18
2.1.2 Aspek-Aspek Komitmen Organisasi
Menurut Steers dalam Kuntjoro, e-psikologi.com komitmen organisasi memiliki tiga aspek utama, yaitu identifikasi, keterlibatan dan
loyalitas karyawan terhadap organisasi atau perusahaannya. 1.
Aspek Pertama Yaitu rasa identifikasi, yang mewujud dalam bentuk kepercayaan
karyawan terhadap organisasi, dapat dilakukan dengan memodifikasi tujuan organisasi, sehingga mencakup beberapa tujuan pribadi para
karyawan ataupun dengan kata lain perusahaan memasukkan pula kebutuhan dan keinginan karyawan dalam tujuan organisasinya.
Sehingga akan membuahkan suasana saling mendukung diantara para karyawan dengan organisasi.
2. Aspek Kedua
Yaitu keterlibatan atau partisipasi karyawan dalam aktivitas-aktivitas keorganisasian juga penting untuk diperhatikan karena adanya
keterlibatan karyawan menyebabkan mereka akan mau dan senang bekerja sama baik dengan pimpinan ataupun dengan sesama teman
kerja.
3. Aspek ketiga
Yaitu loyalitas karyawan terhadap organisasi memiliki makna kesediaan seorang untuk melanggengkan hubungannya dengan
organisasi, kalau perlu dengan mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa mengharapkan apapun.
Kesimpulan dari definisi komitmen organisasi didapatkan aspek
komitmen organisasi yaitu: 1.
Kepercayaan, yang mewujud dalam bentuk kepercayaan karyawan terhadap organisasi.
2. Keterlibatan atau partisipasi karyawan dalam aktivitas-aktivitas
keorganisasian. 3.
Kesetiaan karyawan terhadap organisasi yang kuat untuk bertahan menjadi bagian dari organisasi.
19
2.1.3 Faktor-Faktor Komitmen Organisasi
Sopiah 2008: 164 faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi adalah faktor personal, faktor organisasi dan faktor yang bukan
dari dalam organisasi. Yang dijelaskan oleh Mowday dalam Sopiah 2008: 165 aspek komitmen yaitu penerimaan terhadap tujuan organisasi,
keinginan untuk bekerja keras, dan hasrat untuk bertahan menjadi bagian dari organisasi.
Bentuk komitmen organisasi menurut Meyer, Allen, dan Smith dalam Sopiah, 2007:157 mengemukakan bahwa ada tiga komponen
komitmen organisasi, yaitu: a.
Affective Commitment, terjadi ketika karyawan ingin menjadi bagian dari organisasi karena adanya ikatan emosional.
b. Continuance Commitment, muncul ketika karyawan tetap bertahan
pada suatu organisasi karena kebutuhan akan gaji dan keuntungan- keuntungan lain, atau karena karyawan tersebut tidak menemukan
pekerjaan lain. c.
Normative Commitment, tumbuh dari nilai-nilai dalam diri karyawan. Karyawan bertahan menjadi anggota organisasi karena adanya
kesadaran bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan hal yang seharusnya dilakukan.
Proses terjadinya komitmen organisasi menurut Minner dalam Sopiah 2007:161 yaitu pada fase awal initial commitment, faktor yang
berpengaruh terhadap komitmen karyawan pada organisasi adalah
20
karakteristik individu, harapan-harapan karyawan pada organisasi, dan karakteristik pekerjaan.
Fase kedua commitment during early employment, faktor yang berpengaruh terhadap komitemen organisasi adalah pengalaman kerja
yang dirasakan pada tahap awal bekerja, bagaimana pekerjaannya, bagaimana sistem penggajiannya, bagaimana hubungannya dengan teman
sejawat atau hubunganya dengan pimpinannya. Semua faktor ini akan membentuk komitmen dan tanggung jawab karyawan pada organisasi
yang akan bermuara pada komitmen karyawan pada awal memasuki dunia kerja.
Tahap yang ketiga commitment during later career, faktor yang berpengaruh terhadap komitmen pada fase ini berkaitan dengan investasi,
mobilitas kerja, hubungan sosial yang tercipta di organisasi dan pengalaman-pengalamannya selama bekerja.
Proses terjadinya komitmen organisasi menurut Gary Dessler dalam Sopiah 2008: 159 dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
a. Make it charismatic
Menjadikan visi dan misi sebagai pijakan, dasar bagi setiap karyawan dalam berperilaku.
b. Build the tradition
Segala hal yang baik di perusahaan dijadikan tradisi dan dijaga terus- menerus.
21
c. Have comprehensive grievance procedures
Jika ada keluhan dari pihak luar ataupun dalam organisasi, maka perusahaan harus memiliki prosedur untuk mengatasi masalah
tersebut. d.
Provide extensive two-way communications Menjalankan komunikasi dua arah tanpa harus memandang rendah
bawahan. e.
Create a sense of community Menjadikan semua unsur di dalam organisasi sebagai komunitas yang
di dalamnya terdapat kebersamaan, rasa memiliki, kerja sama, dll. f.
Build value-based homogeneity Membangun nilai-nilai didasarkan adanya keersamaan. Setiap
karyawan berhak memiliki kesempatan yang sama. g.
Share and share alike Organisasi membuat kebijaksanaan dimana tidak ada perbedaan yang
mencolok antara bawahan dan atasan. h.
Emphasize barnraising, cross-utilization, and teamwork, Organisasi sebagai komunitas sehingga harus bekera sama, memeri
manfaat, dan saling memberikan kesempata yang sama teradap karyawannya.
i. Get togheter
Mengadakan acara-acara yang melibatkan seluruh karyawan.
22
j. Support employee development
Memperatikan perkembangan karier karyawan dalam jangka panjang. k.
Commit to actualizing Karyawan diberikan kesempatan yang sama untuk
mengaktualisasikan diri sesuai kapasitasnya. l.
Provide first-year job challenge Memberikan bantuan yang konkret bai karyawan untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki. m.
Enrich and empower Menciptakan kondisi karyawan agar tidak cepat bosan.
n. Promote from within
Jika ada lowongan pekerjaan sebaiknya diberikan kepada intern perusahaan.
o. Provide developmental activities
Bila organisasi merekrut karyawan baru, maka karyawan lama harus dikembangkan motivasi dan jabatannya.
p. The question of employee security
Memberikan keamanan baik fisik maupun psikis. q.
Commit to people-first values Memberikan perlakuan yang benar terhadap karyawan.
r. Put it in writing
Data-data tentang kebijakan hendaknya dibuat dalam bentuk tulisan, bukan hanya bentuk lisan.
23
s. Hire “right-kind” managers
Pimpinan memberikan teladan bagi karyawan sebelum menerapkankan kepada bawahannya.
t. Walt to talk
Pimpinan tidak hanya sekedar memberikan perintah tapi juga tindakan sebagai contoh kepada karyawan.
2.2 Iklim Komunikasi Organisasi