Efektivitas Penambahan Simplisia Rimpang Temulawak Curcuma xanthorrhiza Roxb. pada Pakan Ikan Nila Oreochromis niloticus Terhadap Infeksi Streptococcus agalactiae

EFEKTIVITAS PENAMBAHAN SIMPLISIA RIMPANG
TEMULAWAK Curcuma xanthorrhiza Roxb. PADA PAKAN
IKAN NILA Oreochromis niloticus TERHADAP INFEKSI
Streptococcus agalactiae

SITA PANCA RINI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Efektivitas
Penambahan Simplisia Rimpang Temulawak Curcuma xanthorrhiza Roxb. pada
Pakan Ikan Nila Oreochromis niloticus Terhadap Infeksi Streptococcus agalactiae”
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Sita Panca Rini
NIM C14100054

ABSTRAK
SITA PANCA RINI. Efektivitas Penambahan Simplisia Rimpang Temulawak
Curcuma xanthorrhiza Roxb. pada Pakan Ikan Nila Oreochromis niloticus
Terhadap Infeksi Streptococcus agalactiae. Dibimbing oleh MUNTI YUHANA
dan ANGELA MARIANA LUSIASTUTI.
Streptococcus agalactiae adalah bakteri yang menyebabkan penyakit
Streptococcosis pada ikan nila. Tujuan penelitian ini adalah menguji efektivitas
pemberian simplisia rimpang temulawak melalui pakan terhadap respons imun
ikan nila yang diinfeksi S. agalactiae. Pada penelitian ini, dosis simplisia rimpang
temulawak, yaitu 25; 50; dan 200 gr/kg pakan. Ikan kontrol hanya diberi pakan
komersial tanpa suplementasi rimpang temulawak. Setelah itu, ikan diuji tantang
secara injeksi dengan kepadatan sel S. agalactiae 4.0x109 CFU/ml. Perlakuan

simplisia rimpang temulawak tidak memberikan nilai kelangsungan hidup yang
berbeda nyata (P>0.05) dengan kontrol positif pascauji tantang. Perlakuan 50
gr/kg pakan dan 200 gr/kg pakan dapat meningkatkan kadar lisozim pada prauji
tantang (597 UI/ml/menit dan 717 UI/ml/menit) dan pascauji tantang (671
UI/ml/menit dan 1488 UI/ml/menit) ikan nila selama penelitian. Pemberian
simplisia rimpang temulawak dapat menurunkan laju pertumbuhan spesifik harian
pada perlakuan 25; 50; dan 200 gr/kg pakan (0.29%, 0.53%, dan 1.57%)
dibandingkan dengan kontrol tapi cenderung meningkatkan tingkat konversi
pakan ikan nila (0.01, 0.04, dan 0.15).
Kata kunci: ikan nila, pakan, simplisia, S. agalactiae, temulawak.

ABSTRACT
SITA PANCA RINI Efficacy of Curcuma xanthorrhiza Roxb. Simplicia as Feed
Supplementation in Oreochromis niloticus against Streptococcus agalactiae
Infection. Supervised by MUNTI YUHANA and ANGELA MARIANA
LUSIASTUTI.
Streptococcus agalactiae is a common causative agent for Streptococcosis
in tilapia. The purpose of this research was to evaluate the efficacy of Curcuma
xanthorrhiza Roxb. simplicia feed supplementation tilapia immune systems
against the S. agalactiae infection. This research applied different dosages of C.

xanthorrhiza Roxb. ie 25; 50; and 200 gr/kg feed. The control treatment was fed
only by commercial feed without C. xanthorrhiza Roxb. After that, the fish were
challenged with pathogenic cells at concentration of 4.0 x 109 CFU/ml.
Supplementation of dietary treatments did not result significant (P>0.05) effect on
the survival rate compared to positive control. Treatment of 50 gr/kg feed and 200
gr/kg feed improved the immune systems of tilapia especially on lysozyme before
challange test (597 UI/ml/minute and 717 UI/ml/minute) and after challenge test
(671 UI/ml/minute and 1488 UI/ml/minute). The C. xanthorrhiza Roxb. feed
supplementation decreased the specific growth rate in treatment 25; 50; and 200
gr/kg feed (0.29%, 0.53%, and 1.57%) compared with control but increased the
feed convertion ratio (0.01, 0.04, and 0.15) respectively.
Keywords: tilapia, feed, simplicia, S. agalactiae, C. xanthorrhiza Roxb.

EFEKTIVITAS PENAMBAHAN SIMPLISIA RIMPANG
TEMULAWAK Curcuma xanthorrhiza Roxb. PADA PAKAN
IKAN NILA Oreochromis niloticus TERHADAP INFEKSI
Streptococcus agalactiae

SITA PANCA RINI


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Efektivitas Penambahan Simplisia Rimpang Temulawak
Curcuma xanthorrhiza Roxb. pada Pakan Ikan Nila Oreochromis
niloticus Terhadap Infeksi Streptococcus agalactiae
Nama
: Sita Panca Rini
NIM
: C14100054
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya


Disetujui oleh

Dr. Munti Yuhana, SPi, MSi
Pembimbing I

Dr. drh. Angela Mariana Lusiastuti,
MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Sukenda, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas penambahan simplisia rimpang

temulawak Curcuma xanthorrhiza Roxb. pada pakan ikan nila Oreochromis
niloticus terhadap infeksi Streptococcus agalactiae”. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan November 2013 hingga Desember 2013 yang bertempat di Balai
Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar Bogor (BPPBAT).
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Dr. Munti Yuhana, SPi, MSi dan Dr. drh. Angela Mariana Lusiastuti, MSi
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan
kepada penulis.
2.
Bapak Dr. Alimuddin SPi, MSc selaku dosen penguji utama dan ibu Dr. Ir.
Mia Setiawati, MSi selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas kritik
dan saran yang telah diberikan penulis untuk perbaikan skripsi ini.
3.
Ir. Dadang Shafrudin, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan masukan, semangat, dan motivasi.
4.
Lembaga Institut de Recherce Pour le Developpement (IRD) dan
Ethnobotany for Sustainable Therapy in Aquaculture and Food Safety
(ESTAFS) Prancis yang telah mendanai penulis dalam penelitian ini.

5.
Dr. Domenico Caruso yang mengikut sertakan penulis dalam proyek
penelitian ini.
6.
Para staff dan laboran patologi (P. Wahyu dan P. Edi) Balai Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Air Tawar Bogor (BPPBAT).
7.
Papa, mama, kakak, dan kedua adik serta seluruh keluarga, atas segala doa,
dukungan, dan kasih sayangnya.
8.
Indriyani Anggi Pramesti dan Edwina D. yang menjadi partner penelitian
9.
Teman-teman (Intan, Septi, Arum, Amal, Euis, Vani, Mungil, Ratna, Tiwi)
dan semua teman-teman BDP 47 atas segala dukungan dan bantuannya.
10. Pak Ranta dan teman-teman LKI atas bantuan dan kerjasamanya.
Diantara kelebihan dan kekurangannya, semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi yang memerlukannya.

Bogor, Juli 2014
Sita Panca Rini


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL...........................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR......................................................................................

vi

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................

vi

PENDAHULUAN..........................................................................................

1

Latar Belakang............................................................................................


1

Tujuan Penelitian........................................................................................

1

METODE.......................................................................................................

2

Prosedur Penelitian.....................................................................................

2

Rancangan Penelitian.................................................................................

4

Parameter Penelitian dan Analisis Data.....................................................


5

HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................

7

Hasil............................................................................................................

7

Pembahasan................................................................................................

11

KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................

14

Kesimpulan.................................................................................................


14

Saran...........................................................................................................

15

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................

15

LAMPIRAN...................................................................................................

18

RIWAYAT HIDUP........................................................................................

28

DAFTAR TABEL
1 Rancangan perlakuan pemberian pakan simplisia rimpang temulawak
dengan dosis berbeda pada ikan nila (prauji tantang)...............................
2 Rancangan perlakuan pemberian pakan simplisia rimpang temulawak
dengan dosis berbeda pada ikan nila (pascauji tantang)...........................
3 Parameter kualitas air, satuan, dan alat ukur selama pemeliharaan..........
4 Hasil analisis histopatologi organ ikan uji................................................
5 Kisaran kualitas air dalam media pemeliharan ikan nila selama prauji
tantang.......................................................................................................

4
4
6
10
11

DAFTAR GAMBAR
1 Skema prosedur penelitian.........................................................................
2 Kelangsungan hidup ikan nila (a) prauji tantang dan (b) pascauji
tantang.......................................................................................................
3 Laju pertumbuhan spesifik harian (specific growth rate/SGR) ikan nila
prauji tantang.............................................................................................
4 Tingkat konversi pakan (feed conversion ratio/FCR) ikan nila prauji
tantang.......................................................................................................
5 Hasil uji respiratory burst activity ikan nila (a) prauji tantang dan (b)
pascauji tantang.........................................................................................
6 Hasil uji lisozim ikan nila (a) prauji tantang dan (b) pascauji tantang......

2
7
8
8
9
10

DAFTAR LAMPIRAN
7 Komponen penyusun rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza)........
8 Ikhtisar berbagai penelitian penanganan bakteri Streptococcus
agalactiae..................................................................................................
9 Prosedur pengujian respiratory burst activity...........................................
10 Prosedur pengujian lisozim.......................................................................
11 Prosedur histopatologi...............................................................................
6 a) Analisis statistik kelangsungan hidup ikan nila prauji tantang.............
b) Analisis statistik kelangsungan hidup ikan nila pascauji tantang.......
7 Analisis statistik laju pertumbuhan spesifik harian ikan nila selama 25
hari.............................................................................................................
8 Analisis statistik tingkat konversi pakan ikan nila selama 25 hari............
9 a) Analisis statistik respiratory burst activity ikan nila pada hari ke-25...
b) Analisis statistik respiratory burst activity ikan nila pada hari ke-45...
10 a) Analisis statistik lisozim ikan nila pada hari ke-25...............................
b) Analisis statistik lisozim ikan nila pada hari ke-45...............................
11 Gambar histopatologi organ ikan nila.......................................................
12 Gambar ikan nila yang terinfeksi Streptococcus agalactiae.....................

18
18
21
21
22
22
23
23
23
24
24
25
25
26
27

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan komoditas perikanan air tawar
unggulan di Indonesia hingga saat ini. Ikan nila memiliki pertumbuhan yang
relatif cepat, namun mudah terserang penyakit Streptococcosis yang salah satunya
diakibatkan oleh bakteri Streptococcus agalactiae.
Wabah penyakit Streptococcosis bersifat akut dan menyebabkan kematian
yang tinggi hingga 100% pada ikan budidaya (Hernandez et al. 2009). Penyakit
Streptococcosis muncul akibat ketahanan tubuh ikan yang rendah dalam
menghadapi serangan penyakit bakterial (Yuasa et al. 2008). Penggunaan
antibiotik merupakan alternatif yang mudah dan cepat untuk mencegah dan
mengobati penyakit tersebut. Saat ini penggunaan antibiotik pada budidaya ikan
konsumsi telah dilarang karena memiliki residu yang berbahaya. Menurut Noga
(2000), penggunaan antibiotik sebagai obat dapat menimbulkan resistensi bakteri
terhadap antibiotik tertentu. Sifat resisten ini dapat disebarkan oleh sesama bakteri,
sehingga penggunaan antibiotik dengan intensitas yang relatif tinggi dapat
menimbulkan berbagai permasalahan.
Fitofarmaka adalah obat yang berasal dari bahan alam terutama dari bahan
nabati yang khasiatnya jelas, baik berupa simplisia maupun bahan yang telah
diekstraksi (Dewoto 2007). Penggunaan fitofarmaka merupakan alternatif yang
ramah lingkungan untuk menanggulangi penyakit Streptococcosis. Salah satu
fitofarmaka yang dapat digunakan adalah temulawak (Curcuma xanthorrhiza
Roxb.). Tanaman ini berasal dari Indonesia dan telah digunakan untuk
meningkatkan kesehatan manusia maupun pada hewan (Mangunwardoyo et al.
2012). Rimpang temulawak mengandung protein, pati, zat warna kuning
kurkuminoid, dan minyak atsiri (Lampiran 1). Minyak atsiri pada temulawak
mengandung xanthorizol, kamfor, tumerol, feladren, tolilmetilkarbinol, arkurkumen, zingiberen, kuzerenon, germakron, dan b-tumeron (Rahardjo dan
Rostiana 2003). Xanthorrizol dari rimpang temulawak dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Ekstrak temulawak dalam etanol 96%
menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis (Mangunwardoyo et al. 2012).
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menanggulangi penyakit
Streptococcosis yang diakibatkan oleh S. agalactiae (Lampiran 2), namun
penggunaan fitofarmaka untuk penyakit ini masih belum dilakukan. Penelitian ini
menggunakan simplisia rimpang temulawak (C. xanthorrhiza Roxb.) yang
dicampurkan ke dalam pakan ikan uji dan diharapkan mampu meningkatkan
sistem imun pada ikan uji selama pemeliharaan.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh dosis pemberian simplisia
rimpang temulawak dalam pakan terhadap respons imun ikan nila dalam upaya
mengendalikan penyakit Streptococcosis.

2

METODE
Prosedur Penelitian
Gambar 1 merupakan skema dari kegiatan penelitian yang telah dilakukan.
Karantina ikan, aklimatisasi ikan, dan pembuatan pakan uji dilakukan sebelum
pemberian perlakuan, yaitu sebelum hari ke-0. Pemberian perlakuan dilakukan
dari hari ke-0 hingga hari ke-45. Selama pemberian perlakuan juga dilakukan
persiapan bakteri S. agalactiae, uji respiratory burst activity (RBA), uji lisozim,
histopatologi, dan uji tantang dengan bakteri S. agalactiae.

Gambar 1. Skema prosedur penelitian
Persiapan Wadah
Persiapan wadah meliputi pencucian akuarium dan peralatan resirkulasi,
penyusunan akuarium, pengisian air serta penyetingan aerasi. Akuarium plastik
berukuran 45 x 35 x 30 cm3 dan akuarium kaca berukuran 99 x 49.5 x 60 cm3
serta peralatan resirkulasi dicuci bersih menggunakan disinfektan yang
mengandung NaHClO3 5.25% sebanyak 100 ml dalam 30 liter air. Setelah itu,
akuarium dan peralatan resirkulasi dikeringkan selama 3-4 jam, kemudian
dilakukan penyusunan akuarium serta peralatan resirkulasi. Akuarium plastik dan
akuarium kaca diisi dengan air tandon setinggi 25 cm dan 45 cm. Sistem aerasi
dipasang menggunakan blower, selang aerasi, dan batu aerasi. Akuarium yang
telah diisi air diaerasi kuat selama 24 jam.
Persiapan Ikan Uji
Ikan yang digunakan adalah ikan nila dengan bobot rata-rata per ekor
25±4.45 gram yang didatangkan dari Kemang, Bogor. Ikan uji dikarantina di
dalam akuarium stok berukuran 1 x 0.6 x 0.5 m3 dengan tinggi air 0.4 m selama 7
hari. Pada awal karantina, ikan direndam dalam larutan formalin sebanyak 20 ppm
untuk menghilangkan parasit atau patogen yang menempel pada tubuh ikan.

3
Setelah itu, ikan dianestesi menggunakan minyak cengkih sebanyak 0.02 ml/L air.
Ikan uji dapat pingsan selama 2-3 menit. Bobot dan panjang total ikan uji diukur
sebelum dipindahkan ke akuarium plastik dengan kepadatan 15 ekor/akuarium.
Ikan uji diadaptasikan selama 7 hari di akuarium plastik. Selama masa
pengadaptasian, ikan diberi pakan komersial dan dilakukan pergantian air setiap
hari sebesar 25%. Ikan uji dipelihara dalam akuarium plastik yang menggunakan
sistem resirkulasi dengan debit air 1.07 L/menit. Setelah 25 hari, ikan diuji
tantang dan dipindahkan ke akuarium kaca tanpa sistem resirkulasi.
Pembuatan Pakan Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.)
Rimpang temulawak diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat (BALITRO), Bogor. Rimpang temulawak dicuci bersih kemudian diparut
dengan ketebalan seragam dan dikeringkan dengan oven bersuhu 50°C selama 2
hari. Rimpang yang telah kering dihaluskan dan diayak dengan mesin pengayak
(amplitudo 1.5 mm/detik selama 2 menit) sehingga diperoleh partikel berukuran
425 µm. Setelah itu, dilakukan repelleting pakan dengan komposisi simplisia
rimpang temulawak, pakan komersial 1 kg, tapioka (binder) 20 gram, dan air
panas sebanyak 400 ml. Pakan dibentuk ulang dengan diameter 2 mm
menggunakan alat pencetak pakan, kemudian dikeringkan dalam oven bersuhu
50°C selama 1 hari. Pakan yang telah jadi dikemas dan disimpan dalam
refrigerator untuk menghindari kontaminasi seperti jamur.
Persiapan Bakteri Streptococcus agalactiae
Bakteri S. agalactiae digunakan untuk uji tantang pada hari ke-25.
Sebelumnya S. agalactiae dilakukan postulat Koch yang bertujuan untuk
meningkatkan patogenitas dari bakteri. Bakteri tersebut disuntikkan ke ikan
dengan kepadatan 108 CFU/ml dengan volume 0.2 ml/ekor dan diamati gejala
klinisnya selama 5-7 hari. Setelah gejala klinis muncul maka ikan tersebut
diisolasi (mata dan otak) di media BHIA untuk mendapatkan bakteri patogen S.
agalactiae. Postulat Koch dilakukan sebanyak 3 kali. Setelah itu, dilakukan uji
tantang dengan cara bakteri S. agalactiae dikultur dalam media BHIB selama 36
jam pada suhu 32°C, kemudian disentrifugasi dan diambil endapan bakteri.
Endapan bakteri diencerkan dengan PBS dan diukur turbiditasnya dengan
spektrofotometer tipe genesys 10 uv pada panjang gelombang 625 nm hingga
mendapatkan absorbansi 0.08-0.13. Nilai absorbansi tersebut setara dengan
4.0x109 CFU/ml dan digunakan untuk penyuntikan dalam uji tantang (Dernuet
1995). Volume bakteri yang disuntikkan ke ikan adalah 0.2 ml/ekor.
Pengambilan Darah Ikan Uji
Pengambilan darah ikan uji dilakukan untuk uji analisa darah, yaitu
respiratory burst activity dan lisozim. Ikan yang digunakan untuk pengujian
tersebut berjumlah 3 ekor setiap akuarium dengan volume darah yang diambil
sebanyak 1 ml. Pengambilan darah dilakukan dengan mengambil ikan uji yang
telah direndam dalam larutan minyak cengkih 0.02 ml/L air. Ikan uji dapat
pingsan selama 2-3 menit. Setelah itu, ikan uji diletakkan pada kain yang dibasahi
air dan dilakukan pengambilan darah secara intramuskular dengan syringe. Darah
sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung mikro yang telah berisi antikoagulan
(Na-Sitrat 3.8%).

4
Rancangan Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prauji tantang dan pascauji tantang.
Penelitian pada tahap prauji tantang terdapat 4 perlakuan dengan 3 kali ulangan.
Rancangan perlakuan penelitian tahap prauji tantang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Rancangan perlakuan pemberian pakan simplisia rimpang temulawak
dengan dosis berbeda pada ikan nila (prauji tantang)
Perlakuan
K
A
B
C

Keterangan
Pemberian pakan komersial tanpa penambahan simplisia rimpang
temulawak
Pemberian pakan yang mengandung simplisia rimpang temulawak
sebanyak 25 gram/kg pakan komersial
Pemberian pakan yang mengandung simplisia rimpang temulawak
sebanyak 50 gram/kg pakan komersial
Pemberian pakan yang mengandung simplisia rimpang temulawak
sebanyak 200 gram/kg pakan komersial

Ikan yang masih hidup dari 3 ulangan di penelitian tahap prauji tantang
dijadikan 2 ulangan pada penelitian tahap pascauji tantang. Penelitian tahap
pascauji tantang terdapat 5 perlakuan dengan 2 kali ulangan. Rancangan perlakuan
penelitian tahap pascauji tantang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Rancangan perlakuan pemberian pakan simplisia rimpang temulawak
dengan dosis berbeda pada ikan nila (pascauji tantang)
Pelakuan
KN
(kontrol negatif)

KP
(kontrol positif)
A
B
C

Keterangan
Pemberian pakan komersial tanpa penambahan simplisia rimpang
temulawak dan tidak diuji tantang. Ikan KN berasal dari semua
perlakuan pada penelitian prauji tantang dengan jumlah ikan 4 ekor
setiap perlakuan.
Pemberian pakan komersial tanpa penambahan simplisia rimpang
temulawak dan diuji tantang. Ikan KP berasal dari perlakuan K pada
penelitian prauji tantang
Pemberian pakan yang mengandung simplisia rimpang temulawak
sebanyak 25 gram/kg pakan komersial dan diuji tantang
Pemberian pakan yang mengandung simplisia rimpang temulawak
sebanyak 50 gram/kg pakan komersial dan diuji tantang
Pemberian pakan yang mengandung simplisia rimpang temulawak
sebanyak 200 gram/kg pakan komersial dan diuji tantang

Feeding rate diberikan sebanyak 3% dari biomassa ikan. Feeding frequency
sebanyak 3 kali , yaitu pagi (08.00), siang (12.00), dan sore (16.00). Pemberian
pakan perlakuan dilakukan secara restricted feeding selama 45 hari.

5
Parameter Penelitian dan Analisis Data
Kelangsungan hidup
Kelangsungan hidup pra dan pascauji tantang ikan uji dihitung dengan
menggunakan rumus dari Effendi (1997):
Kelangsungan hidup =

Nt
No

x100%

Keterangan:
Nt
= Jumlah ikan akhir pemeliharaan
No
= Jumlah ikan awal pemeliharaan
Laju Pertumbuhan Spesifik Harian
Laju pertumbuhan spesifik harian (specific growth rate/SGR) dihitung
menggunakan rumus Ricker (1958):
SGR = ((Ln Wt − Ln W0)/t) x100%
Keterangan:
SGR = Laju pertumbuhan spesifik (%hari)
Wt
= bobot rata-rata pada akhir perlakuan (gram)
W0
= bobot rata-rata pada awal perlakuan (gram)
t
= lama pemeliharaan
Tingkat Konversi Pakan
Tingkat konversi pakan (feed conversion ratio/FCR) dihitung selama 25 hari
pemeliharaan. Tingkat konversi pakan dihitung menggunakan rumus Zonneveld et
al. (1991):
F
FCR =
(Bt −Bo )+Bm
Keterangan:
FCR : Tingkat konversi pakan
Bm : Bobot ikan mati (gram)
Bt
: Bobot ikan akhir (gram)
F : Jumlah pakan (gram)
Bo : Bobot ikan awal (gram)
Respiratory Burst Activity
Respiratory burst acitivity merupakan oksigen radikal yang dikeluarkan
oleh makrofag dan neutrofil yang bersifat toksik terhadap patogen (Irianto 2005).
Uji ini berfungsi untuk mengetahui jumlah oksigen radikal yang dikeluarkan oleh
sel-sel fagositik. Pengujian respiratory burst activity dilakukan menggunakan
metode Secombes (1990) yang dimodifikasi oleh Stasiak dan Bauman (1996)
(Lampiran 3).
Lisozim
Lisozim merupakan enzim hidrolitik yang terdapat di dalam lendir,
serum/plasma, dan sel-sel fagositik dari berbagai spesies ikan (Ellis 1990). Uji ini
digunakan untuk mengetahui konsentrasi lisozim yang terdapat dalam plasma.
Pengujian lisozim menggunakan metode Ellis (1990) (Lampiran 4). Satuan per
unit aktivitas lisozim dihitung berdasarkan penurunan hasil pembacaan absorbansi
untuk setiap 0.001/min/ml plasma. Hasil reduksi tersebut dimasukkan ke dalam
rumus (Ellis 1990):

6
Konsentrasi lisozim (UI/ml/menit) = [(OD30s – OD4.5m) x 1000] x (1/(t x s))
Keterangan:
1000 = Konversi hasil absorbansi (OD) menjadi unit internasional (UI)
t
= waktu (menit)
s
= jumlah plasma (ml)
OD30s = Pembacaan optikal densitas detik ke-30
OD4.5m = Pembacaan optikal densitas menit ke-4.5
Histopatologi
Histopatologi adalah ilmu yang menelusuri penyakit secara mikroskopik
dimana informasi yang diperoleh berupa gambaran perubahan organ atau jaringan
(Pazra 2008). Metode yang digunakan, yaitu metode Humason (1967) yang
terdapat pada Lampiran 5. Organ yang digunakan dalam histopatologi adalah hati
dan ginjal.
Hasil histopatologi dianalisis secara deskriptif, yaitu berdasarkan jumlah
kerusakan pada organ ikan uji. Jika jumlah kerusakan organ hanya di satu tempat
(fokal), di beberapa tempat (multifokal), dan di semua tempat (difus) maka diberi
tanda +, ++, +++ (Adinata et al. 2012).
Kualitas Air
Kualitas air yang diamati, yaitu suhu, DO, pH, nitrit, nitrat, TAN, dan
ammonia. Suhu, DO, pH diukur setiap hari, sedangkan nitrit, nitrat, dan TAN
diukur satu minggu sekali. Nilai TAN dikonversi menjadi ammonia melalui
rumus dari El shafai et al. (2004).
0.09018+2729.92
Nilai pKa =
suhu +273

Nilai ammonia

=

nilai TAN
1+10����� ���−��

Tabel 3 di bawah ini merupakan parameter untuk mengukur kualitas air dan
satuannya.
Tabel 3 Parameter kualitas air, satuan, dan alat ukur selama pemeliharaan
Parameter
Suhu
DO
pH
nitrit
nitrat
TAN

Satuan
°C
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l

Alat ukur
DO meter
DO meter
pH meter
Spektrofotometer
Spektrofotometer
Spektrofotometer

Analisis Data
Data dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2007, SPSS versi 18, dan
secara deskriptif. Program SPSS digunakan untuk menganalisis parameter
sintasan, laju pertumbuhan spesifik, tingkat konversi pakan, respiratory burst
activity, dan lisozim. Histopatologi dan kualitas air dianalisis secara deskriptif.

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

100

67.00

86.50
70.00

80

63.00

60
40
20

a

a

a

a

0
K

A

Perlakuan

(a)

B

C

Kelangsungan hidup (%)

Kelangsungan hidup (%)

Kelangsungan Hidup
Data kelangsungan hidup ikan uji pada prauji tantang dan pascauji tantang
diuji statistik pada Lampiran 6a dan 6b. Nilai kelangsungan hidup ikan uji
disajikan pada Gambar 2.
100

90.00

91.00 86.50 91.00
80.00

80
60
40
20

a

a

a

a

a

KN

KP

A

B

C

0

Perlakuan

(b)

Keterangan:
*Huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P0.05).
Dari data ini menunjukkan bahwa penambahan simplisia rimpang temulawak
tidak berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan uji pra dan pascauji tantang.
Laju Pertumbuhan Spesifik Harian
Laju pertumbuhan spesifik harian (specific growth rate/SGR) dihitung
selama 25 hari. Gambar 3 merupakan grafik laju pertumbuhan spesifik harian
selama prauji tantang.

SGR (%)

8
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0

3.08
2.79

2.53
1.51

d
K

c

b

a

A

B

C

Perlakuan
Keterangan
*Huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P