Rencana Pengembangan Agribisnis Daun Kumis Kucing dengan Pendekatan Cooperative Entrepreneur di Bogor

RENCANA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DAUN KUMIS
KUCING DENGAN PENDEKATAN COOPERATIVE
ENTREPRENEUR DI BOGOR

DANI YOGA NUGRAHA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

2

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa Rencana Pengembangan Agribisnis
Daun Kumis Kucing dengan Pendekatan Cooperative Entrepreneur Di
Bogoradalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Dani Yoga Nugraha
NIM H34100010

4

ABSTRAK
DANI YOGA NUGRAHA. Rencana Pengembangan Agribisnis Daun Kumis
Kucing dengan Pendekatan Cooperative Entrepreneur Di Bogor. Dibimbing oleh
LUKMAN M. BAGA.
Rencana bisnis merupakan tahap awal dalam memulai suatu bisnis. Bisnis
ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dengan menigkatkan nilai
jual komoditas kumis kucing dari segar menjadi bubuk. pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wirakoperasi. Wirakoperasi dianggap

sebagai pendekatan yang paling cocok untuk menjalankan rencana bisnis
ini.Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek non finansialdan
aspek finansial yaitu NPV, Net B/C, IRR, Payback Period (PP), Break Event
Point (BEP), Cash Flow serta Laporan Laba Rugi. Hasil dari pendekatan ini
menigkatkan harga jual petani dari dua ribu rupiah menjadi delapan ribu rupiah.
Manfaat bersih yang diterima adalah sebesar Rp79 577 pada tahun pertama dan
Rp28 709 pada tahun berikutnya
Kata kunci: kumis kucing, rencana bisnis, wirakoperasi

ABSTRACT
DANI YOGA NUGRAHA. Kidney teaAgribusiness Development Planwith
Cooperative Entrepreneur Approaches in Bogor. Supervised by LUKMAN M.
BAGA.
Business plan is the beginning stage of starting a business activity. The
purposes of this business is to increase farmer welfare and the sale value of fresh
Kidney tea comodities that processed into powder form. This research uses
cooperative entrepreneurship approach because cooperative entrepreneurship
regarded as an approach that suitable to operate this business. Financial and nonfinancial aspect are used as analysis method to collecting data. The financial
aspect or tools which used in developing financial planning in the business
operation are NPV, Net B/C, IRR< Payback Period (PP), Breakevent Point (BEP),

report of Cashflow, and report of income (profit and loss).The resultsofthis
approachis increases the farmersselling pricefromtwothousandrupiahto
eightthousandrupiah. Netbenefitsreceivedis Rp79 577in the first yearandRp28
709in the next year
Keywords: business plan, cooperative entrepreneur, kidney tea

5

RENCANA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DAUN KUMIS
KUCING DENGAN PENDEKATAN COOPERATIVE
ENTREPRENEUR DI BOGOR

DANI YOGA NUGRAHA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis


DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

6

7

8

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 ini ialah
rencana bisnis, dengan judul Rencana Pengembangan Agribisnis Daun Kumis
Kucing dengan Pendekatan Cooperative Entrepreneur Di Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Lukman M. Baga, MAEc
selaku pembimbing. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada staf

Balitro, staf Pusat Studi Biofarmaka, dan staf Kementerian Perdagangan Republik
Indonesia serta para petani yang telah membantu selama pengumpulan data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik dan seluruh
keluarga serta teman-teman atas segala dukungan, doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014

Dani Yoga Nugraha

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

Ruang Lingkup
TINJAUAN PUSTAKA
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
GAMBARAN UMUM DAERAH BOGOR
RENCANA BISNIS
Asumsi Dasar
Rencana Produk
Rencana Operasional
Rencana Organisasi dan Sumber Daya Manusia
Rencana kerjasama Kooperatif
Rencana Keuangan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

ii

ii
iii
1
1
3
5
5
5
6
8
8
15
16
22
23
23
25
25
34
38

41
45
46
46
47

ii

DAFTAR TABEL

1Nilai bahan baku tanaman obat yang digunakan dalam industri jamu besar dan
menengah
1
2 Serapan tanaman obat untuk industri kecil obat tradisional (IKOT) di
Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Barat tahun 2003.
2
3 Serapan tanaman obat untuk Industri Obat Tradisional (IKOT) di Jawa, Bali
dan Nusa Tenggara Barat tahun 2003
2
4 Cash Flow

22
5 Kebutuhan bahan baku per bulan
29
6 Rincian tenaga kerja berdasarkan deskripsi kerja
33
7 standar mutu output (SNI)
33
8 upah dan gaji pegawai berdasarkan klasifikasi kerja
38
9 matriks hubungan kerjasama kooperatif
40
10 sesudah dan sebelum pendekatan wirakoperasi
40
11 Biaya rencana investasi
41
12 Rincian biaya penyusutan investasi
42
13 Biaya tetap
43
14 biaya variabel

43
15 Modal awal usaha tahun pertama
44
16 penjualan
44

DAFTAR GAMBAR

1 Alur tata cara ekspor
2 Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian
3 Kumis kucing bubuk dalam kemasan
4 Mesin vacuum cabinet dryer
5Mesin diskmill
6 Mesin vacuum packaging
7 Plastik kemasan vakum
8 Mesin conveyor metal detector
9 Tata letak bangunan usaha
10 Bagan pembentukan lembaga koperasi
11 Struktur organisasi usaha


14
16
25
26
27
27
28
28
30
35
35

iii

LAMPIRAN

1 Asumsi komponen biaya investasi
2 Asumsi komponen biaya tetap
3 Asumsi komponen biaya variabel
4 Rincian biaya investasi (alat produksi)
5 Rincian biaya investasi (alat dan furnitur perkantoran)
6 Rincian biaya investasi (bangunan dan infrastruktur)
7 Rincian biaya tetap (tenaga kerja tetap)
8 Rincian biaya tetap (biaya utility)
9 Rincian biaya tetap (administrasi perkantoran)
10 Rincian biaya tetap (pemasaran)
11 Rincian biaya tetap (biaya jaminan mutu)
12 Rincian biaya variabel (biaya pengemasan)
13 Laporan arus kas
14Laporan Laba rugi
15 Laporan arus kas per bulan pada tahun pertama
16 Laporan laba rugi per bulan tahun pertama
17 Laporan penerimaan bagi hasil petani

49
49
50
51
51
52
52
52
53
53
53
54
55
57
58
60
61

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, salah satu
sumber dayaalam yang sangat potensial adalah tanaman biofarmaka. Biofarmaka
merupakan tanaman yang dikenal oleh orang Indonesia sebagai tanaman obat atau
herbal untuk mengobati berbagai macam penyakit. Diketahui sekitar 9 600 spesies
berkhasiat obat, namun baru sekitar dua ratus spesies yang telah dimanfaatkan
sebagai bahan baku pada industri obat tradisional dan dari jumlah tersebut baru
sekitar 4 persenyang telah dibudidayakan di Indonesia(Pribadi 2009). Dengan
terdapat banyak jenis tanaman biofarmakayang dimiliki oleh Indonesia,
seharusnya Indonesia dapat menjadi negara sentrabiofarmaka dunia. Dewasa ini,
tidak hanya masyarakat Indonesia namun masyarakat duniapun mulai menyadari
pentingnya tanaman-tanaman herbal dan mulai mewaspadai obat-obatan yang
dibuat secara kimiawi. Atas dasar ini tingkat permintaan pasar untuk tanaman
biofarmaka terus meningkat.
Hasil-hasil industri tanaman obat asli Indonesia berupa bahan baku dalam
bentuk simplisia dan minyak atsiri telah banyak dimanfaatkan, baik oleh Industri
dalam negeri maupun luar negeri. Penggunaan biofarmaka untuk industri dalam
negeri banyak digunakan untuk menghasilkan produk jamu. Adapaun penyerapan
tanaman tanaman biofarmaka dalam industri jamu dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel1Nilai bahan baku tanaman obat yang digunakan dalam industri jamu besar
dan menengah
no
Tahun
Nilai (milyar)
1
2001
77.57
2
2002
127.58
3
2003
63.55
4
2004
246.44
5
2005
76.65
Sumber : Pribadi (2009)
Tanaman yang diketahui banyak manfaat salah satunya adalah kumis
kucing. Kumis kucing diketahui memiliki manfaat untuk penyembuhan batuk,
encok, masuk angin dan sembelit. Disamping itu daun tanaman ini juga
bermanfaat untuk pengobatan radang ginjal, batu ginjal, kencing manis,
albuminuria, dan penyakit syphilis(Sudarsono 1996). Oleh sebab itu tingkat
penggunaan tanaman herbal ini cukup besar baik untuk industri kecil obat
tradisional (IKOT) maupun industri obat tradisional (IOT). Data penyerapan
industri kecil obat tradisional dapat dilihat pada Tabel 2.

2

Tabel2Serapan tanaman obat untuk industri kecil obat tradisional (IKOT) diJawa,
Bali dan Nusa Tenggara Barat tahun 2003.
No

. Nama
Dagang

Nama Latin

Bagian Yg
Digunakan

1
2
3
4
5
6
7
8

Pulasari
Daun ungu
Poko
Temulawak
Temu hitam
Jahe
Kunyit
Kencur

Alyxia reinwardti
Graptophyllum pictum
Mentha arvensis L
Curcuma xanthorrhiza
Curcuma aeruginosa Roxb
Zingiber officinale Roxb
Curcuma domestica Val
Kaempferia L

Kulit
Daun
Daun
Rimpang
Rimpang
Rimpang
Rimpang
Rimpang

9

Pegangan

Centella asiatica Urb

10

Kumis kucing

11
12
13

Rata-rata (kg/tahun)
Simplisia
15 712
10 253
8 071
6 193
2 748
2 527
1 531
1 498

Terna
109 984
71 771
56 497
43 351
19 236
17 689
10 717
10 486

. 1 292

9 044

1 206

8 442

Brotowali
Jarongan

Orthosiphon aristatus (BI)
Miq
Tinospora tuberculata
Stachytarpeta cayannensis

Seluruh
Tanaman
Seluruh
Tanaman
Daun
Daun

1 104
893

7 728
6 251

Cabe jawa

Piper retrofractum

Buah

21 154

148 078

Sumber : Pribadi (2009)
Adapun data serapan tanaman biofarmaka untuk industri obet tradisional
data dilihat pada Tabel 3.
.
Tabel3Serapan tanaman obat untuk Industri Obat Tradisional (IKOT) di Jawa,Bali
dan Nusa Tenggara Barat tahun 2003
No.

Nama Dagang

1
2

Kedawung
Temulawak

3
4

Jahe
Lengkuas

5

Jati belanda

6
7
8
9

Kunyit
Pegangan
Cabe Jawa
Kumis kucing

10

Lempuyang
wangi
Alba
Joho keeling

11
12

Nama Latin

Bagian yang
digunakan

Rata-rata
(ton/tahun)

Parkia roxburghii G Donn
Curcuma xanthorrhiza
Roxb
Zingiber officinale
Languas galangal (L)
Struntz
Guazuma ulmifolia Lamk

Biji
Rimpang

Simplisia
520
252

Terna
3 638
1 766

Rimpang
Rimpang

145
491

1 018
3 440

Daun

97

682

Curcuma domestica Val
Centella asiatica Urb
Piper retrofractum Vahl
Orthosiphon aristatus (BI)
Miq
Zingiiber aromaticum
Vahl
Physalis perivianum
Terminalia arbereae F

Rimpang
Seluruh tanaman
Buah
Seluruh tanaman

94
43
42
38

661
302
296
269

Rimpang

299

2 498

Bunga
Buah

37
177

258
1 240

Sumber : Pribadi (2009)

3

Salah satu sentral tanaman kumis kucing adalah Jawa Barat. Sistem
agribisnis tanaman kumis kucingjika dapat dimanfaatkan dengan baik maka dapat
menjadi tanaman primadona yang memiliki peluang dan potensi bisnis yang
besar.Di Indonesia daunkumis kucing yang kering (simplisia) dipakai sebagai obat
yang memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik) sedangkan di India
untukmengobati rematik. Manfaat yang terdapat pada tanaman kumis kucing
tersebut banyak pasar dalam dan luar negeri yang membutuhkan tanaman tersebut
untuk menjadi tanaman industri yang berkhasiat. Tanaman biofarmaka merupakan
tipe tanaman yang unik, segmenting dan kebutuhan pasarnya sangat spesial oleh
karena itu daya saing dan potensi untuk industri tanaman ini sangat tingggi.
Bisnis pengolahan biofarmaka kumis kucing dapat dikembangkan dengan
pendekatan cooperaiveenterpreneur. Cooperaive enterpreneur atau yang lebih
dikenal dengan wirakoperasi adalah suatu sikap mental positif dalam berusaha
secara kooperatif atau bersama dengan mengambil prakarsa inovatif yang secara
berani mengambil risiko dan berpegang teguh pada prinsip atau identitas koperasi
dalam mewujudkan terpenuhinya kebutuhan nyata serta peningkatan
kesejahteraan bersama (Hendar dan Kusnadi 1990). Bahasa yang lebih sederhana,
wirakoperasi dapat diartikan sebagai seorang pengerak dalam bidang bisnis yang
menerapkan prinsip-prinsip koperasi dalam menjalankan usaha.Wirakoperasi
berbeda dengan pengusaha pada umumnya. Seorang pengusaha akan bangkit
dengan kekuatannya sendiri, ia mempunyai sumberdaya yang mumpuni baik dari
segi finansial dan non finansial untuk membangun sebuah bisnis. Berbeda dengan
seorang wirakoperasi yang tidak dapat berdiri sendiri, ia membutuhkan kekuatan
kelompok untuk secara bersamabangkit dan membangun sebuah bisnis yang
didasarkan kekuatan bersama.Atas dasar inilah jika seorang wirakoperasi menjadi
motor penggerak dalam lingkungan petani terutama petani kumis kucing,maka
petani akan memiliki daya tawar, motivasi, etos kerja, kualitas dan kuantitas yang
akan meningkat.
Negara Perancis merupakan pasar luar negeri untuk komoditas kumis
kucing yang sangat besar. Negara ini memiliki pasar namun tidak memilki sumber
bahan baku, sedangkan Indonesia memiliki bahan baku yang dibutuhkan yaitu
kumis kucing itu sendiri. Hal tersebut mendorong seorang wirakoperasi menjadi
mediatorbagi petani yang ingin mendapatkan harga luar negeri dengan komoditi
dalam negeri.
Jumlah permintaan kumis kucinguntuk Negara Perancis sendiri mencapai
kurang lebih 14 ton/bulan1 dan diperkirakan semakin meningkat. Dari data ini
maka potensi yang besar dan harus dikelola dengan baik adalah peran dari
wirakoperasi. Salah satunya menyusun suatu rencana bisnis (business plan) untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas Kumis kucing yang sesuai dengan kriteria
standar yang di butuhkan pasar ekspor.

Perumusan Masalah
Manfaat yang dimiliki oleh tanaman kumis kucing menyebabkanindustri
pangan membutuhkannya sebgai bahan baku terutama dari industri obat-obatan
1

http://www.tekmira.esdm.go.id/currentissues/?p=1763 ( diacu maret 27)

4

herbal sehingga pasar sangat terbuka lebar, namun kenyataanya yang terjadi di
lapang adalah sistem agribisnis tanaman biofarmaka Kumis kucing belum dapat
ditangani dengan baik. Dilihat dari segi produksi, belum ada sentralisasi
komoditas kumis kucing sehingga belum memiliki ikatan yang kuat antar petani.
Jika dilihat secara pendataan akan tercermin tingkat produktifitas yang kecil
sehingga tidak memiliki daya tawar yang kuat, sedangkan potensi pasar sangat
besar.Pasar domestik tanaman ini diminati oleh industri obat tradisional maupun
modern. Untuk dalam negeri sendiri konsumsi obat-obatan tradisional seperti
jamu gendong hingga industri sendiri cukup besar (pribadi 2009). Melihat dari
kondisi ini diperlukannya penanganan yang tepat untuk komoditas tanaman obat
seperti tanaman Kumis kucing. Sulitnya petani untuk memasuki skala industri
adalah kerena tidak adanya kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan keinginan
dan persyaratan dari perusahaan.
Seorang wirakoperasi merupakan sosok yang memiliki kapabilitas dan
potensi dalam menangani serta menjebatani sesuatu permasalahan di lingkungan
bisnis dan sosial. Dalam hal ini seorang wirakoperasi juga memiliki suatu masalah
dalam menjalankan bisnisnya yaitu tidak memiliki lahan untuk diusahakan,
namun memiliki potensi sebagai mediator serta pemasaran yang baik. Oleh karena
itu peran seorang wirakoperasi sangat diperlukan. Dengan adanya permasalahan
dan keunggulan pada masing-masing pihak, jika potensi petani dan wirakoperasi
digabungkan akan menjadi suatu solusi yang sangat potensial untuk menjalankan
suatu bisnis. Dengan petani dapat memiliki daya tawar yang tinggi sekaligus
mendapatkanpelatihan agar hasil tanamannya sesuai kualitas atau standar yang
diterapkan pada skala industri perusahaan. Peran seorang wirakoperasi berbeda
dengan wirausaha pada umumnya.Wirakoperasi tidak berlari sendirian, melainkan
bersama dengan puluhan dan bahkan ribuan anggotanya. Oleh karenanya,
seorang wirakoperasi adalah seorang
pemimpin. Pemimpin yang diikuti
anggotanya, dan juga yang mengembangkan
sumberdaya yang dimiliki
anggotanya, termasuk sumberdaya manusia anggota. Seorang wirakoperasi sangat
dibutuhkan untuk mengembangkan sistem agribisnis komoditas kumis kucing
untuk menjembatani antara petani-petani yang memiliki produksi kumis kucing
yang kecil menjadi kelompok dan dikelola untuk mendapatkan harga jual yang
lebih kompetitif dibandingkan dengan menjual secara individu. Peran seorang
wirakoperasi dapat membuat komoditas kumis kucing menembus pasar ekspor
dengan tata cara dan alur bisnis yang benar dan menguntungkan sehingga harga
yang ditawarkan akan lebih tinggi dibandingkan dengan menjual dalam pasar luar
negeri.
Hasil dari peningkatan harga akan membuat petani memiliki daya tawar,
motivasi, etos kerja, kualitas dan kuantitas akan tanaman kumis kucing yang
semakin meningkat. Keadaan ini akan menimbulkan efek domino yang positif
yaitu terciptanya rantai suplai (supply chain) antara pemasok, industri, dan pasar.
Yang tidak akan terjadi jika para petani masih melakukan penjualan individu dan
skala yang kecil. Hal ini berdampak pula pada tingkat kesejahteraan petani Kumis
kucing itu sendiri.
Dari penjelasan tersebut, perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana menggembangkan potensi tanaman kumis kucing sehingga dapat
menghasilkan keuntungan yang layak bagi petani

5

2. Bagaimana rencana bisnis yang harus dibuat untuk meningkatkan
kesejahteraan petani dan mengembangkan agribisniskumis kucing?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Menggali potensi biofarmaka yang dikembangkan bersama petani dengan
pendekatan Cooperative Entrepreneur
2. Merumuskan rencana bisnis yang harus dilakukan dengan tujuan
meningkatkan kesejahteraan petani dan mengembangkan komoditas kumis
kucing

Manfaat Penelitian
1. Bagi petani
Dengan adanya penelitian ini diharapkan petani dapat terbantu dari segi
peningkatan pendapatan dan peningkatan kesejahteraan dari komoditas
Kumis kucing.
2. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi evaluasi untuk dapat
mengembangkan kreatifitas dalam bisnis di bidang tanaman biofarmaka.
3. Bagi akademis
Penelitian ini diharapkan menjadi acuan atau rujukan suatu metode yang
dapat dibandingkan dengan penelitian berikutnya.
4. Bagi investor
Mendapatkan informasi mengenai potensi dan prospek tanaman biofarmaka
Kumis kucing sebagai acuan untuk keputusan berinvestasi.

Ruang Lingkup
Penelitian ini akan membahas mengenai potensi dan peluang bisnis kumis
kucing sebagai tanaman biofarmaka dengan pendekatan perencanaan bisnis yang
berbasis cooperative enterpreneur. Perencanaan bisnis yang akan dilakukan
berupa pengolahan pasca panen yang disesuaikan dengan permintaan pasar
Negara Perancis. Data dari potensi tanaman kumis kucing terbatas dari
pengamatan lapang daerah bogor dan tidak mencakup skala nasional. Aspek
perencanaan bisnis yang dianalisis terdiri dari aspek pasar, aspek teknis dan
produksi, aspek operasional, aspek kerjasama kooperatif, aspek risiko serta aspek
keuangan.

6

TINJAUAN PUSTAKA

Kumis kucing merupakan tanaman herbal yang banyak memiliki manfaat.
Dari kandungan yang dimiliki oleh tanaman kumis kucing banyak negara luar
yang menginginkannya sebagai bahan baku obat. Tanaman yang biasa di temui
sebagai tanaman perdu ini untuk pasar Negara Perancis memerlukan pasokan
yang cukup besar, hal ini dapat dimanfaatkan oleh PT. Poros Nusantara Utama
untuk mengekspor tanaman ini dengan membuka jalur ekspor ke negara tersebut.
PT.PNU bekerja sama dengan petani dengan sistem mitra dengan membeli hasil
dari petani kemudian dijual langsung di pasar ekspor. Harga yang di terima petani
per kilogram segar adalah Rp13 000 sedangkan untuk harga jual ekspor tanaman
kumis kucing ini mencapai Rp32 000 per kg segar (Riyanto 2009)
Penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilakukan banyak memberikan
sumber informasi dalam memahami manfaat serta peran wirakoperasi dalam
berbagai kegiatan. Hal ini dibuktikan dengan kajian yang telah dilakukan oleh
peneliti Pusat Studi Biofrmaka LPPM-IPB Sundawati dkk (2011) mengenai
Pengembangan Model Kemitraan dan Pemasaran Terpadu Biofarmaka dalam
Rangka Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan di Kabupaten Sukabumi,
Propinsi Jawa Barat yang dilakukan. Penelitian ini mengemukakan bahwa untuk
meningkatkan pemasaran biofarmaka perlu adanya pengembangan model
kelembagaan petani. Perlunya ikatan kemitraan yang efektif ini bertujuan untuk
meningkatkan efektivitas pemasaran karena komoditas biofarmaka banyak
dibutuhkan oleh pasar dalam negeri dan luar negeri. Hal ini dikarenakan
pemasaran komoditas tanaman biofarmaka belum memiliki ikatan kemitraan yang
efektif antara petani dengan industri karena dalam pelaksanaannya di lapang
banyak kendala dan hambatan yang dijumpai. Beberapa contoh permasalahan
yang dihadapi dalam sektor budidaya adalah cara budidaya yang belum mengacu
pada Standard Operating Procedure (SOP), belum menggunakan bibit/benih
unggul sehingga produksi yag dihasilkan rendah, harga jual yang berfluktuatif,
keterbatasan modal usaha, tidak adanya jaminan pasar serta terbatasnya informasi
pasar yang dapat diakses. Hal tersebut dialami karena sebagian besar petani yang
membudidayakan biofarmaka merupakan petani skala kecil.
Pengembangan model pemasaran biofarmaka telah dibentuk oleh Pusat
Studi Biofarmaka LPPM-IPB sebagai lembaga pengembangan dan
pendampingan, dalam model pengembangan tersebut tidak hanya dibangun dalam
kerangka ikatan antar pengambil keputusan (stakeholder), tetapi dapat juga dalam
ikatan pemegang saham (shareholder) seperti pengembangan kerjasama
kemitraan. Manfaat dari adanya pembentukan kemitraan tersebut diharapkan
dapat meningkatkan skala usaha dan kapasitas sumberdaya manusia serta
meningkatkan efisiensi pemasaran. Selain itu dilakukan juga pendampingan
terhadap kelembagaan petani yaitu Gapoktan untuk pembenahan dan penguatan
kelembagaan berupa pendampingan untuk pembenahan basis data Gapoktan serta
penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).
Kajian lainnya dilakukan oleh Baga (2003) mengenai Peran Wirakoperasi
dalam Pengembangan Sistem Agribisnis khususnya pada Koperasi Susu.

7

Penelitian tersebut mengemukakan bahwa wirakoperasi (Cooperative
Entrepreneur) berperan menemukan peluang dan mewujudkannya dalam bentuk
kesempatan usaha yang menguntungkan bagi para anggotanya. Koperasi Peternak
Bandung Selatan (KPBS) terbentuk akibat dari buruknya situasi sosial ekonomi
dan politik pada tahun 1963 yang menyebabkan saluran tataniaga susu di
Pangalengan dikuasi oleh para tengulak dan peternak kuat. Perkembangan
produksi susu di koperasi ini berjalan sangat lambat, hal ini menimbulkan dampak
koperasi susu mengalami permasalahan dalam hal pemasaran susu kepada Industri
Pengolah Susu (IPS). Posisi tawar yang sangat lemah, waktu penjualan yang
bermasalah serta harga jual yang diterima tidak sesuai menjadikan permasalahan
dalam hal menentukan jumlah penjualan susu. Sebagai Ketua KPBS Pangalengan,
Daman Danuwidjaja berperan sebagai wirakoperasi yang bertujuan untuk
mengembangkan koperasi primer susu di tingkat pedesaan. Hal tersebut dilakukan
dengan memajukan koperasinya dan mendorong agar koperasi susu dapat
melakukan peningkatan kerja sama antara koperasi. Setelah bergabung dengan
KPBS banyak manfaat yang dirasakan oleh para peternak yang tergabung dalam
koperasi tersebut yaitu berkembangnya usaha ternak yang lebih baik dengan
penerapan teknologi modern. Melalui koperasi ini, susu yang dihasilkan oleh para
petani akan melalui tahap pengolahan paska panen yang berupa pengolahan
pasteurisasi maupun Ultra High Temperature (UHT) sehingga dapat
meningkatkan nilai tambah pada susu tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Fajrian (2013) membahas keterkaitan Peran
Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis Tanaman Hias di CV. Bunga
Indah Farm Kabupaten Sukabumi. Wirakoperasi pada kegiatan ini merupakan
pelaku usaha bisnis yaitu Wahyudin. Wahyudin menciptakan kegiatan usaha
berupa pembuatan produk inovasi tanaman hias dengan bahan baku tanaman
pagar pekarangan rumah seperti tanaman bambu. Konsep wirakoperasi yang
diterapkan oleh Wahyudin berupa kegiatan usaha yang bermitra dengan petani
sekitar yang tergabung dalam kelompok tani Lampung. Perusahaan ini
memposisikan diri sebagai wadah yang dapat memajukan para petani mitra,
sehingga pengendalian usaha dilakukan atas kepentingan para petani. CV. Bunga
Indah Farm didirikan dengan berorientasi pada keuntungan perusahaan dan juga
berorientasi pada kesejahteraan petani yang bermitra. Kegiatan mitra usaha ini
dilakukan dengan penentuan ketetapan harga beli bahan baku di tingkat petani,
memberikan pelatihan budidaya kepada para petani agar para petani dapat
menghasilkan jumlah produksi yang optimal dan berkualitas. Sebagai pemilik
usaha, Wahyudin memiliki peran yang sangat besar terhadap peningkatan
kesejahteraan petani skala kecil di Kabupaten Sukabumi. Selain meningkatkan
kesejahteraan petani, perusahaan ini juga memiliki manfaat yang besar bagi para
petani berupa terjaminnya pasar, keuntungan yang diperoleh lebih tinggi, serta
kemudahan dalam mendapatkan bantuan permodalan. Selain membina dua ribu
petani sebagai pemasok bahan baku, perusahaan ini juga mempekerjakan
masyarakat sekitar usaha. Dapat dilihat bahwa selain berorientasi pada
keuntungan, perusahaan ini juga berorientasi kesejahteraan masyarakat
lingkungan sekitar usaha.

8

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis
Cooperative Entrepreneur (Wirakoperasi)
Suatu koperasi akan sangat berguna atau memiliki kekuatan besar jika
didalamkoperasi tersebut memiliki entrepreneuryang menjalankan prinsip
koperasi. Seorangwirakoperasi adalah orang yang memiliki keyakinan yang tinggi
bahwa koperasi merupakan satu jalan pemecahan dari berbagai masalah pelik
yang dihadapi oleh masyarakat lemah seperti halnya petani. Siapa saja yang
memiliki semangat kooperatif dan ingin membangun masyarakat menuju
kesejahteraan serta memiliki jiwa entrepreneur dapat menjadi seorang
wiraoperasi. Dengan semangat seorang wirakoperasi Dalam penigkatan
kesejahteraan petani seorang wirakoperasi dituntut untuk memecahkan
permasalahan kekuatan tawar produk yang dihasilkan oleh petani. Dalam
pelaksanaannya seorang cooperative entrepreneur yakin bahwa untuk
meningkatkan kesejahteraan anggotanya memalui gerakan koperasi yang hasilnya
nyata dapat diwujudkan.Hal ini akan sangat efektif dalam menyelesaikan
permasalah pelik yang dihadapi petani dengan mengerjakannya secara kolektif
atau kooperatif (Baga 2003)

Perencanaan bisnis
Bisnisadalah pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling
menguntungkan atau memberikan manfaat. Selain itu bisnis juga dapat diartikan
sebagai kegiatan mencari keuntungan yang diorganisasikan dan diarahkan untuk
menyediakan barang dan jasa kepada para pelanggan. Perusahaan bisnis
memproduksi dan memasarkan barang dan jasa dengan harapan akan
mendapatkan keuntungan. Selanjutnya, tokohlain mengemukakan bahwa bisnis
sebuah sistem yang memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.Sehingga Business Planmerupakan suatu dokumen yang menyatakan
keyakinan akan kemampuan sebuah bisnis untuk menjual barang atau jasa dengan
menghasilkan keuntungan yang muemuaskan dan menarik bagi penyandang dana.
Definisi yang lebih baik menyatakan bahwa business plan adalah sebuah selling
document yang mengungkapkan daya tarik dan harapan sebuah bisnis kepada
penyandang dana potensial.

Strategi dan Rencana Pemasaran
Analisis Pasar
Perencanaan bisnis yang baik harus menyertakan analisis pasar, aspek
pasar merupakan aspek terpenting yang harus dianalisis terlebih dahulu untuk

9

menentukan pasar potensial bagi produk yang akan dihasilkan oleh usaha tersebut.
Aspek pasar harus memperhatikan bagaimana permintaan dan penawaran daun
kumis kucing dalam bentuk simplisia maupun bubuk serta melihat bagaimana
peluang pasar, segmentasi pasar dan strategi pemasaran. Permintaan pasar pada
dasarnya menunjukkan besarnya jumlah permintaan konsumen terhadap produk
maupun jasa. Penawaran adalah produk maupun jasa yang tersedia untuk
memenuhi kebutuhan konsumen.
Analisis yang dilakukan mengenai target pasar mencakup permintaan dan
penawaran, pengembangan pasar, serta bauran pemasaran yang dapat
meningkatkan kepuasan konsumen. Strategi pemasaran terdiri dari Market
Selection dan Marketing Mix Development. Strategi Market Selection terdiri dari
pengenalan peluang pasar, analisis pelanggan, dan pemilihan pasar sasaran.
Strategi Marketing Mix Development terdiri dari aspek produk, harga, promosi,
dan distribusi (Nurmalina et al. 2009).
Pada analisis permintaan dan penawaran, jumlah permintaan dan jumlah
penawaran pada periode tertentu akan menghasilkan selisih. Jika jumlah
permintaan lebih besar dibandingkan dengan jumlah penawaran maka akan terjadi
kelebihan permintaan, sebaliknya jika jumlah penwaran lebih besar dibandingkan
jumlah permintaan maka akan terjadi kelebihan penawaran. Peluang pasar akan
muncul apabila jumlah permintaan lebih besar dibandingkan jumlah penawaraan
yang akan mengakibatkan terjadinya kelebihan permintaan.
Segmentasi pasar merupakan bagian penting dalam menentukan strategi
pemasaran. Melakukan segmentasi pasar berarti konsumen potensial bagi produk
yang akan ditawarkan dapat digolongkan atas dasar kebutuhan dan keinginan
mereka secara umum. Analisis aspek pasar yang dilakukan hendaknya dapat
menentukan jenis pasar yang akan dipilih apakah berupa pasar persaingan
sempurna, pasar monopoli, maupun pasar monopolistik agar dapat menentukan
strategi pemasaran yang tepat. Selain itu informasi mengenai siklus hidup produk
(life cycle product) harus ditentukan serta informasi mengenai pangsa pasar
(market share) untuk produk sejenis sebagai pesaing dari usaha yang akan
didirikan (Umar 2003).
Strategi Pemasaran
Pasar merupakan tempat berkumpulnya pedagang dan pembeli, tidak hanya
sebatas itu pasar yang lebih luas memiliki makna bertemunya tingkat permintaan
(demand) dan tingkat penawaran (supply) sehingga terjadi kesepakatan harga
suatu barang atau jasa. Analisis pasar sangat diperlukan karena terkait dengan
tingkat harga yang ditawarkan. Suatu barang atau jasa dapat dikatakan potensial
jika dapat dianalisis dengan baik pasar yang tersedia.Analisis pasar terkait dengan
kekuatan produk, peluang, ancaman, ketersediaan pasar dan kapasitas produksi
sehingga mempengaruhi pengambilan keputusan. Analisis pasar juga terkait
dengan jenis pasar yang dimasuki seperti pasar persaingan sempurna ataukah
pasar monopoli.
Alat analisis pasar yang biasa digunakan adalah STP (Segmenting,
Targeting, Posisioning). Segmentingyaitu membagi pasar kedalam kelompok
pembeli yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan, kharakteristik atau perilaku
yang mungkin membutuhkan bauran produk dan bauran pemasaran. Targeting
yaitu proses mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen pasar dan pemilihan

10

satu atau lebih segmen yang akan dimasuki. Positioning yaitu pengaturan agar
suatu produk menempati tempat yang jelas, terbedakan, dan diinginkan dalam
benak konsumen sasaran dibandingkan dengan produk pesaing.
Analisis lain yang digunakan dalam analisis pasar adalah bauran
pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran terdiri dari 4P yaitu produk
(product), promosi (promotion), lokasi atau distribusi (place), harga (price).
Produk menyangkut keragaman, kualitas, desain, fitur yang dimiliki, merk,
kemasan dan servis yang dimiliki suatu produk. Promosi terkait dengan iklan,
penjualan langsung, promosi penjualan, dan hubungan masyarakat dari produk.
Lokasi atau distribusi terkait dengan saluran, cakupan, kombinasi, tempat,
persediaan,transportasi, dan logistik dari suatu produk. Harga menyangkut daftar
harga, diskon, periode, pembayaran, atau persyaratan kredit dari sebuah produk.
Rencana Pemasaran
Perencanaan adalah proses menentukan dengan tepat apa yang
dilakukanorganisasi untuk mencapai tujuannya, sedangkan pemasaran adalah
seluruh sistem yang berhubungan dengan kegiatan untuk merencanakan dan
mentukan harga hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa
yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli.Pengertian lain dari rencana
pemasaranadalah proses menentukan dengan tepat untuk mempromosikan dan
medistribusiakan barang dan jasa sampai mencapai tujuannya yaitu memuaskan
kebutuhan pembeli.Tujuan dibuat rencana pemasaran sebelum memasarkan
sebuah produk adalah agar apa yang dilakukan dalam memasarkan produk tesebut
sesuai denagn tujuan yang ingin dicapai.
Kegiatan pemasaran harus menghasilkan win-win solution, artinya
pelanggan ingin membeli produk jikaproduk tersebut sesuai dengan
keinginannya,sebaliknya perusahaan dapat memperoleh profitdari produk yang
dihasilkannya jika produk tersebut di beli oleh pelanggan. Berdasarkan profit
tersebut, perusahaan dapat melanjutkan bisnisnya hingga ia dapat memenuhi
keinginan pelanggan lebih besar di masa yang akan datang. Perusahaan selalu
berpedoman atau berfokus kepada nilai-nilai yang terdapat dalam diri pelanggan,
sehingga kegiatan pemasaran tersebut dapat berhasil dengan baik. Oleh karena itu
untuk dapat mencapai semua itu membutuhkan yang namanya perencanaan
pemasaran, agar apa yang akan dilakukan sesuai dengan tujuannya.Perencanaan
pemasaran merupakan persyaratan inti bagi pemasar. Manfaat penyusunan sebuah
rencana antara lain : mendorong pemikiran sistematik mengenai masa depan,
meningkatkan koordinasi, menetapkan standar kinerja untuk mengukur tren,
memberikan dasar logis bagi pembuatan keputusan, meningkatkan kemampuan
untuk menangani perubahan, dan meningkatkan kemampuan untuk
mengidentifikasi peluang pasar.
Rencana Operasional
Rencana Jumlah Produksi
Dalam aspek produksi, hal yang perlu dianalisis dalam kegiatan produksi
adalah rencana jumlah produksi. Jumlah produksi akan berhubungan dengan
beberapa hal dalam kegatan produksi, yaitu sebagai berikut:

11

1.
2.
3.
4.
5.

Tingkat permintaan terhadap produk
Kapasitas mesin
Pasokan bahan baku
Modal kerja
Peraturan pemerintah dan ketentuan teknis lainnya

Teknologi
Penggunaan teknologi dalam proses produksi harus dipilih teknologi yang
tepat, selain dapat meningkatkan efektifitas juga dapat memberikan keuntungan
bagi usaha yang dijalankan. Selain penggunaan teknologi yang tepat, dukungan
tenaga kerja terampil juga dibutuhkan. Hal ini menimbulkan adanya konsekuensi
bagi perusahaan untuk melakukan pelatihan terhadap tenaga kerja.
Teknologi yang digunakan dalam proses produksi adalah teknologi
pengeringan buatan serta teknologi pengemasan vakum. Alat yang digunakan
dalam teknologi pengeringan buatan ini adalah vacuum cabinet dryer dengan
output berupa simplisia, serta diskmill sebagai alat penggiling kering dengan
outputKumis kucing bubuk. Alat yang digunakan dalam teknologi pengemasan
vakum adalah vacuum packaging untuk mengemas produk daun kumis kucing
dalam bentuk simplisia dan bubuk. Teknologi pengeringan buatan dengan bantuan
alat tersebut dipilih karena dapat meningkatkan efisiensi proses produksi jika
dibandingkan dengan menggunakan teknologi pengeringan alami. Pada
pengeringan buatan sumber panas yang digunakan untuk mengeringkan bahan
berasal dari listrik maupun gas, sedangkan pada pengeringan alami sumber panas
yang digunakan bersumber dari sinar matahari. Teknologi penggilingan kering
dengan mesin dipilih karena dapat meningkatkan efisiensi proses produksi karena
memiliki tenaga yang bersumber dari solar. Teknologi pengemasan vakum dipilih
karena dapat meningkatkan umur simpan produk serta dapat menghemat ruang
pada saat penyimpanan dan pendsitribusian.
Prinsip kerja dari alat vacuum dryer tersebut adalah dengan cara
mengalirkan udara panas ke dalam bahan sekaligus dilakukan penyedotan uap air
yang keluar dari bahan yang dipanaskan. Prinsip kerja dari alat diskmill adalah
dengan menggiling bahan baku kasar kering menjadi bentuk yang lebih kecil atau
bubuk, dengan tingkat kehalusan yang dapat disesuaikan. Prinsip kerja alat
vacuum packaging adalah dengan cara penghilangan udara dalam kemasan hingga
terbentuk ruang hampa kemudian akan dilakukan penyegelan pada kemasan.
Tenaga Kerja (Tenaga Teknis)
Kebutuhan tenaga kerja yang terlibat dalam seluruh kegiatan usaha perlu
direncanakan dengan baik dari segi jumlah, deskripsi pekerjaan, serta penetapan
gaji dan upah. Perencanaan tenaga kerja perlu diidentifkasi berdasarkan kuantitas
dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Kuantitas tenaga kerja
yang dibutuhkan terkait dengan latar belakang dan lokasi perusahaan serta tingkat
persaingan untuk mendapatkan tenaga kerja teknis. Kualitas tenaga kerja
menunjukkan keahlian yang sesuai dengan deskripsi pekerjaan yang didukung
dengan tingkat pendidikan.
Perencanaan Bahan Baku

12

Bahan baku merupakan input kegiatan produksi untuk menghasilkan
produk yang ditawarkan oleh suatu usaha. Agar menghasilkan produk yang sesuai
dengan standar mutu yang telah ditetapkan, bahan baku harus diperhatikan dari
semua faktor yang terkait. Perencaaan bahan baku meliputi:
a. Jenis bahan baku
b. Kuantitas bahan baku
c. Kualitas bahan baku
d. Persediaan bahan baku
e. Kemungkinan penggunaan jenis bahan baku lain
Faktor-faktor yang mempengaruhi pasokan bahan baku meliputi :
a. Ketersediaan bahan baku
b. Kualitas bahan baku
c. Harga bahan baku
d. Transportasi bahan baku
e. Jalur pengadaan bahan baku
f. Faktor-faktor non ekonomis
Perencanaan Lokasi dan Tata Letak
Lokasi dan tata letak menrupakan hal awal yang harus dipertimbangkan
karena pemilihan lokasi yang tepat dapat meningkatkan efisiensi kegiatan usaha.
Pemilihan lokasi dapat ditentukan berdasarkan kedekatannya dengan bahan baku,
pasar potensial, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, serta fasilitas
transportasi. Perancangan tata letak bangunan usaha yang terdiri dari ruang
produksi, ruang penyimpanan, ruang ruang administrasi, serta ruangan lain yang
dibutuhkan dalam kegiatan usaha harus dipertimbangkan dengan baik agar dapat
meningkatkan efisiensi kegiatan usaha yang akan dilakukan.

Rencana Organisasi
Aspek Legal dan Ruang Lingkup Pengembangan
Untuk mendirikan suatu usaha, perlu dilakukan pembentukan badan usaha
serta melakukan pendaftaran izin usaha. Salah satu bentuk badan usaha dapat
berupa koperasi. Setelah penentuan badan usaha, langkah selanjutnya adalah
mengajukan permohonan Akta Pendirian untuk pembentukan badan usaha
tersebut. Langkah selanjutnya adalah melengkapi pendaftaran dan perizinan badan
usaha seperti domisili perusahaan, NPWP, SITU, SIUP atau izin usaha lainnya
(Kemendag 2013).
Struktur Organisasi
Orang-orang yang terlibat dalam kepengurusan perusahaan dituangkan
dalam struktur organisasi perusahaan. Strutur organisasi terdiri dari nama orang
yang terlibat dalam kepengurusan beserta dengan jabatannya masing-masing.
Struktur organisasi mengGambarkan hubungan kerja antara orang yang satu
dengan lainnya dengan memperhatikan aturan bentuk badan hukum dan
disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.
Deskripsi Kerja

13

Tugas dan tanggungjawab dari masing-masing tenaga kerja maupun
pengurus perusahaan dipaparkan dalam bentuk deskripsi kerja. Deskripsi kerja
bagi tenaga kerja dan pengurus perusahaan berbeda-beda sesuai dengan jabatan
maupun bagiannya. Masing-masing orang yang terlibat dalam usaha yang akan
dijalankan memiliki hak, kewajiban, maupun tugas yang harus dipenuhi agar
kegiatan usaha menjadi lebih efektif.
Upah dan gaji
Gaji dan Upah merupakan imbalan atas jasa yang telah dilakukan oleh
seluruh tenaga kerja maupun pengurus perusahaan. Gaji dan upah dari masingmasing orang berbeda sesuai dengan jabatan dan deskripsi kerja yang dibebankan.
Imbalan yang diberikan kepada tenaga kerja tetap maupun pengurus perusahaan
disebut sebagai gaji yang dibayarkan sekali dalam sebulan. Upah merupakan
imbalan yang diberikan kepada tenaga kerja tidak tetap yang dibayarkan sesuai
dengan pencapaian kerja yang telah dilakukan. Gaji yang dibayarkan dapat
disesuaikan dengan UMR yang berlaku dengan ketetapan yang dibuat oleh
perusahaan.
Langkah-langkah melakukan ekspor
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menjadi eksportir adalah
sebagai berikut (Kemendag 2013):
1. Persiapan administratif berupa pembuatan identitas usaha
2. Persiapan legalitas usaha berupa pembentukan badan usaha yang berbadan
hukum dengan klasifikasi eskportir produsen atau eksportir bukan produsen
3. Persiapan operasional berupa penerbitan dokumen yang terdiri dari
brosur/leaflet, offer sheet, invoice, consular invoice, packing list, sales
contract, weight note-measurement list, letter of indemnity, letter of
subrogation, pemberitahuan ekspor barang (PEB), dan pemberitahuan ekspor
barang tertentu
4. Persiapan produk yang akan dijual secara fisik maupun pencantuman
keterangan produk dalam lembar profil produk
5. Melakukan perijinan ekspor di Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
melalui UPP (Unit Pelayanan Perdagangan) dengan salah satu fasilitas yang
ditawarkan berupa INTRADE.
Untuk melakukan proses ekspor, tata cara atau prosedur yang harus
dilakukan dapat dijelaskan pada gambar berikut :

14

D

L

Eksportir

5
Produksi
barang

1
4

Produksi
barang

2
3

Correspondent/
Receiving Bank

1

1

Opening
Bank

6
Pelayaran/
Penerbangan

9

1

7
Bea dan cukai
pelabuhanmuat

8

Instansi
penerbit

SKA

8
Pelabuhan
tujuan

Pengapalan
barang

Sumber : Kemendag (2013)
Gambar1 Alur tata cara ekspor
Keterangan:
1. Eksportir dan importir melakukan korespondensi yang diakhiri dengan
pembuatan Sales Contract
2. Importir mengaplikasikan pembukaan L/C pada bank luar negeri (Opening
Bank)
3. Opening Bank mengirim L/C confirmation pada Corespondenti Bank untuk
memberitahukan kepada eksportir
4. Corespondenti Bank memberitahukan kepada eksportir melalui L/C advice
5. Eksportir mempersiapkan barang
6. Eksportir memesan ruang kapal pada shipping company
7. Eksportir mengurus formalitas ekspor dengan mengisi PEB dan pembayaran
pajak ekspor, kemudian PEB difiat-muatkan
8. Pemuatan barang diatas kapal, shipping company memberikan bills of lading
pada eskportir
8a. Apabila dalam L/C ada persyaratan untuk melampirkan dokumen SKA (Surat
Keterangan Asal), maka eskportir harus mengurus SKA tersebut ke instansi
penerbit SKA
9. Setelah mempersiapkan seluruh dokumen yang dipersyaratkan pada L/C,
eskportir bernegosiasi kepada negotiation bank untuk mendapat pembayaran.
10. Pengiriman dokumen L/C dari negotiation bank ke opening bank
11. Opening Bank meneruskan dokumen tersebut kepada importir
12. Importir menyerahkan dokumen tersebut pada shipping agent untuk
ditukarkan dengan delivery cargo
13. Pengiriman document L/C dari negotiation bank tersebut kepada importir

15

14. Opening Bank meneruskan dokumen tersebut kepada importir
15. Importir menyerahkan dokumen tersebut pada shipping agent untuk
ditukarkan dengan delivery cargo

Kerangka Pemikiran Operasional
Kerangka pemikiran operasional digunakan sebagai landasan yang
berkaitan dengan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelitian.
Kerangkan pemikiran operasional dimulai dari identifikasi masalah yang ada,
yaitu ketidakmampuan Indonesia untuk memenuhi kebutuhan kumis kucing dalam
negeri maupun luar negeri, padahal pasar di dalam dan luar negeri cukup luas. Hal
ini dikarenakan kurangnya pengetahuan petani ataupun pelaku usaha tentang
kebutuhan pasar serta kualitas yang masih belum memenuhi standar. Fenomena
tersebut menunjukkan adanya kontradiksi atau gap permasalahan dalam industri
kumis kucing. Oleh karena itu, dibentuk sebuah model pengembangan sistem
agribisnis kumis kucing berbasis cooperative entrepreneur.
Untuk mengatasi potensi dan permasalahan terhadap tanaman kumis
kucing tersebut dibutuhkannya seseorang yang menjembatani keduanya, dalam
hal ini adalah seorang wirakoperasi. Wirakoperasi sebagai mediator dan
penggerak petani memberikan arahan dan jalan untuk pengembangan kumis
kucing menjadi suatu komoditi yang menguntungkan dari aspek finansial bagi
petani. Seorang wirakoperasi bergerak bersama dengan para petani berskala kecil
dan tersebar agar memiliki daya tawar yang tinggi. Seorang wirakoperasi juga
merancang suatu nilai tambah yang akan meningkatkan harga dari tanaman kumis
kucing dengan melakukan proses pengolahan daun kumis kucing menjadi bubuk
serta bekerja sama dengan stake holder yang berpengaruh didalamnya.
Ditinjau dari permasalahan yang ada, langkah awal yang dilakukan ialah
analisis pasar dari industri kumis kucing. Analisis pasar berisi Gambaran tentang
peluang bisnis dan prospeknya, posisi perusahaan dalam pasar, dan usaha-usaha
pemasarannya. Kemudian menganalisis aspek teknis dan produksi, manajemen
usaha, dan sosial ekonomi.Setelah seluruh seluruh aspek kualitatif tersebut telah
diidentifikasi, tahap selanjutnya adalah melakukan analisis keuangan. Analisis
keuangan mengkaji arus keuangan dalam usaha yang akan dilakukan. Berdasarkan
informasi tersebut dapat dibangun sebuah pengembangan sistem agribisnis
berbasis Cooperative Entrepeneur. Alur pemikiran kerangkan operasional
penelitian secara ringkas dapat dilihat pada Gambar2.

16

Kumis kucing memiliki berbagai
kegunaan yang baik untuk kesehatan,
permintaan akan pasokan kumis kucing
yang tinggi baik dalam pasar dalam
negeri maupun luar negeri, banyaknya
petani kumis kucing yang belum
termanfaatkan,
tingginya
tingkat
permintaan dalam bentuk simplisia
kering dan bubuk

Kurangnya pengetahuan petani
akan kebutuhan pasar kumis
kucing, harga ditingkat petani yang
rendah karena tidak adanya nilai
tambah, skala usaha yang kecil dan
lokasi tersebar, belum terpenuhinya
permintaan pasar

Perlu pengembangan
agribisnis kumis
kucing

wirakoperasi

Membuat kerjasama
/melakukan usaha kolektif
dengan petani skala kecil

Meningkatkan nilai
tambah produk

Rencana pengembangan agribisnis daun kumis kucing dengan
pendekatan cooperative entrepreneur di Bogor

Gambar2 Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman Obat
dan Rempah (Balitro) Cimanggu Bogor, lahan Unit Konservasi Biofarmaka
Bogor PT. Biofarindo (Biofarmaka Indonesia) dan petani yang mengembangkan
tanaman Kumis kucing di wilayah Kabupaten Bogor (Tegal Waru, Cipaku,
Rancabungur, dan Leuwi Liang, Gunung Letik, Cimanggu). Pemilihan lokasi
dipilih secara sengaja atau purposive serta kegiatan penelitian dan pengumpulan
data dilakukan selama bulan Desember 2013 hingga Maret 2014.

17

Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pihak-pihak
terkait, pengamatan langsung, maupun informasi melalui kuisioner. Sedangkan
data sekunder diperoleh melalui literatur, jurnal maupun laporan hasil penelitian,
laporan hasil seminar, buku-buku, internet serta data dari instansi terkait yaitu
Badan Pusat Statistik, Kementrian Pertanian Republik Indonesia, Dinas Pertanian
Provinsi Jawa Barat.

Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data primer pada penelitian ini dilakukan dengan
teknik RRA (Rapid Rural Appraisal) yaitu dengan cara observasi, wawancara
mendalam, dan diskusi kepada para petani yang berada di lokasi penelitian
tersebut yang membudidayakan tanaman kumis kucing. Wawancara dilakukan
untuk mengetahui informasi produktivitas, harga komoditas di tingkat petani,
serta budidaya yang dilakukan.RRA merupakan metode pengumpulan informasi
yang melibatkan petani sebagai objek penelitian. Seorang wirakoperasi
menggunakan pendekatan metode ini dengan tujuan untuk mendorong petani agar
menggali potensi diri. Salah satunya adalah dengan meningkatkan pengetahuan
petani terhadap potensi yang dimiliki oleh komoditas kumis kucing. Peningkatan
pengetahuan petani terhadap potensi yang dimiliki komoditas kumis kucing akan
mendorong petani untuk mengembangkan usaha yang dimiliki, sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraannya2.

Metode Analisis Data
Data maupun informasi-informasi pendukung lainnya yang diperoleh dari
penelitian diolah secara manual dan dianalisis dengan menggunakan dua jenis
analisis yaitu analisis non finansial dan analisis finansial. Pendekatan kuantitatif
mengunakan analisis finansial untuk mengetahui NPV, IRR, Net B/C , BEP dan
PP (Nurmalina et al. 2009) adalah sebagai berikut :

A. Analisis Non Finansial
1. Aspek Pasar
Analisis aspek pasar menentukan jenis pasar yang akan dipilih apakah
berupa Pasar Persaingan Sempurna, Pasar Monopoli, maupun Pasar Monopolistik
agar dapat menentukan strategi pemasaran yang tepat. Selain itu informasi
mengenai siklus hidup produk , informasi mengenai pangsa pasar (market share).
2. Aspek Teknis dan Produksi
2

http://usaha-umkm.blog.com/2012/03/19/metode-rra-%E2%80%93-rapid-rural-appraisal-untukumkm. (Diacu pada 2014 Maret 15)

18

Pada aspek teknis dan produksi hal utama yang mendasari analisis pada
aspek ini ialah lokasi bisnis, skala operasi atau luas produksi, kriteria pemilihan
mesin atau equipment, proses produksi dan layout perusahaan, serta jenis
teknologi yang digunakan. Hal lain yang perlu diperhatikan pada aspek teknis dan
produksi yakni karakteristik produk yang dihasilkan yang mencakup standar
kualitas produk, ukuran, warna, trade mark, hak paten, syarat penyimpanan,
packing, dan syarat pengiriman. Rencana bisnis yang akan dilakukan merupakan
bisnis pengolahan pasca panen pada daun kumis kucing sehingga menghasilkan
produk setengah jadi (intermediate product). Pengolahan tersebut berupa
pengeringan dan penggilingan daun sehingga menghasilkan daun Kumis kucing
dalam bentuk bubuk. Setelah dilakukan pengolahan pasca panen, produk tersebut
akan dikemas dengan menggunakan teknologi kemas vakum.
3. Manajemen
Aspek manajemen dalam masa operasi mempelajari mengenai bagaimana
bentuk organisasi atau badanusaha yang dipilih, bagaimana struktur organisasi,
deskripsi masing-masing jabatan, jumlah tenaga kerja yang digunakan, serta
penentuan anggota dan tenaga kerja inti.
4. Rencana Pemasaran
Menganalisis target pasar, pengembangan pasar, serta bauran pemasaran
yang dapat meningkatkan kepuasan konsumen. Strategi pemasaran terdiri dari
Market Selection dan Marketing Mix Development. Dalam strategi Market
Selection terdiri dari pengenalan peluang pasar, analisis pel