BAB II LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori 1. Peran
Teori Peran Role Theory adalah teori yang merupakan perpaduan berbagai teori, orientasi, maupun disiplin ilmu. Istilah “peran” diambil dari
dunia teater. Dalam teater, seorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu ia diharapkan untuk
berperilaku secara tertentu. Posisi aktor dalam teater sandiwara itu kemudian dianologikan dengan posisi seseorang dalam masyarakat. Sebagaimana halnya
dalam teater, posisi orang dalam masyarakat sama dengan posisi aktor dalam teater, yaitu bahwa perilaku yang diharapkan daripadanya tidak berdiri
sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitan dengan adanya orang-orang lain yang berhubungan dengan orang atau aktor tersebut. Dari sudut pandang
inilah disusun teori-teori peran. Selain itu, peranan atau role Bruce J. Cohen, 1992: 25 juga memiliki beberapa bagian, yaitu:
a. Peranan nyata Anacted Role adalah suatu cara yang betul-betul dijalankan seseorang dalam menjalankan suatu peranan.
b. Peranan yang dianjurkan Prescribed Role adalah cara yang diharapkan
masyarakat dari kita dalam menjalankan peranan tertentu. c. Konflik peranan Role Conflick adalah suatu kondisi yang dialami
seseorang yang menduduki suatu status atau lebih yang menuntut harapan dan tujuan peranan yang saling bertentangan satu sama lain.
d. Kesenjangan Peranan Role Distance adalah Pelaksanaan Peranan secara emosional.
e. Kegagalan Peran Role Failure adalah kegagalan seseorang dalam menjalankan peranan tertentu.
f. Model peranan Role Model adalah seseorang yang tingkah lakunya kita contoh, tiru, diikuti.
g. Rangkaian atau lingkup peranan Role Set adalah hubungan seseorang dengan individu lainnya pada saat dia sedang menjalankan perannya.
h. Ketegangan peranan Role Strain adalah kondisi yang timbul bila seseorang mengalami kesulitan dalam memenuhi harapan atau tujuan
peranan yang dijalankan dikarenakan adanya ketidakserasiaan yang bertentangan satu sama lain.
Pengertian peranan diungkapkan oleh Soerjono Soekanto 2006:2012 “Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan status, apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan”. Sedangkan menurut Horton dan Hunt
1999:117 ”Peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai suatu status
Menurut Pendapat Bruce J Cohen, 1992:76 dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar bahwa “Peranan adalah suatu prilaku yang diharapkan oleh
orang lain dari seseorang yang menduduki status tertentu”. Setiap orang yang memegang kewenangan atas suatu peran akan membentuk harapan tersebut.
Pendapat lain dikemukakan oleh Livinson yang dikutip oleh Soerjono Soekanto bahwa:
a. Peranan meliputi norma – norma yang diungkapkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat,
b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi,
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting sebagai struktur sosial masyarakat Soekanto, 2006:213.
Berdasarkan pengertiaan diatas, peranan dapat diartikan sebagai suatu prilaku atau tingkah laku seseorang yang meliputi norma-norma yang
diungkapkan dengan posisi dalam masyarakat. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa peran
merupakan aspek dinamis berupa tindakan atau perilaku yang dilaksanakan oleh orang atau badan atau lembaga yang menempati atau mengaku suatu
posisi dalam sistem sosial. Peran didefinisikan sebagai seperangkat harapan- harapan yang dikenakan kepada individu yang menempati kedudukan sosial
tertentu. Peranan ditentukan oleh norma-norma dalam masyarakat, maksudnya kita diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan masyarakat di
dalam pekerjaan kita, di dalam keluarga dan di dalam peranan-peranan yang lain.
Dalam penelitian ini yang dimasudkan adalah peran dari Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta dalam menjalankan perananya
yaitu dalam melaksanakan pembinaan mental dan juga pelatihan keterampilan dan yang menjadi pelaksana tugas di dalam balai yaitu adalah pekerja sosial
maka dari itu peran yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu adalah peranan Pekerja Sosial
Menurut Miftachul Huda 2009:205. Dalam proses konseling individual, Pekerja Sosial dapat menjalankan peran sebagai enabler
membantu orang agar mampu, broker pialang sosial, pengacara, pendidik, memberdayakan, aktifis, dan sebagainya.
a. Enabler Dalam peran ini, pekerja sosial membantu klien untuk memenuhi
kebutuhanya , mengidentifikasi masalah,mengeksplorasi solusi-solusi yang strategis, memilih dan menerapkan strategi, dan mengembangkan
kapasitasnyasehingga masalahanya dapat teratasi secara efektif. Pekerja sosial hanya berperan memuluskan proses penyelesaian masalah, sebab
prinsipnya, yang menyelesaikan masalah adalah klien sendiri, pekerja sosial hanya berperan membantunya untuk menyelesaikan masalah.
b. Broker Tidak semua orang memiliki hubungan yang baik dengan sumber-
sumber pelayanan sosial. Baik karena pengetahuanya yang minim maupun keahlianya yang terbatas. Pekerja sosial dapat berperan sebagai broker
pialang sosial yang menghubungkan seseorang klien dengan system sumber yang dibutuhkan. Hal ini perlu silakukan karena tidak semua klien
mengetahui ke sumberpelayanan sosial mana dia harus pergi utnuk mrmrnuhi kebutuhanya.
c. Advokat Peran peran ini dipinjam dari dalam dunia hukum. Hak- hak klien
sebagai warga Negara acap kali terabaikan karena faktor-faktor tertentu. Sebagaimana halnya pengacara advocate, pekerja sosial dapat berperan
membela kepentingan klien agar hak-hak yang semestinya diperoleh dapat terpenuhi.
d. Pendidik Salah satu masalah yang sering dihadapi klien adalah adanya
keterbatasan pengetahuan maupun skill dalam bidang tertentu yang mengakibatkan klien berada dalam status kelompok masyarakat yang
kurang beruntung disadvantage group. Pekerja sosial dapat berperan sebagai pendidik untuk menutupi kekurangan klien dalam hal pengetahuan
ataupun keterampilanya. Pekerja sosial bertindak sebagai pendidik dehingga dapat meningkakan keberfungsian sosial klien.
e. Memberdayakan Adanya kekuatan maupun potensi pada diri klien menjadi prinsip
utama dalam proses penyembuhan sosial. karena itu, pekerja sosial dapat berperan untuk memberdayakan klien terhadap potensi maupun kekuatan
yang dimilikinya. Proses penyelesaian masalah terhadap individu tidak selalu melibatkan pekerja sosial, tetapi lebih banyak diperankan dirinya
sendiri. Karena itu, pekerja sosial harus memberdayakan klien agar dapat menyelesaikan masalah sendiri secara berkelanjutan sustainable.
f. Aktifis Aktifis seringkali peran menjadi aktifisdapat dilakukan oleh pekerja
sosial. Jadi pada dasarnya aktifis pergerakan sosial adalah seseorang
pekerja sosial yang bekerja untuk menjunjung tinggi keadilan sosial ataupun persamaan hak adalah bagian dari profesi pekerjaan sosial.
2. Tinjauan Rehabilitasi Sosial
a. Pengertian Rehabilitasi Sosial Rehabilitasi dilihat dari makna kata berasal dari bahasa inggris yaitu
rehabilitation, artinya mengembalikan seperti semula. Rehabilitasi adalah pemulihan kepada kedudukan keadaan, nama baik yang dahulu semula,
perbaikan anggota tubuh yang cacat dsb atas individu misal pasien rumah sakit, korban bencana supaya menjadi manusia yang berguna dan memiliki
tempat di masyarakat Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:940. Soekanto 1985:423, rehabilitasi sebagai suatu proses atau teknik
mendidik kembali serta mengarahkan kembali dan motivasi pelanggar atau penjahat, sehingga perilakunya sesuai dengan aturan-aturan kemasyarakatan.
Rehabilitasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses
perbaikan atau membangun dalam menanggulangi pekerja seks komersial agar dapat berkarya sesuai dengan harkat dan martabat dan menjadi anggota
masyarakat. Pengertian rehabilitasi dimaksud adalah mengembalikan kemampuan
yang pernah dimilikinya, karena suatu hal musibah ia harus kehilangan kemampuannya, kemampuan yang hilang inilah yang dikembalikan seperti
semula yaitu seperti kondisi sebelum terjadi musibah yang dialami. Sosial berarti segala sesuatu mengenai masyarakat, yang perduli terhadap
lingkungan umum.