Analisis Risiko Produksi Ayam Ras Pedaging Pada Peternakan Mitra Mutiara Sinar Abadi Di Kalimantan Timur

ANALISIS RISIKO PRODUKSI AYAM RAS PEDAGING
PADA PETERNAKAN MITRA MUTIARA SINAR
ABADI DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PUTRI NORMASARI FEBRIANI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko Produksi
Ayam Ras Pedaging pada Peternakan Mitra Mutiara Sinar Abadi di Provinsi
Kalimantan Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Putri Normasari Febriani
NIM H34110099

ABSTRAK
PUTRI NORMASARI F. Analisis Risiko Produksi Ayam Ras Pedaging pada
Peternakan Mitra Mutiara Sinar Abadi di Kalimantan Timur. Dibimbing oleh
ANNA FARIYANTI.
Ayam ras pedaging adalah salah satu hewan ternak yang memiliki potensi
untuk dikembangkan karena memiliki kontribusi terbesar untuk sektor peternakan.
Namun masih terdapat berbagai risiko yang dihadapi dalam menjalankan bisnis ini
terutama risiko produksi. Hal ini dibuktikan dengan adanya fluktuasi mortalitas
ayam ras pedaging pada setiap periode. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi, menganalisis probabilitas dan
dampak dari sumber risiko dan manajemen risiko alternatif yang dapat diterapkan
para peternak mitra PT Mutiara Sinar Abadi (MSA). Metode yang digunakan untuk
menghitung probabilitas dan dampak adalah z-score dan Value at Risk (VaR).
Sumber risiko pada peternakan mitra MSA terdiri dari cuaca, penyakit, predator

dan kualitas DOC. Probabilitas terbesar disebabkan karena cuaca sebesar 44.4%
dan penyakit sebesar 31.6%. Dampak terbesar yang disebabkan oleh penyakit yaitu
Rp 14 126 748. Hasil pemetaan risiko menunjukkan bahwa terdapat dua strategi
yaitu mitigasi dan preventif. Strategi preventif bertujuan mengurangi risiko yang
cuaca dan penyakit dengan meningkatkan biosekuriti ayam kandang dan
menambahkan kipas sedangkan strategi mitigasi bertujuan mengurangi penyakit
dengan melatih para peternak.
Kata kunci: Ayam ras pedaging, mitigasi, preventif, risiko produksi

ABSTRACT
PUTRI NORMASARI F. Risk Analysis of Broiler Production in Partner Farmers
Mutiara Sinar Abadi in Kalimantan Timur. Supervised by ANNA FARIYANTI.
Broiler is one of the farm animals that have the potential to be developed
because it has the largest contribution for the livestock sector. But, there is still a
wide range of risk faced in running this business especially in production section.
This has been proven by the broiler mortality fluctuation in each period. The
purpose of this research are to identify the sources of production risks, to analyzed
the probability and the impact of the risk’s sources and alternative risk management
that can be applied to the farmer PT Mutiara Sinar Abadi (MSA). The methods used
for calculating the probability and impact are z-score and Value at Risk (VaR). The

sources of risk on MSA consists of wheater, disease, predators and the quality of
DOC. The biggest probability, taken by both of weather 44.4% and disease 31.6%.
The biggest impact caused by diseases that is equal to Rp 14 126 748. Furthemore,
risk mapping results indicate that there are two strategies of mitigation and
preventive. Preventive strategies aimed at reducing the risks which are weather and
disease by improving biosecurity of chicken cage and added fan while the
mitigation strategies aimed at reducing the disease by training the farmer.
Keywords: broiler, mitigation, preventif, production risk

ANALISIS RISIKO PRODUKSI AYAM RAS PEDAGING
PADA PETERNAKAN MITRA MUTIARA SINAR
ABADI DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PUTRI NORMASARI FEBRIANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis


DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Ayam Ras Pedaging pada Peternakan Mitra
Mutiara Sinar Abadi di Provinsi Kalimantan Timur
Nama
: Putri Normasari Febriani
NIM
: H34110099

Disetujui oleh

Dr Ir Anna Fariyanti, MSi
Pembimbing

Diketahui oleh


Dr Ir Dwi Rachmina, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari dengan judul
Analisis Risiko Produksi Ayam Ras Pedaging pada Peternakan Mitra Mutiara Sinar
Abadi di Provinsi Kalimantan Timur
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Anna Fariyanti, MSi selaku
pembimbing. Ir. Narni Farmayanti M.Sc dan Etriya, SP, MM selaku dosen penguji.
Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Didi, Bapak
Saefuddin Tirta, Bapak Zamroni Yusro, Bapak Pujiyanto dan Ibu Abiyanti.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga,
atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015

Putri Normasari Febriani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Sumber – Sumber Risiko Produksi terhadap Peternakan dan Perikanan
Dampak Risiko Produksi terhadap Peternakan dan Perikanan
Strategi Manajemen Risiko Produksi terhadap Peternakan dan Perikanan
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
Analisis Dampak Risiko
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Profil Perusahaan
Proses Budidaya Ayam Ras Pedaging
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Sumber – Sumber Risiko Produksi
Analisis Probabilitas Sumber Risiko Produksi
Analisis Dampak Sumber Risiko Produksi
Pemetaan Risiko Produksi
Strategi Penanganan Risiko
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

ix

x
x
1
1
6
8
8
9
9
9
11
13
14
14
20
22
22
22
22
23

26
28
28
32
35
35
44
49
533
55
58
58
59
59

DAFTAR TABEL
1 Produksi daging, telur, dan susu nasional pada tahun 2010 – 2014*
2 Produksi daging nasional pada tahun 2010 – 2014 (000 ton)
3 Kontribusi ayam ras pedaging terhadap daging nasional pada tahun
2010 – 2014 (000 Ton)

4 Populasi ayam ras pedaging pada enam provinsi di Indonesia tahun
2010 – 2014 (000 ekor)
5 Konsumsi daging ayam ras pedaging terhadap total konsumsi daging
di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2009 - 2013
6 Populasi ternak di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2010 –
2014 (ekor)
7 Populasi ternak ayam ras pedaging di Provinsi Kalimantan Timur
pada tahun 2009 – 2013 (ekor)
8 Rata – rata mortalitas pada peternakan mitra PT Mutiara Sinar
Abadi pada bulan Maret 2014 – Maret 2015
9 Metode analisis untuk menjawab tujuan penelitian
10 Format pencatatan jumlah kematian ayam ras pedaging
11 Lokasi peternakan mitra PT Mutiara Sinar Abadi pada tahun 2014
12 Karakteristik peternak mitra PT MSA
13 Kondisi kandang pada masing – masing peternakan
14 Jumlah kematian ayam akibat sumber cuaca pada peternak mitra
PT MSA
15 Jumlah kematian ayam akibat sumber predator pada peternak mitra
PT MSA
16 Jumlah kematian ayam akibat sumber penyakit pada peternak mitra

PT MSA
17 Jumlah kematian ayam akibat sumber risiko kualitas DOC pada
peternak mitra PT MSA
18 Hasil perhitungan probabilitas akibat sumber risiko cuaca pada
peternak mitra PT MSA
19 Hasil perhitungan probabilitas akibat sumber risiko penyakit pada
peternak mitra PT MSA
20 Hasil perhitungan probabilitas akibat sumber risiko predator pada
peternak mitra PT MSA
21 Hasil perhitungan probabilitas akibat sumber risiko kualitas DOC
pada peternak mitra PT. MSA
22 Hasil analisis perhitungan dampak akibat sumber risiko cuaca pada
peternak mitra PT MSA
23 Hasil analisis perhitungan dampak akibat sumber risiko penyakit
pada peternak mitra PT MSA
24 Hasil analisis perhitungan dampak akibat sumber risiko predator
pada peternak mitra PT MSA
25 Hasil analisis perhitungan dampak akibat sumber risiko kualitas
DOC
26 Analisis perhitungan status sumber risiko pada peternak mitra
PT MSA

1
2
2
3
4
4
5
7
23
24
28
31
32
36
38
42
43
45
46
47
48
49
50
51
52
53

DAFTAR GAMBAR
1 Rata - rata mortalitas pada peternakan mitra PT Mutiara Sinar
Abadi periode Maret 2014 – 2015 (persen)
7
2 Peta Preventif
18
3 Peta Mitigasi
18
4 Kerangka pemikiran operasional penelitian analisis risiko produksi 21
5 Peta Risiko
26
6 Struktur Organisasi PT Mutiara Sinar Abadi
29
7 Kematian ayam akibat ascites
36
8 Kematian ayam akibat kaki kering
366
9 Kematian ayam akibat predator
38
10 Kematian ayam akibat bakteri E.Coli
40
11 Kaki ayam yang terkena Atrhritis sebelum dibedah (kiri) dan
setelah dibedah (kanan)
40
12 Trakea kemerahan akibat Chronic Respiratory Disease (CRD)
40
13 Kematian ayam akibat penyakit Snot
41
14 DOC kerdil
43
15 Peta risiko pada peternak mitra PT MSA
54
16 Alternatif Strategi Preventif
57
17 Alternatif Strategi Mitigasi
58

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data jumlah kematian ayam pada peternakan Thomas Prakoso
periode Maret 2014 – Maret 2015
2 Data jumlah kematian ayam pada peternakan Saefuddin Tirata
periode Maret 2014 – Maret 2015
3 Data jumlah kematian ayam ras pedaging pada peternakan
Thomas Prakoso pada periode Februari – Maret 2015
4 Data jumlah kematian ayam ras pedaging pada peternakan
Saefuddin Tirta pada periode Februari – Maret 2015

62
62
63
64

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berkontribusi terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Kontribusi sektor pertanian pada Produk
Domestik Bruto (PDB) tahun 2014 yaitu sebesar Rp 1 446 722.3 Miliar rupiah yang
menempati urutan kedua setelah industri pengolahan (BPS 2015). Meskipun sektor
pertanian memberikan kontribusi terbesar kedua setelah industri pengolahan namun
sektor pertanian merupakan sektor penting bagi industri pengolahan karena sektor
pertanian merupakan sumber bahan baku bagi sektor industri pengolahan.
Sektor pertanian terdiri atas beberapa subsektor yaitu tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, perikanan, dan peternakan. Salah satu subsektor yang
memiliki potensi untuk dikembangkan adalah subsektor peternakan. Hal tersebut
disebabkan karena peternakan merupakan sumber protein yang sangat dibutuhkan
bagi tubuh manusia untuk melakukan berbagai aktivitas. Selain itu kotoran dari
hewan peternakan juga dapat digunakan sebagai pupuk bagi subsektor tanaman
pangan, hortikultira, dan perkebunan. Terdapat tiga jenis hasil produksi subsektor
peternakan yaitu daging, telur dan susu. Adapun produksi daging, telur dan susu
nasional pada tahun 2010 – 2014 akan dijelaskan secara rinci pada Tabel 1.
Tabel 1 Produksi daging, telur, dan susu nasional pada tahun 2010 – 2014*
Produksi
Daging
Telur
Susu

2010

2011

2012

2 366.2
1 366.2
909.5

2 554.2
1 456.3
974.7

2 666.1
1 628.7
959.7

2013

2014*

2 882
1 728.3
786.8

2 962.6
1 812.8
798.4

Pertumbuhan
rata - rata
(%)
5.80
7.35
-2.72

Catatan *Angka Sementara
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (2015)

Tabel 1 memperlihatkan bahwa produksi daging memiliki kontribusi yang
paling besar jika dibandingkan dengan telur dan susu. Pada tahun 2010 – 2014
jumlah produksi daging selalu mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan adanya rata – rata pertumbuhan produksi daging pada tahun
2010 – 2014 sebesar 5.80 persen. Terdapat berbagai jenis daging yang di produksi
di Indonesia yaitu sapi, kerbau, kambing, domba, babi, kuda, ayam buras, ayam
petelur, ayam pedaging, itik, itik manila, kelinci, burung puyuh, dan merpati.
Namun tidak semua jenis hewan memberikan kontribusi yang besar pada subsektor
peternakan. Terdapat lima jenis daging yang memberikan kontribusi paling besar
terhadap subsektor peternakan yaitu sapi potong, ayam ras pedaging, kambing,
ayam buras, dan babi. Kelima jenis daging tersebut memberikan kontribusi paling
besar selama lima tahun terakhir. Bahkan terjadi pertumbuhan jumlah produksi
setiap tahunnya. Hal tersebut terbukti dengan adanya persentase rata – rata
pertumbuhan jumlah produksi pada tahun 2010 – 2014. Jumlah produksi daging
nasional pada tahun 2010 – 2014 akan dijelaskan secara rinci pada Tabel 2.

2
Tabel 2 Produksi daging nasional pada tahun 2010 – 2014 (000 ton)
Jenis
Sapi Potong
Ayam Ras
Pedaging
Kambing
Ayam Buras
Babi

2010

2011

2012

2013

2014*

Pertumbuhan
rata - rata
(%)

436.5

485.3

508.9

504.8

540

5.55

1 214.3

1 337.9

1 400.5

1 497.9

1 524.9

5.90

68.8
267.6
212

66.3
264.8
224.8

65.2
267.5
232.1

65.2
319.5
298.4

67.9
332.1
311.1

-0.29
5.84
10.53

Catatan *Angka Sementara
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (2015)

Tabel 2 menunjukkan bahwa ayam ras pedaging memiliki kontribusi yang
paling besar jika dibandingkan jenis daging lainnya. Produksi ayam pedaging setiap
tahunnya mengalami peningkatan hingga mencapai 1 524 900 ton pada tahun 2014,
meningkat 27 000 ton dari tahun sebelumnya. Adapun rata – rata pertumbuhan
ayam ras pedaging pada tahun 2010 hingga tahun 2014 yaitu mencapai 5.90 persen.
Selain itu daging ayam ras pedaging juga memberikan kontribusi paling besar
terhadap produksi daging nasional. Hal ini dapat dilihat dari persentase kontribusi
produksi daging ayam ras pedaging terhadap produksi daging nasional yang akan
dijelaskan secara rinci pada Tabel 3.
Tabel 3 Kontribusi ayam ras pedaging terhadap daging nasional pada tahun 2010
– 2014 (000 Ton)
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014*
Pertumbuhan rata –
rata (%)

Produksi Daging
Ayam Ras Pedaging
1 214.3
1 337.9
1 400.5
1 497.9
1 524.9
5.90

Produksi Daging Kontribusi
(%)
Nasional
2 366.2
51.31
2 554.2
52.38
2 666.1
52.52
2 882
51.97
2 982.6
51.12
5.97

Catatan *Angka Sementara
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (2015)

Tabel 3 memperlihatkan bahwa setiap tahunnya daging ayam ras pedaging
memiliki kontribusi terbesar. Lebih dari setengah supply daging nasional berasal
dari ayam ras pedaging. Setiap tahunnya produksi daging ayam ras pedaging
mengalami peningkatan. Hal itu terlihat dengan adanya rata – rata pertumbuhan
produksi daging ayam ras pedaging pada tahun 2010 – 2014 sebesar 5.90 persen.
Peningkatan produksi ayam ras pedaging mengindikasikan bahwa kebutuhan
konsumen terhadap ayam ras pedaging selalu bertambah setiap tahunnya. Hal ini

3
disebabkan oleh sifat dari ayam ras pedaging yang memiliki kualitas daging yang
bergizi, konversi pakan yang relatif kecil, pertumbuhan yang cepat, bobot yang
tinggi dalam waktu yang relatif pendek, serta siap potong di usia muda (Fitri 2014).
Oleh sebab itu ayam ras pedaging memiliki potensi yang cukup besar untuk
dikembangkan. Peningkatan produksi daging ayam ras pedaging setiap tahunnya
berbanding lurus dengan jumlah populasi ayam ras pedaging sehingga populasi
ayam ras pedaging perlu untuk ditingkatkan pula.
Berdasarkan data Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, pada
tahun 2014 terdapat enam provinsi yang memberikan kontribusi populasi ayam ras
pedaging terbanyak di Indonesia yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Banten, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Jumlah populasi ayam ras
pedaging pada enam provinsi akan dijelaskan secara rinci pada Tabel 4.
Tabel 4 Populasi ayam ras pedaging pada enam provinsi di Indonesia tahun 2010
– 2014 (000 ekor)
Provinsi

2010

Jawa Barat
Jawa
Tengah
Jawa
Timur
Banten
Kalimantan
Selatan
Kalimantan
Timur

497 814
64 332
56 993

2011

2012

Pertumbuhan
rata - rata
(%)

2013

2014*

645 229

744 833

10.69

76 906

103 964

104 436

13.12

149 552 155 945

162 296

163 919

42.89

583 263 610 436
66 239

41 146

52 272

54 151

61 230

67 764

13.56

39 947

43 647

40 603

51 860

63 669

13.07

38 993

36 510

39 474

48 177

50 586

7.05

Catatan *Angka sementara
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (2015)

Pada Tabel 4 memperlihatkan bahwa pulau Kalimantan memberikan
kontribusi yang besar setelah pulau Jawa diantaranya adalah Provinsi Kalimantan
Selatan dan Kalimantan Timur. Selama lima tahun terakhir terjadi peningkatan
jumlah populasi ayam ras pedaging di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat pada
persentase pertumbuhan populasi ayam ras pedaging pada tabel diatas. Namun
terdapat provinsi yang memiliki persentase pertumbuhan yang kecil dibandingkan
dengan lima provinsi lainnya. Provinsi tersebut adalah Provinsi Kalimantan Timur.
Kalimantan Timur memiliki tingkat persentase pertumbuhan populasi yang rendah
jika dibandingkan dengan lima provinsi lainnya yaitu sebesar 7.05 persen. Pada
tahun 2011 terjadi penurunan populasi ayam ras pedaging sebesar 2 483 000 ekor
dibandingkan tahun sebelumnya dan meningkat kembali pada tahun 2012 – 2014.
Penurunan jumlah populasi dan rendahnya persentase rata – rata pertumbuhan
mengindikasikan adanya risiko dalam menjalankan bisnis ayam ras pedaging.
Meskipun terjadi penurunan jumlah populasi ayam ras pedaging di Provinsi
Kalimatan Timur pada tahun 2011 hal tersebut tidak menyebabkan konsumsi
masyarakat Kalimantan Timur terhadap daging ayam ras pedaging mengalami

4
penurunan. Bahkan jumlah konsumsi daging ayam ras pedaging pada tahun 2009 –
2013 terus mengalami peningkatan. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya rata –
rata pertumbuhan jumlah konsumsi daging ayam ras pedaging mulai tahun 2009
hingga 2013. Adapun jumlah konsum daging ayam ras pedaging terhadap total
konsumsi daging di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2009 – 2013 akan
dijelaskan secara rinci pada Tabel 5.
Tabel 5 Konsumsi daging ayam ras pedaging terhadap total konsumsi daging di
Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2009 - 2013
Konsumsi daging ayam
ras pedaging (ton)

Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
Pertumbuhan
rata – rata (%)

33 144.2
34 193.4
36 628.1
38 510.7
48 049.1

Konsumsi daging
Kontribusi
seluruh jenis ternak
(%)
(ton)
46 929.5
70.63
50 194.4
68.12
54 529.9
67.17
58 954.7
65.32
68 048.5
70.61

10.05

9.78

Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur (2015)

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa daging ayam ras pedaging memberikan
kontribusi paling besar terhadap daging seluruh jenis ternak. Selain itu konsumsi
daging ayam ras pedaging setiap tahunnya mengalami peningkatan. Adapun rata –
rata pertumbuhan konsumsi daging ayam ras pedaging pada tahun 2009 hingga
tahun 2013 mencapai 10.05 persen. Pada tahun 2013 tercatat 70.61 persen daging
yang dikonsumsi berasal dari daging ayam ras pedaging. Hal ini menunjukkan
bahwa ayam ras pedaging memiliki potensi untuk dikembangkan. Peningkatan
konsumsi daging mengindikasikan adanya peningkatan jumlah populasi ternak
setiap tahunnya. Jumlah populasi ternak di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun
2010 – 2014 akan dijelaskan secara rinci pada Tabel 6.
Tabel 6 Populasi ternak di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2010 – 2014
(ekor)
Tahun
Sapi
Sapi
Perah
Kerbau
Kambing
Domba
Babi
Kuda

2009

2010

2011

101 176

108 460

13 374
63 295
930
87 568
124

Pertumbuhan
rata - rata
(%)

2012

2013

98 699

108 648

114 735

3.19

32

45

49

50

16.04

13 690
65 741
894
95 001
129

9 985
61 691
379
95 463
102

10 057
62 288
487
88 154
100

8 981
61 301
273
91 722
68

- 9.48
- 0.80
- 26.39
1.17
- 13.94

Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur (2015)

5
Tabel 6

Populasi ternak di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2010 –
2014(ekor) (lanjutan)

Tahun
Ayam
Buras
Ayam
Petelur
Ayam
Pedaging
Itik
Kelinci
Puyuh
Merpati
Itik
Manila

2009

Pertumbuhan
rata - rata
(%)

2010

2011

2012

2013

4 312 760

5 228 734

5 684 150

6 154 992

7 129 609

13.39

1 370 150

1 220 762

1 342 572

1 587 496

1 227 205

- 2.72

39 485 000

36 510 354

38 598 468

41 255 740

48 177 509

5.10

192 559
-

218 893
-

223 820
-

218 479
10 468
6 500
1 057

222 103
11 301
7 500
1 727

3.58
0.00
0.00
0.00

-

-

-

740

7 407

0.00

Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur (2015)

Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa ayam ras pedaging memiliki kontribusi
yang paling besar jika dibandingkan dengan populasi ternak lainnya. Pada tahun
2009 – 2014 terjadi pertumbuhan rata – rata jumlah populasi ayam ras pedaging di
Provinsi Kalimantan Timur yakni mencapai 5.10 persen. Kalimantan Timur
memiliki 14 Kabupaten/Kota yang menghasilkan ayam ras pedaging. Populasi
ternak ayam ras pedaging di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2013 akan
dijelaskan secara rinci pada Tabel 7.
Tabel 7 Populasi ternak ayam ras pedaging di Provinsi Kalimantan Timur pada
tahun 2009 – 2013 (ekor)
Kabupaten /
Kota
Paser
Kutai Barat
Kutai
Kartanegara
Kutai Timur
Berau
Malinau
Bulungan
Nunukan
Penajam
Paser Utara
Tana Tidung
Balikpapan
Samarinda
Tarakan
Bontang
Total

2009

2010

2011

2012

2013

Pertumbuhan
rata - rata
(%)

172 645
145 400

2 100 000
148 000

2 050 000
153 348

1 993 350
153 631

1 831 500
149 987

275.78
0.80

6 719 909

9 675 105

9 700 841

10 670 925

11 239 605

14.89

324 117
1 611 388
0
542 000
20 440

408 393
1 509 572
196 300
565 248
21 480

1 821 500
1 748 238
229 747
586 072
19 050

1 903 693
2 335 500
229 747
595 138
44 300

1 825 000
1 721 658
25 218
576 072
329 750

93.10
4.20
-23.99
1.58
192.67

15 500

16 250

35 191

40 705

68 400

51.28

5 500
12 761 831
14 160 870
1 849 800
1 155 600

5 775
8 761 831
9 378 910
1 942 290
1 781 200

14 065
9 519 240
8 640 860
2 299 116
1 781 200

18 400
9 388 800
8 881 634
3 218 717
1 781 200

53 477
15 806 425
8 118 500
3 390 250
3 041 667

92.50
11.07
-11.86
17.17
31.23

39 485 000

36 510 354

38 598 468

41 255 740

48 177 479

Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur (2015)

6
Tabel 7 memperlihatkan bahwa pada tahun 2009 Kota Samarinda memiliki
populasi ternak ayam ras pedaging terbesar dibandingkan dengan kota atau
kabupaten lainnya. Namun terjadi tren penurunan secara signifikan mulai tahun
2010 - 2013. Penurunan tren dapat dilihat dari persentase pertumbuhan rata - rata
populasi ayam ras pedaging pada tahun 2009 – 2013. Kota Samarinda memiliki
persentase pertumbuhan sebesar -11.86 persen. Penurunan jumlah populasi ayam
ras pedaging di Kota Samarinda mengindikasikan adanya risiko yang dialami oleh
para pelaku usaha. Meskipun populasi ayam ras pedaging di Kota Samarinda
mengalami penurunan namun pada tahun 2013 kota Samarinda tetap menyumbang
populasi ternak ayam ras pedaging yang cukup besar setelah Kutai Kartanegara dan
Balikpapan.
Para peternak khususnya ayam ras pedaging masih memiliki kendala pada
modal yang terbatas sehingga untuk membantu kegiatan usaha para peternak
tersebut mulai berkembang perusahaan mitra. Gabungan antara peternak dan
perusahaan mitra bertujuan meningkatkan pendapatan, meningkatkan kualitas
sumberdaya dan meningkatkan skala usaha peternak maupun perusahaan. Selain itu
juga meminimalisir risiko yang dihadapi (Fitri 2014). Meskipun telah melakukan
kemitraan, para peternak masih dihadapkan pada risiko. Risiko yang biasa
ditemukan oleh para peternak ayam ras pedaging adalah risiko produksi karena
proses budidaya dipengaruhi oleh faktor alam dan prosesnya tidak singkat
(Simanjuntak 2013). Indikator adanya risiko produksi adalah jumlah kematian
ayam selama satu periode. Semakin tinggi jumlah kematian ayam mengindikasikan
semakin besar risiko yang dihadapi. Hal ini mengakibatkan penerimaan pada
peternak menjadi semakin berkurang. Berdasarkan hasil penelitian Fitri (2014)
terdapat peternak di Dramaga Unggas Farm (DUF) yang memiliki tingkat
mortalitas sebesar 16.2 persen. Tingginya tingkat mortalitas salah satunya
disebabkan karena sumber risiko penyakit yaitu penyakit Gumboro dan coryza.
Sumber risiko penyakit merupakan sumber risiko yang selalu dihadapi oleh para
peternak. Apabila para peternak mampu mengelola kemungkinan risiko yang
dihadapi maka para peternak dapat mengurangi tingkat kerugian dan meningkatkan
penerimaan. Manajemen risiko adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk
menangani berbagai permasalahan yang disebabkan karena adanya risiko sehingga
para peternak dapat mengambil keputusan terbaik untuk minimalisir kerugian yang
dihadapi. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian mengenai analisis risiko
produksi peternakan ayam ras pedaging untuk membantu para peternak mengurangi
kerugian yang dialami.

Perumusan Masalah
Adanya kendala dalam melakukan usaha ayam ras pedaging menyebabkan
para peternak lebih memilih untuk melakukan kemitraan dengan perusahaan mitra
ayam ras pedaging. Oleh sebab itu dewasa ini pola kemitraan mulai berkembang.
Pola kemitraan yang banyak bermunculan adalah pola kemitraan inti – plasma. Pola
kemitraan inti – plasma adalah hubungan mitra antara usaha kecil yakni para
peternak sebagai plasma dengan usaha menengah atau besar yakni perusahaan mitra
sebagai intinya.

7
PT. Mutiara Sinar Abadi (PT MSA) merupakan salah satu perusahaan inti
yang bergerak di peternakan ayam ras pedaging yang berada di Kalimantan Timur.
Pada tahun 2014 PT Mutiara Sinar Abadi mampu melakukan kerjasama dengan 112
peternak mitra yang tersebar di daerah Samarinda dan sekitarnya. Terdapat 16
wilayah peternak mitra Mutiara Sinar Abadi yaitu Loa Duri, Tanah Datar, Loa Raya
Tenggarong, Batu Besaung, Sungai Mariam, Parangat, Batu Muara Badak, Kutai
Lama, Loa Janan, Loa Kulu, Parangat, Berambai, Palaran, Marang Kayu,
Tenggarong Sebrang, dan Pada Idi. Para peternak mitra PT MSA masih dihadapkan
dengan berbagai risiko terutama pada risiko produksi. Adanya risiko produksi
ditunjukkan dengan fluktuasi rata - rata mortalitas ayam ras pedaging. Hal tersebut
dijelaskan secara rinci pada Tabel 8.
Tabel 8 Rata – rata mortalitas pada peternakan mitra PT Mutiara Sinar Abadi pada
bulan Maret 2014 – Maret 2015
Bulan

Mortalitas (%)

Maret 2014
April 2014
Mei 2014
Juni 2014
Juli 2014
Agustus 2014
September 2014
Oktober 2014
November 2014
Desember 2014
Januari 2015
Februari 2015

6.76
8.32
7.22
7.53
10.69
8.70
16.59
8.85
5.64
8.32
12.78
5.63

Pada Tabel 8 memperlihatkan bahwa pada bulan Maret 2014 – Maret 2015
terjadi fluktuasi rata – rata mortalitas ayam ras pedaging pada peternakan mitra.
Adanya fluktuasi tersebut mengindikasikan adanya risiko produksi yang dialami
oleh para peternak. Untuk memperjelas adanya fluktuasi rata – rata mortalitas pada
peternakan mitra PT MSA pada periode Maret 2014 – Maret 2015 akan
diperlihatkan pada Gambar 1.
20
15
10
5
0

Mortalitas Rate (%)

Gambar 1 Rata - rata mortalitas pada peternakan mitra PT Mutiara Sinar Abadi
periode Maret 2014 – 2015 (persen)

8
Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa terjadi fluktasi rata – rata mortalitas
setiap bulannya. Adanya fluktuasi mortalitasi disebabkan oleh berbagai sumber
risiko. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Simanjuntak (2013) tingginya
tingkat mortalitas ayam ras pedaging disebabkan karena adanya faktor cuaca,
gangguan lingkungan, penyakit, hama dan predator. Berbeda halnya dengan Fitri
(2013) yang mengidentifikasi sumber risiko menjadi tujuh sumber risiko yaitu
cuaca, predator, kepadatan kandang, layout kandang, pascavaksinasi, kaki kering
dan penyakit. Setiap peternakan memiliki sumber risiko yang berbeda – beda. Oleh
sebab itu pada penelitian ini perlu mengidentifikasi mengenai sumber – sumber
risiko yang sesuai dengan kondisi peternakan mitra PT MSA, kemudian
menganalisis seberapa besar probabilitas dan dampak yang ditimbulkan dari masing
– masing sumber risiko yang telah diidentifikasi sehingga dapat menentukan
manajemen risiko yang mungkin dapat diterapkan oleh para peternak mitra.
Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam
penelitian ini adalah :
1. Apakah sumber – sumber risiko produksi ayam ras pedaging yang sesuai
dengan kondisi peternakan mitra PT. Mutiara Sinar Abadi di Palaran ?
2. Bagaimana probabilitas dan dampak risiko produksi ayam ras pedaging pada
peternakan mitra PT Mutiara Sinar Abadi berdasarkan sumber – sumber yang
telah diidentifikasi ?
3. Bagaimana alternatif manajemen risiko yang dapat diterapkan oleh peternak
mitra PT. Mutiara Sinar Abadi untuk meminimalisir risiko produksi ayam ras
pedaging ?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
penelitian ini bertujuan :
1. Mengidentifikasi dan menganalisis sumber – sumber risiko produksi ayam ras
pedaging yang yang sesuai dengan kondisi peternakan mitra PT. Mutiara Sinar
Abadi di Palaran
2. Menganalisis probabilitas dan dampak risiko produksi ayam ras pedaging
pada peternakan mitra PT Mutiara Sinar Abadi berdasarkan sumber – sumber
yang telah diidentifikasi dan dianalisis
3. Menganalisis alternatif manajemen risiko yang dapat dilakukan oleh peternak
mitra PT. Mutiara Sinar Abadi di Palaran untuk meminimalisir risiko produksi
ayam ras pedaging

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu :
1. Menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil strategi untuk mengendalikan
risiko yang dihadapi oleh para peternak yang menjadi responden
2. Menambah informasi para pembaca mengenai risiko produksi khususnya pada
usaha peternakan ayam ras pedaging

9
3. Menjadi wadah bagi penulis untuk menerapkan teori risiko agribisnis yang
telah dipelajari selama perkuliahan.
Ruang Lingkup Penelitian
Komoditi yang dikaji dalam penelitian ini adalah ayam ras pedaging yang
dibudidayakan oleh para peternak Mutiara Sinar Abadi yang berlokasi di Palaran
Provinsi Kalimantan Timur. Terdapat dua peternakan yang diteliti yaitu peternakan
Thomas Prakoso dan Saefuddin Tirta. Penelitian ini menggunakan data produksi
pada setiap peternakan selama enam periode dimulai pada bulan Maret 2014 –
Maret 2015. Data tersebut terdiri dari jumlah DOC, data hasil panen, data mortalitas
dan data penyebab kematian ayam pada setiap risiko

TINJAUAN PUSTAKA
Sumber – Sumber Risiko Produksi terhadap Peternakan dan Perikanan
Melakukan usaha pada sektor pertanian memiliki risiko yang sangat tinggi
jika dibandingkan sektor lainnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya fluktuasi
hasil produksi pada setiap periode. Fluktuasi hasil produksi dapat disebabkan oleh
berbagai faktor yang sulit dikendalikan. Faktor – faktor tersebut dapat didefinisikan
sebagai sumber – sumber yang menyebabkan risiko usaha pada sektor pertanian.
Hal serupa juga dikemukakan oleh Simanjuntak (2013) yaitu kegiatan pertanian
tidak dapat menentukan secara pasti jumlah hasil produksi dengan penggunaan
input tertentu. Hal ini berbeda dengan kegiatan manufaktur dimana para pelaku
usaha dapat memastikan penggunan input dan output yang diperoleh.
Faktor – faktor teknis seperti cuaca, predator, dan penyakit menjadi sumber
risiko utama pada usaha produksi komoditas pertanian. Salah satu subsektor
pertanian yang mengalami risiko produksi adalah subsektor peternakan. Kegiatan
usaha yang berhubungan dengan makhluk hidup, kondisi alam yang tidak dapat
diprediksi serta timbulnya berbagai jenis penyakit menyebabkan subsektor
peternakan selalu dihadapkan dengan risiko.
Subsektor peternakan terdiri atas berbagai jenis hewan salah satunya adalah
ayam ras pedaging. Adanya risiko dalam menjalankan bisnis ayam ras pedaging
menyebabkan banyak penelitian mengenai ayam ras pedaging. Namun dari
beberapa penelitian diketahui bahwa faktor cuaca merupakan sumber risiko yang
selalu ada dalam melakukan usaha pada ayam ras pedaging. Perubahan cuaca yang
tidak dapat diprediksi menyebabkan suhu di kandang menjadi tidak sesuai. Hal ini
sangat dirasakan oleh para peternak mitra Dramaga Unggas Farm pada penelitian
Fitri (2014) . Perubahan cuaca yang yang sangat ekstrim yakni suhu saat siang hari
yang tinggi dan malam hari yang dingin menyebabkan kematian ayam secara
mendadak selain itu pula tingginya curah hujan menyebabkan kematian ayam.
Hujan mengakibatkan lantai yang dilapisi sekam menjadi lembab. Kondisi ini
menyebabkan bulu ayam menjadi rusak. Bulu ayam yang rusak akan menyebabkan
ayam kedinginan dan lama kelamaan mati (Simanjuntak 2013). Berdasarkan pada
penelitian yang dilakukan oleh Simanjuntak (2013) Faktor cuaca menyebabkan

10
kematian pada peternakan di Kecamatan Pamijahan Bogor sebesar 20 hingga 32
persen dari jumlah kematian ayam pada selama satu periode. Selain itu faktor cuaca
menyebabkan nafsu makan menurun sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan
ayam. Kematian lain yang disebabkan karena faktor cuaca adalah meningkatnya
gas amoniak yang ada di dalam kandang sehingga ayam mengalami keracunan.
Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Butarbutar (2014)
mengenai risiko produksi ayam kampung di Jimmy’s Farm Kabupaten Cianjur
Jawa Barat. Cuaca mempengaruhi suhu udara di dalam kandang. Suhu udara di
dalam kandang yang berubah – ubah membuat pertumbuhan bobot ayam menjadi
beragam. Kondisi ini tidak dapat dihindari oleh para peternak sehingga keuntungan
yang diperoleh para peternak menjadi berkurang.
Selain itu pada penelitian Nugraha (2011) yang melakukan penelitian di
Dramaga Unggas Farm Kabupaten Bogor menemukan bahwa sumber risiko jumlah
DOC, pakan, pemanas, dan tenaga kerja ternyata berpengaruh terhadap
produktivitas ayam broiler peternakan tersebut. Sedangkan sumber risiko protect
Enro, Neocamp, dan vaksin tidak berpengaruh terhadap produktivitas ayam broiler.
Tidak hanya ayam, Faktor cuaca juga menjadi risiko pada usaha ikan hias.
Salah satunya terdapat pada PT. Qoan Hu Joe Aquatic Indonesia yang dilakukan
oleh Hermawan (2013). Kondisi cuaca yang sulit untuk diprediksi mengakibatkan
pertumbuhan ikan hias menjadi terganggu. Suhu udara yang tinggi saat musim
kemarau akan mempengaruhi suhu udara di dalam akuarium. Kurangnya
kemampuan ikan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan suhu air di dalam
akuarium menjadikan pertumbuhan ikan menurun. Sedangkan pada musim hujan
suhu udara menjadi menurun dan berimplikasi terhadap suhu di dalam akuarium.
Suhu yang rendah mengakibatkan nafsu makan ikan menurun.
Selain cuaca, faktor lain yang memiliki pengaruh besar terhadap peternakan
adalah penyakit. Menurut Hermawan (2013) yang melakukan penelitian mengenai
ikan di PT. Qoan Hu Joe Aquatic Indonesia, penyebab timbulnya penyakit pada
ikan disebabkan karena tiga faktor yaitu kondisi tubuh ikan yang kurang baik,
lingkungan pemeliharaan yang kurang baik dan patogen atau hewan lain pembawa
penyakit. Ketiga faktor tersebut mempunyai hubungan yang erat. Apabila salah satu
faktor terjadi maka penyakit akan menyerang ikan.
Selain ikan, ayam juga rentan terhadap penyakit. Penyakit merupakan sumber
utama yang menyebabkan kematian terbanyak pada peternakan ayam. Terdapat
berbagai jenis penyakit yang menyerang peternakan ayam ras pedaging. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2014) sebesar 57 persen kematian ayam
disebabkan karena penyakit. Jenis penyakit yang menyebabkan kematian terbanyak
yaitu Infectious Bursal Disease (gumboro) dengan ciri – ciri bintik merah pada
bagian bursal. Selain penyakit gumboro, penyakit New Castle Disease (ND) juga
merupakan penyakit yang menyebabkan kematian terbanyak pada peternak
Butarbutar (2014). Pada periode sembilan atau pada bulan Desember 2012
sebanyak 3300 ekor atau 64.07 persen ayam mati akibat terserang penyakit
terutama penyakit ND. Terdapat persamaan jenis penyakit antara penelitian yang
dilakukan oleh Fitri (2014), Simanjuntak (2013), dan David (2013) yaitu adanya
penyakit Coryza (Snot) dengan ciri – ciri pembengkakan pada wajah dan radang
bagian kelopak mata.
Predator merupakan salah satu sumber risiko yang ada pada peternakan ayam
ras pedaging. Terdapat persamaan jenis predator yang menyerang pada peternakan

11
yang diteliti Simanjuntak (2013), Fitri (2014), dan Priyambada (2013) yaitu musang
dan kucing. Kondisi kandang yang berada di lahan terbuka dan jauh dari
pemukiman memungkinkan predator menyerang ayam. Predator biasa aktif pada
malam hari. Hal ini menyebabkan anak kandang kesulitan mencegah serangan
predator. Selain itu predator biasa memangsa pada usia ayam dibawah dua minggu
karena ukuran ayam yang kecil sehingga ayam kesulitan untuk melakukan
perlawanan terhadap predator sedangkan untuk ayam yang berusia diatas dua
minggu memiliki bobot yang lebih besar sehingga predator kesulitan untuk
memangsa (Fitri 2014). Selain predator, Simanjuntak (2013) menambahkan bahwa
pada peternakan di Kecamatan Pamijahan Bogor terdapat faktor hama yang
mengganggu. Hama yang mengganggu adalah kutu dan tungau. Meskipun hama
tidak menyebabkan kematian secara langsung namun keberadaan hama
menyebabkan ayam menjadi gelisah, nafsu makan menurun yang mengakibatkan
ayam menjadi kurus.
Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Amelia (2012) yang
melakukan analisis risiko produksi ayam broiler pada peternakan Bapak Maulid di
Kelurahan Karang Anyar Kota Palembang. Amelia tidak memasukkan serangan
hama dan predator sebagai sumber risiko melainkan sumber risiko ayam broiler
afkir. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Butarbutar (2014) dan Arwita
(2013) yang memasukkan sumber risiko afkir. Ayam afkir yang dianalisis terdiri
dari ayam kerdil, cacat, kaki pincang, dan buta.
Selain sumber – sumber risiko tersebut, Pinto (2011) dan Fitri (2014) juga
menambahkan sumber risiko kepadatan kandang pada peternakan ayam namun
selain kepadatan kandang, Fitri (2014) menambahkan layout kandang, pasca
vaksinasi, dan kaki kering sebagai sumber risiko. Selain sumber – sumber risiko
tersebut terdapat faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya risiko – risiko
tersebut yaitu manajemen kandang, kondisi ayam, dan kualitas ransum. Berbeda
dengan Nugraha (2011) yang melakukan penelitian pada peternak CV Dramaga
Unggas Farm di Kabupaten Bogor. Sumber – sumber risiko yang ditemukan pada
peternakan tersebut adalah jumlah DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp, Doxerin
Plus, vaksin, pemanas, dan tenaga kerja.

Dampak Risiko Produksi terhadap Peternakan dan Perikanan
Setiap sumber risiko yang telah diidentifikasi kemudian dihitung besarnya
nilai pada setiap sumber risiko. Pada penelitian yang dilakukan oleh Hernawan
(2013) di PT. Qoan Hu Joe Aquatic Indonesia, risiko dihitung dengan menggunakan
analisis spesialisasi dan analisis risiko portofolio. Kedua analisis tersebut
digunakan karena sesuai dengan kondisi pada perusahaan tersebut. PT. Qoan Hu
Joe Aquatic Indonesia melakukan usaha pada tiga jenis ikan yaitu Black Ghost,
Silver arowana, dan Clown Loach. Analisis spesialisasi digunakan untuk
mengetahui besarnya risiko pada setiap jenis ikan sedangkan analisis risko
portofolio digunakan untuk menghitung besarnya risiko pada kegiatan usaha
diversifikasi. Tujuan dari melakukan diversifikasi adalah menurunkan tingkat risiko
jika dibandingkan dengan usaha yang dilakukan secara spesialisasi.
Pada penelitian Nugraha (2011) yang melakukan penelitian di Dramaga
Unggas Farm Kabupaten Bogor, metode yang digunakan adalah ARCH-GARCH.

12
Tujuan penggunaan metode ini guna melihat pengaruh sumber risiko terhadap
produktivitas ayam broiler. Nugraha (2011) menemukan bahwa sumber risiko
jumlah DOC, pakan, pemanas, dan tenaga kerja ternyata berpengaruh terhadap
produktivitas ayam broiler peternakan tersebut. Sedangkan sumber risiko protect
Enro, Neocamp, dan vaksin tidak berpengaruh terhadap produktivitas ayam broiler.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2014), Simanjuntak
(2013), Priyambada (2013), David (2013), dan Amalia (2012). Pada penelitian
tersebut tidak melakukan analisis risiko portofolio karena tidak sesuai dengan
kegiatan usaha yang diteliti. Pada penelitian tersebut metode yang digunakan adalah
nilai standar atau z-score. Metode z-score digunakan untuk mengetahui
kemungkinan terjadinya risiko. Metode z-score dapat diketahui apabila terdapat
data historis sebelumnya.
Berdasarkan dari analisis yang dilakukan oleh Wiranata (2013) di desa
Ciseeng Parung Bogor. Cuaca memiliki probabilitas paling besar yaitu 51.99 persen
sedangkan menurut Simanjuntak (2013) probabilitas sumber risiko cuaca sebesar
47.21 persen. Pada penelitian yang dilakukan oleh Arwita (2013) di Kota
Sawahlunto/Kab. Sijunjung nilai probabilitas akibat sumber risiko cuaca pada
peternakan plasma dan peternak mandiri tidak jauh berbeda yaitu 38.40 persen dan
33.40 persen. Besarnya nilai probabilitas disebabkan karena kondisi cuaca di
wilayah Bogor yang tidak dapat diprediksi. Pada siang hari kondisi cuaca tinggi
berbanding terbalik pada malam hari yang kondisi cuacanya yang rendah. Selain
itu curah hujan yang tinggi menyebabkan jumlah kematian ayam akibat sumber
risiko cuaca menjadi sangat tinggi.
Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2014),
Priyambada (2013), David (2013), Butarbutar (2014). Pada keempat penelitian
tersebut diketahui bahwa penyakit memiliki probabilitas yang paling tinggi.
Penyakit merupakan risiko yang menyebabkan kematian ayam paling banyak.
Besarnya nilai probabilitas disebabkan karena terdapat risiko penyakit pada setiap
periodenya. Selain itu juga karena ditemukan banyaknya jenis penyakit yang
menyerang peternakan ayam ras pedaging. Lain halnya dengan penelitian yang
dilakukan oleh Amelia (2012). Pada peternakan Bapak Maulid di Kecamatan Bukit
Baru Kota Palembang, sumber risiko afkir memiliki probabilitas yang paling besar
yaitu 45.2 persen. Nilai probabilitas yang tinggi disebabkan karena selalu terdapat
ayam afkir disetiap periodenya.
Terdapat persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Simanjuntak
(2013), Priyambada (2013), Wiranata (2013), dan David (2013). Pada keempat
penelitian tersebut dapat diketahui bahwa predator memiliki nilai probabilitas yang
paling rendah. Bahkan pada penelitian Priyambada (2013) probabilitas sumber
risiko predator sebesar 15 persen.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Arwita (2014) terdapat perbedaan
probabilitas antara peternak mandiri dan peternak plasma. Pada peternak mandiri
probabilitas hama predator sebesar 30.50 persen namun pada peternak plasma nilai
probabilitas 0 persen. Hal ini disebabkan karena lokasi peternakan yang dekat
dengan hutan dan sawah sehingga mudah dijangkau binatang.
Setelah menganalisis nilai probabilitas setiap sumber risiko kemudian
mengukur dampak risiko dengan menggunakan metode Value at Risk (VaR).
Metode VaR merupakan metode yang paling efektif untuk mengukur dampak risiko

13
karena dapat mengukur kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang
waktu tertentu (Simanjuntak 2013).
Berdasarkan dari perhitunggan menggunakan VaR yang dilakukan oleh
Simanjuntak (2013), Priyambada (2013), Fitri (2014), Wiranata (2013), dan David
(2013) menyatakan bahwa penyakit memiliki dampak risiko terbesar bahkan pada
penelitian Priyambada (2013) kerugian yang dialami para peternakan di Kecamatan
Ciampea mencapai Rp 15 628 053. Nilai probabilitas yang besar tidak
membuktikan bahwa dampak risiko yang ditimbulkan besar pula. Hal tersebut
dibuktikan pada penelitan Wiranata (2013). Probabilitas terbesar disebabkan karena
sumber risiko cuaca namun dampak kerugian terbesar disebabkan karena sumber
risiko penyakit. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Amelia (2012).
Probabilitas terbesar disebabkan karena sumber risiko ayam afkir yaitu mencapai
45.2 persen sedangkan dampak kerugian paling besar disebabkan karena sumber
risiko cuaca yakni mencapai Rp 4 434 955.

Strategi Manajemen Risiko Produksi terhadap Peternakan dan Perikanan
Strategi pengelolaan risiko merupakan bagian penting yang harus dijalankan
dengan tujuan meminimalisir besarnya risiko yang dihadapi oleh pelaku bisnis di
masa yang akan datang (Hernawan 2013). Salah satu strategi yang dilakukan untuk
menentukan strategi pengelolaan risiko adalah dengan melakukan pemetaan.
Pemetaan risiko Pemetaan terdiri atas probabilitas dan dampak yang bermanfaat
untuk mengurangi tingkat kerugian akibat setiap sumber risiko.
Menurut Fitri (2014), David (2013), dan Wiranata (2013) sumber risiko
penyakit memiliki probabilitas yang tinggi dan dampak yang besar. Sumber
penyakit disebabkan karena pembersihan dan desinfektan yang kurang baik dan
tidak steril, air minum yang tidak terawat dan alas kandang yang berupa sekam yang
sudah menggumpal sehingga amoniak mudah berkembang dan menyebabkan ayam
mudah terserang penyakit. Oleh sebab itu strategi yang dapat dilakukan untuk
mengurangi risiko penyakit yakni dengan memperketat biosekuriti yaitu
mengontrol dan membatasi terhadap kontaminasi antara unggas dan makhluk hidup
lainnya. Melaksanakan sanitasi dan desinfeksi kebersihan kandang secara rutin
serta menciptakan lingkungan kandang yang bersih serta melakukan program
vaksinasi secara tepat dan akurat (Fitri 2014).
Menurut Fitri (2014), Priyambada (2013), Simanjuntak (2013), Amelia
(2012), David (2013), dan Wiranata (2013) sumber risiko cuaca memiliki
probabilitas yang tinggi. Besarnya nilai probabilitas disebabkan karena kondisi
cuaca yang tidak sesuai dengan kebutuhan ayam sehingga ayam rentan stress dan
mudah terserang penyakit. Menurut Amelia (2012) upaya yang dapat dilakukan
untuk mengurangi dampak dan probabilitas yang disebabkan karena cuaca yaitu
memasang beberapa unit kipas sehingga kelembaban udara di dalam kandang dapat
terjaga. Penambahan unit kipas juga berfungsi meningkatkan sirkulasi udara
sehingga dapat mengeluarkan kelebihan panas dan gas. Selain menambah unit
kapas upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan memasang termometer
sehingga para peternak mengetahui suhu udara di dalam kandang. Fitri (2014)
menambahkan bahwa penanaman pohon disekitar kandang juga perlu dilakukan
untuk mengurangi cuaca panas di dalam kandang. Serta melakukan kontrol secara

14
rutin dan cepat tanggap terhadap perubahan cuaca (Butarbutar 2014). Adanya
perbaikan fasilitas juga diperlukan agar cuaca yang tidak menentu dapat diatasi
dengan fasilitas yang memadai serta memperbaiki kualitas sumberdaya manusia
dengan memberikan penyuluhan (Nugraha 2011).
Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Hernawan (2013)
yang menyatakan bahwa strategi penanganan risiko yang dapat dilakukan oleh PT
Qian Hu Joe Aquatic Indonesia yaitu dengan melakukan diversifikasi jenis ikan.
Diversifikasi bertujuan untuk mengurangi risiko yang dihadapi oleh oleh PT Qian
Hu Joe Aquatic Indonesia, efektifitas peralatan, dan efisiensi biaya.
Strategi lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko yaitu membentuk
kelompok para peternak plasma sehingga para peternak memiliki posisi tawar di
dalam pasar (Amelia 2012). Selain membentuk kelompok terdapat alternatif lain
yaitu menjalin kemitraan dan pembinaan antara perusahaan mitra dengan kelompok
mitra (Simanjuntak 2013). Melakukan kontrak produksi secara tertulis terhadap
perusahaan pemasok DOC juga dapat salah satu strategi yang dapat dilakukan para
peternak (Fitri 2014). Kontrak produksi bermanfaat agar DOC yang diterima para
peternak memiliki kualitas yang baik. Selain melakukan kemitraan dan kontrak
produksi, asuransi juga dapat menjadi salah satu alternatif yang dapat diterapkan
oleh para peternak. Asuransi dilakukan dengan lembaga asuransi yang bergerak
dibidang agribisnis (David 2013). Asuransi bertujuan mentransfer risiko apabila
terdapat kemungkinan risiko terjadi.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Teori Risiko
Setiap individu yang melakukan usaha khususnya pada bidang pertanian
tentunya dihadapkan dengan keadaan yang selalu berubah baik perubahan kondisi
alam, perubahan harga, perubahan hasil, ataupun perubahan lainnya. Hal ini
menyebabkan individu dihadapkan dengan berbagai risiko. Menurut Harwood et al
(1999) Risiko erat kaitannya dengan ketidakpastian. Risiko adalah ketidakpastian
yang akan berdampak pada kesejahteraan individu seperti kehilangan uang,
membahayakan kesehatan manusia, atau berdampak pada sumber daya (irigasi dan
kredit). Serta dampak lainnya yang dapat mempengaruhi kesejahteraan individu.
Selain itu Harwood et al (1999) menambahkan bahwa ketidakpastian merupakan
keadaan dimana individu tidak mengetahui secara pasti kejadian yang akan terjadi.
Menurut Robison dan Barry (1987) terdapat perbedaan antara risiko dan
ketidakpastian. Apabila pembuat keputusan menghadapi sebuah situasi yang serupa
dengan situasi di masa lalu dan memiliki informasi mengenai pilihan hasil di masa
lalu maka informasi tersebut dapat digunakan untuk mengestimasi kemungkinan
situasi di masa yang akan datang. Kondisi ini disebut dengan risiko. Sedangkan
situasi yang tidak dapat diduga dengan sedikit atau tanpa adanya informasi
mengenai pengalaman di masa lalu maka kondisi ini disebut dengan ketidakpastian.

15
Pengambil keputusan dihadapkan dengan berbagai pilihan risiko dimana
setiap risiko tidak dapat disamakan. Sehingga pengambil keputusan perlu
mempelajari setiap sumber risiko mulai dari sumber risiko yang paling kecil hingga
sumber risiko yang paling besar. Selain mempelajari setiap risiko, pengambil
keputusan juga perlu menentukan pilihan atau sikap terhadap setiap risiko tersebut
(Robison dan Barry 1987). Hal serupa juga diungkapkan oleh Harwood et al (1999).
Pemahaman mengenai risiko akan membantu pengambil keputusan untuk membuat
keputusan dalam keadaan yang berisiko. Keputusan yang dibuat oleh pengambil
keputusan akan mempengaruhi kesejahteraan dari pengambil keputusan tersebut.
Sumber – Sumber Risiko
Di dalam menjalankan kegiatan di bidang pertanian tentunya dihadapkan
dengn berbagai sumber risiko. Terdapat berbagai sumber risiko, yaitu:
1.

Risiko Produksi
Menurut Drollette (2009) menjalankan usaha di bidang pertanian berbeda
dengan industri pengolahan. Apabila pada industri pengolahan jumlah output dapat
diketahui secara pasti. Namun dibidang pertanian jumlah output tidak dapat
diketahui secara pasti. Hal ini disebabkan karena pertanian dipengaruhi oleh banyak
kejadian yang tidak dapat dikendalikan seperti curah hujan yang ekstrim, serangga,
dan