Aplikasi sinbiotik melalui pakan pada Ikan Nila Merah Oreochromis niloticus yang diinfeksi Streptococcus agalactiae

(1)

APLIKASI SINBIOTIK MELALUI PAKAN PADA

IKAN NILA MERAH

Oreochromis niloticus

YANG DIINFEKSI

Streptococcus agalactiae

ANDHINI FITRI LISTYANTI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

APLIKASI SINBIOTIK MELALUI PAKAN PADA

IKAN NILA MERAH

Oreochromis niloticus

YANG DIINFEKSI

Streptococcus agalactiae

ANDHINI FITRI LISTYANTI

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

APLIKASI SINBIOTIK MELALUI PAKAN PADA IKAN NILA MERAH

Oreochromis niloticus YANG DIINFEKSI Streptococcus agalactiae

Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2011

ANDHINI FITRI LISTYANTI C14061415


(4)

Judul Skripsi : Aplikasi sinbiotik melalui pakan pada ikan nila merah Oreochromis niloticus yang diinfeksi Streptococcus

agalactiae

Nama Mahasiswa : Andhini Fitri Listyanti

Nomor Pokok : C14061415

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Widanarni, M.Si Dr. Munti Yuhana, S.Pi,M.Si NIP. 19670927 199403 2 001 NIP. 19691220 199403 2 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Budidaya Perairan

Dr. Ir. Odang Carman M.Sc NIP. 19591222 198601 1 001


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini dengan baik.

Penelitian dengan judul “Aplikasi Sinbiotik Melalui Pakan Pada Ikan Nila Merah

Oreochromis niloticus yang Diinfeksi Streptococcus agalactiae” dilakukan sejak Agustus 2010 sampai dengan Desember 2010 di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bgor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Widanarni M.Si dan Dr. Munti Yuhana S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing serta kepada Dr.Ir. Nur Bambang Priyo Utomo, M.Si sebagai dosen penguji. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua dan keluarga penulis atas doa dan dukungannya. Terima kasih kepada seluruh staf BDP (Pak Henda, Pak Aam, Bang Yosi, Bang Ozi, Pak Wasjan, dan Mba Retno), staf TU (Pak Maryanta, Mba Yuli, Kang Asep) dan Laboran LKI (Pak Ranta) atas bantuannya. Terima kasih juga khususnya kepada A. Galih Hardita, Kak NP, Mba yeni, dan teman-teman BDP 43 (Puguh, Isni, Ewa, Ikbal, Karno, Ide, Yuli, Gilang, Thami, Tomy, Toim, Cici, Riza, dan Zamzam) serta jaikers (Sukma, Novi, Rina, dan Anita) atas bantuannya selama penelitian dan penulisan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan tidak lepas dari kekurangan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan pengetahuan di bidang perikanan budidaya.

Bogor, Februari 2011


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 7 Oktober 1988 yang merupakan anak kedua dari 2 bersaudara dari pasangan bapak Agus Sunarko Koemari dan ibu Ratna Wiati.

Pendidikan formal yang telah diselesaikan penulis yaitu pendidikan dasar di SDN 04 Pagi Cilandak pada tahun 2000. Pada tahun 2003, penulis berhasil menyelesaikan pendidikan di SLTP Bakti Idhata dan tahun 2006 penulis menyelesaikan pendidikan di SLTA Bakti Idhata.

Penulis berhasil diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) pada tahun 2006 dan menyelesaikan tingkat persiapan Bersama (TPB) selama satu tahun. Pada tahun 2007, penulis diterima pada Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selama studi di IPB penulis pernah menjadi asisten pada mata kuliah Dasar-Dasar Mikrobiologi Akuatik tahun 2008/2009 dan 2009/2010 jenjang S1, Teknologi Produksi Plankton, Benthos, dan Alga 2009/2010 jenjang S1, dan asisten mata kuliah Farmakologi Hewan Air tahun 2010/2011 jenjang D3. Selain itu penulis juga aktif menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) pada tahun kepengurusan 2007/2008 dan 2008/2009. Penulis pernah melaksanakan Praktek Lapang Akuakultur Pembenihan Clownfish di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung.

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam bidang perikanan penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi yang berjudul “Aplikasi

sinbiotik melalui pakan pada ikan nila merah Oreochromis niloticus yang diinfeksi Streptococcus agalactiae


(7)

ABSTRAK

ANDHINI FITRI LISTYANTI. Aplikasi sinbiotik melalui pakan pada ikan nila merah Oreochromis niloticus yang diinfeksi Streptococcus agalactiae. Dibimbing oleh Widanarni danMunti Yuhana.

Salah satu kendala dalam budidaya ikan nila yaitu adanya penyakit streptococcosis yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus agalactiae. Aplikasi sinbiotik merupakan salah satu alternatif dalam mengendalikan penyakit streptococcosis pada ikan nila merah. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas sinbiotik yang diberikan melalui pakan buatan (PB) dan pakan komersil (PK) terhadap kinerja pertumbuhan dan pencegahan penyakit streptococcosis pada ikan nila merah. Probiotik yang digunakan adalah NP5 sedangkan prebiotik yang digunakan berasal dari ekstrak ubi jalar varietas sukuh. Perlakuan terdiri dari kontrol positif dengan pemberian pakan tanpa sinbiotik dan diuji tantang dengan S. agalactiae, kontrol negatif dengan pemberian pakan tanpa sinbiotik dan disuntik PBS (Phosphate Buffer Saline), serta pemberian pakan dengan penambahan sinbiotik dan diuji tantang dengan S. agalactiae. Masing-masing perlakuan diujikan pada pakan buatan (protein 23%) dan pakan komersil (protein 38%). Pemberian pakan perlakuan diberikan selama 30 hari dan pada hari ke-31 semua ikan (kecuali perlakuan kontrol negatif) dilakukan uji tantang dengan menyuntikkan S. agalactiae (109 cfu/ml) ke ikan secara intramuskular selanjutnya diamati mortalitas ikan selama 6 hari. Hasil penelitian menunjukkan pakan komersil menghasilkan pertumbuhan dan efisiensi pakan yang lebih tinggi dibandingkan pakan buatan. Aplikasi sinbiotik juga dapat meningkatkan efisiensi pakan baik pada pakan buatan maupun komersil walaupun belum menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik. Selain itu, pemberian sinbiotik terbukti mampu meningkatkan respon imun dan kelangsungan hidup ikan nila setelah diuji tantang. Perlakuan sinbiotik pada pakan komersil dan pakan buatan menghasilkan kelangsungan hidup sebesar 83,33%, sedangkan kontrol positif hanya menghasilkan kelangsungan hidup sebesar 25% (P<0,05).

Kata kunci: Streptococcus agalactiae, ikan nila merah, sinbiotik, pakan buatan, pakan komersil


(8)

ABSTRACT

ANDHINI FITRI LISTYANTI. Application of synbiotic in fish feed on red tilapia Oreochromis niloticus against Streptococcus agalactiae infection. Supervised by Widanarni and Munti Yuhana.

One of the constraint on tilapia cultivation is presence of streptococcosis disease caused by Streptococcus agalactiae. Application of synbiotic is one of alternative in controlling the streptococcosis disease in red tilapia. The aims of this research were to compare the effectiveness of synbiotic application in feed fish in artificial feed (PB) and commercial feed (PK) to study the growth performance and to prevent the streptococcosis in red tilapia. Probiotic strain used in this research was NP5, whereas the prebiotic was prepared from extract of sweet potato from sukuh variety. Treatments in this research were positive control with feeding without supplementation of synbiotic & infected by S. agalactiae, negative control with feeding without supplementation of synbiotic & injected by PBS (Phosphate Buffer Saline), and feeding with the addition synbiotic & infected by S. agalactiae. Each treatment was tested on artificial feed (containing protein of 23%) and commercial feed (containing protein of 38%). Feeding treatment was given within first 30 days and on 31st day all fish (except negative control treatment) were challanged by intramuscularly injection of S. agalactiae (109 cfu/ml). The mortality rate was observed daily within 6 days. Result showed that the growth and the feed efficiency of fish fed by commercial feed was higher than that of artificial feed. Application of synbiotic could increase the feed efficiency in both of artificial feed and commercial feed although have not resulted the better growth. Moreover, the synbiotic could increase immune response and the survival rate of tilapia post challenge test. Treatment of synbiotic in commercial feed and artificial feed resulted survival rate of 83.33%, whereas the survival rate of positive control was only 25% (P<0.05).

Keywords: Streptococcus agalactiae, red tilapia, synbiotic, artificial feed, commercial feed.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

II. METODOLOGI ... 3

2.1 Penyediaan Probiotik ... 3

2.2 Ekstraksi Oligosakarida/Prebiotik ... 3

2.3 Perhitungan Total Padatan Terlarut Prebiotik ... 4

2.4 Penyediaan Suspensi Bakteri Streptococcus agalactiae ... 4

2.5 Pengujian Sinbiotik Secara In Vivo ... 4

2.5.1 Persiapan Wadah dan Ikan Uji ... 4

2.5.2 Uji In vivo... 5

2.6 Parameter Pengamatan ... 6

2.6.1 Tingkat Kelangsungan Hidup (Survival Rate) ... 6

2.6.2 Laju Pertumbuhan Harian ... 6

2.6.3 Efisiensi Pakan ... 7

2.6.4 Hematologi Ikan ... 7

2.6.4.1 Perhitungan Eritrosit ... 7

2.6.4.2 Perhitungan Hemoglobin ... 8

2.6.4.3 Perhitungan Hematokrit ... 8

2.6.4.4 Perhitungan Leukosit ... 8

2.6.4.5 Diferensial Leukosit ... 9

2.6.4.6 Indeks Fagositik ... 9

2.6.5 Kualitas Air ... 9

2.7 Analisis data ... 10

III. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 11

3.1 Hasil ... 11

3.1.1 Kelangsungan Hidup ... 11

3.1.2 Laju Pertumbuhan Harian ... 12

3.1.3 Efisiensi Pakan ... 13

3.1.4 Hematologi Ikan ... 14

3.1.4.1 Eritrosit ... 14

3.1.4.2 Hemoglobin ... 15

3.1.4.3 Hematokrit ... 16

3.1.4.4 Leukosit ... 17

3.1.4.5 Diferensial Leukosit ... 18

3.1.4.5.1 Limfosit ... 19

3.1.4.5.2 Monosit ... 20

3.1.4.5.3 Trombosit ... 21


(10)

ii

3.1.4.6 Indeks Fagositik ... 23

3.1.4.7 Kualitas Air ... 24

3.2 Pembahasan ... 24

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

4.1 Kesimpulan ... 32

4.2 Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33


(11)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Satuan dan alat ukur dari parameter kualitas air ... 10 2. Kualitas air selama perlakuan pakan ... 24


(12)

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Skema uji in vivo ... 6 2. Kelangsungan hidup ikan nila selama 30 hari perlakuan pakan ... 11 3. Kelangsungan hidup ikan nila setelah diuji tantang dengan

S. agalactiae ... 12 4. Laju pertumbuhan harian ikan nila selama 30 hari perlakuan pakan .. 12 5. Efisiensi pemberian pakan ikan nila selama 30 hari perlakuan pakan 13 6. Eritrosit pada ikan nila ... 14 7. Jumlah eritrosit ikan nila sebelum dan setelah perlakuan pakan serta

setelah uji tantang dengan S. agalactiae ... 14 8. Jumlah hemoglobin ikan nila sebelum dan setelah perlakuan pakan

serta setelah uji tantang dengan S. agalactiae ... 15 9. Kadar hematokrit ikan nila sebelum dan setelah perlakuan pakan

serta setelah uji tantang dengan S. agalactiae ... 16 10. Kadar leukosit ikan nila sebelum dan setelah perlakuan pakan serta

setelah uji tantang dengan S. agalactiae ... 17 11. Diferensial leukosit: limfosit (L), monosit (M), trombosit (T), dan

Netrofil (N) ... 18 12. Jumlah limfosit ikan nila sebelum dan setelah perlakuan pakan serta

setelah uji tantang dengan S. agalactiae ... 19 13. Jumlah monosit ikan nila sebelum dan setelah perlakuan pakan serta

setelah uji tantang dengan S. agalactiae ... 20 14. Jumlah trombosit ikan nila sebelum dan setelah perlakuan pakan

serta setelah uji tantang dengan S. agalactiae ... 21 15. Jumlah netrofil ikan nila sebelum dan setelah perlakuan pakan serta

setelah uji tantang dengan S. agalactiae ... 22 16. Indeks fagositik ikan nila sebelum dan setelah perlakuan pakan serta

setelah uji tantang dengan S. agalactiae ... 23 17. Fagositosis oleh monosit ... 24


(13)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Komposisi pakan buatan dan pakan komersil ... 37 2. Analisis statistik tingkat kelangsungan hidup (%) ikan nila selama

perlakuan pakan ... 38 3. Analisis statistik tingkat kelangsungan hidup (%) ikan nila setelah

uji tantang ... 39 4. Laju pertumbuhan harian (%) ikan nila selama perlakuan pakan ... 40 5. Efisiensi pakan (%) ikan nila selama perlakuan pakan ... 41 6. Analisis statistik jumlah eritrosit (106 sel/mm3) ikan nila sebelum

perlakuan pakan ... 42 7. Analisis statistik jumlah eritrosit (106 sel/mm3) ikan nila setelah

perlakuan pakan ... 43 8. Analisis statistik jumlah eritrosit (106 sel/mm3) ikan nila setelah uji

tantang ... 44 9. Analisis statistik kadar hemoglobin (g/100 ml) ikan nila sebelum

perlakuan pakan ... 45 10. Analisis statistik kadar hemoglobin (g/100 ml) ikan nila setelah

perlakuan pakan ... 46 11. Analisis statistik kadar hemoglobin (g/100 ml) ikan nila setelah uji

tantang ... 47 12. Analisis statistik kadar hematokrit (%) ikan nila sebelum perlakuan

pakan ... 48 13. Analisis statistik kadar hematokrit (%) ikan nila setelah perlakuan

pakan ... 49 14. Analisis statistik kadar hematokrit (%) ikan nila setelah uji tantang ... 50 15. Analisis statistik jumlah leukosit (105 sel/mm3) ikan nila sebelum

perlakuan pakan ... 51 16. Analisis statistik jumlah leukosit (105 sel/mm3) ikan nila setelah

perlakuan pakan ... 52 17. Analisis statistik jumlah leukosit (105 sel/mm3) ikan nila setelah uji


(14)

vi

tantang ... 53 18. Analisis statistik jumlah limfosit (%) ikan nila sebelum perlakuan

pakan ... 54 19. Analisis statistik jumlah limfosit (%) ikan nila setelah perlakuan pakan 55 20. Analisis statistik jumlah limfosit (%) ikan nila setelah uji tantang ... 56 21. Analisis statistik jumlah monosit (%) ikan nila sebelum perlakuan

pakan ... 57 22. Analisis statistik jumlah monosit (%) ikan nila setelah perlakuan pakan 58 23. Analisis statistik jumlah monosit (%) ikan nila setelah uji tantang ... 59 24. Analisis statistik jumlah trombosit (%) ikan nila sebelum perlakuan

pakan ... 60 25. Analisis statistik jumlah trombosit (%) ikan nila setelah perlakuan

pakan ... 61 26. Analisis statistik jumlah trombosit (%) ikan nila setelah uji tantang ... 62 27. Analisis statistik jumlah netrofil (%) ikan nila sebelum perlakuan

pakan ... 63 28. Analisis statistik jumlah netrofil (%) ikan nila setelah perlakuan pakan . 64 29. Analisis statistik jumlah netrofil (%) ikan nila setelah uji tantang ... 65 30. Analisis statistik indeks fagositik (%) ikan nila sebelum perlakuan

pakan ... 66 31. Analisis statistik indeks fagositik (%) ikan nila setelah perlakuan pakan 67 32. Analisis statistik indeks fagositik (%) ikan nila setelah uji tantang... 68


(15)

I.

PENDAHULUAN

Ikan nila merah Oreochromis niloticus merupakan ikan konsumsi yang digemari masyarakat dan termasuk dalam 10 komoditas yang menjadi target peningkatan produksi perikanan budidaya pada tahun 2014 sebesar 353% (KKP, 2010). Produksi ikan nila pada tahun 2008 sebesar 291.037 ton dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 378.300 ton. Kenaikan rata-rata produksi ikan nila selama tahun 2008-2009 sebesar 29,98 %. Oleh karena itu, target produksi ikan nila pada tahun 2010 ditingkatkan menjadi 491.800 ton dari 378.300 ton pada tahun 2009 (KKP, 2010). Akan tetapi, dalam kegiatan budidaya ikan nila masih mengalami beberapa kendala. Salah satu kendala tersebut yaitu adanya penyakit streptococcosis yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus agalactiae. Bakteri ini merupakan bakteri gram positif. Beberapa gejala klinis yang disebabkan oleh bakteri ini yaitu exophthalmia (mata menonjol keluar), warna tubuh kehitaman, dan pandarahan terutama pada sekitar anus dan kulit (Lusiastuti et. al., 2009). Penyakit ini dapat menyebabkan kematian massal yang dapat berdampak buruk bagi kegiatan produksi perikanan khususnya pembudidaya ikan nila.

Pengendalian penyakit pada kegiatan budidaya terkadang masih mengandalkan antibiotik. Penggunaan antibiotik dapat menyebabkan bakteri patogen menjadi resisten dan meninggalkan residu pada ikan. Hal ini menimbulkan keresahan masyarakat terhadap keamanan pangan dan kesehatan. Oleh karena itu, penggunaan antibiotik saat ini sudah dibatasi dan tidak dianjurkan pemerintah.

Salah satu alternatif dalam mengatasi permasalahan tersebut yaitu pemberian sinbiotik. Sinbiotik merupakan kombinasi seimbang dari probiotik dan prebiotik dalam mendukung kelangsungan dan pertumbuhan bakteri yang menguntungkan dalam saluran pencernaan makhluk hidup (Schrezenmeir dan Vrese, 2001). Aplikasi probiotik ataupun prebiotik saja belum memberikan hasil yang maksimal dikarenakan keduanya memiliki kelemahan jika diaplikasikan secara terpisah. Oleh karena itu, sinbiotik adalah salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Saat ini penggunaan sinbiotik pada kegiatan budidaya belum banyak diterapkan terutama dalam pengendalian penyakit. Menurut Putra


(16)

2

(2010), pemberian sinbiotik pada kegiatan budidaya ikan nila merah menghasilkan pertumbuhan yang lebih tinggi dan nilai nutrisi yang lebih baik dibandingkan pemberian probiotik atau prebiotik saja.

Pakan yang digunakan oleh Putra (2010) adalah pakan buatan dengan kandungan tinggi karbohidrat dan rendah protein. Penelitian ini menggunakan pakan komersil dengan protein tinggi sebagaimana yang umum digunakan para pembudidaya nila dan pakan buatan yang digunakan oleh Putra (2010).

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas sinbiotik yang diberikan melalui pakan buatan dan pakan komersil terhadap kinerja pertumbuhan dan pencegahan penyakit streptococcosis pada ikan nila merah.


(17)

II.

METODOLOGI

2.1 Penyediaan Probiotik

Probiotik yang digunakan pada penelitian ini adalah NP5 (Bacillus sp.) yang berasal dari saluran pencernaan ikan nila sebagaimana telah dilakukan oleh Putra (2010). Penyediaan probiotik diawali dengan isolasi NP5 pada media TSA (Trypticase Soy Agar) miring lalu diinkubasi selama 24 jam dalam inkubator. Setelah itu NP5 dikultur pada 25 ml media TSB steril (Trypticase Soy Broth) dan diinkubasi dalam water bath shaker dengan kecepatan 150 rpm. Pemanenan bakteri probiotik dilakukan dengan cara suspensi bakteri dipindahkan dalam tabung Corning lalu disentrifuse selama 15 menit dengan kecepatan 5000 rpm untuk memisahkan bakteri probiotik dengan media kultur. Setelah itu dilakukan pencucian dengan menambahkan 25 ml PBS steril lalu dihomogenkan dengan vortex dan disentrifuse selama 10 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Tahap pencucian dilakukan sebanyak dua kali kemudian ditambahkan 10 ml PBS steril lalu dihomogenkan dengan vortex dan siap dicampurkan ke pakan.

2.2 Ekstraksi Oligosakarida/Prebiotik

Prebiotik yang digunakan berasal dari ubi jalar varietas sukuh. Proses pembuatan prebiotik mengacu pada metode Muchtadi (1989). Sebanyak 100 gram tepung kukus ubi jalar disuspensikan ke dalam 100 ml etanol 70% dan diaduk selama 15 jam menggunakan magnetic stirrer. Setelah itu dilakukan penyaringan dengan menggunakan kertas saring dan cairan hasil penyaringan didiamkan selama 1 hari dalam keadaan tertutup. Cairan hasil penyaringan disentrifuse pada 5000 rpm selama 10 menit untuk mengendapkan kotoran dan padatan, kemudian disaring kembali dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh dipekatkan menggunakan evaporator vacuum pada suhu 40oC. Hasil pemekatan diencerkan dengan akuades steril dengan jumlah yang sudah ditentukan melalui perhitungan total padatan terlarut (TPT).


(18)

4 2.3 Perhitungan Total Padatan Terlarut Prebiotik

Perhitungan total padatan terlarut (TPT) mengacu pada Apriyantono et al. (1989) yang bertujuan untuk melihat kepekatan padatan terlarut yang berguna pada analisis oligosakarida. Cawan porselin dimasukkan ke dalam oven selama 30 menit lalu didinginkan dalam desikator selama 10 menit kemudian ditimbang (a gram). Setelah itu sebanyak 1 ml oligosakarida yang diekstraksi dari ubi jalar ditempatkan dalam cawan porselin tersebut lalu ditimbang (b gram) dan dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 100oC. Setelah kering, cawan tersebut didinginkan dalam desikator selama 10 menit hingga berat cawan stabil lalu ditimbang (c gram). Total padatan terlarut dihitung dengan rumus:

TPT = −

− × 100 %

2.4 Penyediaan Suspensi Bakteri Streptococcus agalactiae

Penyediaan bakteri S. agalactiae dilakukan dua kali pengkulturan. Sebanyak satu ose biakan S. agalactiae dikultur dalam 10 ml media BHI (Brain Heart Infusion) steril selama 24 jam. Setelah itu, hasil kultur bakteri diambil sebanyak 1 ml untuk dikultur kembali dalam 24 ml media BHI steril selama 24 jam. Kepadatan bakteri S. agalactiae setelah dikultur yaitu 109 cfu/ml.

2.5Pengujian Sinbiotik Secara In Vivo

2.5.1 Persiapan Wadah dan Ikan Uji

Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 akuarium yang disekat menggunakan kaca menjadi dua bagian dengan ukuran 100 cm x 40 cm x 35 cm. Akuarium yang digunakan sebelumnya dicuci bersih dan didesinfeksi dengan kaporit 100 ppm selama 24 jam lalu dibilas hingga bersih dan dikeringkan. Setelah itu setiap akuarium diisi air hingga ketinggian 25 cm lalu diberi aerasi. Pada bagian luar akuarium ditutup dengan plastik hitam agar ikan tidak mengalami stres dan bagian atas akuarium ditutup dengan kasa agar ikan tidak keluar dari wadah.

Ikan nila yang digunakan berasal dari Parung Kuda, memiliki bobot rata-rata 13,43±2,97 g dipelihara dengan kepadatan 10 ekor/akuarium dimana setiap akuarium diberi heater. Peletakan akuarium disusun secara acak. Ikan uji terlebih


(19)

5

dahulu diaklimatisasi terhadap pakan uji dan lingkungan selama 1 minggu. Setelah itu ikan dipuasakan selama 1 hari sebelum diberikan perlakuan pakan. Pemeliharaan ikan nila dilakukan selama 30 hari dan sampling dilakukan setiap 10 hari.

2.5.2 Uji In Vivo

Pakan uji yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari pakan buatan (Lampiran 1) dengan formulasi yang mengacu pada Putra (2010) dan pakan komersil dengan merk dagang FF 999 (Lampiran 1). Penambahan sinbiotik pada pakan terdiri dari 1% probiotik (Wang, 2007) NP5 dan 2% prebiotik (Mahious, 2006). Penelitian ini terdiri dari 6 perlakuan dengan 2 ulangan, yaitu:

Kontrol positif (K+) : Pemberian pakan buatan tanpa sinbiotik dan diuji tantang dengan S. agalactiae

Kontrol negatif (K-) : Pemberian pakan buatan tanpa sinbiotik

Sinbiotik : Pemberian pakan buatan dengan penambahan sinbiotik

dan diuji tantang dengan S. agalactiae Kontrol positif (K+) : Pemberian pakan komersil tanpa sinbiotik dan diuji

tantang dengan S. agalactiae

Kontrol negatif (K-) : Pemberian pakan komersil tanpa sinbiotik

Sinbiotik : Pemberian pakan komersil dengan penambahan sinbiotik dan diuji tantang dengan S. agalactiae

Probiotik, prebiotik, dan 2% kuning telur (Wang, 2007) ditambahkan ke wadah mortar kemudian pakan yang telah ditimbang dimasukkan ke wadah tersebut lalu diaduk hingga merata dengan menggunakan sendok kemudian didiamkan selama 15 menit. Pemberian pakan dilakukan 3 kali dalam sehari secara at satiation atau sekenyangnya. Penyiponan dan pergantian air dilakukan pada pagi hari sebanyak 60% dari total volume akuarium. Pengukuran suhu dilakukan setiap hari sedangkan pengukuran DO, pH, dan TAN dilakukan 3 kali selama pemeliharaan.

Jumlah ikan saat uji tantang menjadi 6 ekor tiap akuarium dari 10 ekor tiap akuarium. Hal ini berdasarkan jumlah ikan terendah setelah perlakuan pakan dari


(20)

6

tiap akuarium serta karena bertambahnya ukuran ikan. Ikan yang telah diberi perlakuan pakan selama 30 hari diuji tantang bakteri S. agalactiae dengan kepadatan 109 cfu/ml dan dosis yang disuntikkan sebanyak 0,1 ml/10 g bobot ikan. Ikan yang diuji tantang bakteri S. agalactiae yaitu pada perlakuan kontrol positif dan sinbiotik. Sedangkan perlakuan kontrol negatif disuntik dengan PBS sebanyak 0,1 ml/10 g bobot ikan. Skema uji in vivo dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Skema uji in vivo

Keterangan: A = Pengamatan hematologi ikan nila sebelum perlakuan pakan B = Pengamatan hematologi ikan nila setelah perlakuan pakan C = Pengamatan hematologi ikan nila setelah uji tantang

2.6 Parameter Pengamatan

2.6.1 Tingkat Kelangsungan Hidup (Survival Rate)

Penghitungan jumlah ikan dilakukan pada akhir pemeliharaan dan akhir uji tantang. Tingkat kelangsungan hidup ikan nila dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Effendie, 1997):

SR = ��

� × 100%

Keterangan : SR = Tingkat kelangsungan hidup (%) Nt = Jumlah ikan pada akhir perlakuan No = Jumlah ikan pada awal perlakuan

2.6.2 Laju Pertumbuhan Harian

Laju pertumbuhan harian dihitung menggunakan rumus berikut (Huisman, 1987) :

LPH (% / hari) = ��

� −1 × 100%

H1 H30 H32

Perlakuan pakan selama 30 hari

H31

Uji tantang Pengamatan

kematian ikan

A B C


(21)

7

Keterangan : Wt = Bobot rata-rata ikan pada akhir pemeliharaan (gram) Wo = Bobot rata-rata ikan pada awal pemeliharaan (gram) n = Waktu pemeliharaan

2.6.3 Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan dihitung dengan menggunakan rumus (Takeuchi, 1988): EP = {(Pertambahan bobot ikan (gram) / Jumlah konsumsi pakan (gram)} x 100%

2.6.4 Hematologi Ikan

Pengamatan hematologi ikan dilakukan sebanyak 3 kali yaitu sebelum perlakuan pakan (H0), setelah perlakuan pakan (H30), dan diakhir masa uji tantang (H37). Sebelumnya, syringe dan eppendorf dibilas dengan Na-sitrat 3,8% untuk mencegah pembekuan darah. Darah ikan diambil melalui vena caudal menggunakan syringe. Darah yang telah diambil kemudian dimasukkan ke dalam eppendorf secara perlahan. Parameter hematologi ikan yang diamati adalah total eritrosit dan total leukosit (Blaxhall dan Daisley, 1973), hematokrit (Anderson dan Siwicki, 1993), hemoglobin (Wedemeyer dan Yasutake, 1977), diferensial leukosit (Amlacher, 1970), dan indeks fagositik (Anderson dan Siwicki, 1993).

2.6.4.1Perhitungan Eritrosit

Darah dihisap menggunakan pipet bulir merah sampai skala 0,5 lalu diencerkan dengan larutan Hayem sampai skala maksimum 101. Kedua ujung ditutup sejajar kemudian digoyangkan membentuk angka 8 selama 3-5 menit. Setelah itu, tetesan darah yang pertama dibuang lalu darah tersebut diteteskan ke haemocytometer yang telah ditutup dengan gelas objek pada bagian yang berlekuk. Perhitungan dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran 400x dan jumlah eritrosit dihitung pada 5 kotak besar pada haemocytometer dengan faktor pengencer 202. Berikut ini adalah rumus perhitungan jumlah eritrosit :

Σ Eritrosit = rataan Σ sel terhitung x 1


(22)

8 2.6.4.2Perhitungan Hemoglobin

Perhitungan kadar hemoglobin (Hb) diawali dengan HCl 0,1 N dimasukkan ke dalam Hb meter sampai skala 10 (skala merah) menggunakan pipet. Setelah itu darah dihisap menggunakan pipet Sahli hingga skala 0,2 ml lalu dimasukkan ke dalam tabung Hb meter dan dibiarkan sambil diaduk selama 3-5 menit dan dincerkan dengan ditambahkan akuades sedikit demi sedikit hingga warnanya sama dengan warna standar yang ada pada tabung Hb meter. Kadar hemoglobin dilihat pada skala berwarna kuning yang dinyatakan dalam satuan gram per 100 ml darah.

2.6.4.3Perhitungan Hematokrit

Darah dihisap dengan tabung kapiler (mikrohematokrit) hingga ¾ bagian tabung lalu ujung tabung ditutup dengan ditancapkan pada crytoceal. Setelah itu, tabung mikrohematokrit yang berisi darah disentrifuse pada kecepatan 3000 rpm selama 5 menit lalu dilihat endapan darahnya. Pengukuran kadar hematokrit dengan cara membandingkan panjang endapan darah (a) terhadap panjang total seluruh darah (b). Rumus pengukuran kadar hematokrit dapat dilihat pada rumus berikut :

Kadar hematokrit =a

b x 100%

2.6.4.4Perhitungan Leukosit

Darah dihisap menggunakan pipet bulir putih sampai skala 0,5 lalu diencerkan dengan larutan Turk’s sampai skala maksimum 11. Kedua ujung ditutup sejajar kemudian digoyangkan membentuk angka 8 selama 3-5 menit. Setelah itu, tetesan darah yang pertama dibuang lalu darah tersebut diteteskan ke haemocytometer yang telah ditutup dengan gelas objek pada bagian yang berlekuk. Perhitungan dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran 400x dan jumlah eritrosit dihitung pada 5 kotak besar pada haemocytometer dengan faktor pengencer 22. Berikut ini adalah rumus perhitungan jumlah leukosit :

Σ Leukosit = rataan Σ sel terhitung x 1


(23)

9 2.6.4.5Diferensial Leukosit

Darah diteteskan pada gelas objek untuk dibuat preparat ulas darah. Setelah itu, preparat ulas darah dikeringudarakan. Preparat ulas darah yang sudah kering, difiksasi dalam larutan methanol selama 5 menit lalu dikeringudarakan. Setelah preparat ulas darah kering, kemudian direndam dalam larutan Giemsa selama 10-15 menit lalu dibilas dengan akuades dan dikeringudarakan. Setelah itu, preparat ulas dapat diamati di bawah mikroskop kemudian jenis-jenis leukosit yang tampak dihitung hingga berjumlah 100 sel. Persentase masing-masing jenis leukosit dapat dilihat pada rumus berikut :

% Jenis leukosit = Jenis leukosit terhitung

100 × 100 %

2.6.4.6Indeks Fagositik

Darah diambil sebanyak 50 µ l dan dimasukkan ke dalam eppendorf. Setelah itu ditambahkan sebanyak 50 µl suspensi Staphylococcus aereus dalam PBS lalu dicampur hingga homogen dan diinkubasi dalam suhu ruang selama 20 menit. Kemudian diambil sebanyak 5 µ l untuk dibuat preparat ulas dan dikeringudarakan. Preparat ulas yang telah kering, difiksasi dalam larutan methanol selama 5-10 menit lalu dikeringudarakan. Kemudian preparat ulas direndam dalam larutan selama 10-15 menit lalu dibilas dengan akuades dan kembali dikeringudarakan. Setelah itu, preparat ulas dapat diamati di bawah mikroskop dan dihitung persentase sel hemosit yang aktif memfagosit hingga berjumlah 100 sel hemosit. Adapun perhitungan indeks fagositik dapat dilihat pada rumus berikut :

Indeks fagositik =Σ sel hemosit yang aktif memfagosit

Σ sel hemosit x 100% 2.6.5 Kualitas Air

Kualitas air diukur pada saat awal, tengah, dan akhir perlakuan pakan. Parameter yang diukur adalah suhu, oksigen terlarut, pH, dan TAN. Tabel 1 di bawah ini adalah satuan dan alat pengukuran dari parameter kualitas air yang diukur.


(24)

10

Tabel 1. Satuan dan alat ukur dari parameter kualitas air

Parameter Satuan Alat ukur

Suhu oC Termometer

Oksigen terlarut mg/ℓ DO meter

pH - pH meter

Amonia mg/ℓ Spektrometer

2.7 Analisi Data

Penelitian ini menggunakan rancangan acak faktorial dengan dua ulangan. Data kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, dan hematologi ikan yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan SPSS 16.0 dan uji lanjut Duncan sedangkan data kualitas air dianalisis secara deskriptif.


(25)

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup ikan nila diamati selama perlakuan pakan dan selama uji tantang. Kelangsungan hidup ikan nila selama perlakuan pakan dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.

Keterangan: Huruf superscript yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Gambar 2. Kelangsungan hidup ikan nila selama 30 hari perlakuan pakan

Kelangsungan hidup tertinggi berdasarkan jenis pakan yaitu sebesar 100% pada perlakuan pakan buatan yang diberi sinbiotik dan kontrol negatif pada pakan komersil. Sedangkan kelangsungan hidup terendah berdasarkan jenis pakan yaitu pada perlakuan kontrol positif dan kontrol negatif pakan buatan sebesar 90%. Selain itu pada kontrol positif pakan komersil sebesar 80%. Berdasarkan analisis statistik kelangsungan hidup ikan nila selama 30 hari perlakuan pakan (Lampiran 2) menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) antara perlakuan pakan buatan dengan pakan komersil baik yang diberi sinbiotik maupun kontrol.

Kelangsungan hidup ikan nila setelah diuji tantang dengan S. agalactiae dapat dilihat pada Gambar 3. Kelangsungan hidup ikan nila tertinggi setelah uji tantang adalah pada kontrol negatif pakan buatan sebesar 100% dan kontrol negatif pakan komersil sebesar 91,67%. Pada perlakuan sinbiotik pakan buatan dan pakan komersil adalah 83,33%, sedangkan kelangsungan hidup pada perlakuan kontrol positif pakan buatan dan pakan komersil yaitu sebesar 25%.

90 90 100

80 100 95 0 20 40 60 80 100

K+ K- Sinbiotik

Kel a n gs u n ga n h id u p (% ) Perlakuan pakan buatan pakan komersil


(26)

12

Berdasarkan hasil analisis statistik kelangsungan hidup ikan nila setelah uji tantang (Lampiran 3) menunjukkan pada perlakuan sinbiotik dan kontrol negatif berbeda nyata (P<0,05) dengan kontrol positif.

Keterangan: Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). Gambar 3. Kelangsungan hidup ikan nila setelah diuji tantang dengan

S. agalactiae

3.1.2 Laju Pertumbuhan Harian

Pengaruh pemberian sinbiotik melalui pakan yang berbeda terhadap laju pertumbuhan harian dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini.

Keterangan: Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). Gambar 4. Laju pertumbuhan harian ikan nila selama 30 hari perlakuan pakan

Laju pertumbuhan harian pada perlakuan pakan komersil lebih tinggi dibandingkan pakan buatan. Pada perlakuan pakan komersil yang diberi sinbiotik yaitu 3,09%, sedangkan pada pakan buatan yang diberi sinbiotik hanya sebesar

25,00 100,00 83,33 25,00 91,67 83,33 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 Ke la n gs u n ga n h id u p ( % ) Perlakuan pakan buatan pakan komersil

a a b b b b

1,44 0,94 1,80 2,06 3,01 3,09 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00

K+ K- Sinbiotik

La ju P e rt u m b u h a n H a ri a n ( % ) Perlakuan pakan buatan pakan komersil


(27)

13

1,80%. Pada kontrol positif pakan buatan, laju pertumbuhan harian sebesar 1,44% dan kontrol positif pakan komersil sebesar 2,06%. Pada kontrol negatif pakan buatan, laju pertumbuhan harian sebesar 0,94% dan kontrol negatif pakan komersil sebesar 3,01%. Berdasarkan hasil analisis statistik laju pertumbuhan harian selama pemeliharaan (Lampiran 4) menunjukkan perlakuan kontrol positif, kontrol negatif, dan sinbiotik tidak berbeda nyata (P>0,05) baik pada perlakuan pakan buatan maupun pakan komersil tetapi antara perlakuan pakan buatan dengan pakan komersil memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05).

3.1.3 Efisiensi Pakan

Pengaruh pemberian sinbiotik terhadap efisiensi pakan dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini.

Keterangan: Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). Gambar 5. Efisiensi pemberian pakan ikan nila selama 30 hari perlakuan pakan

Efisiensi pakan pada perlakuan pakan komersil lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pakan buatan. Efisiensi pakan pada perlakuan pakan komersil secara berturut-turut yaitu sinbiotik sebesar 83,79% diikuti kontrol positif sebesar 64,36% dan kontrol negatif sebesar 59,43%. Sedangkan efisiensi pakan pada perlakuan pakan buatan yaitu sinbiotik sebesar 38,83% diikuti kontrol positif sebesar 35,15% dan kontrol negatif sebesar 29,60%. Berdasarkan hasil analisis statistik efisiensi pakan selama perlakuan pakan (Lampiran 5) menunjukkan sinbiotik memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) dengan kontrol positif dan kontrol negatif baik pada pakan buatan maupun pakan komersil.

35,15 29,60 38,83 64,36 59,43 83,79 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00

K+ K- Sinbiotik

E fi si en si P a ka n (% ) Perlakuan pakan buatan pakan komersil


(28)

14 3.1.4 Hematologi Ikan

3.1.4.1 Eritrosit

Berdasarkan pengamatan eritrosit memiliki bentuk yang lonjong dengan inti terletak di tengah (Gambar 6) dan rata-rata jumlah eritrosit ikan nila pada berbagai perlakuan ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 6. Eritrosit pada ikan nila

Keterangan: Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). Gambar 7. Jumlah eritrosit ikan nila sebelum dan setelah perlakuan pakan serta

setelah uji tantang dengan S. agalactiae

Jumlah eritrosit ikan nila sebelum perlakuan pakan sebesar 2,59 x 106 sel/mm3 dan berdasarkan analisis statistik (Lampiran 6) tidak berbeda nyata pada semua perlakuan (P>0,05). Setelah perlakuan pakan, jumlah eritrosit pada semua perlakuan mengalami kenaikan yang cukup besar yaitu berkisar antara 2,59-5,51 x 106 sel/mm3 (Gambar 7) dan tidak berbeda nyata (P>0,05) pada semua perlakuan (Lampiran 7). Setelah uji tantang (H37) jumlah eritrosit mengalami penurunan pada semua perlakuan. Pada perlakuan kontrol positif mengalami penurunan eritrosit menjadi sebesar 2,25 x 106 sel/mm3 dan jumlah eritrosit tertinggi setelah uji tantang (H37) pada kontrol negatif pakan buatan sebesar 3,93 x 106 sel/mm.

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00

H0 H30 H37

E ri tro si t (1 0 6se l/m m 3) Hari ke-K+ (PB) K- (PB) Sinbiotik (PB) K+ (PK) K- (PK) Sinbiotik (PK)

a aaaa a

a

aa a aa

a a

b b


(29)

15

Berdasarkan analisis statistik jumlah eritrosit setelah uji tantang (Lampiran 8) pada perlakuan sinbiotik pakan buatan dan pakan komersil tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan kontrol positif dan kontrol negatif baik pakan buatan maupun pakan komersil.

3.1.4.2 Hemoglobin

Rata-rata kadar hemoglobin ikan nila pada berbagai perlakuan ditunjukkan pada Gambar 8 di bawah ini.

Keterangan: Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). Gambar 8. Kadar hemoglobin ikan nila sebelum dan setelah perlakuan pakan serta

setelah uji tantang dengan S. agalactiae

Kadar hemoglobin ikan nila sebelum perlakuan pakan sebesar 5 g/100 ml dan tidak berbeda nyata pada semua perlakuan (Lampiran 9). Setelah perlakuan pakan, kadar hemoglobin mengalami peningkatan pada semua perlakuan yaitu sinbiotik pakan buatan sebesar 9,9 g/100 ml diikuti kontrol negatif pakan buatan 8,5 g/100 ml, sinbiotik pakan komersil 7,6 g/100 ml, kontrol positif pakan buatan 6,9 g/100 ml, kontrol negatif pakan komersil 6,4 g/100 ml, dan kontrol positif pakan komersil 5,8 g/100 ml (Gambar 8). Berdasarkan analisis statistik kadar hemoglobin setelah perlakuan pakan (Lampiran 10) pada perlakuan kontrol negatif tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan kontrol positif dan sinbiotik. Akan tetapi kadar hemoglobin setelah uji tantang mengalami penurunan dimana kadar hemoglobin pada kontrol negatif pakan buatan sebesar 7,6 g/100 ml

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00

H0 H30 H37

H e m o gl o b in (g/1 0 0 m l) Hari ke-K+ (PB) K- (PB) Sinbiotik (PB) K+ (PK) K- (PK) Sinbiotik (PK)

a a a a a a a a a b b c c c cd

a a a a a a a a a b b c c d d ab


(30)

16

yang berdasarkan analisis statistik (Lampiran 11) berbeda nyata (P<0,05) dengan sinbiotik pakan buatan 5,2 g/100 ml dan kontrol positif pakan buatan 2,6 g/100 ml. Begitu pula pada kontrol negatif pakan komersil 4,5 g/100 berbeda nyata (P<0,05) dengan sinbiotik pakan komersil 3,1 g/100 ml dan kontrol positif pakan komersil 2,6 g/100 ml.

3.1.4.3 Hematokrit

Rata-rata kadar hematokrit ikan nila pada berbagai perlakuan ditunjukkan pada Gambar 9 di bawah ini.

Keterangan: Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). Gambar 9. Kadar hematokrit ikan nila sebelum dan setelah perlakuan pakan serta

setelah uji tantang dengan S. agalactiae

Kadar hematokrit ikan nila sebelum perlakuan pakan sebesar 23,54% dan berdasarkan analisis statistik menunjukkan tidak berbeda nyata (Lampiran 12). Setelah perlakuan pakan, pada perlakuan kontrol negatif pakan buatan dan kontrol positif pakan komersil mengalami penurunan menjadi 22,65% dan 22,15% (Gambar 9). Sedangkan perlakuan lainnya mengalami peningkatan yaitu kontrol positif pakan buatan 25%, sinbiotik pakan buatan 27,13%, kontrol negatif pakan komersil 24,46%, dan sinbiotik pakan komersil 25,40%. Berdasarkan analisis statistik kadar hematokrit setelah perlakuan pakan (Lampiran 13), pada perlakuan sinbiotik pakan buatan maupun sinbiotik pakan komersil memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) dengan kontrol positif dan kontrol negatif. Setelah

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

H0 H30 H37

H e m a to k ri t (% ) Waktu K+ (PB) K- (PB) Sinbiotik (PB) K+ (PK) K- (PK) Sinbiotik (PK) a

a a a a a aa aa

a a a a a a b b


(31)

17

uji tantang, hanya kadar hematokrit pada perlakuan kontrol negatif pakan buatan yang mengalami peningkatan menjadi 25,14% sedangkan perlakuan lainnya mengalami penurunan yaitu perlakuan kontrol positif pakan buatan 13,27%, sinbiotik pakan buatan 25,04%, kontrol positif pakan komersil 18,22%, sinbiotik pakan komersil 20,06%, dan kontrol negatif pakan komersil 23,04%. Berdasarkan analisis statistik kadar hematokrit setelah uji tantang (Lampiran 14) pada semua perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05).

3.1.4.4 Leukosit

Rata-rata jumlah leukosit ikan nila pada berbagai perlakuan ditunjukkan pada Gambar 10 di bawah ini.

Keterangan: Huruf superscript yang sama menunjukkan hasil yang tida berbeda nyata (P>0,05). Gambar 10. Jumlah leukosit ikan nila sebelum dan setelah perlakuan pakan serta

setelah uji tantang dengan S. agalactiae

Jumlah leukosit ikan nila sebelum perlakuan pakan sebesar 1,65 x 105 sel/mm3 dan tidak berbeda nyata pada semua perlakuan (P>0,05) (Lampiran 15). Setelah perlakuan pakan, jumlah leukosit cenderung stabil dari jumlah leukosit sebelum perlakuan pakan dimana perlakuan kontrol positif pakan buatan 1,68 x 105 sel/mm3 kemudian diikuti oleh kontrol negatif pakan buatan 1,70 x 105 sel/mm3, sinbiotik pakan buatan 1,72 x 105 sel/mm3, kontrol positif pakan komersil 1,68 x 105 sel/mm3, kontrol negatif pakan komersil 1,71 x 105 sel/mm3, dan sinbiotik pakan komersil 1,75 x 105 sel/mm3 (Gambar 10). Berdasarkan

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3

H0 H30 H37

Le u k o si t (1 0 5se l/m m ) Hari ke-K+ (PB) K- (PB) Sinbiotik (PB) K+ (PK) K- (PK) Sinbiotik (PK)

a aaa a a a a

a

a a a

a a a a a a


(32)

18

analisis statistik jumlah leukosit setelah perlakuan pakan (Lampiran 16) tidak berbeda nyata (P>0,05) pada semua perlakuan. Setelah uji tantang, jumlah leukosit secara berturut-turut yaitu sinbiotik pakan buatan sebesar 2,19 x 105 sel/mm3 diikuti perlakuan sinbiotik pakan komersil yaitu sebesar 2,01 x 105 sel/mm3, kontrol positif pakan komersil 1,99 x 105 sel/mm3, kontrol positif pakan buatan 1,93 x 105 sel/mm3, kontrol negatif pakan komersil 1,82 x 105 sel/mm3, dan kontrol negatif pakan buatan 1,60 x 105 sel/mm3. Berdasarkan analisis statistik jumlah leukosit setelah uji tantang (Lampiran 17) tidak berbeda nyata (P>0,05) pada semua perlakuan.

3.1.4.5 Diferensial Leukosit

Berdasarkan pengamatan diferensial leukosit ikan nila terdiri dari limfosit, monosit, trombosit, dan netrofil yang ditunjukkan pada Gambar 11 di bawah ini.

a b

c d

Gambar 11. Diferensial leukosit : a). limfosit (L), b). monosit (M), c). trombosit (T), dan d). netrofil (N)

L

M


(33)

19 3.1.4.5.1 Limfosit

Rata-rata jumlah limfosit ikan nila pada berbagai perlakuan ditunjukkan pada Gambar 12.

Keterangan: Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). Gambar 12. Jumlah limfosit ikan nila sebelum dan setelah perlakuan pakan serta setelah uji tantang dengan S. agalactiae

Jumlah limfosit sebelum perlakuan pakan sebesar 78%. Jumlah limfosit perlakuan sinbiotik pakan buatan dan pakan komersil mengalami peningkatan setelah perlakuan pakan menjadi 79% dan 80% sedangkan perlakuan lain mengalami penurunan yaitu kontrol positif pakan buatan 77,50%, kontrol negatif pakan buatan 75%, kontrol positif pakan komersil 76,50%, dan kontrol negatif pakan komersil 77,50%.Berdasarkan analisis statistik jumlah limfosit sebelum dan setelah perlakuan pakan (Lampiran 18 dan 19) tidak berbeda nyata (P>0,05) pada semua perlakuan. Setelah uji tantang, jumlah limfosit cenderung menurun dengan jumlah terendah pada perlakuan kontrol positif pakan buatan menjadi 56% dan kontrol positif pakan komersil 55,5%. Penurunan jumlah limfosit pada perlakuan lain yaitu sinbiotik pakan buatan 66% dan sinbiotik pakan komersil 65,50%. Berdasarkan analisis statistik jumlah limfosit setelah uji tantang (Lampiran 20) pada perlakuan sinbiotik berbeda nyata (P<0,05) terhadap kontrol positif dan kontrol negatif. Begitu pula kontrol positif berbeda nyata (P<0,05) dengan kontrol negatif. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

H0 H30 H37

Li m fo si t (% ) Hari ke-K+ (PB) K- (PB) Sinbiotik (PB) K+ (PK) K- (PK) Sinbiotik (PK)

a a a a a a a

a a a a a

a a

b b


(34)

20 3.1.4.5.2 Monosit

Rata-rata jumlah monosit ikan nila pada berbagai perlakuan ditunjukkan pada Gambar 13 di bawah ini.

Keterangan: Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). Gambar 13. Jumlah monosit ikan nila sebelum dan setelah perlakuan pakan serta setelah uji tantang dengan S. agalactiae

Jumlah monosit sebelum perlakuan pakan sebesar 10% (Gambar 13). Setelah perlakuan pakan, jumlah monosit perlakuan kontrol positif pakan buatan 10,50%, kontrol negatif pakan buatan 11%, kontrol positif pakan komersil 9,50%, dan kontrol negatif pakan komersil 10%. Pada perlakuan sinbiotik pakan buatan dan sinbiotik pakan komersil mengalami penurunan menjadi 8,50% dan 9%. Berdasarkan analisis statistik jumlah monosit sebelum dan setelah perlakuan pakan (Lampiran 21 dan 22) tidak berbeda nyata (P>0,05) pada semua perlakuan. Setelah uji tantang, jumlah monosit cenderung meningkat yaitu perlakuan kontrol positif pakan buatan, kontrol positif pakan komersil, sinbiotik pakan buatan dan sinbiotik pakan komersil masing-masing menjadi 20,50%, 19,50 %, 17,50%, dan 17,50%. Berdasarkan analisis statistik jumlah monosit setelah uji tantang (Lampiran 23) pada perlakuan sinbiotik dan kontrol positif berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan kontrol negatif.

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00

H0 H30 H37

M o n o si t (% ) Hari ke-K+ (PB) K- (PB) Sinbiotik (PB) K+ (PK) K- (PK) Sinbiotik (PK)

a a a a a a a

a a

a a

a a a

b b

b b


(35)

21 3.1.4.5.3 Trombosit

Rata-rata jumlah trombosit ikan nila pada berbagai perlakuan ditunjukkan pada Gambar 14.

Keterangan: Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). Gambar 14. Jumlah trombosit ikan nila sebelum dan setelah perlakuan pakan serta setelah uji tantang dengan S. agalactiae

Jumlah trombosit sebelum perlakuan pakan sebesar 4,5% dan setelah perlakuan pakan, jumlah trombosit tiap perlakuan mengalami peningkatan yaitu kontrol positif pakan buatan 5%, kontrol negatif pakan buatan 6%, sinbiotik pakan buatan 6,50%, kontrol positif pakan komersil 6,50%, kontrol negatif pakan komersil 5,50%, dan sinbiotik pakan komersil 5% (Gambar 14). Berdasarkan analisis statistik jumlah trombosit sebelum dan setelah perlakuan pakan (Lampiran 24 dan 25) tidak berbeda nyata (P>0,05) pada semua perlakuan. Setelah uji tantang, jumlah trombosit mengalami peningkatan pada beberapa perlakuan yaitu kontrol positif pakan buatan 9,50%, kontrol positif pakan komersil 9%, sinbiotik pakan komersil 7,50%, sinbiotik pakan buatan 7%, kontrol negatif pakan komersil 6% sedangkan kontrol negatif pakan buatan kembali menurun menjadi 4,50%. Berdasarkan analisis statistik jumlah trombosit setelah uji tantang (Lampiran 26) pada perlakuan sinbiotik tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan kontrol positif dan kontrol negatif.

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00

H0 H30 H37

T ro m b o si t (% ) Hari ke-K+ (PB) K- (PB) Sinbiotik (PB) K+ (PK) K- (PK) Sinbiotik (PK)

a aa a a a

aa a aa

a

a a

b b


(36)

22 3.1.4.5.4 Netrofil

Rata-rata jumlah netrofil ikan nila pada berbagai perlakuan ditunjukkan pada Gambar 15 di bawah ini.

Keterangan: Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). Gambar 15. Jumlah netrofil ikan nila sebelum dan setelah perlakuan pakan serta setelah uji tantang dengan S. agalactiae

Jumlah netrofil ikan nila sebelum perlakuan pakan sebesar 7,50% (Gambar 15). Setelah perlakuan pakan, jumlah limfosit cenderung stabil dimana perlakuan kontrol positif pakan buatan 7%, kontrol negatif pakan buatan 8%, sinbiotik pakan buatan 6%, kontrol positif pakan komersil 7,50%, kontrol negatif pakan komersil 7%, dan sinbiotik pakan komersil 6%. Berdasarkan analisis statistik jumlah netrofil sebelum dan setelah perlakuan pakan (Lampiran 27 dan 28) tidak berbeda nyata (P>0,05) pada semua perlakuan. Setelah uji tantang terjadi peningkatan jumlah leukosit pada perlakuan kontrol positif pakan buatan 14% dan kontrol positif pakan komersil 16% serta sinbiotik pakan buatan dan sinbiotik pakan komersil masing-masing menjadi 9,50%. Perlakuan kontrol negatif pakan buatan dan pakan komersil cenderung stabil masing-masing sebesar 6,50% dan 8%. Berdasarkan analisis statistik jumlah netrofil setelah uji tantang (Lampiran 29) pada perlakuan sinbiotik tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan kontrol negatif tetapi perlakuan sinbiotik berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan kontrol positif. 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00 20,00

H0 H30 H37

N e tro fi l (% ) Hari ke-K+ (PB) K- (PB) Sinbiotik (PB) K+ (PK) K- (PK) Sinbiotik (PK)

a a a a a a a a

aa a a a

a

aa

b b


(37)

23 3.1.4.6 Indeks Fagositik

Indeks fagositik ikan nila pada berbagai perlakuan ditunjukkan pada Gambar 16 di bawah ini.

Keterangan: Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). Gambar 16. Indeks fagositik ikan nila sebelum dan setelah perlakuan pakan serta setelah uji tantang dengan S. agalactiae

Indeks fagositik ikan nila sebelum perlakuan pakan sebesar 13,50% dan berdasarkan analisis statistik (Lampiran 30) tidak berbeda nyata (P>0,05) pada semua perlakuan. Setelah perlakuan pakan, indeks fagositik perlakuan sinbiotik pakan buatan 37% dan sinbiotik pakan komersil 33,50% menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol positif pakan buatan, kontrol negatif pakan buatan, kontrol positif pakan komersil, dan kontrol negatif pakan komersil masing-masing 19%, 19%, 17%, 14,50%. Berdasarkan analisis statistik indeks fagositik setelah perlakuan pakan (Lampiran 31) pada perlakuan sinbiotik berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan kontrol positif dan kontrol negatif. Setelah uji tantang, perlakuan kontrol positif dan sinbiotik menunjukkan peningkatan indeks fagositik dimana indeks fagositik kontrol positif pakan buatan 22,50%, sinbiotik pakan buatan 46%, kontrol positif pakan komersil 25,50%, dan sinbiotik pakan komersil 45%. Berdasarkan analisis statistik indeks fagositik setelah uji tantang (Lampiran 32) pada perlakuan sinbiotik berbeda nyata (P<0,05) dengan kontrol negatif dan kontrol positif begitu pula kontrol positif berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan kontrol negatif. Berdasarkan pengamatan indeks

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00

H0 H30 H37

In d e k s F a go si ti k (% ) Waktu K+ (PB) K- (PB) Sinbiotik (PB) K+ (PK) K- (PK) Sinbiotik (PK)

a a a a a a a a aa

ab a

b b

b c c


(38)

24

fagositik terlihat adanya proses fagositosis oleh monosit yang ditunjukkan pada Gambar 17 di bawah ini.

Gambar 17. Fagositosis oleh monosit

3.1.4.7 Kualitas Air

Kisaran kualitas air selama perlakuan pakan disajikan pada Tabel 2 di bawah ini. Nilai kualitas air yang diperoleh masih dalam kisaran normal dalam pemeliharaan ikan nila.

Tabel 2. Kualitas air selama perlakuan pakan

Perlakuan Suhu (oC) DO (mg/ℓ) pH Amonia (mg/ℓ)

K+ (PB) 25.00-27.50 4.06-5.00 6.25-7.36 0.02-0.04

K- (PB) 25.00-30.00 4.22-5.80 6.47-7.36 0.03-0.04

sinbiotik (PB) 25.00-28.00 4.21-5.50 6.56-7.36 0.03-0.04

K+ (PK) 25.00-29.00 4.61-5.50 6.70-7.36 0.03-0.04

K- (PK) 25.00-29.00 4.60-4.88 6.60-7.36 0.03-0.04

Sinbiotik (PK) 25.00-28.50 4.34-5.70 6.13-7.36 0.02-0.03

3.2 Pembahasan

Tingkat kelangsungan hidup ikan nila yang diberi perlakuan sinbiotik selama 30 hari baik melalui pakan buatan maupun pakan komersil tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan kontrol positif ataupun kontrol negatif. Akan tetapi setelah diuji tantang dengan S. agalactiae tingkat kelangsungan hidup perlakuan sinbiotik lebih tinggi baik pada pakan buatan maupun pakan komersil (83,33%) dan berbeda nyata (P<0,05) dengan kontrol positif yang kelangsungan hidupnya hanya sebesar 25%. Hal ini diduga karena sinbiotik dapat meningkatkan sistem imun ikan melalui pengaturan keseimbangan antara probiotik dan prebiotik dalam mendukung kelangsungan dan pertumbuhan bakteri yang menguntungkan dalam saluran pencernaan (Schrezenmeir dan Vrese, 2001). Pernyataan tersebut didukung oleh Li et al. (2009) yang menyatakan bahwa penambahan probiotik Bacillus OJ (PB) dengan konsentrasi 108 CFU/g pakan dan prebiotik 0,2 %


(39)

25

isomaltooligosaccharides (IMO) dapat meningkatkan resistensi udang terhadap penyakit dengan meningkatkan respon imun udang.

Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran baik panjang maupun berat (Fujaya, 2004). Pertumbuhan ikan dapat dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi keturunan, umur dan penyakit ikan sedangkan faktor luar meliputi pakan, padat tebar dan lingkungan (Effendie, 1997). Penambahan sinbiotik pada pakan buatan menghasilkan laju pertumbuhan harian sebesar 1,80% dan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P>0,05) terhadap laju pertumbuhan harian pada kontrol positif dan kontrol negatif masing-masing sebesar 1,44% dan 0,94%. Begitu pula dengan penambahan sinbiotik pada pakan komersil menghasilkan laju pertumbuhan harian sebesar 3,09% dan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan harian pada kontrol positif dan kontrol negatif masing-masing sebesar 2,06% dan 3,01%. Akan tetapi laju pertumbuhan harian pada perlakuan pakan buatan baik kontrol positif, kontrol negatif, dan sinbiotik berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan pakan komersil. Hal ini diduga karena kandungan protein pada pakan komersil lebih tinggi yaitu 38% dibandingkan pakan buatan dengan kandungan protein yang hanya 23%. Salah satu nutrien penting yang dibutuhkan dalam pertumbuhan adalah protein. Pemanfaatan protein bagi pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ukuran, kualitas protein, kandungan energi pakan, suhu air, dan tingkat pemberian pakan. Kebutuhan energi untuk metabolisme harus dipenuhi terlebih dahulu, baru apabila berlebih maka kelebihannya akan digunakan untuk pertumbuhan (Affandi dan Tang, 2002).

Nilai efisiensi pakan perlakuan sinbiotik berbeda nyata (P<0,05) dengan kontrol positif dan kontrol negatif. Pemberian probiotik NP5 diduga memberikan efek yang positif terhadap efisiensi pakan ikan nila. Menurut Verschuere et al. (2000), probiotik memberikan keuntungan bagi inang dengan memperbaiki nilai nutrisi dan pemanfaatan pakan. Hal ini didukung hasil penelitian Putra (2010) bahwa penambahan sinbiotik dalam pakan menghasilkan efisiensi pakan tertinggi. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Praditia (2009), menunjukkan bahwa udang windu yang diberi pakan yang mengandung probiotik menghasilkan nilai konversi pakan yang lebih rendah dibandingkan kontrol.


(40)

26

Efisiensi pakan pada perlakuan pakan komersil berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan pakan buatan. Terlihat pada Gambar 4 bahwa efisiensi pakan pada perlakuan pakan komersil lebih tinggi dibandingkan dengan pakan buatan. Hal ini diduga karena kadar protein dalam pakan komersil yang lebih tinggi dibandingkan pakan buatan sehingga berpengaruh terhadap konsumsi pakan. Hal ini didukung oleh Adelina et al. (2000) yang menyatakan bahwa kekurangan protein dan energi di dalam pakan akan menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi rendah. Kadar protein yang masih rendah menyebabkan banyaknya protein yang masuk ke dalam tubuh ikan untuk disimpan menjadi protein tubuh juga rendah.

Secara umum darah berfungsi untuk mengedarkan nutrien yang berasal dari pencernaan makanan ke sel-sel tubuh, membawa oksigen ke sel-sel tubuh (jaringan) dan membawa hormon dan enzim ke organ tubuh yang memerlukannya (Lagler et al., 1977). Darah terdiri dari dua kelompok besar yaitu sel dan plasma (Fujaya, 2004).

Eritrosit berkaitan erat dengan kadar hemoglobin dan hematokrit (Fujaya, 2004). Berdasarkan hasil penelitian, jumlah eritrosit setelah perlakuan pakan mengalami peningkatan (Gambar 7) disertai juga peningkatan kadar hemoglobin (Gambar 8) dan hematokrit (Gambar 9). Meningkatnya jumlah eritrosit setelah perlakuan pakan diduga karena aktivitas ikan yang semakin meningkat. Sedangkan setelah uji tantang, jumlah eritrosit mengalami penurunan jika dibandingkan dengan jumlah eritrosit setelah perlakuan pakan. Penurunan ini disertai penurunan kadar hemoglobin dan hematokrit. Jumlah eritrosit pada semua perlakuan setelah perlakuan pakan (Gambar 7) menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Begitu pula setelah uji tantang, jumlah eritrosit perlakuan sinbiotik tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap kontrol positif maupun kontrol negatif. Diduga pemberian sinbiotik melalui pakan buatan maupun komersil tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah eritrosit. Jumlah eritrosit pada penelitian kali ini berkisar antara 2,59-5,51 x 106 sel/mm3. Menurut Dellman dan Brown (1989), faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sel darah merah adalah spesies, perbedaan induk, kondisi nutrisi, aktivitas fisik, dan umur. Sedangkan setelah uji tantang dengan S. agalactiae jumlah eritrosit cenderung mengalami penurunan. Hal ini diduga bakteri S. agalactiae yang diinfeksikan menyebabkan kerusakan


(41)

27

pada ginjal. Ginjal merupakan organ penghasil eritrosit. Rusaknya ginjal menyebabkan kemampuan ikan untuk memproduksi eritrosit menurun. Rendahnya jumlah eritrosit menandakan ikan menderita anemia dan kerusakan ginjal (Nabib dan Pasaribu, 1989).

Hemoglobin adalah protein dalam eritrosit yang tersusun atas protein globin tidak berwarna dan pigmen heme. Hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen kemudian digunakan dalam proses katabolisme untuk menghasilkan energi. Kemampuan darah untuk mengangkut oksigen bergantung pada kadar hemoglobin dalam darah (Lagler et al.,1977). Kadar hemoglobin setelah perlakuan pakan mengalami peningkatan dibandingkan sebelum perlakuan pakan. Berdasarkan hasil pada Gambar 8 menunjukkan kadar hemoglobin setelah perlakuan pakan pada perlakuan kontrol negatif tidak berbeda nyata terhadap kontrol positif maupun sinbiotik. Sedangkan setelah uji tantang, kadar hemoglobin pada semua perlakuan mengalami penurunan dibandingkan dengan setelah perlakuan pakan. Gambar 8 menunjukkan kadar hemoglobin setelah uji tantang pada perlakuan sinbiotik tidak berbeda nyata terhadap kontrol positif. Rendahnya kadar hemoglobin diduga disebabkan karena jumlah eritrosit juga mengalami penurunan. Blaxhall (1971) menyatakan hemoglobin merupakan indikator anemia atau dengan kata lain penurunan kadar hemoglobin adalah indikator ikan terserang anemia.

Hematokrit adalah perbandingan antara padatan sel-sel darah (eritrosit) dalam darah yang dinyatakan dalam persen (Angka et al., 1985). Menurut Bond (1979) kisaran kadar hematokrit darah ikan adalah sebesar 20-30%. Kadar hematokrit ikan nila setelah perlakuan pakan pada perlakuan sinbiotik berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan kontrol positif dan kontrol negatif. Diduga pemberian sinbiotik memberikan pengaruh terhadap kadar hematokrit setelah perlakuan pakan. Menurut Utami (2009) kadar hematokrit dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh dari pemakaian imunostimulan sehingga dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui kondisi ikan pasca pemberian imunostimulan. Pasca uji tantang, kadar hematokrit cenderung mengalami penurunan. Hasil analisis statistik menunjukkan perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Menurunnya kadar hematokrit diduga karena


(42)

28

menurunnya jumlah eritrosit dalam darah. Dengan kata lain, penurunan jumlah eritrosit akan diikuti oleh penurunan kadar hematokrit. Menurut Fujaya (2004), kadar hemoglobin berkorelasi kuat dengan kadar hematokrit dan eritrosit. Selain itu, menurunnya kadar hematokrit setelah uji tantang diduga akibat nafsu makan ikan yang menurun karena infeksi S. agalactiae. Menurunnya kadar hematokrit dapat dijadikan petunjuk mengenai rendahnya kandungan protein pakan, defisiensi vitamin atau ikan mendapat infeksi sehingga nafsu makan menurun (Wedemeyer dan Yasutake, 1977).

Leukosit terdiri atas dua bagian yaitu agranulosit dan granulosit. Agranulosit terdiri dari limfosit, trombosit, dan monosit. Sedangkan granulosit terdiri dari netrofil, eosinofil, dan basofil (Chinabut et al., 1991). Menurut Fujaya (2004), leukosit berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan organisme patogen dan merupakan sistem pertahanan non-spesifik dengan mengeliminir patogen melalui fagositosis (Lagler et al., 1977). Jumlah leukosit setelah perlakuan pakan dan setelah uji tantang pada semua perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05). Akan tetapi setelah uji tantang dengan S. agalactiae, perlakuan sinbiotik dan kontrol positif pada perlakuan pakan buatan maupun pakan komersil mengalami peningkatan jumlah leukosit. Meningkatnya jumlah leukosit diduga akibat infeksi S. agalactiae yang menyebabkan ikan stres. Pada penelitian ini jumlah leukosit setelah uji tantang pada perlakuan sinbiotik dan kontrol positif pakan buatan sebesar 2,19 x 105 sel/mm3 dan 1,93 x 105 sel/mm3 serta pada perlakuan sinbiotik dan kontrol positif pakan komersil sebesar 2,01 x 105 sel/mm3 dan 1,99 x 105 sel/mm3. Peningkatan jumlah leukosit mengindikasikan adanya respon dari tubuh ikan terhadap infeksi bakteri atau stres (Marthen, 2005).

Limfosit tidak bersifat fagositik tetapi memegang peranan penting dalam pembentukan antibodi (Fujaya, 2004). Persentase jumlah limfosit pasca pemeliharaan tidak berbeda nyata (P>0,05) pada semua perlakuan, tetapi persentase jumlah limfosit mengalami sedikit peningkatan pada perlakuan sinbiotik (Gambar 12). Walaupun persentase jumlah limfosit pada semua perlakuan setelah perlakuan pakan tidak berbeda nyata tetapi persentase jumlah limfosit masih berada pada kisaran normal. Pada penelitian ini persentase jumlah limfosit pasca pemeliharaan berkisar 75-80%. Blaxhall dan Daisley (1973)


(43)

29

menyatakan bahwa limfosit pada ikan normal berjumlah 71,12-82,88%. Setelah uji tantang, persentase jumlah limfosit perlakuan sinbiotik berbeda nyata (P<0,05) dengan kontrol positif dan kontrol negatif. Selain itu setelah uji tantang persentase jumlah limfosit perlakuan sinbiotik lebih besar dibandingkan kontrol positif. Kekurangan limfosit dapat menurunkan konsentrasi antibodi dan menyebabkan meningkatnya serangan penyakit (Fujaya, 2004). Berdasarkan hasil analisis statistik, perbedaan jenis pakan tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap persentase jumlah limfosit.

Sel monosit berperan dalam fagositosis dengan membunuh atau melisis sel bakteri. Pada proses tersebut terdapat fase kemotaksis, fase penempelan, penangkapan, pemakanan, dan pembunuhan bakteri (Amrullah, 2004). Setelah perlakuan pakan, persentase jumlah limfosit pada semua perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05). Setelah uji tantang, persentase jumlah monosit perlakuan sinbiotik dan kontrol positif berbeda nyata (P<0,05) dengan kontrol negatif. Hal ini diduga akibat adanya infeksi S. agalactiae sehingga produksi monosit meningkat untuk membunuh bakteri patogen. Meningkatnya monosit karena adanya radang dan monosit berfungsi sebagai makrofag untuk fagositosis (Angka, 2005).

Trombosit atau keping-keping darah berperan penting dalam proses pembekuan darah. Roberts dan Richards (1978) menyatakan bahwa trombosit mengeluarkan tromboplastin yaitu enzim yang membuat polimeri dan fibrinogen yang berperan penting dalam pembekuan darah. Persentase jumlah trombosit setelah perlakuan pakan tidak berbeda nyata (P>0,05) pada semua perlakuan. Setelah uji tantang dengan S. agalactiae persentase jumlah trombosit perlakuan sinbiotik tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol negatif dan kontrol positif. Hal ini menunjukkan penambahan sinbiotik melalui pakan tidak memberikan pengaruh terhadap persentase jumlah trombosit setelah uji tantang. Akan tetapi setelah uji tantang persentase jumlah trombosit pada perlakuan sinbiotik dan kontrol positif mengalami sedikit peningkatan. Meningkatnya trombosit pada ikan merupakan indikator bahwa ikan dalam keadaan penyembuhan luka (Roberts dan Richards, 1978).

Netrofil adalah sel darah putih yang mengandung vakuola yang berisi lisozim untuk menghancurkan organisme yang dimakannya (Chinabut et al.,


(44)

30

1991). Netrofil berfungsi untuk melawan penyakit bersama-sama dengan eosinofil yang disebabkan oleh organisme mikroseluler seperti bakteri dan virus. Persentase jumlah netrofil setelah perlakuan pakan tidak berbeda nyata (P>0,05) pada semua perlakuan. Jumlah netrofil setelah perlakuan pakan cenderung stabil. Setelah uji tantang dengan S. agalactiae persentase jumlah netrofil mengalami peningkatan. Selain itu setelah uji tantang, persentase jumlah netrofil pada perlakuan sinbiotik dan kontrol negatif berbeda nyata (P<0,05) dengan kontrol positif. Diduga peningkatan netrofil akibat adanya infeksi bakteri patogen yang menyebabkan produksi netrofil meningkat untuk melawan bakteri patogen. Menurut Brown (1987) peningkatan produksi netrofil terjadi secara bersamaan dengan kerja netrofil menuju jaringan daerah infeksi.

Fagositosis merupakan pertahanan pertama dari respon selular yang dilakukan oleh monosit (makrofag) dan granulosit (netrofil). Proses fagositosis meliputi tahap kemotaksis, tahap pelekatan, tahap penelanan, dan tahap pencernaan (Tizard, 1988). Indeks fagositik setelah perlakuan pakan pada perlakuan sinbiotik berbeda nyata (P<0,05) dengan kontrol positif dan kontrol negatif. Selain itu indeks fagositik setelah perlakuan pakan, pada perlakuan sinbiotik mengalami peningkatan. Indeks fagositik setelah diuji tantang dengan S. agalactiae pada perlakuan sinbiotik berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan kontrol positif dan kontrol negatif. Begitu pula kontrol positif berbeda nyata (P<0,05) dengan kontrol negatif. Carver (1994) menyatakan bahwa peningkatan kekebalan tubuh dapat diketahui dari peningkatan aktivitas sel fagositik.

Kualitas air dapat mempengaruhi komoditas perikanan yang dibudidayakan. Parameter kualitas air yang diamati meliputi suhu, DO, pH, dan amonia. Suhu perairan selama perlakuan pakan (Tabel 2) masih berada pada kisaran toleransi ikan nila yaitu 25-30oC (Khairuman dan Amri, 2008). Oksigen terlarut selama perlakuan pakan menunjukkan bahwa oksigen terlarut masih berada pada kisaran normal yaitu berkisar 4,06-5,70 mg/ℓ. Menurut Effendi (2003) kisaran oksigen

terlarut yang direkomendasikan minimal 3 mg/ℓ. Nilai pH selama perlakuan

pakan pada semua perlakuan berkisar 6,13-7,36. Nilai pH yang optimal untuk budidaya ikan nila yaitu 6,5-8,5 (Khairuman dan Amri, 2008). Amonia selama perlakuan pakan pada semua perlakuan yaitu berkisar 0,02-0,04 mg/ℓ. Menurut


(45)

31 Effendie (2003) kadar amonia pada perairan alami biasanya kurang dari 0,1 mg/ℓ.

Dapat disimpulkan kualitas air selama perlakuan pakan masih berada pada kisaran yang optimal untuk ikan nila.


(46)

IV.

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Pakan komersil menghasilkan pertumbuhan dan efisiensi pakan yang lebih tinggi dibandingkan pakan buatan. Aplikasi sinbiotik juga dapat meningkatkan efisiensi pakan baik pada pakan buatan maupun komersil walaupun belum menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik. Selain itu aplikasi sinbiotik dapat meningkatkan respon imun karena mampu mempertahankan kelangsungan hidup yang lebih tinggi sebesar 83,33% setelah diuji tantang dengan Streptococcus agalactiae dibandingkan kontrol positif sebesar 25%.

4.2 Saran

Sinbiotik yang terdiri dari probiotik NP5 (1%) dan prebiotik dari ubi jalar varietas sukuh (2%) dapat diaplikasikan melalui pakan untuk pencegahan penyakit streptococcosis akibat serangan Streptococcus agalactiae.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Adelina, Mokoginta, I., Affandi, R., Jusadi, D. 2000. Pengaruh kadar protein dan rasio energi protein pakan berbeda terhadap kinerja pertumbuhan benih ikan bawal air tawar Colossoma macropomum. J.II.Pert.Indo.Vol 9(2).

Affandi, R., dan Tang, U.M. 2002. Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru: Unri Press. Amlacher, E. 1970. Textbook of Fish Disease. DA Conroy, RL Herman

(Penerjemah). New York: TFH Publ. Neptune. 302 hlm.

Amrullah. 2004. Penggunaan imunostimulan Spirulina platensis untuk meningkatkan ketahanan tubuh ikan koi Cyprinus carpio terhadap virus herpes. [Tesis]. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor Anderson, D.P. and Siwicki, A.K. 1993. Basic hematology and serology for fish

health programs. Paper presented in second symposium on diseases in

Asian Aquaculture “Aquatic Animal Health and the Environment”. Phuket, Thailand. 25 – 29 thOctober 1993. hlm 185-202.

Angka, S.L. 2005. Kajian Penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS) Pada Ikan Lele Dumbo Clarias sp.: patologi, pencegahan dan pengobatannya dengan Fitofarmaka. [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Angka, S.L., Wongkar, G.T. Karwani, W. 1985. Blood picture and bacteria isolated from ulcered and crooked back Clarias batrachus. Biotrop Special Publishing (2). Biotrop, Bogor. 129 hlm.

Apriyantono, A., Fardiaz, D., Puspitasari, N.L., Sedarnawati, Budiyanti. 1989. Petunjuk Laboratorium Pengujian Pangan. Bogor: IPB Press.

Blaxhall, P.C. 1971. The Haematological Assesment of The Health of Fresh Water Fish. A Review of Selected Literature. Journal Fish Biology 4:593-608.

Blaxhall, P.C. and Daisley, K.W. 1973. Routine haemotological methods for use with fish blood. J. Fish Biol. 5:577-581.

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. Saunders College Publishing. Philadelphia. Brown, E.M. 1987. Darah dan Sumsum Tulang. Histologi Veteriner. Penerjemah:

R. Hartono. Jakarta: UI Press. Hal:108-143.

Carver, J.D. 1994. Dietary nucleotides: celluler immune, intestinal and hepatic system effects. Journal of Nutrition 124.


(48)

34

Chinabut, S., Limsuwan, C., Sawat, P.K. 1991. Histology of the walking catfish Clarias batrachus. Thailand: Department of Fisheries. 96 hlm.

Dellman, H.D. and Brown, E.M. 1989. Buku Teks Histologi Veteriner 1. Hartono (Penerjemah). UI Press. Jakarta.

Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Bogor: Yayasan Pustaka Nusantara. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan. Jakarta: Kanisius.

Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan: Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Jakarta: Rineka Cipta.

Huisman, E.A. 1987. Principles of fish production. Department of Fish Culture and Fisheries, Wageningen Agriculture University. Waganingen. Netherland.170p.

Khairuman dan Amri, K. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Jakarta: Agromedia Pustaka.

KKP. 2010. Kelautan dan perikanan dalam angka 2009. Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Lagler, K.F., Bardach, J.E., Miller, R.R., Passino, D.R.M. 1977. Ichthyology. John Wiley and Sonc Inc. New York-London.

Li, J., Beiping, T., Kangsen, M., 2009. Dietary probiotic Bacillus OJ and isomaltooligosaccharides influence the intestine microbial populations, immune responses and resistance to white spot syndrome virus in shrimp (Litopenaeus vannamei). Aquaculture 291: 35–40.

Lusiastuti, A.M., Supriyadi, H., Aryati, Y., Mufidah, T., Gardenia, L., Sumiati, T. 2009. Studi kasus: Streptococcosis pada ikan gurame disebabkan oleh Streptococcus iniae dan Streptococcus agalactiae. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Jakarta.

Mahious, A.S., Gatesoupe, F.J., Hervi, M., Metailler, R., Ollevier, F. 2006. Effect of dietary inulin and oligosaccharides as prebiotics for weaning turbot Psetta maxima (Linnaeus, C. 1758). Aquaculture Internasional 14 (3): 219-229.

Marthen, D.P. 2005. Gambaran darah ikan nila Oreochromis sp. yang diberi pakan lemak patin sebagai sumber lemak dalam pakan. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Muchtadi, D. 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Depdikbud, Dirjen Dikti. PAU IPB.


(49)

35

Nabib, R. dan Pasaribu, F.H. 1989. Patologi dan Penyakit Ikan. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Putra, A.N. 2010. Kajian Probiotik, prebiotik dan sinbiotik untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan nila Oreochromis niloticus. [Tesis]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Praditia, F.P. 2009. Pengaruh pemberian bakteri probiotik melalui pakan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang windu Penaeus monodon. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Roberts, R.J. and Richards, R.H. 1978. The Bacteriology of Teleost in Fish Pathology. Roberts RJ, editor. Bailliere Tindal Book Publ, London. Hlm:205-308.

Schrezenmeir, J. and Vrese, M. 2001. Probiotics, prebiotics and synbiotic-approaching a definition. American Journal of Clinical Nutrition, 73: 2; 361-364.

Takeuchi. 1988. Labrotary work-chemical evaluation of dietary nutriens. P:179-233. In Watanabe (Ed) Fish Nutrition and Mariculture. Kanagawa Internasional Fisheries Training. Japan International Cooperation Agency (JICA), Japan.

Tizard, I. 1988. Pengantar Imunologi Veteriner. Edisi kedua. Partodirejo M, Hardjosworo S, penerjemah. Surabaya: Airlangga Universitas Press. Terjemahan dari: An Introduction to Veterinary Immunology.

Utami, W.P. 2009. Efektivitas ekstrak paci-paci Leucas lavandulaefolia yang diberikan lewat pakan untuk pencegahan dan pengobatan penyakit MAS Motile Aeromonas Septicemia pada ikan lele dumbo Clarias sp. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Verschuere, L., Rombaut, G., Sorgeloos, P., Verstraete, W. 2000. Probiotic bacteria as biological control agents in aquaculture. Microbial Mol Biol rev. Vol 64:655-671.

Wang, B.Y. 2007. Effect of probiotics on growth performance and digestive enzyme activity of the shrimp Penaeus vannamei. Aquaculture 269: 259-264.

Wedemeyer, G.A. dan Yasutake, W.T. 1977. Clinical methods for the assessement of the effect environmental stress on fish health. Technical Papers Of The U.S. Fish and Wildfield Service. US. Depart. Of the Interior Fish and Wildlife Service. 89 : 1-17.


(50)

(51)

37

Lampiran 1. Komposisi pakan buatan dan pakan komersil

Pakan Buatan

Bahan pakan (%)

Tepung ikan 23.00

Tepung bungkil kedele 18.00

Tepung tapioka 16.00

Tepung polard 15.00

Tepung terigu 18.00

Vitamin C 1.00

Minyak ikan 3.00

Minyak sawit 2.00

Premix ayam 1.00

Probiotik 1.00

Prebiotik 2.00

Protein 23.57

Lemak 8.04

BETN 43.21

Pakan Komersil (FF 999)

Komposisi (%)

Protein kasar 38

Lemak kasar 2

Serat kasar 3

Abu kasar 13


(52)

38

Lampiran 2. Analisis statistik kelangsungan hidup (%) ikan nila selama perlakuan pakan

Tests of Between-Subjects Effects

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 575.000a 5 115.000 1.533 0.307

Intercept 102675.000 1 102675.000 1.369E3 0.000

Jenis 8.333 1 8.333 0.111 0.750

Perlakuan 350.000 2 175.000 2.333 0.178

Jenis * Perlakuan 216.667 2 108.333 1.444 0.308

Error 450.000 6 75.000

Total 103700.000 12

Corrected Total 1025.000 11

Duncan

Perlakuan N Subset

1

Kontrol positif 4 85.0000

Kontrol negatif 4 95.0000

Sinbiotik 4 97.5000


(53)

39

Lampiran 3. Analisis statistik kelangsungan hidup (%) ikan nila setelah uji tantang

Tests of Between-Subjects Effects

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 11504.370a 5 2300.874 14.204 0.003

Intercept 55577.796 1 55577.796 343.092 0.000

Jenis 23.130 1 23.130 0.143 0.719

Perlakuan 11434.898 2 5717.449 35.295 0.000

Jenis * Perlakuan 46.343 2 23.171 0.143 0.870

Error 971.944 6 161.991

Total 68054.111 12

Corrected Total 12476.315 11

Duncan

Perlakuan N Subset

1 2

Kontrol positif 4 25.0000

Sinbiotik 4 83.3325

Kontrol negatif 4 95.8325


(1)

63

Lampiran 27. Analisis statistik jumlah netrofil (%) ikan nila sebelum perlakuan

pakan

Tests of Between-Subjects Effects

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 0.000a 5 0.000 0.000 1.000

Intercept 675.000 1 675.000 1.350E3 0.000

Jenis 0.000 1 0.000 0.000 1.000

Perlakuan 0.000 2 0.000 0.000 1.000

Jenis * Perlakuan 0.000 2 0.000 0.000 1.000

Error 3.000 6 0.500

Total 678.000 12

Corrected Total 3.000 11

Duncan

Perlakuan N Subset

1

Kontrol + 4 7.5000

Kontrol - 4 7.5000

Sinbiotik 4 7.5000


(2)

64

Lampiran 28. Analisis statistik jumlah netrofil (%) ikan nila setelah perlakuan

pakan

Tests of Between-Subjects Effects

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 6.417a 5 1.283 0.467 0.790

Intercept 574.083 1 574.083 208.758 0.000

Jenis 0.083 1 0.083 0.030 0.868

Perlakuan 5.167 2 2.583 0.939 0.442

Jenis * Perlakuan 1.167 2 0.583 0.212 0.815

Error 16.500 6 2.750

Total 597.000 12

Corrected Total 22.917 11

Duncan

Perlakuan N Subset

1

Sinbiotik 4 6.0000

Kontrol + 4 7.2500

Kontrol - 4 7.5000


(3)

65

Lampiran 29. Analisis statistik jumlah netrofil (%) ikan nila setelah uji tantang

Tests of Between-Subjects Effects

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 133.417a 5 26.683 6.813 0.018

Intercept 1344.083 1 1344.083 343.170 0.000

Jenis 4.083 1 4.083 1.043 0.347

Perlakuan 127.167 2 63.583 16.234 0.004

Jenis * Perlakuan 2.167 2 1.083 0.277 0.768

Error 23.500 6 3.917

Total 1501.000 12

Corrected Total 156.917 11

Duncan

Perlakuan N Subset

1 2

Kontrol - 4 7.2500

Sinbiotik 4 9.5000

Kontrol + 4 15.0000


(4)

66

Lampiran 30. Analisis statistik indeks fagositik (%) ikan nila sebelum perlakuan

pakan

Tests of Between-Subjects Effects

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 3.553E-15a 5 7.105E-16 0.000 1.000

Intercept 2187.000 1 2187.000 486.000 0.000

Jenis 0.000 1 0.000 0.000 1.000

Perlakuan 0.000 2 0.000 0.000 1.000

Jenis * Perlakuan 0.000 2 0.000 0.000 1.000

Error 27.000 6 4.500

Total 2214.000 12

Corrected Total 27.000 11

Duncan

Perlakuan N Subset

1

Kontrol + 4 13.5000

Kontrol - 4 13.5000

Sinbiotik 4 13.5000


(5)

67

Lampiran 31. Analisis statistik indeks fagositik (%) ikan nila setelah perlakuan

pakan

Tests of Between-Subjects Effects

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 891.667a 5 178.333 14.658 0.003

Intercept 6533.333 1 6533.333 536.986 0.000

Jenis 33.333 1 33.333 2.740 0.149

Perlakuan 855.167 2 427.583 35.144 0.000

Jenis * Perlakuan 3.167 2 1.583 0.130 0.880

Error 73.000 6 12.167

Total 7498.000 12

Corrected Total 964.667 11

Duncan

Perlakuan N Subset

1 2

Kontrol - 4 16.7500

Kontrol + 4 18.0000

Sinbiotik 4 35.2500


(6)

68

Lampiran 32. Analisis statistik indeks fagositik (%) ikan nila setelah uji tantang

Tests of Between-Subjects Effects

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 1783.667a 5 356.733 24.888 0.001

Intercept 9976.333 1 9976.333 696.023 0.000

Jenis 0.333 1 0.333 0.023 0.884

Perlakuan 1764.667 2 882.333 61.558 0.000

Jenis * Perlakuan 18.667 2 9.333 0.651 0.555

Error 86.000 6 14.333

Total 11846.000 12

Corrected Total 1869.667 11

Duncan

Perlakuan N Subset

1 2 3

Kontrol - 4 17.0000

Kontrol + 4 24.0000

Sinbiotik 4 45.5000