Akibat Hukum Penahanan Debitur Pailit terhadap Pengurusan dan

C. Akibat Hukum Penahanan Debitur Pailit terhadap Pengurusan dan

Pemberesan Harta Pailit Segala putusan hukum yang dijatuhkan terhadap debitur pailit akan menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum adalah akibat suatu tindakan yang dilakukan untuk memperoleh suatu akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan yang diatur oleh hukum. Tindakan yang dilakukannya merupakan tindakan hukum yakni tindakan yang dilakukan guna memperoleh sesuatu akibat yang dikehendaki hukum. Lebih jelas lagi bahwa akibat hukum adalah segala akibat yang terjadi dari segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh subyek hukum terhadap obyek hukum atau akibat-akibat lain yang disebabkan karena kejadian-kejadian tertentu oleh hukum yang bersangkutan telah ditentukan atau dianggap sebagai akibat hukum. Akibat hukum merupakan sumber lahirnya hak dan kewajiban bagi subyek-subyek hukum yang bersangkutan. Salah satu akibat hukum yang timbul setelah adanya putusan pailit adalah berkaitan dengan penahanan debitur pailit. Hak pengadilan untuk menahan debitur pailit muncul jika dalam proses pelaksanaan pengurusan dan pemberesan harta pailit, debitur bersifat tidak kooperatif, yang ketentuan mengenai penahanan diatur dalam Pasal 93-96 UUK dan PKPU, sedangkan kewajiban pengadilan dalam melaksanakan penahanan terhadap debitur pailit adalah mengikuti prosedur penahanan yang telah diatur dalam UUK dan PKPU sehingga dapat memberikan perlindungan hukum dan kepastian hukum kepada debitur pailit. Universitas Sumatera Utara Kewajiban untuk menjalani penahanan harus dilaksanakan oleh debitur pailit jika debitur beritikad tidak baik dalam proses pengurusan dan pemberesan dan hak debitur pailit yang ditahan adalah mendapatkan perlakuan yang layak dan ditahan sesuai dengan prosedur penahanan dalam UUK dan PKPU, sehingga tidak terjadi penyelewengan hukum yang dapat menimbulkan kerugian pada debitur pailit. Penahanan dalam perdata adalah paksa badan. Walaupun yang dimaksud penahanan dalam UUK dan PKPU adalah paksa badan, namun terminologi yang digunakan dalam UUK dan PKPU adalah penahanan. Penahanan ditujukan kepada debitur pailit yang beritikad tidak baik sehingga debitur dapat dipaksa untuk bersikap koopratif dalam pengurusan dan pemberesan harta pailit. Secara prinsipnya, penahanan mempermudah pengurusan harta pailit, karena debitur pailit akan menjadi lebih mudah ditemui jika diperlukan keterangan atau bantuannya dalam hal pengurusan dan pemberesan. Selain itu, kurator merupakan salah satu pihak yang dapat mengajukan permintaan penahanan, sehingga menurutnya apabila debitur pailit ditahan, hal ini akan memudahkan proses pengurusan dan pemberesan. Namun, ketika seorang debitur pailit ditahan, pengurusan dan pemberesan harta pailit pasti akan terkena dampaknya. Akibat- akibat hukum yang muncul karena adanya penahanan terhadap debitur pailit antara lain: 1. Menurut Pasal 69 ayat 2 huruf a, dalam melaksanakan tugasnya, kurator tidak diharuskan memperoleh persetujuan dari atau menyampaikan pemberitahuan terlebih dahulu kepada debitor atau salah satu organ debitor, Universitas Sumatera Utara meskipun dalam keadaan di luar kepailitan persetujuan atau pemberitahuan demikian dipersyaratkan. Dengan ditahannya debitur pailit, kurator akan lebih mudah menemui debitur pailit jika diperlukan pemberitahuan atau persetujuan, karena debitur dapat tetap ditemui di suatu tempat, sehingga proses pengurusan dan pemberesan dapat cepat diselesaikan. 2. Menurut Pasal 77 ayat 1 UUK dan PKPU, setiap kreditur, panitia kreditur, dan debitur pailit dapat mengajukan surat keberatan kepada hakim pengawas terhadap perbuatan yang dilakukan oleh kurator atau memohon kepada hakim pengawasuntuk mengeluarkan surat perintah agar kurator melakukan perbuatan tertentu atau tidak melakukan perbuatan yang sudah direncanakan. Bila seorang debitur pailit ditahan, debitur tentu tidak dapat mengajukan surat keberatan kepada hakim pengawas karena debitur sedang berada dalam tahanan dan tidak mengetahui keadaan pastidan perkembangan pengurusan dan pemberesan, kecuali ketika diperlukan, debiturdapat dikeluarkan sementara atas izin hakim pengawas. Pengeluaran sementara waktu debitur tidak akan membuat seorang debitur mengetahui secara jelas perbuatan apa saja yang dilakukan kurator dalam proses pengurusan dan pemberesan harta pailit. 3. Menurut Pasal 179 ayat 1, jikadalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan rencana perdamaian atau jika rencana perdamaian yang ditawarkan tidak diterima, kurator atau kreditur yang hadir dalam rapat dapat mengusulkan supaya perusahaan debitur pailit dilanjutkan. Bila debitur pailit ditahan, debitur pun tidak dapat lagi melanjutkan perusahannya sampai masa Universitas Sumatera Utara penahanannya abis atau debitur dilepas dengan uang jaminan, sehingga ia tidak bisa menambah aset pailitnya. Padahal jika debitur masih aktif bekerja, debitur tentu bisa mendapatkan dana tambahan sehingga meringankan utang pailitnya sampai hakim pengawas memerintahkan kelanjutan perusahaan dihentikan, dimana dalam hal ini debitur pailit juga dapat memberikan usulnya pada hakim pengawas. 4. Menurut Pasal 186 UUK dan PKPU, untuk keperluan pemberesan harta pailit, kurator dapat menggunakan jasa debitur pailit dengan pemberian upah yang ditentukan oleh hakim pengawas.Jika debitur diberi upah, upah ini dapat ditambah ke dalam harta pailit sehingga dapat meringankan sedikit utang- utangnya. Dengan ditahannya seorang debitur pailit, debitur menjadi tidak dapat membantu kurator apabila diperlukan dalam proses pemberesan. Hal ini juga menyebabkan debitur selain tidak mendapatkan tambahan upah. Bila dikaitkan dengan upaya penahanan, hakim pengawas dapat melepaskan debitur pailit dari tahanan dengan atau tanpa memberikan uang jaminan yang jumlahnya ditetapkan oleh Pengadilan Niaga sebagai jaminan bahwa atas panggilan yang pertama si debitur pailit tersebut dapat datang untuk menghadap. Apabila debitur tidak datang untuk menghadap, uang jaminan tersebut akan menjadi keuntungan harta pailit, sehingga akan mengurangi sedikit beban dari harta pailit. Walaupun debitur pailit telah dilepas, bukan berarti ia dapat melakukan segala sesuatu sesukanya. Pencekalan dalam bidang hukum ini berarti pihak debitur tidak boleh meninggalkan tempat kediaman baik untuk berangkat ke luar negeri atau tidak, kecuali jika hakim pengawas bisa memberikan Universitas Sumatera Utara izin untuk itu. Bila debitur pailit telah dilepas, maka debitur pailit harus bersifat kooperatif agar memudahkan proses pengurusan dan pemberesan, karena apabila debitur pailit beritikad tidak baik lagi, ia dapat kembali ditahan.

BAB IV KEPASTIAN HUKUM DALAM IMPLEMENTASI KETENTUAN