada musim penghujan rumput dan hijauan pakan
sangat melimpah, sedangkan dimusim kemarau akan kekurangan, selain itu belum
dimanfaatkannya limbah tanaman pangan (Tabrany et al. 2004). Limbah tanaman
pangan tersebut dapat dimanfaatkan menjadi pakan yang berkualitas sebagai salah
satu alternatif dalam penyediaan sumber pakan dan dapat digunakan bagi
pengembangan peternakan di Indonesia. Peternakan di Indonesia sebagian besar
hanya peternakan rakyat yang berskala kecil. Pengembangan peternakan di
Indonesia dapat dilakukan dengan adanya penambahan populasi ternak dari limbah
tanaman pangan yang dimanfaatkan sebagai pakan. Menurut FAO (2012)
peternakan memegang peran utama dalam sebagian besar kehidupan penduduk
yang tinggal di Negara berkembang seperti Indonesia. Akan tetapi, potensi besar
ini belum diberdayakan secara optimal. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh
beberapa faktor seperti belum adanya data dan informasi yang akurat mengenai
jumlah dan ketersediaan bahan baku pakan, belum diproduksinya bahan baku pakan
yang memiliki komposisi nutrisi dan prosedur pengolahannya sehingga bahan baku
pakan yang tersedia masih memiliki mutu dan sifat fisik yang bervariasi dan belum
adanya produksi bahan baku pakan skala besar dan efisien khususnya dilokasi yang
menjadi sumber bahan baku pakan (Sukria dan Krisnan 2009).
Potensi untuk pengembangan peternakan sangat terkait dengan
pengembangan suatu wilayah. Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten
dengan produksi tanaman pangan yang melimpah sehingga dari komoditi tanaman
pangan tersebut dapat dihasilkan limbah tanaman pangan yang dapat dimanfaatkan
oleh ternak. Produksi tanaman pangan cukup melimpah dan tersedia setiap saat.
Salah satu limbah tanaman pangan yaitu jerami padi, dalam satu kali panen dapat
diperoleh jerami padi sebanyak 5-8 ton ha-1. Hal ini bergantung pada lokasi dan
varietas padi yang ditanam (LITBANG 2002). Namun, pemanfaatan tanaman
pangan sebagai pakan ternak ruminansia masih terbatas. Menurut Syahniar et al.
(2011) sebagian dari jerami padi dibakar atau ditinggal di sawah.
Kabupaten Bogor memiliki komoditas unggulan di bidang peternakan yang
dapat dikembangkan. Setiap wilayah tidak semua jenis ternak dapat dikembangkan,
keadaan ini perlu disesuaikan dengan karakteristik dari lokasi pengembangan atas
dasar basis ekologinya yang dominan (Taufan et al. 2012). Kabupaten Bogor
mempunyai karakteristik geografis yang cocok untuk sapi perah yang berupa
pegunungan dan dataran tinggi sehingga memiliki udara yang sejuk. Sapi perah
juga dapat memanfaatkan limbah tanaman pangan seperti jerami padi, limbah dari
jagung dan ubikayu sebagai pakan. Selain itu, peternak di Kabupaten Bogor
sebagian besar adalah peternak sapi perah yang apabila dilakukan pengembangan
populasi sapi perah, peternak sudah terbiasa dengan memelihara sapi perah. Oleh
karena itu, penelitian ini bertujuan menentukan kecamatan yang potensial untuk
pengembangan ternak sapi perah dengan indeks konsentrasi produksi pakan
(IKPP), menghitung produksi limbah tanaman pangan berdasarkan kuantitas dan
kualitas sebagai pakan ternak, dan menghitung pengembangan sapi perah di
kecamatan terpilih di Kabupaten Bogor.

2

METODE
Metode Pengumpulan Data
Data penelitian ini terdiri dari data primer yang dikumpulkan dengan metode
purposive sampling dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara
dengan 26 peternak di Kecamatan Cisarua dan Cibungbulang berdasarkan populasi
sapi perah dengan panduan kuisioner, sampel limbah tanaman pangan diambil di
Kecamatan Cisarua, Cibungbulang dan Jonggol. Data sekunder diperoleh dari
instansi terkait yaitu Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, Dinas Tanaman Pangan
dan Badan Pusat Statistik (BPS).
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus sampai bulan Desember 2013.
Lokasi penelitian di tiga kecamatan di Kabupaten Bogor yaitu Cisarua,
Cibungbulang dan Jonggol. Analisis kandungan nutrien bahan pakan dilaksanakan
di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Analisis Data
Data primer dan sekunder yang diperoleh pada penelitian ini akan dijelaskan
secara deskriptif yaitu dengan menggambarkan atau metode mengumpulkan,
menyederhanakan dan menyajikan data sehingga bisa memberikan informasi
(Mattjik dan Sumertajaya 2002)
Identifikasi Pakan dan Pengumpulan Sampel
Potensi limbah tanaman pangan diidentifikasi dari satu batang utuh yang
ditimbang dan dihitung kemudian tiap bagian potensial untuk pangan dan pakan
dipisahkan. Data kuantitas perbagian tanaman akan dikonversi kedalam persen (%)
bagian utuhnya.
Pengumpulan sampel pakan diambil di tiga kecamatan dari komoditi limbah
tanaman pangan yang sering digunakan dan ditimbang dalam keadaan segar.
Indeks Konsentrasi Produksi Pakan (IKPP)
Indeks Konsentrasi Produksi Pakan (IKPP) limbah tanaman pangan
digunakan untuk menentukan potensi produksi limbah tanaman di kecamatan
dengan IKPP tertinggi. Rumus yang digunakan adalah (Syamsu 2006):
IKPP

=











Keterangan: Produksi tanaman pangan Kecamatan (ton tahun -1), Rata-rata produksi limbah tanaman
per Kecamatan (ton tahun -1), IKPP (ton tahun -1)

IKPP ≥ 1.50 : kategori produksi tinggi; IKPP 0.75 – 1.49 : kategori produksi
sedang ; IKPP 2

Anak
Muda
Dewasa

Kambing/domba
(ST ekor-1)
0.035

0.25
0.07
0.5
0.14
1

Tabel 3 Kebutuhan ternak ruminansia per hari
Kebutuhan ransum
Ternak
ruminansia
Sapi
potong1)
Sapi
perah2)
Kambing3)

BK
(kg)

PK
%

%

TDN
kg

%

kg

8.90 12.60

1.12

70.00

6.23

12.40 11.90

1.48

68.00

1.58 13.29

0.21

79.75

H:K

Kebutuhan hijauan
BK
(kg)

PK

TDN

%

kg

%

kg

30:70 2.67

16.02

0.18

18.60

1.16

8.43

70:30 8.68

53.10

0.78

64.09

5.40

1.26

60:40 0.95

65.01

0.14

59.17

0.75

3)

Domba
1.41 12.27 0.17 79.43 1.12 60:40 0.85 50.72 0.09 59.01 0.66
Keterangan : Data berdasarkan hasil perhitungan sesuai dengan 1)NRC (2000) 2)NRC (2001) 3)NRC
(2007) H: Hijauan, K: Konsentrat

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Peternakan Sapi Perah di Kabupaten Bogor
Kabupaten bogor secara geografis, terletak pada posisi antara 6.19o - 6.47o
lintang selatan dan 106o 1'-107o 103' bujur timur dan luas sekitar 2301.95 km2
dengan batas wilayah sebelah utara adalah Kota Depok, sebelah barat adalah
Kabupaten Lebak, sebelah barat daya adalah Kabupaten Tangerang, sebelah timur
adalah Kabupaten Purwakarta, sebelah timur laut adalah Kabupaten Bekasi, sebelah
selatan adalah Kabupaten Sukabumi dan sebelah tenggara adalah Kabupaten
Cianjur. Suhu udara Kabupaten Bogor pada tahun 2012 rata-rata berkisar antara
25.1oC-26.3oC. Suhu tersebut termasuk kedalam suhu nyaman sapi perah yang tidak
melebihi suhu kritis yaitu 27oC (Wu et al. 2003). Kabupaten Bogor masih
menitikberatkan pada sektor pertanian terutama komoditas padi. Produktivitas padi

5

yang tinggi dapat dijadikan benteng Ketahanan Pangan di Kabupaten Bogor (BPS
Kab.Bogor 2013).
Populasi ternak ruminansia (sapi perah, sapi potong, kambing dan domba) di
Kabupaten Bogor pada Tabel 4 yang paling sedikit populasinya adalah sapi perah.
Peningkatan populasi ternak terjadi untuk sapi perah dan kambing dengan
persentase perkembangan yang bernilai positif. Perkembangan yang meningkat dan
didukung oleh banyaknya hasil limbah tanaman pangan sehingga peningkatan
populasi sapi perah dapat dioptimalkan. Usaha peternakan sapi perah yang ada di
Kabupaten Bogor pada umumnya adalah peternakan rakyat. Pakan yang diberikan
tidak hanya rumput dan konsentrat, sering diberikan pula limbah tanaman pangan
seperti jerami padi, limbah jagung dan limbah ubikayu. Jenis komoditas limbah
tanaman pangan yang diberikan tergantung dari luas panen dan produksi yang
dihasilkan komoditas tanaman pangan tersebut yang dapat dilihat pada Tabel 5.
Pemberian limbah tanaman pangan diberikan kepada ternak untuk memenuhi
kebutuhan nutrien dan memenuhi ketersediaan pakan serta mengurangi biaya
pakan.
Tabel 4 Populasi ternak ruminansia
Ternak
Sapi perah
Sapi potong
Kambing
Domba

2010
6 085.21
12 752.39
11 147.87
25 766.87

Tahun (ST)
2011
6 378.23
19 117.30
11 582.15
20 359.73

2012
6 743.60
16 870.03
12 223.26
19 674.72

Perkembangan (%)
2010-2011 2011-2012
4.59
5.42
33.29
-13.32
3.75
5.25
-26.56
-3.48

Sumber : BPS Kab.Bogor 2013

Tabel 5 Luas panen dan produksi tanaman pangan tahun 2012
Jenis tanaman pangan
Padi
Jagung
Ubi kayu
Ubi jalar

Luas panen (ha)
85 653
512
7 792
3 764

Produksi (ton)
549 155
2 212
159 669
56 254

Sumber : BPS Kab.Bogor 2013

Karakteristik Peternak Sapi Perah
Karakteristik peternak sapi perah ditunjukkan pada Tabel 6 berdasarkan
survei terhadap 26 responden di dua kecamatan lokasi meliputi Kecamatan
Cibungbulang dan Kecamatan Cisarua. Sebagian besar peternak berumur 25-49
tahun dengan proporsi 61.54%, berpendidikan perguruan tinggi (46.15%), status
usaha peternakan sebagai usaha sampingan (57.69%) dan pengalaman beternak
lebih dari lima tahun (80.77%). Namun tingginya peternak dalam kategori usia
produktif, dengan pendidikan yang tinggi dan pengalaman beternak yang cukup
lama tidak memperbaiki kondisi peternakannya karena usaha peternakannya hanya
sebagai sampingan yang sebagian besar tidak memelihara langsung ternaknya.
Peternak yang berpendidikan tinggi dengan status usaha peternakan sampingan
hanya sebagai pemilik ternak dan mempekerjakan pegawai untuk memelihara
ternaknya yang rata-rata berpendidikan hanya tamat SD dan SMP. Hal ini

6

menyebabkan sebagian besar usaha peternakan kurang baik karena ternaknya
kurang diperhatikan, sehingga produktivitas ternaknya kurang maksimal. Seperti
yang dinyatakan Krishna dan Umiyasih (2006) pada umumnya pemeliharaan sapi
dijadikan sebagai usaha sambilan sehingga kondisi tersebut akan mempengaruhi
pola pemberian pakan yang seringkali diberikan sesuai kemampuan bukan
berdasarkan kebutuhan ternak. Dalam hal ini diperlukan adanya penyuluhan dan
pengontrolan secara rutin kepada para peternak dan pekerja. Soedjana (1993)
menyatakan, umumnya penduduk pedesaan mencurahkan perhatiannya pada usaha
pokoknya sehingga pemeliharaan ternaknya kurang diperhatikan.
Tabel 6 Karakteristik umum peternak responden
Karakteristik
Umur (tahun)

Pendidikan

Status usaha peternakan
Pengalaman beternak (tahun)

Kategori
25-49
50-70
>70
SD
SMP
SMA
PT
Utama
Sampingan
2-5
>5

%
61.54
30.77
7.69
15.38
7.69
30.77
46.15
42.31
57.69
19.23
80.77

Jenis pakan yang diberikan dan ketersediaan pakan berdasarkan survei
terhadap 26 responden di dua kecamatan lokasi meliputi Kecamatan Cibungbulang
dan Kecamatan Cisarua menunjukan bahwa setengah dari responden memberikan
pakan dengan kombinasi rumput lapang, rumput gajah dan limbah tanaman pangan.
Hal ini disebabkan karena rumput lapang mudah untuk didapatkan serta dapat
menghemat biaya pakan. Menurut Sudono et al. (2003), sapi perah dapat
mengkonsumsi berbagai jenis hijauan yang tersedia atau sisa-sisa hasil pertanian,
seperti jerami padi, jagung dan hasil sampingan industri, misalnya ampas tahu atau
bungkil kelapa dan konsentrat dapat berupa limbah hasil ikutan industri pertanian
seperti dedak padi dan pollard. Pakan tambahan yang diberikan oleh peternak
seperti ampas tahu sebanyak 80.77% karena mudah didapat dengan harga yang
murah. Selain itu, kadar protein kasar ampas tahu cukup tinggi yaitu 23%-29% dari
bahan kering dan dapat menggantikan sebagian konsentrat sapi perah komersil
(Mathius dan Sinurat 2001).
Asal pakan beli dan kebun sendiri sebanyak 69.23%, ketersediaan pakan
menurut peternak sebagian besar menyatakan kurang (80.77%), hal ini disebabkan
karena kurangnya dalam penggunaan limbah tanaman pangan. Sofyan et al. (2000)
menyatakan bahwa kendala pemanfaatan limbah tanaman pangan adalah
penggunaanya sebagai pupuk, lokasi yang tersebar, teknologi penggunaannya
untuk ternak, umumnya mempunyai protein dan kecernaan yang rendah serta
fluktuasi panen yang sering terjadi pada tanaman pangan. Budiarsana et al. (2006)
menyatakan bahwa salah satu kendala pemanfaatan limbah tanaman pangan sebagai
pakan ternak adalah rendahnya kepemilikan lahan. Sempitnya kepemilikan lahan
menjadikan sulitnya ketersediaan pakan saat musim kemarau. Pengaruh iklim dan

7

kondisi ekologi menurut Sajimin et al. (2000) sangat menentukan ketersediaan
hijauan sebagai pakan ternak di suatu wilayah sehingga hijauan makanan ternak
tidak dapat tersedia sepanjang tahun. Pada musim penghujan produksi hijauan
berlimpah dan sebaliknya di musim kering atau kemarau hijauan sebagai sumber
pakan ternak harus menghilang. Ketersediaan hijauan secara kuantitas dan kualitas
juga dipengaruhi oleh pembatasan lahan tanaman pakan karena penggunaan lahan
untuk tanaman pakan masih bersaing dengan tanaman pangan.
Tabel 7 Jenis pakan yang diberikan dan ketersediaan
Uraian
Jenis pakan hijauan
R. lapang
R. gajah
R. lapang dan r. gajah
R. lapang, r. gajah dan limbah tanaman pangan
R. lapang dan limbah tanaman pangan
R. gajah dan limbah tanaman pangan
Jenis pakan tambahan
Dedak
Ampas tahu
Dedak dan ampas tahu
Tidak menggunakan tambahan
Asal pakan hijauan
Beli
Kebun sendiri
Beli dan kebun sendiri
Kebun milik orang lain
Beli dan kebun milik orang lain
Beli, kebun sendiri dan milik orang lain
Persepsi ketersediaan pakan hijauan
Kurang
Cukup
Berlimpah

Peternak (%)
0.00
11.54
0.00
50.00
11.54
26.92
0.00
80.77
11.54
7.69
3.85
7.69
69.23
7.69
3.85
7.69
80.77
19.23
0.00

Identifikasi Pakan
Potensi limbah tanaman pangan yang teridentifikasi diperoleh dari hasil
konversi tanaman pangan seperti padi, ubikayu, dan jagung. Data konversi
digunakan untuk mendapatkan produksi segar limbah yang dihasilkan.
Tabel 8 Hasil konversi dan produksi limbah segar tahun 2012
Tanaman
pangan
Padi
Ubi kayu
Jagung

Limbah tanaman pangan
% bagian untuk pakan
Bagian tanaman utuh
dari tanaman utuh
Selain bulir dan akar
80.80
Daun dan ranting
10.84
Daun dan batang
55.46

Produksi limbah
segar
(ton tahun-1)
1 155 513.65
31 157.73
3 401.10

8

Tabel 8 menunjukkan limbah tanaman pangan yang biasa digunakan untuk
pakan hanya bagian-bagian tertentu. Limbah tanaman padi yang biasa diberikan ke
sapi perah adalah jerami padi dengan proporsi jerami padi segar sebesar 80.80%
dari tanaman utuh yaitu bagian selain bulir dan akar. Proporsi limbah tanaman
ubikayu yang digunakan sebesar 10.84% dari tanaman utuh yaitu daun dan ranting.
Sedangkan bagian jagung yang digunakan adalah daun dan batang dengan proporsi
sebesar 55.56% dari tanaman utuh. Produksi limbah segar jagung lebih sedikit
dibandingkan dengan produksi limbah tanaman pangan lainnya, hal ini disebabkan
luas panen dari jagung lebih kecil dibandingkan dengan padi dan ubikayu.
Tingginya produksi limbah tanaman pangan pada suatu daerah dipengaruhi oleh
luas areal panen tanaman pangan yang tinggi khususnya areal panen padi sehingga
menghasilkan jerami padi yang lebih banyak (Syamsu 2006).
Kecamatan Potensial Berdasarkan Indeks Konsentrasi Produksi Pakan
(IKPP)
Indeks konsentrasi produksi pakan (IKPP) limbah tanaman pangan
menggambarkan tentang konsentrasi produksi limbah tanaman pangan di setiap
kecamatan. Indeks konsentrasi produksi pakan dapat dilihat dalam Tabel 9.
Tabel 9 Indeks konsentrasi produksi pakan limbah tanaman pangan tahun 2012
Kecamatan
Jonggol
Sukamakmur
Pamijahan
Tanjungsari
Cariu
Cigudeg
Sukajaya
Jasinga
Leuwiliang
Rumpin
Cibungbulang
Cisarua

IKPP

Kategori

3.13
3.11
2.81
2.41
2.39
1.91
1.86
1.83
1.78
1.76
1.64
0.21

Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah

Kecamatan dengan nilai IKPP ≥ 1.50 : kategori produksi tinggi; IKPP 0.75 –
1.49 : kategori produksi sedang ; IKPP