. Rencana Bisnis Bubuk Kencur Melalui Pendekatan Cooperative Entrepreneur Di Bogor

RENCANA BISNIS BUBUK KENCUR
MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE
ENTREPRENEUR DI BOGOR

KAMIL SARAGIH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rencana Bisnis Bubuk
Kencur Melalui Pendekatan Cooperative Entrepreneur di Bogor adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Kamil Saragih
NIM H34100158

ii

ABSTRAK
KAMIL SARAGIH. Rencana Bisnis Bubuk Kencur Melalui Pendekatan
Cooperative Entrepreneur di Bogor. Dibimbing oleh LUKMAN M. BAGA.
Rencana bisnis memuat informasi-informasi penting yang menunjukkan
suatu bisnis akan dijalankan serta mengidentifikasi masalah potensial. Kencur
merupakan komoditas pertanian yang memiliki potensi bisnis yang cerah.
Perencanaan bisnis pengolahan kencur ini berbasis wirakoperasi dengan
bekerjasama dengan petani sebagai penghasil bahan baku. Hasil produksi
merupakan kencur segar yang kemudian diproses menjadi bubuk. Konsep ini
memberikan pengaruh positif terhadap hasil produksi komoditas kencur serta
sangat bermanfaat kepada petani kencur. Target pasar produk ini adalah pasar

ekspor dengan tujuan Negara Jerman. Harga jual dari kencur bubuk adalah Rp252
000 atau USD 22.91. Pada perencanaan bisnis ini, dilakukan 2 analisis, yaitu
analisis keuangan dan keuangan. Analisis keuangan mencakup NPV , Net B / C ,
IRR , dan Payback Period ( PP ). Sedangkan analisis non keuangan terdiri dari
aspek pasar, aspek operasional , dan organisasi dan sumber daya manusia.
Kata kunci: kencur, rencana bisnis, wirakoperasi

ABSTRACT
KAMIL SARAGIH. Galanga Powder Business Plan with Cooperative
Entrepreneur Aproaches in Bogor. Supervised by LUKMAN M. BAGA.
Business plan contains the important informations that shows that a business
will be operated and identifies the potential problems. Galanga is one of the
algriculture commodity that has prospective business potency. Galanga processing
business plan is based on the cooperative enterpreneur and cooperated with the
local farmers as the sources suppliers. The product of this process is the fresh
galanga which is then processed to be powder. This concept gives the positive
influence to the galanga commodity products and is very beneficial for the
galanga farmers. The targeted market for this product is the export market with
Germany as the destination. The selling price of this galanga powder is
Rp252.000 or USD 22.91. There are 2 analysis on this business plan, financial

analysis and non-financial analysis. Financial analysis involves NPV, Net B/C,
IRR, and Payback period (PP). Whereas the non-financial analysis consist of
market aspect, operational aspect, and human resource and organitational.
Keywords: business plan, cooperative entrepreneur, galanga

iii

RENCANA BISNIS BUBUK KENCUR
MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE
ENTREPRENEUR DI BOGOR

KAMIL SARAGIH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

iv

vi

vii

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 ini ialah rencana bisnis,
dengan judul Rencana Bisnis Bubuk Kencur Melalui Pendekatan Cooperative
Entrepreneur di Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Lukman M. Baga,
MAEc selaku pembimbing. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada staf Balitro, staf Pusat Studi Biofarmaka, staf Kementerian Perdagangan
Republik Indonesia, serta para petani dan pihak-pihak yang telah membantu
selama pengumpulan data. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada ayah,
ibu, seluruh keluarga, teman-teman atas segala dukungan, doa, dan kasih
sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

Kamil Saragih

vii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN


ix
1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

4

Tujuan Penelitian

5

Manfaat Penelitian

5

Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian


5

TINJAUAN PUSTAKA

6

KERANGKA PEMIKIRAN

7

Kerangka Pemikiran Teoritis

7

Wirakoperasi (Cooperative Entrepreneur)

7

Rencana bisnis


8

Rencana Produk

8

Strategi dan Rencana Pemasaran

9

Rencana Operasional (Produksi)

9

Perencanaan Lokasi dan Tata Letak

10

Teknologi


10

Rencana Organisasi dan Sumberdaya Manusia

10

Koperasi

10

Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN

16
17

Waktu Lokasi Penelitian

17


Jenis dan Sumber Data

18

Metode Pengumpulan Data

18

Metode Analisis Data

18

GAMBARAN UMUM LOKASI USAHA

22

RENCANA BISNIS

22


Rencana Produk

22

viii

Rencana Pemasaran

23

Market Selection

23

Marketing Mix Development

23

Rencana Operasional

24

Rencana Organisasi dan Sumber Daya Manusia

34

Aspek Legal dan Ruang Lingkup Pengembangan Usaha

34

Struktur Organisasi

34

Rencana Kerjasama Kooperatif

38

Hasil Kajian Pendekatan Wirakoperasi

47

SIMPULAN DAN SARAN

49

Simpulan

49

Saran

49

DAFTAR PUSTAKA

49

LAMPIRAN

51

ix

DAFTAR TABEL
1Produksi tanaman biofarmaka di Indonesia tahun 2008-2012
2 Luas panen, produksi, dan produktivitas kencur di Indonesia tahun
2012
3 Kebutuhan bahan baku per bulan
4Standar mutu simplisia kencur menurut SNI
5 Penentuan gaji dan upah
6 Matriks hubungan antara pihak yang terkait
7 Rincian biaya investasi
8 Rincian biaya penyusutan
9 Tabel biaya operasional
10 Rincian biaya operasional tahun berikutnya
11 Modal awal usaha tahun pertama
12 Harga pokok produksi
13 Break even point tahun pertama
14 Break even point tahun berikutnya
15 Tabel perbedaan hasil pendekatan wirakoperasi dan tanpa
wirakoperasi

2
2
29
33
38
39
42
42
44
44
45
45
46
46
48

DAFTAR GAMBAR
1 Alur tata cara ekspor
2 Kerangka pemikiran operasional penelitian
3 Kencur bubuk dan label
4 Mesin perajang kencur
5 Mesin vacuum cabinet dryer
6 Mesin diskmill
7 Mesin vacuum packaging
8 Plastik kemasan vakum
9 Alat conveyor pendeteksi logam
10 Tata letak bangunan usaha
11 Diagram alir pengolahan kencur bubuk
12 Struktur organisasi koperasi kencur makmur

13
17
23
25
26
27
27
28
28
29
32
35

DAFTAR LAMPIRAN
1 Proses produksi
2 Rincian biaya investasi komponen biaya mesin dan peralatan produksi
3 Rincian biaya investasi komponen biaya alat dan furnitur perkantoran
4 Rincian biaya investasi komponen biaya bangunan dan infrastruktur
5 Asumsi komponen biaya investasi
6 Rincian biaya tetap komponen biaya upah tenaga kerja tetap
7 Rincian biaya tetap komponen biaya utility
8 Rincian biaya tetap komponen biaya administrasi perkantoran
9 Asumsi komponen biaya tetap

51
53
53
54
54
55
55
55
56

x

10 Rincian biaya variabel komponen biaya pengemasan tahun pertama
11Rincian biaya variabel komponen biaya pengemasan tahun berikutnya
12 Rincian biaya variabel komponen biaya solar mesin
13 Asumsi komponen biaya variabel
14 Penjualan perusahaan
15 Penerimaan petani/kg
16 Laporan arus kas proyeksi lima tahun (dalam Rp000)
17 Laporan laba rugi proyeksi lima tahun (dalam Rp000)
18 Laporan arus kas di tahun pertama (dalam Rp000)
19 Laporan laba rugi tahun pertama (dalam Rp000)

56
56
57
57
57
58
59
60
61
63

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Biofarmaka merupakan tanaman herbal yang berkhasiat obat. Berbagai
macam tanaman obat dapat tumbuh di Indonesia yang sering digunakan untuk
pengobatan alternatif. Tanaman biofarmaka memiliki prospek bisnis yang cerah
baik di dalam maupun luar negeri. Peluang pengembangan biofarmaka cukup
besar, baik untuk pasar domestik maupun untuk ekspor. Kebutuhan dalam negeri
setiap tahunnya meningkat sebagaimana tercermin dari pertumbuhan jumlah
industri biofarmaka di Indonesia. Tanaman biofarmaka yang memiliki potensi
pengembangannya cukup besar adalah: kencur, jahe, lengkuas, dan kunyit,
terutama untuk bahan minuman dan obat-obatan.
Biofarmaka sebagai komoditas pertanian dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku pembuatan jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Perbedaan dari
ketiga golongan obat dengan bahan alami tersebut terletak pada tingkat
pembuktian khasiat produknya.Jamu
(empirical based
herbal medicine)
adalah obat bahan alam yang disediakan secara tradisional, misalnya dalambentuk
serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi
penyusun jamu tersebut dan digunakan secara tradisional (Lestari 2007). Obat
herbal terstandar merupakan obat yang berbahan alami yang berbentuk ekstrak
dengan bahan baku dan proses pembuatan yang telah memenuhi standar. Obat
jenis ini harus melawati uji praklinis seperti uji toksisitas (keamanan), batas
kisaran dosis, famakodinamik (manfaat) dan teratogenik (keamanan terhadap
janin). Fitofarmaka merupakan peningkatan kelas dari obat herbal terstandar
dengan bahan baku dan proses pembuatan yang telah memenuhi standar.
Arah pengembangan tanaman obat ditujukan untuk pemenuhan industri
dalam negeri, farmasi, kosmetika, industri rumah tangga, jamu gendong, dan
ekspor. Pemenuhan permintaan harus di respon dengan baik melalui produksi
kencur yang berkualitas dan berkelanjutan. Pengembangan tersebut juga
memperhatikan peluang pasar, potensi areal pengembangan, teknologi yang
tersedia, kondisi saat ini, dan permasalahan yang ada.
Tanaman kencur salah satu sebagai tanaman obat mempunyai kegunaan
tradisional dan sosial cukup luas dalam masyarakat Indonesia. Produk utama
kencur adalah rimpangnya yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat nabati
tradisional. Kencur memiliki manfaat sebagai obat radang lambung, radang anak
telinga, influenza pada bayi, masuk angin, sakit kepala, batuk, diare,
menghilangkan darah kotor, memperlancar haid, mata pegal, keseleo, dan
menghilangkan lelah. Sebagai jamu, masyarakat mengenalnya dengan nama beras
kencur.
Kencur berpotensi untuk dibudidayakan di Indonesia, karena tanaman ini
dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi. Sebagai tanaman obat,
kencur sangat dibutuhkan oleh masyarakat sebagai salah satu alternatif
pengobatan. Kebutuhan akan kencur ini akan memberikan dampak terhadap
permintaan dari konsumen. Tanaman kencur ini merupakan produk pertanian
yang memiliki nilai ekonomi sehingga produksi akan terus dilakukan untuk

2

memenuhi kebutuhan dari masyarakat maupun industri. Produksi kencur dan
tanaman biofarmaka lain dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 1 Produksi tanaman biofarmaka di Indonesia tahun 2008-2012
Tahun

2008
2009
2010
2011
2012

(Kg)

Laos/
Lengkuas
(Kg)

154 963 886
122 181 084
107 734 608
94 743 139
114 537 658

50 092 846
59 332 313
58 961 844
57 701 484
58 186 488

Jahe

Kencur

Kunyit

(Kg)

(Kg)

38 531 160
43 635 311
29 638 127
34 016 850
42 626 207

23 740 105
36 826 340
26 671 149
24 105 870
44 085 151

Sumber : Badan Pusat Statistik (2013)1

Data diatas menunjukkan produksi kencur di Indonesia mengalami fluktuasi
dari tahun 2008-2012. Dari tahun 2008 hingga 2009, produksi kencur mengalami
peningkatan dan menurun lagi pada tahun berikutnya yaitu tahun 2010. Setelah
mengalami penurunan yang cukup drastis, produksi kencur mengalami kenaikan
hingga tahun 2012.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 menunjukkan luas panen di
Indonesia komoditas kencur sebesar 2.2 ribu hektar. Luas panen yang paling
tinggi berada di provinsi Jawa Barat dengan luas 577 hektar. setelah Jawa Barat,
luas panen terbesar kedua berada di Jawa Tengah dengan luas 551 hektar.
Sekalipun luas lahan di Jawa Barat lebih luas dibandingkan Jawa Tengah,
produksi di Jawa Barat lebih rendah dibandingkan di Jawa Tengah. Hal ini
disebabkan produkrivitas di Jawa Barat hanya 1.53 kg/m2, sedangkan di Jawa
Tengah sebesar 2.11 kg/m2. Produktivitas yang paling tinggi berada di Provinsi
Sumatera Selatan yaitu 3.50 kg/m2. Tingginya produktivitas di Sumatera Selatan
menjadikan provinsi tersebut memiliki produksi cukup tinggi. Kondisi ini
menunjukkan bahwa Jawa Barat memiliki potensi besar pengembangan komoditas
kencur. Bogor sebagai salah satu daerah di Provinsi Jawa Barat dapat dijadikan
sebagai salah satu sentra usaha biofarmaka kencur. Data luas panen, produksi, dan
produktivitas kencur disajikan pada Tabel .2
Tabel 2 Luas panen, produksi, dan produktivitas kencur di Indonesia tahun 2012
Provinsi
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Kepulauan Riau
Jambi
1

Luas Panen
(m2)
8 496
147 067
74 546
131 189
14 981
87 746

Produksi
(kg)
29 882
267 084
176 899
235 390
22 381
155 091

Produktivitas
(kg/m2)
1.91
1.75
2.34
1.51
1.38
1.51

http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=55¬ab=25 (Diacu
2013 Oktober 10)

3

Provinsi
Sumatera Selatan
Kepulauan Bangka
Belitung
Bengkulu
Lampung
DKI Jakarta
Jawa Barat
Banten
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Gorontalo
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
Maluku
Maluku Utara
Papua
Papua Barat
Indonesia

Luas Panen
(m2)
658 951

Produksi
(kg)
3 037 236

Produktivitas
(kg/m2)
3.50

95 786

361 246

2.37

746 195
2 583 670
1 109
5 770 503
1 502 464
5 515 296
885 077
2 403 460
480 991
8 488
109 482
193 865
86 089
652 275
104 351
10 115
541
45 090
30 231
18 659
34 131
10 607
5 061
12 654
1 757
22 430 923

1 104 814
7021 002
6 287
9 024 266
1718 380
11 683 983
1653 552
3466 490
389 686
29 471
177 857
630 250
208 302
643 774
259 382
14 414
943
110 099
53306
32 587
46 243
8 006
18 383
36 282
3 239
42 626 207

1.44
2.62
2.48
1.53
1.11
2.11
1.86
1.37
0.81
2.18
1.40
2.89
2.07
0.85
1.99
1.42
0.86
2.27
1.65
1.12
1.34
0.74
1.90
2.12
1.84
1.82

Sumber: Badan Pusat Statistik2
Dari data tersebut, memberikan informasi bahwa di Jawa Barat memiliki
potensi dilakukan pengembangan usaha biofarmaka kencur. Dengan luas panen
yang sangat tinggi, seharusnya mampu menghasilkan produksi yang tinggi pula.
Produktivitas harus ditingkatkan agar produksi yang didapatkan juga tinggi.
Prospek pengembangan usaha tanaman kencur di Indonesia sangat baik.
Sebab itu, salah satu arah pengembangan tanaman tanaman adalah untuk
meningkatkan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas bahan baku serta peningkatan
nilai tambah.
Untuk menjalankan bisnis tersebut, dilakukan perencanaan bisnis yang tepat
sehingga bisnis nantinya dapat dilakukan dengan matang. Pendekatan yang
optimal dalam rencana bisnis ini adalah dengan cooperative entrepreneur yang
bergerak bersama. Dilihat dari jumlah produksi kencur di tiap daerah yang
cenderung sedikit namun lokasinya sangat banyak, wirakoperasi merupakan
langkah yang paling tepat dilakukan. Wirausaha pada umumnya bangkit berusaha
2

http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=55¬ab=30 (Diacu
2014 Mei 28)

4

dengan kekuatannnya sendiri, tapi wirakoperasi dapat bangkit dengan kekuatan
bersama yang bersinergis. Misalnya skala usaha tertentu dapat dengan mudah
dipenuhi secara bersama dibandingkan dengan individu. Demikian pula resiko
usaha akan lebih ringan jika ditanggung bersama.
Ciri khusus yang harus dimiliki secara cooperative entrepreneur adalah
sikapnya yang lebih menghargai kebersamaan dari pada keberhasilan keuntungan
individual. Seorang wirakoperasi diharapkan akan lebih termotivasi dan akan
lebih kreatif bekerja dalam kebersamaan. Pada dasarnya setiap wirausaha koperasi,
terutama anggota dan manajer mempunyai kewajiban moral dalam meningkatkan
pertumbuhan koperasi dengan jalan mengusahakan agar koperasi mempunyai
keunggulan dibanding pesaingnya. Keberhasilan suatu koperasi sangat ditentukan
oleh kombinasi antara kemampuan, kemauan dan kebebasan bertindak para
wirakoperasi ini.

Perumusan Masalah
Biofarmaka sebagai salah satu produk agribisnis memiliki potensi yang
sangat baik karena sangat banyak dibutuhkan oleh industri obat. Hampir semua
jenis tanaman biofarmaka dibutuhkan sebagai bahan baku pembuatan obat
tradisional/ jamu oleh berbagai industri obat tradisional Indonesia. Permintaan
akan produk ini terus meningkat baik dalam negeri maupun luar negeri.
Peningkatan permintaan ini seiring dengan pertumbuhan penduduk di Indonesia
dan seluruh negara di dunia serta kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dengan
memanfaatkan obat tradisional.
Agribisnis biofarmaka tidak berkembang dengan baik dan merata di
seluruh Indonesia. Penyebabnya adalah petani dan pelaku usaha kurang
memahami kebutuhan pasar domestik dan ekspor yang menginginkan produk siap
pakai yang telah diolah. Kurangnya pemahaman tersebut karena menjual
biofarmaka memang tak semudah menjual tanaman hortikultura lainnya, seperti
sayur- sayuran atau buah-buahan.
Kencur sebagai produk biofarmaka yang umumnya digunakan untuk obat
tradisional, masih belum mampu dioptimalkan. Pemenuhan permintaan yang terus
meningkat masih belum diiringi dengan produksi yang besar dan normal.
Berdasarkan data BPS (2013)3 produksi kencur mengalami penurunan yang sangat
drastis pada tahun 2010 dari 2009 dan mengalami kenaikan pada tahun 2011 dan
2012. Sekalipun mengalami kenaikan pada tahun 2011 dan 2012, produksi tahun
2012 masih lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2009.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pengembangan bisnis dengan basis
cooperative entreupreneur dapat menjadi solusi. Adanya seorang wirakoperasi,
petani dapat meningkatkan bargaining power sehingga harga jual produk yang
diterima petani dapat meningkat. Para petani yang tergabung dalam sebuah sistem
koperasi yang dijalankan oleh seorang wirakoperasi akan mendapat jaminan pasar
untuk setiap produk yang mereka hasilkan, selain itu penerimaan yang diterima
petani akan meningkat akibat harga jual yang lebih baik. Wirakoperasi
3

http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=55¬ab=25 (Diacu
2013 Oktober 10)

5

menjalankan bisnis dengan berpegang pada prinsip-prinsip dasar koperasi secara
konsisten.
Peran seorang wirakoperasi berbeda dengan wirausaha pada umumnya.
Wirakoperasi tidak bekerja sendirian, melainkan melakukan kerjasama dengan
dengan puluhan dan bahkan ribuan anggota koperasi. Seorang wirakoperasi
merupakan seorang pemimpin dalam suatu usaha. Pemimpin yang diikuti
anggotanya dan juga yang mengembangkan
sumberdaya yang dimiliki
anggotanya, termasuk sumberdaya manusia anggota. Seorang wirakoperasi sangat
dibutuhkan untuk mengembangkan sistem agribisnis komoditas kencur.
Melihat kondisi tersebut, terdapat beberapa pertanyaan yang perlu dijawab
dalam penelitian kali ini, yaitu:
1 Bagaimana cara mengembangkan potensi biofarmaka khususnya tanaman
kencur melalui pendekatan cooperative entrepreneur ?
2 Bagaimana peran wirakoperasi untuk meningkatkan kesejahteraan petani
dan mengembangkan komoditas biofarmaka?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah
1 Menganalisis potensi yang dimiliki kencur sebagai tanaman biofarmaka
dengan pendekatan cooperative entrepreneur.
2 Merumuskan rencana bisnis yang harus dilakukan dengan tujuan
meningkatkan kesejahteraan petani dan mengembangkan komoditas
biofarmaka.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain :
Bagi petani, sebagai informasi untuk mengembangkan skala usaha
budidaya kencur sebagai tanaman biofarmaka sehingga mendapatkan
pendapatan yang lebih tinggi.
2 Bagi investor, sebagai informasi mengenai potensi dan prospek tanaman
biofarmaka kencur sebagai acuan untuk keputusan berinvestasi.
1

Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan membahas mengenai perencanaan bisnis pengolahan
rimpang kencur sebagai tanaman biofarmaka dengan pendekatan cooperative
enterpreneur. Perencanaan bisnis yang akan dilakukan berupa pengolahan pasca
panen yang disesuaikan dengan permintaan pasar luar negeri. Analisa terhadap
pola konsumsi negara tujuan ekspor tidak dibahas dalam perencanaan bisnis ini.
Aspek perencanaan bisnis yang dianalisis terdiri dari aspek pasar, aspek teknis
dan produksi, aspek hukum, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi, aspek
keuangan, serta analisis risiko.

6

TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian yang dilakukan oleh Baga (2003) mengenai Peran Wirakoperasi
dalam Pengembangan Sistem Agribisnis khususnya pada Koperasi Susu
mengemukakan bahwa wirakoperasi (cooperative entrepreneur) berperan
menemukan peluang dan mewujudkannya dalam bentuk kesempatan usaha yang
menguntungkan bagi para anggotanya. Koperasi susu memiliki posisi tawar yang
sangat lemah dalam hal menentukan jumlah penjualan susu, waktu penjualan serta
harga yang diperoleh. Sebagai Ketua Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS)
Pangalengan, Daman Danuwidjaja berusaha untuk memajukan koperasinya
sendiri dan mendorong agar koperasi susu mampu meningkatkan kerja sama
antara koperasi. Daman Danuwidjaja berperan sebagai wirakoperasi yang
bertujuan untuk mengembangkan koperasi primer persusuan di tingkat pedesaan.
Para peternak merasakan langsung manfaat bergabung dengan KPBS, yaitu
berkembangnya usaha ternak yang relatif baik dengan penerapan teknologi
peternakan modern.
Penelitian yang dilakukan oleh Fajrian (2013) mengenai Peran
Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis Tanaman Hias di CV. Bunga
Indah Farm Kabupaten Sukabumi didirikan oleh seorang yang memiliki jiwa
wirakoperasi yang bernama Wahyudin. Hal yang dilakukan oleh Wahyudin ini
adalah melakukan kerjasama dengan para petani yang tergabung dalam kelompok
tani di wilayah Lampung, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Konsep wirakoperasi
yang diterapkan oleh Wahyudin berupa penentuan ketetapan harga beli di bahan
baku di tingkat petani yang berdasarkan hasil diskusi dengan para petani mitranya.
Selain ketetapan harga yang didasarkan pada hasil diskusi dengan para petani,
perusahaan ini juga memberikan pelatihan budidaya kepada para petani agar para
petani dapat menghasilkan jumlah produksi yang optimal dan berkualitas.
Perusahaan ini juga memposisikan diri sebagai wadah yang dapat memajukan
para petani yang bermitra, sehingga pengendalian usaha dilakukan berlandaskan
kepentingan para petani. CV. Bunga Indah Farm didirikan tidak hanya
berorientasi pada keuntungan perusahaan semata, namun juga berorientasi pada
kesejahteraan yang bermitra dengannya. Wahyudin sebagai pemilik CV. Bunga
Indah Farm memiliki peran yang sangat besar terhadap peningkatan kesejahteraan
petani skala kecil di Kabupaten Sukabumi. Hal tersebut terbukti dengan sembilan
orang petani kecil yang bermitra dengannya mengaku memiliki pendapatan yang
meningkat. Selain meningkatkan kesejahteraan petani, perusahaan ini juga
memiliki manfaat yang besar bagi para petani mitranya. Manfaat tersebut berupa
terjaminnya pasar, keuntungan yang diperoleh lebih tinggi serta kemudahan dalam
mendapatkan bantuan permodalan. Selain membina 2000 petani sebagai pemasok
bahan baku, perusahaan ini juga mempekerjakan masyarakat sekitar usaha dengan
latar belakang putus sekolah, janda dan ibu rumah tangga. Dapat dilihat bahwa
selain berorientasi pada keuntungan, perusahaan ini juga berorientasi pada
kesejahteraan para petani yang bermitra dengannya dan juga pada kesejahteraan
masyarakat lingkungan sekitar usaha.
Kajian yang dilakukan oleh peneliti Pusat Studi Biofrmaka LPPM-IPB
Sundawati dkk (2011) mengenai Pengembangan Model Kemitraan dan Pemasaran
Terpadu Biofarmaka dalam Tangka Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan di

7

Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat mengemukakan bahwa perlu adanya
pengembangan model kelembagaan petani yang bertujuan untuk meningkatkan
pemasaran biofarmaka khususnya komoditas rimpang. Pemasaran komoditas
tanaman biofarmaka jenis ini belum memiliki ikatan kemitraan yang efektif antara
petani dengan indsutri karena banyaknya kendala dan hambatan yang dijumpai
dalam pelaksanaannya. Perlunya ikatan kemitraan yang efektif ini bertujuan untuk
meningkatkan efektivitas pemasaran karena komoditas biofarmaka jenis rimpang
banyak dibutuhkan oleh pasar dalam negeri dan luar negeri. Menurut Baga dan
Firdaus (2009) pada kasus belimbing dewa di Kota Depok, keberhasilan suatu
wirakoperasi membutuhkan adanya seorang pemimpin yang berjiwa wirakoperasi
sehingga mampu memberikan peningkatan terhadap pendapatan dan skala usaha
yang dilakukan petani.
Wirakoperasi berupaya agar usaha yang didirikan dapat berjalan dengan
baik. Perencanaan bisnis yang dilakukan oleh wirakoperasi untuk mendapatkan
kemudahan dalam melaksanakan usaha yang akan dilakukan. Selain itu,
perencanaan bisnis juga dapat mengurangi kegagalan pada pendirian suatu proyek
bisnis. Menurut Pinson (2003) ada tiga tujuan menulis rencana bisnis, yaitu
sebagai panduan yang dapat diikuti sepanjang usia bisnis, sebagai dokumentasi
pendanaan, dan sebagai alat standart untuk mengevaluasi potensi bisnis keluar
negeri.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Wirakoperasi (Cooperative Entrepreneur)
Cooperative entreupreneur atau wirakoperasi merupakan bentuk khusus
dari konsep wirausaha. Pada dasarnya cooperative entrepreneur adalah
pengembangan organisasi petani dan bersama petani mengembangkan potensi
yang ada. Setiap wirakoperasi merupakan seorang wirausaha. Wirakoperasi tidak
memerlukan lahan, modal, maupun tenaga kerja karena usaha akan bergerak
dengan sendirinya. Seorang wirakoperasi merupakan seorang penggerak dan
katalis perubahan yang berpihak pada petani.
Seorang wirakoperasi adalah orang yang memiliki keyakinan yang tinggi
bahwa koperasi merupakan satu jalan pemecahan dari berbagai masalah pelik
yang dihadapi oleh masyarakat lemah seperti halnya petani. Dalam peningkatan
kesejahteraan petani seorang wirakoperasi dituntut untuk memecahkan
permasalahan kekuatan tawar produk yang dihasilkan oleh petani. Seorang
cooperative entrepreneur yakin bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan petani
dapat diwujudkan dalam semangat membangun koperasi melalui koperasi
Tugas utama seorang wirakoperasi adalah menciptakan inovasi yang dapat
memberikan perubahan yang positif dalam organisasi usaha. Keberhasilan inovasi
sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan dari wirakoperasi tersebut.
Tugas wirakoperasi akan berjalan dengan baik apabila seorang wirakoperasi
memiliki tingkat kemampuan dan motivasi yang tinggi serta kebebasan dalam
bertindak (sepanjang tidak merugikan orang lain) dari wirausaha (Fajrian 2013).

8

Seorang wirakoperasi dikatakan berhasil apabila dia mampu mengembangkan
usahanya juga meningkatkan kesejahteraan petani atau anggotanya. Orientasi
peningkatan kesejahteraan tersebut dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan
pendapatan petani atau anggota dan perubahan skala usaha kecil menjadi skala
usaha yang lebih besar bagi petani. Konsep wirakoperasi yang akan ditonjolkan
sangat erat hubungannya dengan kemitraan atau kerjasama. Wirakoperasi ini
dapat diterapkan pada suatu rancangan bisnis dengan melakukan kerjasama
dengan petani untuk memasok bahan baku yang akan digunakan. Penerapan
konsep ini akan menciptakan suatu multiplier effect bagi usaha yang dijalankan
juga meningkatkan tingkat efisiensi rantai pasokan karena terintegrasinya rantai
pasok mulai dari on-farm hingga off-farm.

Rencana bisnis
Bisnis adalah pertukaran barang, jasa atau uang yang saling menguntungkan
atau memberikan manfaat. Selain itu bisnis juga dapat diartikan sebagai kegiatan
mencari keuntungan yang diorganisasikan dan diarahkan untuk menyediakan
barang dan jasa kepada para pelanggan. Perusahaan memproduksi dan
memasarkan barang dan jasa dengan harapan akan mendapatkan keuntungan.
Bisnis dapat juga diartikan sebagai sistem yang memproduksi barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Rencana bisnis merupakan dokumen
tertulis yang menjelaskan rencana perusahaan atau pengusaha untuk
memanfaatkan peluang-peluang usaha (business opportunities) yang terdapat di
lingkungan eksternal perusahaan, menjelaskan keunggulan bersaing (competitive
advantage) usaha, serta menjelaskan berbagai langkah yang harus dilakukan
untuk menjadikan peluang usaha tersebut menjadi suatu bentuk usaha yang nyata
(Solihin 2007).
Perencanaan bisnis mencakup uraian tentang gambaran umum rencana,
kondisi perusahaan, produk/jasa yang akan diberikan oleh perusahaan, kondisi
pasar, kondisi manajemen, kondisi keuangan, kondisi operasional, strategi untuk
pengembangan di masa yang akan datang, informasi keuangan yang dibutuhkan
dan lampiran-lampiran. Perencanaan bisnis dapat digunakan sebagai alat untuk
mencari pinjaman dari pihak ketiga, seperti pihak perbankan, investor, lembaga
keuangan, dan sebagainya (Rangkuti 2005).
Rencana Produk
Perencanaan produk adalah proses penciptaan suatu produk hingga produk
tersebut diperkenalkan di pasar. Proses perencanaan produk diawali dengan
pengenalan terhadap kebutuhan pasar. Produk yang dijual dapat berupa fresh
product, intermediate product, atau final product.
Fresh product adalah produk segar yang belum dilakukan pemrosesan
terlebih dahulu. Fresh product umumnya tidak menghasilkan margin yang tinggi
bagi pelakunya karena tidak memiliki nilai tambah. Intermediate product adalah
produk yang telah diproses namum memerlukan proses selanjutnya untuk
kemudian dijual kepada industri yang membutuhkan. Intermediate product
umumnya dipasarkan pada industri manufaktur produk akhir. Final product

9

adalah produk yang langsung dapat dikonsumsi atau digunakan langsung oleh
konsumen akhir.
Produk yang akan dihasilkan pada rencana bisnis ini adalah intermediate
product yaitu berupa bubuk kencur. Produk dihasilkan dengan mengolah rimpang
kencur segar menjadi bubuk kencur yang dapat meningkatkan umur simpan
produk. Nilai tambah pada produk ini diharapkan dapat memberikan keuntungan
lebih bagi pelaku usaha.
Strategi dan Rencana Pemasaran
Aspek pemasaran bertujuan untuk menguji serta menilai dukungan
pemasaran dari produk yang dihasilkan terhadap pengembangan usaha yang
direncanakan. Baik tidaknya aspek pemasaran dari produk yang dihasilkan dapat
dilihat dari daya serap pasar, prospek pengembangannya di masa yang akan
datang, kondisi pemasaran, dan tepat tidaknya program pemasaran dari hasil
usaha yang direncanakan (Ibrahim 2003).
Strategi pasar yang biasa digunakan adalah STP (Segmentation, Targeting,
Posisioning). Segmentation yaitu membagi pasar kedalam kelompok pembeli
yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan, karakteristik atau perilaku yang
mungkin membutuhkan bauran pemasaran. Targeting yaitu proses mengevaluasi
daya tarik masing-masing segmen pasar dan pemilihan satu atau lebih segmen
yang akan dimasuki. Positioning yaitu pengaturan agar suatu produk menempati
tempat yang jelas, terbedakan, dan diinginkan dalam benak konsumen sasaran
dibandingkan dengan produk pesaing.
Analisis lain yang digunakan dalam strategi pemasaran adalah bauran
pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran terdiri dari 4P yaitu produk
(product), promosi (promotion), lokasi/distribusi (place), dan harga (price).
Produk menyangkut keragaman, kualitas, desain, fitur yang dimiliki, merk,
kemasan dan servis yang dimiliki suatu produk. Promosi terkait dengan iklan,
penjualan langsung, promosi penjualan, dan humas dari produk. Lokasi/ distribusi
terkait dengan saluran, cakupan, kombinasi, tempat, persediaan, transportasi, dan
logistik dari suatu produk. Harga menyangkut daftar harga, diskon, pencadangan,
periode, pembayaran atau persyaratan kredit dari sebuah produk.
Rencana Operasional (Produksi)
Setiap gagasan kewiraswastaan, produksi barang atau penyediaan jasa
mempunyai aspek teknis yang harus dianalisis sebelum usaha implementasi
gagasan dilaksanakan (Moerdiyanto 2008). Aspek teknis dan produksi merupakan
lanjutan dari aspek pemasaran. Kegiatan ini timbul apabila sebuah gagasan usaha
yang direncanakan telah menunjukkan peluang yang cukup cerah dilihat dari segi
pemasaran. Penilaian yang diperlukan dalam aspek teknis, antara lain lokasi
proyek, luas produksi, dan proses produksi. Faktor-faktor yang perlu dinilai dari
segi lokasi, antara lain daerah pemasaran, bahan mentah, tenaga kerja, fasilitas
pengangkutan, dan fasilitas listrik dan air. Jumlah produksi dari suatu gagasan
usaha tergantung pada permintaan pasar serta tingkat keuntungan yang optimal
untuk diterima. Proses produksi perlu diketahui untuk menentukan jumlah
peralatan yang diperlukan, bentuk dan luas bangunan, jumlah investasi, modal

10

kerja, biaya operasi, dan pemeliharaan dalam perhitungan analisis kriteria
investasi (Ibrahim 2003).
Perencanaan Lokasi dan Tata Letak
Perencanaan lokasi dan tata letak harus dipersiapkan secara baik dan tepat
agar dapat meningkatkan efisiensi kegiatan usaha. Dalam menentukan lokasi
usaha, didasarkan pada kedekatannya dengan bahan baku atau pasar potensial,
tenaga kerja, serta ketersediaan infrastruktur yang baik yang dapat menunjang
kegiatan usaha. Perancangan tata letak bangunan usaha terdiri dari ruang produksi,
ruang penyimpanan atau gudang, ruang administrasi, serta ruangan lain yang
dibutuhkan dalam kegiatan usaha harus dipertimbangkan dengan baik agar dapat
meningkatkan efisiensi kegiatan usaha yang akan dibutuhkan.
Teknologi
Teknologi yang digunakan dalam bisnis pengolahan rimpang kencur ini
adalah teknologi perajangan, pengeringan buatan, penggilingan, dan pengemasan
vakum. Teknologi perjangan digunakan untuk menghasilkan kencur berbentuk
simplisia. Teknologi yang digunakan pada proses pengeringan adalah vacuum
cabinet dryer, sedangkan diskmill digunakan sebagai alat penggiling kering
dengan hasil dari penggilingan ini adalah kencur berbentuk bubuk. Alat yang
digunakan dalam teknologi pengemasan vakum adalah vacuum packaging untuk
mengemas produk rimpang kencur. Seluruh teknologi yang digunakan untuk
meningkatkan efisiensi proses produksi jika dibandingkan dengan menggunakan
teknologi pengeringan alami.
Perencanaan Bahan Baku
Bahan baku merupakan salah satu unsur yang paling aktif didalam kegiatan
usaha yang secara terus-menerus diperoleh, diubah, dan kemudian dijual kembali.
Perencaaan bahan baku meliputi:
a. Jenis bahan baku
b. Kuantitas bahan baku
c. Kualitas bahan baku
d. Persediaan bahan baku
e. Kemungkinan penggunaan jenis bahan baku lain
Faktor-faktor yang mempengaruhi pasokan bahan baku meliputi :
a. Persediaan bahan baku
b. Kualitas bahan baku
c. Harga bahan baku
d. Transportasi bahan baku
e. Jalur pengadaan bahan baku
Rencana Organisasi dan Sumberdaya Manusia
Koperasi
Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau
kelompok dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal
menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang
ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi (UU No 12

11

Tahun 2012). Sebuah badan hukum yang disebut sebagai koperasi harus
menjalankan prinsip-prinsip dasar koperasi. Menurut UU No 25 Tahun 1992 pasal
5 disebutkan tujuh prinsip koperasi sebagai berikut:
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
Untuk menjadi anggota koperasi tidak boleh dipaksa oleh siapapun
tanpa membedakan jenis kelamin, latar belakang sosial, ras, politik, dan
agama. Setiap warga negara yang telah mampu melaksanakan tindakan
hukum dan telah memenuhi persyaratan sebagai anggota koperasi berhak
menjadi anggota koperasi dan berpartisipasi aktif.
2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis
Koperasi didirikan oleh para anggota yang memiliki tujuan yang sama
yaitu meningkatkan kesejahteraan bersama. Dalam proses pengambilan
keputusan, setiap anggota harus diperlakukan sama. Pengawasan terhadap
kegiatan usaha koperasi dilakukan oleh anggota yang telah memenuhi syarat
sebagai pengawas.
3. Partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi
Anggota menyetorkan modal mereka secara adil dan mengawasinya
secara demokratis. Sebagian dari modal tersebut adalah milik bersama. Balas
jasa terhadap modal diberikan secara terbatas.
4. Otonomi dan kemandirian
Koperasi adalah organisasi yang otonom dan mandiri serta diawasi oleh
anggotanya. Apabila koperasi membuat perjanjian dengan pihak lain
termasuk pemerintah atau memperoleh modal dari luar maka hal itu harus
berdasarkan persyaratan yang tetap
guna menjamin adanya upaya
pengawasan yang demokratis dari anggotanya dan mempertahankan otonomi
koperasi.
5. Pendidikan, pelatihan, dan informasi
Koperasi memberikan pelatihan dan pendidikan bagi anggota, pengurus,
pengawas, manajer, dan karyawan. Tujuannya agar mereka dapat
melaksanakan tugas lebih efektif dalam pengembangan koperasi. Koperasi
memberikan informasi bagi orang-orang muda dan tokoh masyarakat
mengenai hakekat dan manfaat berkoperasi.
6. Kerjasama antar koperasi
Dengan bekerjasama pada tingkat lokal, regional, nasional, dan
internasional, maka gerakan koperasi dapat melayani anggotanya dengan
lebih efektif dan dapat memperkuat gerakan koperasi.
7. Kepedulian terhadap masyarakat
Koperasi melakukan kegiatan pengembangan masyarakat sekitarnya
secara berkelanjutan, melalui kebijakan yang diputuskan oleh rapat anggota.
Aspek Legal dan Ruang Lingkup Pengembangan Usaha
Untuk membentuk suatu usaha dagang, dalam hal ini perusahaan ekspor
Indonesia harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain (Kemendag, 2013):
1. Badan Hukum, dalam bentuk :
a. CV (Commanditaire Vennotschap)
b. Firma
c. P.T (Perseroan Terbatas)

12

d. Persero (Perusahaan Perseroan)
e. Perum (Perusahaan Umum)
f. Perjan (Perusahaan Jawatan)
g. Koperasi
2. Memiliki N.P.W.P (Nomor Pokok Wajib Pajak)
3. Mempunyai salah satu izin yang dikeluarkan pemerintah seperti :
a. S.I.U.P (Surat Izin Usaha Perdagangan) dari Dinas Perdagangan
b. Surat Izin Industri dari Dinas Perindustrian
c. Izin Usaha P.M.D.N (Penanaman Modal Dalam Negeri) atau P.M.A
(Penanaman Modal Asing) yang dikeluarkan oleh B.K.P.M (Badan
Koordinasi Penanaman Modal)
4. Memiliki Angka Pengenal Ekspor (A.P.E)
Pengurusan SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan untuk koperasi harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Fotokopi Akta Pendirian Koperasi
2. Fotokopi KTP Pimpinan/Penanggung jawab koperasi
3. Fotokopi NPWP Koperasi
4. Neraca terakhir koperasi bermaterai Rp6 000
5. Susunan Pengurus
6. Surat keterangan domisili usaha dari kelurahan atau kantor desa,
diketahui kecamatan
7. Pasfoto warna ukuran 4x6 dua lembar.
Ijin usaha perdagangan ini masuk kedalam ijin usaha perdagangan dan berlaku
selama 5 (lima) tahun dan setiap tahun dilakukan registrasi ulang.
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menjadi eksportir adalah
sebagai berikut (Kemendag 2013):
1. Persiapan administratif berupa pembuatan identitas usaha
2. Persiapan legalitas usaha berupa pembentukan badan usaha usaha yang
berbadan hukum dengan klasifikasi eskprtir produsen atau eksportir bukan
produsen
3. Persiapan operasional berupa penerbitan dokumen yang terdiri dari
brosur/leaflet, offer sheet, invoice, consular invoice, packing list, sales
contract, weight note-measurement list, letter of indemnity, letter of
subrogation, pemberitahuan ekspor barang (PEB), dan pemberitahuan ekspor
barang tertentu
4. Persiapan produk yang akan dijual secara fisik maupun pencantuman
keterangan produk dalam lembar Profil Produk
5. Melakukan perijinan ekspor di Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
melalui UPP (Unit Pelayanan Perdagangan) dengan salah satuu fasilitas yang
ditawarkan berupa INTRADE.
Untuk melakukan proses ekspor, tata cara atau prosedur yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut (Kemendag 2013):

13

N

Esksportir

Produksi
barang

N

Produksi
barang

Opening
Bank

Correspondent/Rec
eiving Bank

1

0
Pelayaran/
Penerbangan
2
Bea dan cukai
pelabuhan
muat

Instansipener
bit SKA
a
Pelabuhan
tujuan

barang

Gambar 1 Alur tata cara ekspor

Keterangan:
1. Eksportir dan importir melakukan korespondensi yang diakhiri dengan
pembuatan sales contract
2. Importir mengaplikasikan pembukaan L/C pada bank luar negeri (Opening
Bank)
3. Opening Bank mengirim L/C confirmation pada Corespondenti Bank untuk
memberitahukan kepada eksportir
4. Corespondenti Bank memberitahukan kepada eksportir melalui L/C advice
5. Eksportir mempersiapkan barang
6. Eksportir memesan ruang kapal pada shipping company
7. Eksporir mengurus formalitas ekspor dengan mengisi PEB dan pembayaran
pajak eskspor, kemudian PEB difiat-muatkan
8. Pemuatan barang diatas kapal, shipping company memberikan bills of lading
pada eskportir
8a. Apabila dalam L/C ada persyaratan untuk melampirkan dokumen SKA (Surat
Keterangan Asal), maka eskportir harus mengurus SKA tersebut ke instansi
penerbit SKA
9. Setelah mempersiapkan seluruh dokumen yang dipersyaratkan pada L/C,
eskportir bernegosiasi kepada negotiation bnk untuk mendapat pembayaran.
10. Pengiriman dokumen L/C dari negotiation bank ke opening bank
11. Opening Bank meneruskan dikumen tersebut kepada importir

14

12. Importir menyerahkan dokumen tersebut pada shipping agent untuk
ditukarkan dengan delivery cargo
13. Pengiriman document L/C dari negotiation bank tersebut kepada importir
14. Opening Bank meneruskan dokumen tersebut kepada importir
15. Importir menyerahkan dokumen tersebut pada shipping agent untuk
ditukarkan dengan delivery cargo
Struktur Organisasi
Orang-orang yang terlibat dalam kepengurusan perusahaan dituangkan
dalam struktur organisasi perusahaan. Struktur organisasi terdiri dari nama orang
yang terlibat dalam kepengurusan beserta dengan jabatannya masing-masing.
Dalam struktur organisasi ini mengGambarkan hubungan kerja antara orang yang
satu dengan lainnya dengan memperhatikan aturan bentuk badan hukum dan
disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.
Deskripsi Kerja
Tugas dan tanggungjawab dari masing-masing tenaga kerja maupun
pengurus perusahaan dipaparkan dalam bentuk deskripsi kerja. Deskripsi kerja
bagi tenaga kerja dan pengurus perusahaan berbeda-beda sesuai dengan jabatan
maupun bagiannya. Masing-masing orang yang terlibat dalam usaha yang akan
dijalankan memiliki hak, kewajiban, dan tugas yang harus dipenuhi agar kegiatan
usaha menjadi lebih efektif.
Gaji dan Upah
Gaji dan upah merupakan imbalan atas jasa yang telah dilakukan oleh
seluruh tenaga kerja maupun pengurus perusahaan. Gaji dan upah dari masingmasing orang berbeda sesuai dengan jabatan dan deskripsi kerja yang dibebankan.
Imbalan yang diberikan kepada tenaga kerja tetap maupun pengurus perusahaan
disebut sebagai gaji yang dibayarkan sekali dalam sebulan. Upah merupakan
imbalan yang diberikan kepada tenaga kerja tidak tetap yang dibayarkan sesuai
dengan pencapaian kerja yang telah dilakukan. Gaji yang dibayarkan dapat
disesuaikan dengan UMR yang berlaku dengan ketetapan yang dibuat oleh
perusahaan.
Risiko Bisnis
Risiko bisnis merupakan tingkat ketidakpastian tentang laba perusahaan
yang akan datang. Laba perusahaan dimasa yang akan datang tergantung pada
penerimaan dan beban (pengeluarannya). Perusahaan dapat mengalami kerugian
jika pengeluaran lebih banyak dari yang direncanakan (Madura 2001). Secara
sederhana, risiko bisnis dapat diartikan suatu keadaan atau faktor yang mungkin
memiliki dampak negatif pada operasi atau profitabilitas suatu perusahaan. Ada
dua jenis risiko, yakni risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni merupakan
risiko yang apabila terjadi menimbulkan kerugian dan terjadinya tanpa sengaja.
Risiko murni ini umumnya bisa diasuransikan. Contoh risiko murni adalah terjadi
kebakaran, bencana alam atau banjir. Risiko spekulatif adalah risiko yang sengaja
ditimbulkan oleh yang bersangkutan, agar terjadinya ketidakpastian memberikan
peluang keuntungan kepadanya. Risiko ini umumnya tidak bisa diasuransikan.

15

Rencana Keuangan
Aspek finansial yang perlu dianalisis untuk menyusun suatu perencanaan
bisnis terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Benefit
Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP) (Nurmalina et al. 2009).
1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara total present value
penerimaan (benefit) dengan total present value pengeluaran (cost) atau jumlah
present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Suatu bisnis
dikatakan layak atau dapat memberi keuntungan apabila nilai NPV lebih dari 0
(NPV>0).
2. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return menunjukkan kemampuan suatu proyek untuk
menghasilkan tingkat keuntungan yang akan dicapainya. Besaran yang dihasilkan
dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah bisnis dikatakan
layak apabila nilai IRR lebih besar dari discount rate (DR) atau tingkat suku
bunga yang berlaku.
3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara manfaat
bersih bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Suatu bisnis
dikatakan layak apabila nilai net B/C Rasio lebih besar dari 1 (net B/C rasio>1).
Hal ini berarti keuntungan yang diperoleh perusahaan lebih besar daripada
kerugian yang dialami.
4. Payback Period (PP)
Payback Period (PP) merupakan metode pelengkap dalam analisis
finansial. Metode perhitungan ini dilakukan untuk menghitung seberapa cepat
tingkat pengembalian modal dari bisnis tersebut. Semakin cepat tingkat
pengembalian modal, maka para investor akan semakin tertarik untuk berinvestasi
pada bisnis tersebut.
5. Break Even Point (BEP)
Break Even Point (BEP) merupakan suatu keadaan pada kondisi titik
impas yang terjadi ketika penjualan sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan
sehingga pada kondisi ini perusahaan tidak mengalami kerugian maupun
keuntungan (P = ATC minimum). Dengan kata lain pada kondisi ini kerugian dan
keuntungan sama dengan nol.
6.Cash Flow
Cash Flow (arus kas) adalah suatu laporan keuangan yang berisikan
pengaruh kas dari kegiatan operasi, kegiatan transaksi investasi dan kegiatan
transaksi pembiayaan atau pendanaan serta kenaikan atau penurunan bersih dalam
kas suatu perusahaan selama satu periode. Laporan keuangan ini berupa ringkasan
penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan selama periode tertentu. Laporan
arus kas ini memberikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas
perusahaan dari suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi
berdasarkan pada kegiatan operasi, investasi dan pendanaan. Cash flow terdiri dari
dua aliran arus yaitu sebagai berikut:
1. Cash inflow

16

Cash inflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang
melahirkan keuntungan kas (penerimaan kas). Arus kas masuk (cash inflow)
terdiri dari:
a) Hasil penjualan produk/jasa perusahaan
b) Penagihan piutang dari penjualan kredit
c) Penjualan aktiva tetap yang ada
d) Penerimaan investasi dari pemilik atau saham bila perseroan terbatas
e) Pinjaman/hutang dari pihak lain
f) Penerimaan sewa dan pendapatan lain
2. Cash outflow
Cash outflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang
mengakibatkan beban pengeluaran kas. Arus kas keluar (cash outflow) terdiri dari:
a) Pengeluaran biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan biaya pabrik
lain-lain
b) Pengeluaran biaya administrasi umum dan administrasi penjualan
c) Pembelian aktiva tetap
d) Pembayaran hutang-hutang perusahaan
e) Pembayaran kembali investasi dari pemilik perusahaan
f) Pembayaran sewa, pajak, deviden, bunga, dan pengeluaran lain-lain
Kerangka Pemikiran Operasional
Ketidakmampuan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan pasar luar dan
dalam negeri harus direspon secara aktif agar kebutuhan akan komoditas ini dapat
terpenuhi. Pengembangan komoditas agribisnis dapat dilakukan dengan model
yang terarah dan konsep yang jelas. Oleh sebab itu, dibentuk sebuah model
pengembangan sistem agribisnis kencur berbasis cooperative entrepreneur.
Wirakoperasi atau cooperative entrepreneur merupakan penggerak
pengembangan ekonomi masyarakat petani. Konsep ini memberikan manfaat yang
sangat berarti bagi para petani biofarmaka yang sebagian besar merupakan petani
kecil. Petani-petani kecil menjual hasil produksi melalui wirakoperasi. Hasil
produksi tersebut akan diolah menjadi produk setengah jadi dan dijual ke luar
negeri. Melalui rencana ini, petani akan mendapatkan keuntungan yang lebih
besar dengan harga jual yang lebih tinggi.
Usaha pengolahan kencur bubuk ini merupakan usaha pasca panen yang
melalui proses pengolahan dan pengemasan. Usaha ini dilakukan dengan menjalin
kerjasama dengan melibatkan para petani kecil dan melakukan kerja kolektif. Cara
pandang kolektif ini diterapkan agar meningkatkan nilai tambah produk dan posisi
tawar. Alur pemikiran kerangkan operasional penelitian secara ringkas dapat
dilihat pada Gambar 2.

17

Rimpang kencur memiliki
potensi yang sangat baik dilihat
dari tingginya permintaan di
pasar luar negeri, manfaat bagi
kesehatan, serta volume produksi
yang cukup besar

Petani yang membudidayakan
komoditas ini masih berupa
petani kecil sehingga permintaan
belum terpenuhi dan harga jual di
tingkat petani masih rendah

Wirakoperasi

Komersialisasi pengembangan
biofarmaka

Membuat kerjasama atau
melakukan usaha kolektif
bersama petani kecil

Meningkatkan nilai tambah
produk

Rencana Bisnis Bubuk Kencur Berbasis
Cooperative Entrepreneur di Bogor

Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional penelitian

METODE PENELITIAN
Waktu Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor yang terbagi dalam empat
Kecamatan yaitu Kecamatan Cimanggu, Kecamatan Cipaku, Kecamatan Cilebut,
dan Kecamatan Tegal Waru. Pemilihan lokasi dilakukan dengan metode
purpossive sampling atau sengaja dengan pertimbangan petani-petani di daerah
tersebut merupakan petani binaan Balitro (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat). Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2013-Juni 2014.

18

Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari keterangan kegiatan usaha yang
dilakukan oleh petani mengenai keadaan usaha, perkembangan usaha, dan
kegiatan budidaya yang dilakukan serta data lain yang berkaitan dengan penelitian.
Data kuantitatif diperoleh dari hasil produksi, jumlah penjualan, harga produk,
dan data lain yg berkaitan dengan pene