Ketersediaan Limbah Pertanian untuk Mendukung Pengembangan Budidaya Sapi Perah di Kabupaten Bandung

KETERSEDIAAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK MENDUKUNG
PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAPI PERAH
DI KABUPATEN BANDUNG

HENDRA NUGRAHA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ketersediaan Limbah
Pertanian untuk Mendukung Pengembangan Budidaya Sapi Perah di Kabupaten
Bandung adalah benar merupakan karya tulis saya dengan arahan komisi
pembimbing dan belum pernah diajukan kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang ada dalam tulisan ini berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014
Hendra Nugraha
NIM D2410019

ABSTRAK
HENDRA NUGRAHA. Ketersediaan Limbah Pertanian untuk Mendukung
Pengembangan Budidaya Sapi Perah di Kabupaten Bandung. Dibimbing oleh
ERIKA BUDIARTI LACONI dan SRI MULATSIH.
Jumlah limbah pertanian berlimpah namun juga berpotensi sebagai sumber
hijauan pakan ternak. Penelitian ini bertujuan menentukan daerah di Kabupaten
Bandung, Jawa Barat, yang memiliki potensi pengembangan ternak sapi perah
berdasarkan indeks konsentrasi produksi pakan; menghitung produksi limbah
pertanian berdasarkan kualitas dan kuantitas pakan ternak; dan mengevaluasi
potensi sumber pakan berdasarkan ketersediaan nutrien terhadap peningkatan
populasi sapi perah. Pengambilan responden menggunakan metode purposive
sampling dengan analisis data deskriptif. Limbah pertanian yang menjadi fokus
penelitian ini terdiri dari jerami padi, jagung, kubis, dan buncis. Kecamatan yang

memiliki indeks kosentrasi produksi pakan kategori tinggi diantaranya Kecamatan
Ciparay, Paseh, Pangalengan, Anjarsari, Kutawaringin, Rancaekek, Cangkuang,
Majalaya, Pacet, Soreang, Pasirjambu, Cimaung, Ciwidey, Solokanjeruk,
Banjaran, dan Cicalengka dengan jumlah produksi BK 558 066.82 ton tahun-1,
PK 21 899.02 ton tahun-1 dan TDN 121 233.49 ton tahun-1. Berdasarkan data dari
16 kecamatan tersebut, 2 kecamatan diantaranya bernilai KPPTR negatif, hanya
14 kecamatan yang berpotensi ditambahkan populasinya sejumlah 18 122.08 ST.
Penentuan penambahan yang digunakan berdasarkan ketersediaan TDN.
Kata kunci: kapasitas tampung sapi perah, limbah pertanian, sapi perah,

ABSTRACT
HENDRA NUGRAHA. Agricultural Waste Availability to Support Dairy Cattle
Program Development in Bandung District. Supervised by ERIKA BUDIARTI
LACONI and SRI MULATSIH.
Agriculture produces many waste which is potential as feed source for
livestocks. The research objectives were to determine potential area in Bandung
District, West Java for develop dairy cattle based on index concentration of feed
production; to estimate production of agriculture waste based on feed quality and
quantity, and to evaluate potency of feed source based on availability of nutrient
for dairy cattle enhancement. Respondents were selected by using purposive

sampling method and descriptive analysis. Agriculture waste observed in this
research included rice straws, corn, cabbage, and string beans. Sub districts with
high index concentration of feed production were Ciparay, Paseh, Pangalengan,
Anjarsari, Kutawaringin, Rancaekek, Cangkuang, Majalaya, Pacet, Soreang,
Pasirjambu, Cimaung, Ciwidey, Solokanjeruk, Banjaran, Cicalengka with total
production 558 066.82 ton per years DM, 21 899.02 ton per years CP, and
121 233.49 TDN. Based on data from 16 sub districts, 2 of them had negative
value of KPPTR. Only 14 sub districts were potential for increasing population of
dairy cattle 18 122.08 AU based on TDN.
Keywords: agricultural waste, dairy cattle, dairy cattle carrying capacity

KETERSEDIAAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK MENDUKUNG
PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAPI PERAH
DI KABUPATEN BANDUNG

HENDRA NUGRAHA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan

pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Ketersediaan Limbah Pertanian untuk Mendukung Pengembangan
Budidaya Sapi Perah di Kabupaten Bandung
Nama
: Hendra Nugraha
NIM
: D24100019

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Erika Budiarti Laconi, MS
Pembimbing I


Dr Ir Sri Mulatsih, MSc Agr
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi Manu Hara Karti S, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: (

)

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini dapat
diselesaikan dengan tema “Ketersediaan Limbah Pertanian Untuk Mendukung
Pengembangan Budidaya Sapi Perah Di Kabupaten Bandung”.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kecamatan yang potensial untuk
mengembangkan ternak sapi perah berdasarkan indeks konsentrasi produksi pakan.
Menghitung produksi limbah pertanian berdasarkan kualitas dan kuantitas sebagai

pakan ternak, dan mengevaluasi potensi sumber pakan berdasarkan ketersedian
nutrien terhadap peningkatan populasi sapi perah. Penelitian yang dilakukan
penulis merupakan penelitian lintas Fakultas.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, September 2014
Hendra Nugraha

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Analisis data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Letak Geografis, Luas Wilayah, dan Iklim
Limbah Pertanian yang Berpotensi untuk Pakan
Peternakan Kabupaten Bandung

Kecamatan yang Berpotensi Limbah Pertanian
Kualitas Nutrien Limbah Pertanian Kabupaten Bandung
Produksi Limbah Pertanian
Pengembangan Ternak Sapi Perah
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
UCAPAN TERIMA KASIH

vii
vii
1
2
2
2
2
4

4
5
5
7
8
9
10
11
11
12
12
14
22
23

DAFTAR TABEL
1 Kebutuhan nutrisi ternak ruminansia
2 Struktur populasi ternak di Jawa Barat
3 Konversi satuan ternak (ST)
4 Jenis limbah pertanian yang digunakan sabagai pakan

5 Produksi segar limbah pertanian Kabupaten Bandung tahun 2010-2012
6 Populasi ternak sapi perah Kabupaten Bandung tahun 2010-2012
7 Kondisi umum peternak Kabupaten Bandung
8 Bagian limbah pertanian yang dapat dijadikan pakan ternak
9 Indek konsentrasi produksi pakan (IKKPP) di Kabupaten Bandung
10 Kualitas nutrien hasil limbah pertanian
11 Produksi limbah pertanian
12 Kapasitas peningkatan populasi ternak sapi perah

3
3
4
5
5
6
6
7
8
8
9

10

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Produksi limbah pertanian Kabupaten Bandung tahun 2012
Produksi bahan kering (BK) limbah pertanian tahun 2012
Produksi protein kasar (PK) limbah pertanian tahun 2012
Produksi total digestible nutrient (TDN) limbah pertanian tahun 2012
Populasi ternak sapi perah, sapi potong, kambing dan domba Kabupaten
Bandung tahun 2012
6 Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) sapi perah
berdasarkan ketersediaan bahan kering (BK) tahun 2012
7 Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) sapi perah
berdasarkan ketersediaan protein kasar (PK) tahun 2012
8 Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) sapi perah

berdasarkan ketersediaan total digestible nutrient (TDN) tahun 2012

14
15
16
17
18
19
20
21

PENDAHULUAN
Kebutuhan pangan asal hewan untuk Indonesia mengalami peningkatan dari
tahun-ketahun, termasuk untuk daerah Kabupaten Bandung. Rata-rata kebutuhan
pangan asal hewan Kabupaten Bandung mengalami peningkatan dari tahun 20092011 sebesar 12.22% setiap tahunnya (BPPD Kab. Bandung 2012). Peningkatan
produksi pangan hewani dapat dilakukan dengan cara peningkatan populasi ternak
agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Salah satu kendala dalam
peningkatan populasi ternak adalah keterbatasan lahan pengembalaan dan
penyedian hijauan pakan akibat perubahan fungsi lahan produktif menjadi lahan
pemukiman dan kawasan industri. Ketersediaan pakan tidak hanya dilihat dari sisi
kuantitas tetapi juga dilihat dari aspek kelengkapan nilai nutrien dan kontinuitas.
Kabupaten Bandung merupakan salah satu sentra peternakan sapi perah
memenuhi kebutuhan susu di Jawa Barat dengan populasi 22 701.62 satuan ternak
(ST) yang merupakan 30.72% dari total populasi sapi perah di Jawa Barat (BPS
Jawa Barat 2013). Daerah tersebut dapat menghasilkan susu sebanyak 62 876 000
liter/tahun (BPS Kab. Bandung 2013). Produksi susu tersebut belum dapat
memenuhi permintaan kebutuhan rumah tangga maupun bahan baku industri. Pusat
data dan sistem informasi pertanian (2013) menunjukkan bahwa kebutuhan susu
nasional baru terpenuhi 40% produksi dalam negeri sedangkan 60% yang lainnya
dipenuhi oleh impor susu. Pemenuhan kebutuhan pakan hijauan untuk ternak di
Kabupaten Bandung tidak hanya dari tanaman khusus hijauan makanan ternak akan
tetapi juga dengan memanfaatkan limbah pertanian yang melimpah sebagai pakan
mengingat Kabupaten Bandung merupakan salah satu daerah penghasil produk
pertanian dengan luas area pertanian 110 021 Ha (BPS Jawa Barat 2012).
Hasil panen beberapa komoditas pertanian menghasilkan limbah yang bisa
dimanfaatkan sebagai pakan ternak untuk pemenuhan kebutuhan hijauan.
Banyaknya limbah pertanian ini belum dapat di manfaatkan secara maksimal.
Rendahnya pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan disebabkan petani segera
membakar limbah setelah panen dimana limbah ini berfungsi sebagai pupuk
organik (Febrina dan Liana 2008). Limbah pertanian memiliki karakteristik nutrien
yang berbeda-beda. Ketersedian limbah pertanian tidak kontinu, akan tetapi
melimpah di musim panen. Peternakan rakyat perlu memperhatikan ketersediaan
bahan baku pakan lokal, komposisi kimiawi bahan pakan, pengolahan, penyusunan
ransum dan kebutuhan ternak.
Sampai saat ini Indonesia belum memiliki basis data mengenai informasi
kandungan nutrien dan pola persebaran pakan. Pakan yang digunakan oleh
peternak sebagian besar hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan
kuantitas pakan untuk ternak tanpa melihat kecukupan nutrien yang terkandung di
dalam pakan. Evaluasi tentang nutrien pakan harus dilakukan untuk menunjang
performa ternak.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kecamatan yang potensial untuk
mengembangkan ternak sapi perah berdasarkan indeks konsentrasi produksi pakan.
Menghitung produksi limbah pertanian berdasarkan kualitas dan kuantitas sebagai
pakan ternak, dan mengevaluasi potensi sumber pakan berdasarkan ketersedian
nutrien terhadap peningkatan populasi sapi perah.

2
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, pada
bulan Agustus sampai Desember 2013. Analisa nutrien sampel pakan dilaksanakan
di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Intitut Pertanian Bogor.
Metode Pengumpulan Data
Data primer diperoleh dari wawancara menggunakan panduan kuisioner
terhadap 30 peternak rakyat sapi perah di 3 kecamatan di Kabupaten Bandung.
Jumlah peternak yang yang diambil memenuhi syarat seperti pendapat Mattjik dan
Sumertajaya (2002). Metode yang digunakan purposive sampling berdasarkan
populasi ternak sapi perah terbanyak dan peternak yang menggunakan pakan
limbah pertanian sebagai pakan, dengan rincian Kecamatan Pasirjambu 10 peternak,
Kecamatan Ciwidey 10 peternak, dan Kecamatan Pangalengan 10 peternak. Sampel
pakan di tetapkan 4 limbah pertanian yang paling banyak digunakan sebagai pakan
ternak. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu Dinas Peternakan
Setempat, Dinas Tanaman Pangan dan Badan Pusat Statistik (BPS).
Analisis Data
Data primer dan data sekunder yang terkait dengan gambaran umum
wilayah, indeks konsentrasi produksi pakan, estimasi kuantitas dan kualitas nutrien
bahan pakan, serta kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia dianalisis
secara diskriptif
Indeks Konsentrasi Produksi Pakan (IKPP)
Komoditas limbah pertanian yang paling banyak digunakan sebagai pakan
ternak diambil dan ditimbang dalam keadaan segar. Tiap bagian dipisahkan dan
ditimbang sehingga diketahui proporsinya. Menentukan daerah potensial yang
memproduksi hasil limbah tanaman tiap kecamatan di Kabupaten Bandung
menggunakan rumus Indeks Konsentrasi Produksi Pakan (IKPP) limbah tanaman
menurut Syamsu (2006) :
IKPP =

produksi limbah pertanian segar kecamatan (ton tahun−1 )
rata − rata produksi limbah pertanian kabupaten (ton tahun−1 )

Wilayah kecamatan dengan angka IKPP ≥ 1.0 merupakan wilayah yang
memiliki kategori produksi tinggi pada jenis tanaman dibandingkan wilayah
lainnya di dalam sebuah kabupaten. Wilayah kecamatan dengan angka IKPP 0.5 24

49.20

Kambing

12

46.79

28.33

6-12

26.41

>12

45.26

Domba
2 tahun

1

Sapi Potong

< 1 tahun

0.25

1-2 tahun

0.5

> 2 tahun

1

Kambing

< 6 bulan

0.035

6-12 Bulan

0.07

>12 bulan

0.14

Domba

< 6 bulan

0.035

6-12 Bulan

0.07

>12 bulan

0.14

Sumber: Rohani et al. (2011)
Jumlah populasi ternak dihitung berdasarkan satuan ternak (ST). Nilai
kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) disuatu kabupaten
dihitung dengan rumus
KPPTR =

Produksi Nutrien ton − Kebutuhan Nutrien Ruminansia total(ton)
Kebutuhan Nutrien Sapi Perah (ton)

Rumus KPPTR ini digunakan sebagai perhitungan peningkatan sapi perah di
suatu daerah.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Letak Geografis, Luas Wilayah, dan Iklim
Kabupaten Bandung merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa barat
Indonesia. Secara geografis letak Kabupaten Bandung berada pada 6o.41’ sampai
dengan 7o.19’ lintang selatan (LS) dan di antara 107o.22’ sampai dengan 108o.5’
bujur timur (BT) dengan luas wilayah keseluruhan sebesar 176 239 km2 (BPS Kab.
Bandung 2013).
Topografi wilayah di Kabupaten Bandung sebagian besar merupakan
pegunungan atau daerah perbukitan dengan ketinggian diatas permukaan laut
bervariasi dari 500 m sampai 1 812 m, sedangkan morfologinya beriklim tropis
dengan curah hujan rata-rata antara 1 500 mm sampai dengan 4 000 mm per tahun.
Suhu udara berkisar antara 12oC sampai 24oC dengan kelembaban antara 78% pada
musim hujan dan 70% pada musim kemarau (BPS Kab. Bandung 2013). Kondisi
topografi dan demikian sesuai dengan pemeliharaan sapi perah akan tetapi masih
terlalu tinggi untuk kelembapan udara. Yani dan Purwanto (2006) menyatakan
lokasi yang baik untuk beternak sapi perah adalah wilayah yang memiliki
ketinggian sekurang-kurangnya 800 meter di atas permukaan air laut dengan suhu
rataan 18.3 oC dan kelembaban 55%

5
Limbah Pertanian yang Berpotensi untuk Pakan
. Kabupaten Bandung memiliki potensi sektor pertanian. Limbah dari sektor
pertanian tersebut dapat digunakan untuk menunjang ketersediaan pakan ternak.
Jenis limbah pertanian yang biasa digunakan sebagai pakan oleh peternak disajikan
pada Tabel 4.

Tabel 4 Jenis limbah pertanian yang digunakan sebagai pakan
Kecamatan
Ciwidey

Limbah pertanian yang digunakan
sebagai pakan
Jerami padi, Kubis

Pasirjambu

Jerami padi, Kubis, Jagung, Buncis

Pangalengan

Jerami padi, Kubis, Jagung

Terdapat potensi limbah pertanian di Kabupaten Bandung. Tiga daerah yang
menjadi sampel di penelitian ini yaitu Ciwidey, Pasirjambu, dan Pangalengan
menunjukkan keberagaman limbah pertanian yang dihasilkan, diantaranya jerami
padi, kubis, buncis, dan jagung (Tabel 4). Potensi dari limbah pertanian dapat
dimanfaatkan sebagai sumber hijauan pada pakan ternak. Produksi Segar Limbah
Pertanian Kabupaten Bandung Tahun 2010-2012 disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Produksi segar limbah pertanian Kabupaten Bandung tahun 2010-2012
Limbah
pertanian
Jerami Padi
Jagung

Produksi limbah (ton tahun-1)
2012

Tren
2010-2011
(%)

Tren
2011-2012
(%)

2010

2011

1 623 342.28

1 990 495.37

2 323 122.04

18.45

14.32

43 323.38

117 513.08

136 655.78

63.13

14.01
18.72
12.96

2 197.03

2 986.51

3 674.47

26.43

Kubis
32 567.14
Sumber : BPS 2011-2013

50 928.96

58 512.98

36.05

Buncis

Tabel 5 menunjukkan bahwa setiap komoditi tanaman pangan di Kabupaten
Bandung setiap tahunnya mengalami peningkatan produksi. Hal ini dikarenakan
penerapan teknologi yang lebih baik di bidang pertanian yang membuat efisiensi
lahan pertanian menjadi lebih baik setiap tahunnya. Sukartini dan Solihin (2013)
melaporkan penggunaan teknologi pertanian seperti penggunaan bibit unggul,
penggunaan obat pembasmi hama dan pupuk dapat meningkatkan rata-rata hasil
panen. Teknologi pengolahan limbah pertanian sangatlah dibutuhkan untuk
memberikan suatu peningkatan nilai produk yang bermanfaat.

Peternakan Kabupaten Bandung
Sektor peternakan Kabupaten Bandung memiliki potensi yang besar pada sapi
perah. Populasi ternak sapi perah 30.72 % Jawa Barat berada pada wilayah
Kabupaten Bandung (BPS Jawa Barat 2013). Jumlah populasi ternak berdasarkan
data BPS 2011-2013 disajikan pada Tabel 6. Sapi perah merupakan komoditas
ternak terbesar di Kabupaten Bandung. Peningkatan populasi sapi perah tiap

6
tahunnya mengindikasikan adanya potensi yang baik untuk dikembangkan.
Peningkatan sapi perah ini harus diimbangi dengan peningkatan sumber daya
manusia dan pengembangan teknologi agar tercapainya kapasitas produksi optimal.
Tabel 6 Populasi ternak sapi perah Kabupaten Bandung tahun 2010-2012
Populasi ternak kabupaten Bandung (ST)

Ternak

2010

2011

2012

Sapi Perah

21 112.92

25 876.16

22 701.62

Sapi Potong

11 757.22

26 008.02

19 809.69

Domba

20 503.25

21 220.84

21 545.49

2 128.18

2 202.63

2 333.41

Kambing
Sumber : BPS 2011-2013

Pola peternakan sapi perah di Kabupaten Bandung masih dilakukan dengan
cara tradisional. Tabel 7 menunjukkan bahwa peternakan di Kabupaten Bandung
didominasi oleh peternak yang berumur antara 25-50 tahun (80% dari total).
Peternak di kabupaten Bandung yang memiliki pengalaman beternak di atas lima
tahun yaitu 90% dari jumlah peternak. Pengalaman beternak umumnya diperoleh
turun-temurun dari orang tuanya. Pengalaman beternak yang lama mengindikasikan
keterampilan peternak terhadap manajemen pemeliharaan. Menurut Edwina et al.
(2006) semakin lama seseorang memiliki pengalaman beternak akan semakin
mudah peternak untuk mengatasi kesulitan.
Tabel 7 Kondisi umum peternak Kabupaten Bandung
Uraian
Umur Peternak
Umur >70
50-70
25-50
Pengalaman Beternak
< 2 Tahun
2-5 Tahun
> 5 Tahun
Cara Pemeliharaan Ternak
Intensif
Semi-Intensif
Ekstensif
Tingkat Pendidikan
SD
SMP
SMA
S1
Penggunaan limbah pertanian
Menggunaan
Tidak Menggunaan

Peternak (%)
3.33
16.67
80
3.33
6.67
90
100
0
0
60
33.33
6.67
0
100
0

Cara pemeliharaan 100 % peternak secara intensif atau dikandangkan dengan
pemberian pakan cut and carry, sehingga dibutuhkan tenaga lebih besar untuk
mengambil rumput setiap hari. Hal ini menyebabkan umur produktif peternak yang
lebih muda jauh lebih tinggi dibanding umur tua karena tenaga yang dimiliki lebih
besar untuk mengambil rumput.

7
Tingkat pendidikan peternak yang rendah (setingkat SD) menyebabkan
keingintahuan tentang ilmu baru cenderung rendah, sehingga pengetahuan yang
dimiliki terbatas. Peternak cenderung tidak belajar untuk menghasilkan produk
yang lebih baik. Tingkat pendidikan yang relativ tinggi memungkinkan peternak
mampu mengadopsi inovasi, penyuluhan dan bimbingan untuk meningkatkan usaha
ternak (Edwina et al. 2006). Sehinnga harus ada edukasi kepada peternak untuk
meningkatkan pengetahuan peternak agar dapat menghasilkan produk yang baik.
Hasil penelitian menunjukkan 100% peternak di Kabupaten Bandung
menggunakan limbah pertanian yang terdiri atas sayuran dan jerami padi. Hal ini
lebih tinggi dibandingkan dengan Indraningsih et al (2005) bahwa 53.5% peternak
yang memanfaatkan limbah sayuran sebagai pakan ternak sapi perah di
Pangalengan, Jawa Barat.
Kecamatan yang Berpotensi Limbah Pertanian
Bagian limbah pertanian yang dapat dijadikan pakan ternak disajikan pada
Tabel 8.
Tabel 8 Bagian limbah pertanian yang dapat dijadikan pakan ternak
Tanaman
pangan

Bagian sebagai
pakan

Bagian sebagai nonpakan (%)
19.20

Bagian sebagai
pakan (%)
80.80

Jerami padi

Selain bulir dan akar

Kubis

Daun rusak

31.78

68.22

Buncis

Daun dan batang

44.27

55.73

Jagung

Daun dan batang

36.07

55.46

Proporsi bagian tanaman pangan secara utuh ditunjukkan pada Tabel 8.
Seluruh sampel yang diambil memiliki proporsi >50% dari tanaman utuh sebagai
bagian yang dapat dijadikan pakan ternak. Proporsi jerami padi yang tidak
dimanfaatkan adalah bulir-bulir padi dan dari akar hingga batang 15 cm di atas akar.
Limbah pertanian dari tanaman kubis yang di manfaatkan adalah daun rusak yang
di tinggalkan oleh petani di ladang. Limbah pertanian tanaman buncis yang
dimanfaatkan adalah daun dan batang yang menjalar, sedangkan limbah pertanian
tanaman jagung yang digunakan adalah daun dan batang jagung pada kondisi masih
segar.
Indeks konsentrasi produksi pakan (IKPP) yang bersumber dari limbah
pertanian menunjukkan daerah atau kecamatan yang potensial. Wilayah kecamatan
dengan angka IKKP ≥ 1.0 merupakan wilayah yang memiliki kategori produksi
tinggi. Dari 31 kecamatan di Kabupaten Bandung hanya 16 kecamatan yang
memiliki nilai IKPP kategori tinggi (lampiran 1).
Tabel 9 menunjukkan 16 kecamatan yang terpilih tersebut diantaranya
Kecamatan Ciparay, Paseh, Pangalengan, Anjarsari, Kutawaringin, Rancaekek,
Cangkuang, Majalaya, Pacet, Soreang, Pasirjambu, Cimaung, Ciwidey,
Solokanjeruk, Banjaran, dan Cicalengka. Wilayah dengan kategori produksi tinggi
memberikan sumbangan lebih besar daripada daerah yang termasuk di dalam
kategori sedang dan rendah. Kecamatan yang memiliki produksi limbah tertinggi
adalah Ciparay.

8
Tabel 9 Indeks konsentrasi produksi pakan (IKPP) di Kabupaten Bandung
Produksi limbah 2012
(ton tahun-1)

Kecamatan

IKPP

Kategori produksi

Ciparay

189 914.10

2.20

Tinggi

Paseh

149 677.01

1.73

Tinggi

Pangalengan

148 407.40

1.72

Tinggi

Arjasari

134 638.99

1.56

Tinggi

Kutawaringin

131 480.68

1.52

Tinggi

Rancaekek

125 294.62

1.45

Tinggi

Cangkuang

118 433.47

1.37

Tinggi

Majalaya

107 660.96

1.25

Tinggi

Pacet

100 490.37

1.16

Tinggi

Soreang

100 219.10

1.16

Tinggi

Pasirjambu

97 934.77

1.13

Tinggi

Cimaung

97 837.62

1.13

Tinggi

Ciwidey

94 430.68

1.09

Tinggi

Solokanjeruk

93 256.66

1.08

Tinggi

Banjaran

90 044.76

1.04

Tinggi

Cicalengka

89 483.00

1.04

Tinggi

IKPP: Indeks konsentrasi produksi pakan

Produksi limbah pertanian yang berbeda dipengaruhi oleh luas areal tanam
dan keadaan lingkungan sekitar. Tanaman dengan perlakuan yang baik di dalam
perawatannya akan memberikan hasil yang maksimal yang akan membuat produksi
limbah meningkat karena adanya efisiensi dalam penggunaan lahan pertanian.
Febrina dan Liana (2008) menyatakan ketersediaan limbah pertanian sangat
dipengaruhi oleh pola pertanian tanaman pangan di suatu wilayah

Kualitas Nutrien Limbah Pertanian Kabupaten Bandung
Limbah pertanian memiliki kandungan nutrien yang dapat dimanfaatkan
dalam upaya mencukupi kebutuhan ternak. Kualitas nutrien pakan berdasarkan
berdasarkan analisa proksimat disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10 Kualitas nutrien hasil limbah pertanian
Bahan Pakan
Jerami padi
Jagung
Buncis
Kubis

ABU
22.45
8.62
11.83
14.07

BO
77.55
91.38
88.17
85.93

Kandungan nutrien BK 100 %
PK
LK
SK
6.66
0.71
37.68
10.55
2.86
23.16
17.70
2.26
20.16
16.48
4.47
16.97

BETN
32.50
54.82
48.06
48.00

TDN
37.65
63.64
63.86
65.32

BO: bahan organik; PK: protein kasar; LK: lemak kasar; SK: Serat Kasar; BETN: bahan ekstrak
tanpa nitrogen; TDN: total digestible nutrient

Tabel 10 menunjukkan limbah pertanian dapat digunakan sebagai sumber
hijauan untuk ternak ruminansia. Hijauan yang baik digunakan untuk pakan ternak
memiliki SK > 18% (Sukria dan Krisna 2009). Hata (2006) menyatakan bahwa

9
kualitas kandungan nutrient jerami padi BK 91.90%, PK 5.36%, Abu 21.51% dan
LK 0.91%. Limbah jagung memiliki kandungan PK yang lebih tinggi dan lebih
rendah untuk kandungan TDN dibandingkan dengan Sukria dan Krisna (2009)
Kandungan nutrient limbah jagung BK 28%, PK 8.2% dan TDN 48%. Menurut
Syananta (2009) limbah kubis memiliki kandungan nutrient BK 22.87 %, PK
5.33%, LK 0.61%, SK 48.19% dan abu 2.80%. Hasil kajian menunjukkan
kandungan nutrien jerami padi, jagung, dan kubis pada penelitian ini masih standar
nilai pada penelitian-penelitian sebelumnya.
Produksi Limbah Pertanian
Produksi limbah pertanian berdasarkan bahan kering (BK), protein kasar (PK),
dan total digestible nutrien (TDN) pada 16 kecamatan di Kabupaten Bandung
disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11 Produksi limbah pertanian
Produksi limbah pertanian (ton tahun-1)

Kecamatan
BK

PK

TDN

Ciparay

60 145.29

2 061.52

11 685.11

Paseh

47 339.71

1 632.15

9 257.69

Pangalengan

19 299.92

1 980.54

8 657.03

Arjasari

41 403.02

1 561.80

8 907.42

Kutawaringin

41 891.56

1 405.26

7 920.94

Rancaekek

39 924.98

1 330.49

7 522.01

Cangkuang

37 369.87

1 304.65

7 402.48

Majalaya

34 279.93

1 146.39

6 483.39

Pacet

30 083.28

1 056.60

6 003.49

Soreang

31 592.28

1 105.70

6 278.62

Pasirjambu

29 427.12

1 056.90

5 852.06

Cimaung

30 553.37

1 077.80

6 112.15

Ciwidey

29 611.73

2 088.82

11 580.30

Solokanjeruk

29 704.62

991.67

5 607.44

Banjaran

28 247.12

1 010.64

5 745.59

Cicalengka

27 193.03

1 088.10

6 217.78

558 066.82

21 899.02

121 233.49

Jumlah

BK: bahan kering; PK: protein kasar; TDN: total digestible nutrient

Kecamatan yang memiliki produksi BK, PK, dan TDN tertinggi adalah
kecamatan Ciparay. Tingginya nilai BK pada suatu daerah tidak mencerminkan
tingginya nilai PK dan TDN pada daerah. Hal ini dipengaruhi oleh kandungan
nutrien pada masing-masing komoditi. Seperti yang dinyatakan oleh Syamsu et al.
(2003) kualitas nutrient limbah pertanian yang rendah dan bervariasi tergantung
dari jenis spesiesnya. Apabila suatu komoditi memiliki kandungan nutrien yang
tinggi akan menyebabkan produksi nutren tinggi.

10
Pengembangan Ternak Sapi Perah
Peningkatan kapasitas tampung ternak sapi perah di Kabupaten Bandung
berdasarkan produksi limbah pertanian disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12 Kapasitas peningkatan populasi ternak sapi perah
Kecamatan
Ciparay

Paseh

Pangalengan

Arjasari

Kutawaringin

Rancaekek

Cangkuang

Majalaya

Pacet

Soreang

Pasirjambu

Cimaung

Ciwidey

Solokanjeruk

Banjaran

Cicalengka

Jumlah

Kandungan
BK
PK
TDN
BK
PK
TDN
BK
PK
TDN
BK
PK
TDN
BK
PK
TDN
BK
PK
TDN
BK
PK
TDN
BK
PK
TDN
BK
PK
TDN
BK
PK
TDN
BK
PK
TDN
BK
PK
TDN
BK
PK
TDN
BK
PK
TDN
BK
PK
TDN
BK
PK
TDN
BK
PK
TDN

Total kebutuhan
(ton tahun-1)
1 813.49
195.79
303.13
4 356.32
477.13
1 133.08
35 454.77
3 209.08
21 203.09
4 719.03
454.09
2 227.71
2 340.46
250.11
271.99
1 998.02
215.46
269.30
1 010.84
100.97
355.76
1 407.64
148.45
211.43
5 497.87
550.98
723.73
2 765.39
296.35
331.38
11 911.91
1 101.52
6 691.64
1 764.12
180.22
333.65
4 012.65
387.19
1 799.14
2 308.79
244.18
134.09
1 213.06
128.25
159.82
2 231.57
226.41
610.96
84 805.93
8 166.17
36 759.91

Kelebihan nutrien
(ton tahun-1)
58 331.80
1 865.73
11 381.98
42 983.39
1 155.03
8 124.61
-16 154.85
-1 228.54
-12 546.06
36 683.99
1 107.71
6 679.71
39 551.10
1 155.15
7 648.94
37 926.96
1 115.03
7 252.70
36 359.03
1 203.68
7 046.72
32 872.30
997.94
6 271.96
24 585.41
505.62
5 279.76
28 826.89
809.35
5 947.24
17 515.21
-44.63
-839.58
28 789.24
897.59
5 778.50
25 599.08
1 701.63
9 781.16
27 395.83
747.48
5 473.35
27 034.06
882.39
5 585.77
24 961.46
861.69
5 606.82
473 260.90
13 732.85
84 473.58

KPPTR
Sapi perah (ST)
6 720.25
2 391.96
2 107.77
4 952.00
1 480.80
1 504.56
0.00
0.00
0.00
4 226.27
1 420.14
1 236.98
4 556.58
1 480.96
1 416.47
4 369.46
1 429.53
1 343.09
4 188.83
1 543.18
1 304.95
3 787.13
1 279.41
1 161.47
2 832.42
648.23
977.73
3 321.07
1 037.63
1 101.34
2 017.88
0.00
0.0
3 316.73
1 150.75
1 070.09
2 949.20
2 181.58
1 811.33
3 156.20
958.31
1 013.58
3 114.52
1 131.27
1 034.40
2 875.74
1 104.73
1 038.30
56 384.30
19 238.49
18 122.08

BK: bahan kering; PK: protein kasar; TDN: total digestible nutrient; KPPTR: kapasitas peningkatan
populasi ternak ruminansia

11
Limbah pertanian di Kabupaten Bandung dapat digunakan sebagai pakan
ternak alternatif sumber hijauan. Produksi bahan kering (BK), protein kasar (PK),
dan total digestible nutrient (TDN) di 16 kecamatan yang memiliki potensi
produksi limbah pertanian hanya 14 kecamatan yang dapat dilakukan
pengembangan populasi untuk sapi perah di wilayah Kabupaten Bandung dapat
ditingkatkan hingga kapasitas tampung ternak. Dua kecamatan diantaranya yaitu
Kecamatan Pangalengan dan Pasirjambu tidak dapat ditingkatkan populasinya
disebabkan memiliki nilai KPPTR yang negativ. Hal ini mengartikan bahwa adanya
populasi yang besar melebihi kapasitas tampung pakan berbasis limbah pertanian di
daerah tersebut.
Peningkatan populasi ditentukan berdasarkan kecukupan nutrien pakan yang
berasal dari limbah pertanian. Menentukan kapasitas peningkatan populasi ternak
ruminansia (KPPTR) sapi perah mengacu kepada ketersedian produksi TDN. Hal
ini dikarenakan ketersedian TDN memiliki nilai KPPTR efektif terkecil dari pada
nilai BK dan PK. Perbedaan produksi BK, PK, dan TDN yang ada disebabkan
kuantitas dan kualitas nutrien berbeda pada setiap limbah yang digunakan pada
ternak dan jumlah produksi tanaman yang berbeda pada setiap kecamatan.
Peningkatan populasi ternak sapi perah 18 122.08 ST berpotensi dilakukan
berdasarkan ketersediaan TDN di 14 kecamatan di Kabupaten Bandung. Hal ini
sebanding dengan 1.13 kali lipat dari populasi awal. Peningkatan populasi ini
sesuai dengan kapasitas tampung maksimal pakan berbasis limbah pertanian
dengan proporsi 70% dalam kebutuhan pakan ternak yang ada di Kabupaten
Bandung, sehingga harus disediakan 30% pakan tambahan (konsentrat) untuk
memenuhi kebutuhan. Kebutuhan pakan tambahan ini dapat digunakan konsentrat
untuk mencukupi kebutuhan nutrien setiap hari. Hal ini di karenakan nutrien pada
limbah pertanian yang rendah, sehingga belum dapat mencukupi untuk kebutuhan
nutrien sapi perah. Penambahan konsetrat dapat menutupi kekurangan nutrien untuk
kebutuhan hidup pokok, reproduksi, dan produksi sapi perah. Peningkatan populasi
juga harus diikuti oleh penambahan lahan untuk kandang, akses transportasi
menuju wilayah, dan sarana penunjang lainnya untuk kelancaran budidaya.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sebanyak 16 kecamatan yang tersebar di Kabupaten Bandung memiliki nilai
indeks konsentrasi produksi pakan berbasis limbah pertanian katagori tinggi.
Produksi limbah pertanian berupa limbah sayuran dan jerami padi berdasarkan
bahan kering sebesar 558 066.82 ton tahun-1 dengan kandungan protein kasar
sebesar 21 899.02 ton tahun-1 dan total digestible nutrient 121 233.49 ton tahun-1.
Peningkatan populasi ternak sapi perah sebesar 18 122.08 ST sebanding dengan
1.13 kali lipat populasi awal berpotensi dilakukan di 14 dari 16 kecamatan di
Kabupaten Bandung dengan penggunaan pakan berbasis limbah pertanian.
Peningkatan populasi ternak sapi perah ini harus diimbangi dengan ketersediaan
konsentrat, edukasi terhadap peternak, luas area, dan transportasi untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Penentuan peningkatan populasi ternak tersebut

12
berdasarkan ketersediaan produksi sumber pakan berdasarkan total digestible
nutrient.
Saran
Penggunaan limbah pertanian harus diimbangi dengan adanya teknologi
pakan untuk meningkatkan kualitas dan daya simpan. Sehingga kontuinitas limbah
dapat terjaga. Pemberian pakan berbasis limbah masih harus diimbangi dengan
penggunaan konsentrat untuk memenuhi kebutuhan pada saat produksi.

DAFTAR PUSTAKA
Agus A. 2008. Membuat Pakan Ternak Secara Mandiri. Yogyakarta (ID): PT Citra
Adi Parama.
[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2005. Official Methods of
Analysis. Washington DC (US): Association of Official Analytical Chemists.
[BPPD] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung. 2012.
Rancangan Kerja Pembangunan Daerah 2012. Bandung (ID). BPPD Kab.
Bandung.
[BPS] Badan Pusat Statistik Indonesia. 2013. Statistik Peternakan dan Kesehatan
Hewan 2013. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan
Hewan Kementrian Pertanian RI.
[BPS] Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2012. Jawa Barat dalam Angka Tahun
2013. Bandung (ID): Badan Pusat Statistik Jawa Barat.
[BPS] Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2013. Jawa Barat dalam Angka Tahun
2013. Bandung (ID): Badan Pusat Statistik Jawa Barat.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung. 2011. Kabupaten Bandung dalam
Angka Tahun 2011. Bandung (ID): Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung. 2012. Kabupaten Bandung dalam
Angka Tahun 2012. Bandung (ID): Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung. 2013. Kabupaten Bandung dalam
Angka Tahun 2013. Bandung (ID); Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung.
Edwina S, Cepriadi, Zainina. 2006. Analisis pendapatan peternak ayam broiler
pola kemitraan di Kota Pekanbaru. J Peternakan. 3(1):1-9.
Febrina D, Liana M. 2008. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan
ruminansia pada peternak rakyat di Kecamatan Rengat Barat Kabupaten
Indragiri Hulu. J peternakan 5 (1):28-7.
Hardianto R, Wahyono DE, Anam C, Suryanto, Kartono G dan Soemarsono SR.
2002. Kajian teknologi pakan lengkap (Complete feed) sebagai peluang
agribisnis bernilai komersial di pedesaan [makalah seminar]. Jakarta (ID):
Badan Litbang Pertanian.
Hata E. 2006. Produktifitas dan karakteristik karkas kerbau yang diberi pakan
jerami padi dengan atau tanpa fermentasi selama penggemukan [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Indraningsih, Sani Y, Widiastuti R. 2005. Evaluation of farmers appreciation in
reducing pesticide by organic farming practice. J Agric Sci. 6(2):59-68

13
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS
dan Minitab Jilid I. Bogor (ID): IPB Pr.
[NRC] National Research Council. 2000. National Research Council Requirement
of Beef Cattle. Washington DC (US): The National Academy of Sciences.
[NRC] National Research Council. 2001. National Research Council Requirement
Dairy Cattle. Washington DC (US): The National Academy of Sciences.
[NRC] National Research Council. 2007. Nutrien Requirement Small Ruminants.
Washington DC (US): The National Academy of Sciences.
Owens FN, Sapienza DA, Hassen AT. 2010. Effect of nutrien composition of feeds
on digestibility of organic matter by cattle. J Anim Sci. 88; E151-E169.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2013. Buletin Konsumsi Pangan.
Jakarta (ID): Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Rohani, Hoddi H, Rombe MB, Ridwan M. 2011 Bahan Ajar Pengelolaan Usaha
Peternakan. Makasar (ID): Univ Hasanudin Pr.
Sukria HA, Krisna R. 2009. Sumber dan Ketersediaan Bahan Baku Pakan di
Indonesia. Bogor (ID): IPB Pr.
Sukartini NM, Solihin A. 2013. Respon petani terhadap perkembangan teknologi
dan perubahan iklim: studi kasus subak di Desa Gadungan, Tabanan, Bali.
JEKT. 6(2):128-139.
Syamsu JA, Sofyan LA, Mudikdjo K, Gumbira SE. 2003. daya dukung limbah
pertanian sebagai sumber pakan ternak ruminansia di Indonesia. Jurnal
Wartazoa. 13(1):30-37.
Syamsu JA. 2006. Analisis potensi limbah tanaman pangan sebagai sumber pakan
ternak ruminansia di Sulawesi Selatan [disertasi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Syananta FP. 2009. Uji fisik wafer limbah sayuran pasar dan palatabilitasnya pada
ternak domba [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Yani A, Purwanto BP. 2006. pengaruh iklim mikro terhadap respons fisiologis sapi
peranakan fries holland dan modifikasi lingkungan untuk meningkatkan
produktivitasnya. Media Petern. 29(1):35-46.

14

LAMPIRAN
Lampiran 1 Produksi limbah pertanian Kabupaten Bandung 2012
Kecamatan

Produksi Limbah Pertanian (ton tahun-1)
Jagung

Ciwidey

87 827.92

3 567.15

1 386.42

1 649.19

1.09

Rancabali

30 691.38

5 157.00

599.84

3 677.43

0.66

Pasirjambu

90 184.58

1 153.17

693.39

857.86

1.13

Cimaung

93 349.25

3 517.95

15.12

106.68

1.13

Pangalengan

26 470.42

7 138.92

444.05

26 674.52

1.72

Kertasari

10 053.71

2 747.63

44.45

5 961.01

0.63

Pacet

92 011.00

3 501.04

0.00

0.00

1.16

Ibun

66 066.63

3 393.41

0.00

602.15

0.81

Paseh

146 117.54

3 559.46

0.00

0.00

1.73

Cikancung

65 246.00

15 760.05

33.21

63.91

0.94

Cicalengka

77 643.75

10 833.69

4.62

281.04

1.04

Nagrek

54 544.21

17 294.54

0.00

0.00

0.83

Rancaekek

125 231.58

63.04

0.00

0.00

1.45

Majalaya

107 350.38

310.59

0.00

0.00

1.25

93 096.75

159.91

0.00

0.00

1.08

186 180.88

3 716.30

16.93

0.00

2.20

78 026.71

5 884.26

0.00

0.00

0.97

Arjasari

122 121.63

11 175.03

130.92

94.99

1.56

Banjaran

85 635.38

4 335.94

73.45

0.00

1.04

114 685.50

3 696.31

0.00

51.66

1.37

Pameungpeuk

63 524.79

276.76

0.00

0.00

0.74

Ketapang

46 973.42

319.81

0.00

0.00

0.55

Soreang

96 808.50

3 390.33

20.26

0.00

1.16

131 207.42

0.00

128.29

144.97

1.52

Margaasih

43 905.54

2 121.84

0.00

0.00

0.53

Margahayu

3 476.08

287.52

0.00

0.00

0.04

Dayeuhkolot

8 092.63

0.00

0.00

0.00

0.09

Bojongsoang

70 350.71

1 020.94

0.00

0.00

0.83

Cileunyi

60 086.58

6 617.68

30.43

158.06

0.78

Cilengkrang

21 390.96

1 712.85

0.00

648.83

0.28

Cimenyan

24 770.25

13 942.65

53.09

17 540.68

0.67

2 323 122.04

136 655.78

3 674.47

58 512.98

31.00

Solokanjeruk
Ciparay
Baleendah

Cangkuang

Kutawaringin

Jumlah

Buncis

IKPP

Jerami Padi

Kubis

15

Lampiran 2 Produksi bahan kering (BK) limbah pertanian tahun 2012
Kecamatan
Ciwidey
Rancabali
Pasirjambu
Cimaung
Pangalengan
Kertasari
Pacet
Ibun
Paseh
Cikancung
Cicalengka
Nagrek
Rancaekek
Majalaya
Solokanjeruk
Ciparay
Baleendah
Arjasari
Banjaran
Cangkuang
Pameungpeuk
Ketapang
Soreang
Kutawaringin
Margaasih
Margahayu
Dayeuhkolot
Bojongsoang
Cileunyi
Cilengkrang
Cimenyan

Produksi BK Limbah Pertanian (ton tahun-1)
Jerami Padi
Jagung
Buncis
Kubis
27 990.76
773.72
276.80
570.45
9 781.34
1 118.55
119.76
1 272.02
28 741.83
250.12
138.44
296.73
29 750.41
763.04
3.02
36.90
8 436.12
1 548.43
88.66
9 226.72
3 204.12
595.96
8.87
2 061.91
29 323.91
759.38
0.00
0.00
21 055.43
736.03
0.00
208.28
46 567.66
772.05
0.00
0.00
20 793.90
3 418.35
6.63
22.11
24 745.06
2 349.83
0.92
97.21
17 383.24
3 751.19
0.00
0.00
39 911.31
13.67
0.00
0.00
34 212.56
67.37
0.00
0.00
29 669.93
34.68
0.00
0.00
59 335.84
806.06
3.38
0.00
24 867.11
1 276.30
0.00
0.00
38 920.16
2 423.86
26.14
32.86
27 291.99
940.46
14.66
0.00
36 550.27
801.73
0.00
17.87
20 245.35
60.03
0.00
0.00
14 970.43
69.37
0.00
0.00
30 852.87
735.36
4.05
0.00
41 815.80
0.00
25.61
50.15
13 992.70
460.23
0.00
0.00
1 107.83
62.36
0.00
0.00
2 579.12
0.00
0.00
0.00
22 420.77
221.44
0.00
0.00
19 149.59
1 435.38
6.08
54.67
6 817.30
371.52
0.00
224.43
7 894.28
3 024.16
10.60
6 067.32

Total
29 611.73
12 291.68
29 427.12
30 553.37
19 299.92
5 870.86
30 083.28
21 999.75
47 339.71
24 240.99
27 193.03
21 134.43
39 924.98
34 279.93
29 704.62
60 145.29
26 143.41
41 403.02
28 247.12
37 369.87
20 305.38
15 039.80
31 592.28
41 891.56
14 452.92
1 170.19
2 579.12
22 642.21
20 645.72
7 413.25
16 996.36

16
Lampiran 3 Produksi protein kasar (PK) limbah pertanian tahun 2012
Kecamatan
Ciwidey
Rancabali
Pasirjambu
Cimaung
Pangalengan
Kertasari
Pacet
Ibun
Paseh
Cikancung
Cicalengka
Nagrek
Rancaekek
Majalaya
Solokanjeruk
Ciparay
Baleendah
Arjasari
Banjaran
Cangkuang
Pameungpeuk
Ketapang
Soreang
Kutawaringin
Margaasih
Margahayu
Dayeuhkolot
Bojongsoang
Cileunyi
Cilengkrang
Cimenyan

Produksi PK Limbah Pertanian (ton tahun-1)
Jerami Padi
Jagung
Buncis
Kubis
1 864.18
81.63
48.99
94.01
325.72
118.01
21.20
209.63
957.10
26.39
24.50
48.90
990.69
80.50
0.53
6.08
280.92
163.36
15.69
1 520.56
106.70
62.87
1.57
339.80
976.49
80.11
0.00
0.00
701.15
77.65
0.00
34.33
1 550.70
81.45
0.00
0.00
692.44
360.64
1.17
3.64
824.01
247.91
0.16
16.02
578.86
395.75
0.00
0.00
1 329.05
1.44
0.00
0.00
1 139.28
7.11
0.00
0.00
988.01
3.66
0.00
0.00
1 975.88
85.04
0.60
0.00
828.07
134.65
0.00
0.00
1 296.04
255.72
4.63
5.41
908.82
99.22
2.60
0.00
1 217.12
84.58
0.00
2.94
674.17
6.33
0.00
0.00
498.52
7.32
0.00
0.00
1 027.40
77.58
0.72
0.00
1 392.47
0.00
4.53
8.26
465.96
48.55
0.00
0.00
36.89
6.58
0.00
0.00
85.88
0.00
0.00
0.00
746.61
23.36
0.00
0.00
637.68
151.43
1.08
9.01
227.02
39.20
0.00
36.99
262.88
319.05
1.88
999.89

Total
2 088.82
674.55
1 056.90
1 077.80
1 980.54
510.94
1 056.60
813.12
1 632.15
1 057.89
1 088.10
974.61
1 330.49
1 146.39
991.67
2 061.52
962.72
1 561.80
1 010.64
1 304.65
680.50
505.83
1 105.70
1 405.26
514.51
43.47
85.88
769.97
799.20
303.20
1 583.70

17
Lampiran 4 Produksi total digestible nutrient (TDN) limbah pertanian tahun 2012
Kecamatan
Ciwidey
Rancabali
Pasirjambu
Cimaung
Pangalengan
Kertasari
Pacet
Ibun
Paseh
Cikancung
Cicalengka
Nagrek
Rancaekek
Majalaya
Solokanjeruk
Ciparay
Baleendah
Arjasari
Banjaran
Cangkuang
Pameungpeuk
Ketapang
Soreang
Kutawaringin
Margaasih
Margahayu
Dayeuhkolot
Bojongsoang
Cileunyi
Cilengkrang
Cimenyan

Produksi TDN Limbah Pertanian (ton tahun-1)
Jerami Padi
Jagung
Buncis
Kubis
10 538.52
492.39
176.77
372.62
1 841.34
711.85
76.48
830.89
5 410.65
159.18
88.41
193.83
5 600.51
485.60
1.93
24.10
1 588.10
985.42
56.62 6 026.89
603.17
379.27
5.67 1 346.84
5 520.23
483.27
0.00
0.00
3 963.69
468.41
0.00
136.05
8 766.36
491.33
0.00
0.00
3 914.45
2 175.44
4.23
14.44
4 658.26
1 495.43
0.59
63.50
3 272.39
2 387.25
0.00
0.00
7 513.30
8.70
0.00
0.00
6 440.52
42.87
0.00
0.00
5 585.37
22.07
0.00
0.00
11 169.97
512.98
2.16
0.00
4 681.23
812.24
0.00
0.00
7 326.72
1 542.55
16.69
21.46
5 137.72
598.51
9.36
0.00
6 880.59
510.22
0.00
11.67
3 811.19
38.20
0.00
0.00
2 818.18
44.15
0.00
0.00
5 808.05
467.99
2.58
0.00
7 871.83
0.00
16.36
32.76
2 634.13
292.89
0.00
0.00
208.55
39.69
0.00
0.00
485.52
0.00
0.00
0.00
4 220.71
140.93
0.00
0.00
3 604.91
913.47
3.88
35.71
1 283.36
236.43
0.00
146.60
1 486.10
1 924.58
6.77 3 963.17

Total
11 580.30
3 460.55
5 852.06
6 112.15
8 657.03
2 334.95
6 003.49
4 568.15
9 257.69
108.57
6 217.78
5 659.65
7 522.01
6 483.39
5 607.44
11 685.11
5 493.47
8 907.42
5 745.59
7 402.48
3 849.39
2 862.33
6 278.62
7 920.94
2 927.01
248.24
485.52
4 361.64
4 557.98
1 666.39
7 380.62

18

Lampiran 5

Populasi ternak sapi perah, sapi potong, kambing dan domba
Kabupaten Bandung tahun 2012
Populasi Ternak (ST)

Kecamatan
Sapi Perah
Ciwidey
Rancabali
Pasirjambu
Cimaung
Pangalengan
Kertasari
Pacet
Ibun
Paseh
Cikancung
Cicalengka
Nagrek
Rancaekek
Majalaya
Solokanjeruk
Ciparay
Baleendah
Arjasari
Banjaran
Cangkuang
Pameungpeuk
Ketapang
Soreang
Kutawaringin
Margaasih
Margahayu
Dayeuhkolot
Bojongsoang
Cileunyi
Cilengkrang
Cimenyan

810.34
503.26
3 254.16
8.53
10 660.95
3 247.05
35.54
2.13
13.51
41.94
192.63
2.84
0.00
2.13
2.84
6.40
41.94
984.49
2.84
108.05
0.00
2.13
0.71
8.53
0.00
0.00
2.13
2.13
408.72
1 702.43
653.25

Sapi Potong

Kambing

42.65
125.11
24.17
302.10
216.09
53.31
1 088.27
290.02
110.18
12 710.26
138.61
120.84
76.06
130.79
147.14
66.82
243.10
49.76
98.09
81.03
147.85
208.98
135.77
114.44
253.05
98.80
105.20
46.91
34.83
863.65
1 826.82

82.02
27.84
119.29
84.26
44.09
29.52
86.04
92.01
472.68
67.91
76.97
47.83
105.75
67.73
29.52
116.96
7.85
118.73
50.26
48.39
60.07
34.47
121.53
92.20
14.76
20.18
18.50
17.84
53.34
51.75
73.14

Domba
554.71
548.56
593.52
570.12
626.74
521.40
1 895.18
1 706.70
1 408.47
317.50
598.29
628.12
767.69
510.66
959.93
665.01
1 590.99
581.69
454.23
217.39
322.00
540.85
1 075.55
910.84
739.52
239.50
57.90
294.01
363.29
546.91
738.23

19
Lampiran 6 Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) sapi perah
berdasarkan ketersediaan bahan kering (BK) tahun 2012
Kecamatan
Ciwidey
Rancabali
Pasirjambu
Cimaung
Pangalengan
Kertasari
Pacet
Ibun
Paseh
Cikancung
Cicalengka
Nagrek
Rancaekek
Majalaya
Solokanjeruk
Ciparay
Baleendah
Arjasari
Banjaran
Cangkuang
Pameungpeuk
Ketapang
Soreang
Kutawaringin
Margaasih
Margahayu
Dayeuhkolot
Bojongsoang
Cileunyi
Cilengkrang
Cimenyan

Produksi BK
(ton tahun-1)
29 611.73
12 291.68
29 427.12
30 553.37
19 299.92
5 870.86
30 083.28
21 999.75
47 339.71
24 240.99
27 193.03
21 134.43
39 924.98
34 279.93
29 704.62
60 145.29
26 143.41
41 403.02
28 247.12
37 369.87
20 305.38
15 039.80
31 592.28
41 891.56
14 452.92
1 170.19
2 579.12
22 642.21
20 645.72
7 413.25
16 996.36

Total kebutuhan
(ton tahun-1)
4 012.65
2 975.27
11 911.91
1 764.12
35454.77
11 543.25
5 497.87
4 219.26
4 356.32
13 374.03
2 231.57
1 606.98
1 998.02
1 407.64
2 308.79
1 813.49
3 844.06
4 719.03
1 213.06
1 010.84
989.18
1 468.68
2 765.39
2 340.46
1 888.49
665.40
279.93
734.30
2 247.31
7 548.66
5 630.75

Sisa BK
(ton tahun-1)
25 599.08
9 316.41
17 515.21
28 789.24
-16 154.85
-5 672.39
24 585.41
17 780.49
42 983.39
10 866.97
24 961.46
19 527.45
37 926.96
32872.30
27 395.83
58 331.80
22 299.35
36 683.99
27 034.06
36 359.03
19 316.20
13 571.11
28 826.89
39 551.10
12 564.44
504.79
2 299.19
21 907.92
18 398.41
- 135.41
11 365.61

KPPTR
(ST)
2 949.20
1 073.32
2 017.88
3 316.73
0.00
0.00
2 832.42
2 048.44
4 952.00
1 251.95
2 875.74
2 249.71
4 369.46
3 787.13
3 156.20
6 720.25
2 569.05
4 226.27
3 114.52
4 188.83
2 225.37
1 563.49
3 321.07
4 556.58
1 447.52
58.16
264.88
2 523.95
2 119.63
0.00
1 309.40

20
Lampiran 7 Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) sapi perah
berdasarkan ketersediaan protein kasar (PK) tahun 2012
Kecamatan
Ciwidey
Rancabali
Pasirjambu
Cimaung
Pangalengan
Kertasari
Pacet
Ibun
Paseh
Cikancung
Cicalengka
Nagrek
Rancaekek
Majalaya
Solokanjeruk
Ciparay
Baleendah
Arjasari
Banjaran
Cangkuang
Pameungpeuk
Ketapang
Soreang
Kutawaringin
Margaasih
Margahayu
Dayeuhkolot
Bojongsoang
Cileunyi
Cilengkrang
Cimenyan

Produksi PK
(ton tahun-1)
2088.82
674.55
1056.90
1077.80
1980.54
510.94
1056.60
813.12
1632.15
1057.89
1088.10
974.61
1330.49
1146.39
991.67
2061.52
962.72
1561.80
1010.64
1304.65
680.50
505.83
1105.70
1405.26
514.51
43.47
85.88
769.97
799.20
303.20
1583.70

Total kebutuhan
(ton tahun-1)
387.19
288.20
1101.52
180.22
3209.08
1058.75
550.98
446.51
477.13
940.98
226.41
169.85
215.46
148.45
244.18
195.79
403.48
454.09
128.25
100.97
102.49
151.13
296.35
250.11
194.38
68.48
26.41
77.79
219.19
684.59
500.20

Sisa PK
(ton tahun-1)
1701.63
386.36
-44.63
897.59
-1228.54
-547.80
505.62
366.61
1155.03
116.91
861.69
804.76
1115.03
997.94
747.48
1865.73
559.25
1107.71
882.39
1203.68
578.01
354.70
809.35
1155.15
320.13
-25.01
59.47
692.18
580.01
-381.40
1083.50

Kpptr (ST)
2181.58
495.33
0.00
1150.75
0.00
0.00
648.23
470.01
1480.80
149.89
1104.73
1031.75
1429.53
1279.41
958.31
2391.96
716.99
1420.14
1131.27
1543.18
741.04
454.75
1037.63
1480.96
410.42
0.00
76.25
887.41
743.60
0.00
1389.10

21
Lampiran 8 Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) sapi perah
berdasarkan ketersediaan total digestible nutrient (TDN) tahun 2012
kecamatan
Ciwidey
Rancabali
Pasirjambu
Cimaung
Pangalengan
Kertasari
Pacet
Ibun
Paseh
Cikancung
Cicalengka
Nagrek
Rancaekek
Majalaya
Solokanjeruk
Ciparay
Baleendah
Arjasari
Banjaran
Cangkuang
Pameungpeuk
Ketapang
Soreang
Kutawaringin
Margaasih
Margahayu
Dayeuhkolot
Bojongsoang
Cileunyi
Cilengkrang
Cimenyan

Produksi TDN
(ton tahun-1)
11580.30
3460.55
5852.06
6112.15
8657.03
2334.95
6003.49
4568.15
9257.69
6108.57
6217.78
5659.65
7522.01
6483.39
5607.44
11685.11
5493.47
8907.42
5745.59
7402.48
3849.39
2862.33
6278.62
7920.94
2927.01
248.24
485.52
4361.64
4557.98
1666.39
7380.62

Total kebutuhan
(ton tahun-1)
1799.14
1107.32
6691.64
333.65
21203.09
6488.69
723.73
333.30
1133.08
5616.46
610.96
164.0