Waktu Erupsi Gigi Permanen Ditinjau Dari Usia Kronologis Pada Anak Usia 6 Sampai 12 Tahun Di SD St. Antonius V Medan

(1)

WAKTU ERUPSI GIGI PERMANEN DITINJAU

DARI USIA KRONOLOGIS PADA ANAK

USIA 6 SAMPAI 12 TAHUN

DI SD ST ANTONIUS V

MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi

Oleh:

SURYANA TAMBA NIM: 060600015

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Biologi Oral

Tahun 2010

Suryana Tamba

Waktu Erupsi Gigi Permanen Ditinjau Dari Usia Kronologis Pada Anak Usia 6 Sampai 12 Tahun Di SD St. Antonius V Medan.

X + 54 halaman

Usia kronologis seorang anak dapat ditentukan dengan mengevaluasi tahap

pertumbuhan dan perkembangan erupsi gigi. Tahap erupsi gigi bervariasi pada setiap

individu disebabkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya. Tujuan penelitian

ini adalah mengetahui waktu erupsi gigi permanen berdasarkan usia kronologis anak

suku Batak Toba di Sekolah Dasar St. Antonius V Medan.

Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain cross sectional.

Sampel berjumlah 144 siswa/i, berusia 6 – 12 tahun suku Batak Toba. Penelitian

dilakukan dengan melihat gigi permanen yang dinyatakan erupsi jika gigi telah

menembus gingiva dan tidak melebihi 3 mm di atas gingival level dihitung dari tonjol

gigi atau tepi incisal. Rata-rata waktu erupsi gigi permanen pada rahang atas dan

rahang bawah, pada anak laki-laki dan anak perempuan dianalisis dengan t-test

independent.

Hasil penelitian menunjukkan gigi permanen yang pertama erupsi adalah


(3)

Urutan waktu erupsi pada rahang atas adalah molar pertama, insisivus pertama,

insisivus kedua, premolar pertama, kaninus, premolar kedua dan molar kedua, dan

pada rahang bawah adalah molar pertama, insisivus pertama, insisivus kedua,

kaninus, premolar pertama, premolar kedua, dan molar kedua.

Secara statistik, ada perbedaan yang signifikan (p <0,05) antara erupsi gigi

permanen pada rahang atas dan rahang bawah dan erupsi gigi permanen antara anak

laki-laki dan anak perempuan. Waktu erupsi gigi permanen pada anak-anak suku

Batak Toba lebih cepat dan urutannya berbeda dengan anak-anak suku Sunda maupun

Jawa.


(4)

WAKTU ERUPSI GIGI PERMANEN DITINJAU

DARI USIA KRONOLOGIS PADA ANAK

USIA 6 SAMPAI 12 TAHUN

DI SD ST ANTONIUS V

MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi

Oleh:

SURYANA TAMBA NIM: 060600015

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 28 Juni 2010

Pembimbing: Tanda tangan

1. Yendriwati, drg., M. Kes ………..


(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 28 Juni 2010

TIM PENGUJI

KETUA : Yendriwati, drg., M.Kes

ANGGOTA : 1. Lisna Unita R, drg., M.Kes


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karuniaNya

akhirnya penulisan skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara di Medan.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan

dan bantuan, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan hati yang tulus dan segala

kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Drg. Ismet Danial Nasution, Ph.D., selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi USU yang telah memberikan izin dalam penelitian ini.

2. Drg. Lisna Unita R, M.Kes., selaku Ketua Departemen Biologi Oral serta

seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Biologi Oral yang telah membantu

dalam penulisan skripsi ini.

3. Drg. Yendriwati, M.Kes., selaku pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu dan pikiran dalam membimbing dan mengarahkan penulis

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Prof. Trimurni, drg., M.Kes., Sp.KG(K)., selaku kepala bagian UPT

penelitian FKG USU yang telah memberikan masukan-masukan atas skripsi ini.

5. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes., selaku pembimbing statistik, atas


(8)

6. Kepala Sekolah Dasar St. Antonius V Medan yang telah mengizinkan dan

memberi masukan kepada penulis dalam melakukan penelitian dan siswa/i yang telah

berpartisipasi dalam penelitian ini.

7. Seluruh staf Pengajar dan Pegawai di Fakultas Kedokteran Gigi USU yang

membimbing dan membantu selama penulis menjalani masa pendidikan di Fakultas

Kedokteran Gigi USU.

Ucapan terima kasih teristimewa kepada ayahanda J. Tamba, S.Pd, ibunda A.

Situmorang, kakakku C. R Parulian Tamba, S.Pd, Ellys P Tamba, S.Sos, adikku

Dayan M Tamba, Roy Sotar M Tamba, dan Yan Palti T Tamba, atas segala kasih

sayang, doa, dan dukungan serta segala bantuan baik berupa moril maupun materil

yang tidak akan terbalas oleh penulis sampai kapanpun.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang tak

tersebutkan namanya satu persatu yang telah membantu penulis semasa pendidikan

dan selama penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan

sumbangan pikiran yang bermanfaat bagi dokter gigi dan mahasiswa kedokteran gigi.

Medan, 28 Juni 2010

Penulis,

NIM: 060600015 (Suryana Tamba)


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………..………i

HALAMAN PERSETUJUAN………..………ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI………..……..iii

KATA PENGANTAR………..………iv

DAFTAR ISI……….….…..…vi

DAFTAR TABEL……….……...viii

DAFTAR GAMBAR……….…..ix

DAFTAR LAMPIRAN……….………x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………..…...….……..1

1.2 Rumusan Masalah………....…..…….4

1.3 Tujuan Penelitian………..……..5

1.4 Manfaat Penelitian………..……5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Odontogenesis……….….…..6

2.1.1 Tahap Perkembangan Gigi………...……7

2.1.2 Tahap Kalsifikasi Gigi……….…….……8

2.1.3 Tahap Erupsi Gigi……….…….….10

2.2 Waktu Erupsi gigi...14

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Erupsi Gigi...17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep...20

3.2 Hipotesa Penelitian...21

3.3 Skema Alur Penelitian...22

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian...23


(10)

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian...23

4.3 Populasi, Sampel, dan Besar Sampel Penelitian...23

4.4 Variabel Penelitian………..……..25

4.5 Definisi Operasional………..………...26

4.6 Bahan dan Alat Penelitian...27

4.7 Prosedur Penelitian...27

4.8 Pengolahan dan Analisa Data...28

BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Jumlah dan persentase sampel berasarkan jenis kelamin dan usia pada siswa/i SD St. Antonius V Medan……….……....29

5.2 Waktu erupsi gigi permanen rahang atas dan bawah pada siswa/i SD St. Antonius V Medan………...…..30

5.3 Analisis waktu erupsi gigi permanen rahang atas dan bawah pada siswa/i SD St. Antonius V Medan...33

5.4 Waktu erupsi gigi permanen berdasarkan jenis kelamin pada siswa/i SD St. Antonius V Medan...35

5.5 Analisis Waktu Erupsi Gigi Permanen Berdasarkan Jenis Kelamin pada Siswa/i SD St. Antonius V Medan...39

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Waktu Erupsi Gigi Permanen Rahang Atas dan Bawah pada Siswa/i SD St. Antonius V Medan………..….41

6.2 Analisis Waktu Erupsi Gigi Permanen Rahang Atas dan Bawah pada Siswa/i SD St. Antonius V Medan...44

6.3 Waktu Erupsi Gigi Permanen Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Siswa/i SD St. Antonius V Medan...45

6.4 Analisis Waktu Erupsi Gigi Permanen Berdasarkan Jenis Kelamin pada Siswa/i SD St. Antonius V Medan...46

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan...48

7.2 Saran...49

DAFTAR PUSTAKA...50


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Erupsi gigi permanen laki-laki pada beberapa populasi………...15

2. Erupsi gigi permanen perempuan pada beberapa populasi...16

3. Jumlah dan persentase sampel berdasarkan jenis

kelamin dan umur pada siswa/i SD St. Antonius V Medan... ...29

4. Rata-rata waktu erupsi gigi permanen rahang atas

dan bawah pada siswa/i SD St. Antonius V Medan...30

5. Hasil rata-rata dan uji statistik waktu erupsi gigi permanen

rahang atas dan bawah pada siswa/i SD St. Antonius V Medan...33

6. Rata-rata waktu erupsi gigi permanen laki-laki

pada siswa/i SD St. Antonius V Medan...35

7. Rata-rata waktu erupsi gigi permanen perempuan

pada siswa/i SD St. Antonius V Medan...37

8. Hasil rata-rata dan uji statistik waktu erupsi gigi permanen


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Lampiran

1. Rata-rata waktu dan urutan erupsi gigi anak-anak suku Batak Toba 1

2. Rata-rata waktu dan urutan erupsi gigi anak-anak suku Sunda 1

3. Rata-rata waktu dan urutan erupsi gigi anak laki-laki suku Batak Toba 1

4. Rata-rata waktu dan urutan erupsi gigi anak perempuan 1

suku Batak Toba

5. Rata-rata waktu dan urutan erupsi gigi anak laki-laki suku Jawa 1


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan 2

Penelitian Bidang Kesehatan

2. Surat Izin Penelitian Dari Kepala Sekolah SD St. Antonius V Medan 3

3. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian 4

4. Skema Alur Penelitian 5

5. Alur Pikir 6

6. Informasi Kepada Orangtua/Wali Subjek Penelitian 7

7. Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Subjek Penelitian 8

8. Lembar Kuisioner 9

9. Lembar Status Pemeriksaan Oral 10

10.Foto Dokumentasi Penelitian 11

11.Hasil Penelitian (Master Tabel) 12


(14)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Biologi Oral

Tahun 2010

Suryana Tamba

Waktu Erupsi Gigi Permanen Ditinjau Dari Usia Kronologis Pada Anak Usia 6 Sampai 12 Tahun Di SD St. Antonius V Medan.

X + 54 halaman

Usia kronologis seorang anak dapat ditentukan dengan mengevaluasi tahap

pertumbuhan dan perkembangan erupsi gigi. Tahap erupsi gigi bervariasi pada setiap

individu disebabkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya. Tujuan penelitian

ini adalah mengetahui waktu erupsi gigi permanen berdasarkan usia kronologis anak

suku Batak Toba di Sekolah Dasar St. Antonius V Medan.

Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain cross sectional.

Sampel berjumlah 144 siswa/i, berusia 6 – 12 tahun suku Batak Toba. Penelitian

dilakukan dengan melihat gigi permanen yang dinyatakan erupsi jika gigi telah

menembus gingiva dan tidak melebihi 3 mm di atas gingival level dihitung dari tonjol

gigi atau tepi incisal. Rata-rata waktu erupsi gigi permanen pada rahang atas dan

rahang bawah, pada anak laki-laki dan anak perempuan dianalisis dengan t-test

independent.

Hasil penelitian menunjukkan gigi permanen yang pertama erupsi adalah


(15)

Urutan waktu erupsi pada rahang atas adalah molar pertama, insisivus pertama,

insisivus kedua, premolar pertama, kaninus, premolar kedua dan molar kedua, dan

pada rahang bawah adalah molar pertama, insisivus pertama, insisivus kedua,

kaninus, premolar pertama, premolar kedua, dan molar kedua.

Secara statistik, ada perbedaan yang signifikan (p <0,05) antara erupsi gigi

permanen pada rahang atas dan rahang bawah dan erupsi gigi permanen antara anak

laki-laki dan anak perempuan. Waktu erupsi gigi permanen pada anak-anak suku

Batak Toba lebih cepat dan urutannya berbeda dengan anak-anak suku Sunda maupun

Jawa.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Besarnya pengaruh erupsi gigi dan banyaknya kelainan yang mungkin

ditimbulkan oleh gangguan erupsi gigi di rongga mulut, sudah selayaknya bagi dokter

gigi mengetahui waktu erupsi gigi secara benar. Seorang dokter gigi juga dapat

meramalkan kapan gigi akan erupsi dan kapan erupsi gigi dikatakan menyimpang

sehingga tindakan pencegahan dapat segera dilakukan untuk meminimalisir

kelainan-kelainan yang mungkin muncul akibat erupsi gigi yang menyimpang. Disamping itu

pengetahuan mengenai waktu erupsi gigi akan banyak membantu dokter gigi dalam

merencanakan tindakan perawatan gigi dan rencana perawatan juga sering kali

dihubungkan dengan usia anak ketika anak tersebut memiliki keluhan pada giginya.1-4

Usia kronologis adalah usia berdasarkan tanggal lahir, bulan dan tahun

kelahiran. Usia kronologis dapat ditentukan dengan melihat maturasi somatik.

Tingkat maturasi somatik merupakan gambaran kematangan fisiologis seorang anak.

Namun penilaian ini memiliki beberapa kekurangan, antara lain tingginya tingkat

variabilitas kematangan somatik antar individu. Berdasarkan hal tersebut, maka

maturasi dental yang memiliki variabilitas rendah lebih baik digunakan sebagai

indikator usia kronologis. Penilaian maturasi dental dapat ditentukan antara lain oleh

tahap erupsi gigi.3 Erupsi gigi permanen terjadi bertahap, sejalan dengan usia dan


(17)

Erupsi adalah proses perkembangan gigi yang bergerak dari posisi benih gigi

menembus alveolar ke dalam rongga mulut, dan beroklusi dengan gigi antagonisnya.1

Lew menyatakan gigi erupsi jika mahkota telah menembus gingiva dan tidak

melebihi 3 mm di atas gingiva level dihitung dari tonjol gigi atau dari tepi insisal.5

Erupsi gigi terjadi bervariasi pada setiap anak. Variasi ini bisa terjadi dalam setiap

periode dalam proses pertumbuhan dan perkembangan gigi. Variasi dalam erupsi gigi

dipengaruhi oleh faktor keturunan, ras, jenis kelamin, lingkungan, penyakit dan faktor

lokal.1,3-9

Penelitian terdahulu terdapat perbedaan waktu erupsi antara satu populasi

dengan populasi lain yang berbeda ras. Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran

Amerika dengan Eropa lebih lambat daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit

hitam dan Amerika Indian.3

Waktu erupsi gigi permanen rahang atas dan bawah terjadi bervariasi. Pada

umumnya waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibandingkan laki-laki.6,8

Gigi permanen anak perempuan umur 6 sampai 12 tahun menunjukkan pemunculan

beberapa bulan lebih awal per elemen daripada anak laki-laki, tetapi gigi kaninus

bawah pada anak perempuan ternyata relatif muncul lebih awal lagi.6,7 Hasil

penelitian Djaharuddin (1980) di Surabaya untuk gigi kaninus dan premolar, didapat

hasil bahwa erupsi gigi permanen anak perempuan lebih cepat dibandingkan anak

laki-laki. Ada perbedaan waktu erupsi anak-anak Surabaya dengan anak-anak

keturunan Kaukasia. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Primasari A (1997) pada

anak sekolah taman kanak-kanak dan sekolah dasar di kota administratif Rantau


(18)

permanen. Hasil penelitian, didapatkan hasil gigi-geligi anak-anak di Rantau Parapat

lebih cepat erupsi dibandingkan anak-anak Kaukasia dan ada perbedaan yang

bermakna rata-rata waktu erupsi antara anak laki-laki dan perempuan. Gigi anak

perempuan lebih cepat erupsi dibandingkan anak laki-laki.5

Penduduk Indonesia merupakan campuran ras Mongoloid dan

Austromelanesit (Austroloid dan Negroid) yang menghasilkan ras Proto Melayu dan

Deutro Melayu.10 Salah satu kelompok ras Proto Melayu adalah suku Batak.

Kelompok suku Batak yaitu kelompok suku yang terdiri dari orang Tapanuli Utara

(Batak Toba), Simalungun, Dairi (pak-pak), Karo dan Tapanuli Selatan

(Mandailing).10,11

Sebelumnya telah ada penelitian yang dilakukan oleh Indriati E (2001)

mengenai waktu erupsi gigi permanen anak-anak Jawa. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pada maksila, anak laki-laki lebih dahulu bererupsi giginya, kecuali pada gigi

kaninus atas. Demikian pula pada mandibula, anak laki-laki lebih dahulu erupsi

giginya daripada perempuan, kecuali pada gigi kaninus dan premolar kedua bawah.

Pada anak laki-laki, gigi kaninus atas bererupsi lebih dulu dibanding molar kedua

atas, polanya terbalik pada anak perempuan.4 Indriyanti R, dkk (2006) yang

melakukan penelitian mengenai pola erupsi gigi permanen di Kabupaten Sumedang,

diperoleh hasil bahwa waktu erupsi gigi permanen pada anak-anak di Kabupaten

Sumedang tidak terlalu besar perbedaannya diantara masing-masing anak.

Penyebabnya adalah keadaan sampel yang cukup homogen yang berasal dari suku


(19)

adalah molar pertama rahang atas dengan umur rata-rata 6,36 tahun dan gigi yang

terakhir erupsi adalah molar kedua rahang atas pada umur rata-rata 10,60

tahun.3(Gambar 2)

Penelitian mengenai waktu erupsi gigi permanen ini penting, mengingat

belum adanya penelitian mengenai waktu erupsi gigi permanen pada suku Batak

Toba. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai waktu erupsi gigi permanen ditinjau dari usia kronologis pada anak-anak

usia 6 sampai 12 tahun di SD St. Antonius V Medan yang beralamat di Jalan H.M

Joni No 52 A Pasar Merah Medan. Dipilihnya sekolah tersebut sebagai tempat

penelitian karena populasi yang cukup homogen berasal dari suku yang sama, yaitu

suku Batak Toba.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan waktu erupsi gigi permanen antara laki-laki dan

perempuan pada anak usia 6 sampai 12 tahun di SD St. Antonius V Medan?

2. Apakah ada perbedaan waktu erupsi gigi permanen antara rahang atas dan


(20)

1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui perbedaan waktu erupsi gigi permanen antara laki-laki dan

perempuan pada anak usia 6 sampai 12 tahun di SD St. Antonius V Medan.

2. Mengetahui perbedaan waktu erupsi gigi permanen antara rahang atas dan

bawah pada anak usia 6 sampai 12 tahun di SD St. Antonius V Medan.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan sumbangan informasi mengenai waktu erupsi gigi permanen

pada anak-anak di SD St. Antonius V Medan.

2. Sebagai data dan informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut, untuk

mengetahui waktu erupsi gigi permanen pada suku-suku yang ada di Indonesia

khususnya yang ada di Medan.

3. Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan pegangan bagi dokter gigi

dalam melakukan tindakan pencegahan dan pemeliharaan kesehatan gigi anak.

4. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Erupsi gigi merupakan suatu perubahan posisi gigi yang diawali dengan

pertumbuhan dalam tulang rahang melalui beberapa tahap berturut-turut hingga

mencapai posisi fungsional di dalam rongga mulut. Erupsi gigi dipengaruhi oleh

faktor intrinsik, yaitu ras, genetik, dan jenis kelamin dan ekstrinsik yang meliputi

nutrisi dan tingkat ekonomi. 1,3

2.1 Odontogenesis

Pertumbuhan mandibula dan maksila menurut Sadler dipersiapkan untuk

tumbuhnya gigi geligi.11 Gigi berasal dari dua jaringan embrional:ektoderm, yang

membentuk enamel, dan mesoderm yang membentuk dentin, sementum, pulpa, dan

juga jaringan-jaringan penunjang.3,12 Perkembangan gigi geligi pada masa embrional

dimulai pada minggu ke-6 intrauterin ditandai dengan proliferasi epitel oral yang

berasal dari jaringan ektodermal membentuk lembaran epitel yang disebut dengan

primary epithelial band. Primary epithelial band yang sudah terbentuk ini

selanjutnya mengalami invaginasi ke dasar jaringan mesenkimal membentuk 2 pita

pada masing-masing rahang yaitu pita vestibulum yang berkembang menjadi segmen

bukal yang merupakan bakal pipi dan bibir dan pita lamina dentis yang akan berperan

dalam pembentukan benih gigi.13,14 Pertumbuhan dan perkembangan gigi dibagi


(22)

2.1.1 Tahap Perkembangan Gigi

Tahap perkembangan adalah sebagai berikut:3,15

a. Inisiasi (bud stage)

Inisiasi merupakan permulaan terbetuknya benih gigi dari epitel mulut. Sel-sel

tertentu pada lapisan basal dari epitel mulut berproliferasi lebih cepat daripada sel

sekitarnya . Hasilnya adalah lapisan epitel yang menebal di regio bukal lengkung gigi

dan meluas sampai seluruh bagian rahang atas dan bawah.

b. Proliferasi (cap stage)

Lapisan sel-sel mesenkim yang berada pada lapisan dalam mengalami

proliferasi, memadat, dan bervaskularisasi membentuk papil gigi yang kemudian

membentuk dentin dan pulpa pada tahap ini. Sel-sel mesenkim yang berada

disekeliling organ gigi dan papila gigi memadat dan fibrous, disebut kantong gigi

yang akan menjadi sementum, membran periodontal, dan tulang alveolar.

c. Histodiferensiasi (bell stage)

Pada tahap ini terjadi diferensiasi. Sel-sel epitel enamel dalam (inner email

ephithelium) menjadi semakin panjang dan silindris, disebut sebagai ameloblas yang

akan berdiferensiasi menjadi enamel dan sel-sel bagian tepi dari papila gigi menjadi

odontoblas yang akan berdiferensiasi menjadi dentin.

d. Morfodiferensiasi

Sel pembentuk gigi tersusun sedemikian rupa dan dipersiapkan untuk

menghasilkan bentuk dan ukuran gigi selanjutnya. Proses ini terjadi sebelum deposisi


(23)

merupakan gambaran dentinoenamel junction yang akan terbentuk. Dentinoenamel

junction mempunyai sifat khusus yaitu bertindak sebagai pola pembentuk setiap

macam gigi. Terdapat deposit enamel dan matriks dentin pada daerah tempat sel-sel

ameloblas dan odontoblas yang akan menyempurnakan gigi sesuai dengan bentuk dan

ukurannya.

e. Aposisi

Pembentukan matriks keras gigi baik pada enamel, dentin, dan sementum

terjadi pada tahap ini. Matriks enamel terbentuk dari sel-sel ameloblas yang bergerak

ke arah tepi dan telah terjadi proses kalsifikasi sekitar 25 %-30%.

2.1.2. Tahap Kalsifikasi Gigi

Tahap kalsifikasi adalah suatu tahap pengendapan matriks dan garam-garam.

Kalsifikasi akan dimulai di dalam matriks yang sebelumnya telah mengalami deposisi

dengan jalan presipitasi dari satu bagian ke bagian lainnya dengan penambahan lapis

demi lapis.2 Kalsifikasi gigi desidui dimulai pada minggu ke-14 prenatal, diikuti

dengan kalsifikasi gigi molar pertama pada minggu ke-15. Gigi insisivus lateral

mengalami kalsifikasi pada minggu ke-16, gigi kaninus pada minggu ke-17, sedang

gigi molar kedua pada minggu ke-18.1

Tahap kalsifikasi bervariasi dari satu individu dengan individu yang lain,

dipengaruhi oleh faktor keturunan. Demikian juga pola kalsifikasi, bentuk korona,

dan komposisi mineralisasi, dipengaruhi oleh faktor genetik.1,3,12 Perkembangan gigi


(24)

simetris. Perempuan biasanya menunjukkan perkembangan yang mendahului

laki-laki, dan pada rahang bawah lebih dahulu daripada rahang atas.1

Kalsifikasi enamel dan dentin tidak sama, tetapi mempunyai karakterisistik

yang bervariasi pada periode perkembangan. Menurut Brauner, pada usia 10 bulan

sampai 2,5 tahun, pembentukan dan kalsifikasi enamel dan dentin baik, namun relatif

rentan karena apabila terjadi gangguan metabolisme pada anak yang sedang

berkembang secara klinis tidak menyebabkan terjadinya hipoplasia enamel, tetapi

dapat mengakibatkan terjadinya gangguan ringan pada kalsifikasi saja. Pada usia 2,5

sampai 5 tahun, kalsifikasi enamel dan dentin biasanya tidak homogen, akan tetapi

sifatnya lebih baik dibandingkan pada masa bayi. Gangguan pada kalsifikasi terjadi

sebagai akibat respon gangguan metabolisme anak yang sedang berkembang dan

gangguan ini disebut hipoplasia kronik. Pada usia 6 sampai 10 tahun, kalsifikasinya

baik dan tahan terhadap gangguan pada pembentukan enamel. Periode ini merupakan

periode yang kritis karena pembentukan dan kalsifikasi gigi sangat rentan terhadap

gangguan pada metabolisme anak-anak yang sedang berkembang, sehingga dapat

terjadi hipoplasia enamel.12 Rensburg menyatakan bahwa gangguan pada tahap

kalsifikasi dapat menyebabkan kelainan pada kekerasan gigi seperti hipokalsifikasi.3

Sinclair menyatakan bahwa gigi desidui mulai berkalsifikasi pada usia 4

sampai 6 bulan dalam kandungan. Pada saat kelahiran beberapa diantaranya lebih

maju dari gigi lainnya. Pada tahap ini kalsifikasi gigi desidui belum sempurna hingga

mencapai usia 3 tahun. Mahkota dari beberapa gigi molar permanen saat itu sudah


(25)

mulut telah dipenuhi oleh gigi. Gigi geligi desidui mulai tanggal dan gigi permanen

sudah terbentuk.12

2.1.3. Tahap Erupsi Gigi

Banyak pendapat mengenai pengertian erupsi gigi. Menurut Lew, gigi

dinyatakan erupsi jika tonjol gigi atau tepi insisal dari gigi muncul menembus

gingival dan tidak melebihi 3 mm di atas gingival level yang dihitung dari tepi insisal

gigi.5

Proses erupsi gigi adalah suatu proses fisiologis berupa proses pergerakan gigi

yang dimulai dari tempat pembentukan gigi dalam tulang alveolar kemudian gigi

menembus gingiva sampai akhirnya gigi mencapai dataran oklusal.1 Gerakan dalam

proses erupsi gigi adalah ke arah vertikal tetapi selama proses erupsi gigi

berlangsung, gigi juga mengalami pergerakan miring, rotasi dan pergerakan ke arah

mesial.6,12 Proses erupsi gigi dimulai sebelum tanda pertama mineralisasi dimana

proses erupsi gigi ini terus-menerus berlangsung tidak hanya sampai terjadi kontak

dengan gigi antagonisnya, tetapi juga sesudahnya, meskipun gigi telah difungsikan.

Proses erupsi gigi berakhir bila gigi telah tanggal.7

Adanya pergerakan pada proses erupsi gigi akan menstimulasi pertumbuhan

tulang rahang dalam arah panjang dan lebar. Hal ini terbukti bila gigi tanggal pada

masa pertumbuhan dan perkembangan tulang rahang maka tulang rahang di sekitar

gigi yang tanggal tersebut mengalami ketertinggalan dalam pertumbuhannya

dibandingkan dengan tulang rahang di sekitar gigi yang tidak tanggal. Benih-benih


(26)

Dengan pertumbuhan rahang, gigi desidui akan lebih terdorong ke arah oklusal,

makin tertinggal benih gigi permanen dan akhirnya benih gigi permanen ini

menempati lingual akar atau antara akar-akar gigi desidui.1

Proses erupsi gigi dapat dibagi atas tiga tahap, yaitu tahap praerupsi,

prafungsional, dan fungsional.

a.Tahap Praerupsi

Tahap praerupsi dimulai saat pembentukan benih gigi sampai mahkota selesai

dibentuk. Pada tahap praerupsi, rahang mengalami pertumbuhan pesat di bagian

posterior dan permukaan lateral yang mengakibatkan rahang mengalami peningkatan

panjang dan lebar ke arah anterior-posterior. Untuk menjaga hubungan yang konstan

dengan tulang rahang yang mengalami pertumbuhan pesat ini maka benih gigi

bergerak ke arah oklusal.13

Pergerakan benih gigi ke arah oklusal pada tahap praerupsi berhubungan

dengan pertumbuhan tulang rahang pada sisi apikal dan jaringan ikat di sekitar

kantung gigi.13 Pertumbuhan tulang rahang pada sisi apikal pada tahap praerupsi ini

berlangsung lebih cepat daripada sisi yang lain dari tulang rahang yang menyebabkan

terjadinya peningkatan tekanan pada sisi apikal tulang rahang sehingga benih gigi

terdorong ke arah oklusal. 12,13 Selain proliferasi aktif dari tulang rahang, bergeraknya

benih gigi ke arah oklusal pada tahap praerupsi ini juga dipicu oleh pertumbuhan dari

jaringan ikat di sekitar kantung gigi. Proliferasi jaringan ikat ini berjalan dengan cepat


(27)

b. Tahap Prafungsional

Tahap prafungsional dimulai dari pembentukan akar sampai gigi mencapai

dataran oklusal.13 Pada tahap prafungsional gigi bergerak lebih cepat ke arah vertikal.

Selain bergerak ke arah vertikal, pada tahap prafungsional gigi juga bergerak miring

dan rotasi. Gerakan miring dan rotasi dari gigi ini bertujuan untuk memperbaiki

posisi gigi berjejal di dalam tulang rahang yang masih mengalami pertumbuhan.12,13

Pergerakan gigi ke arah oklusal pada tahap prafungsional berhubungan

dengan pertumbuhan jaringan ikat di sekitar kantung gigi.13 Proliferasi aktif dari

jaringan ligamen periodontal ini menghasilkan suatu tekanan di sekitar kantung gigi

yang akan mendorong gigi ke arah oklusal. Tekanan erupsi pada tahap prafungsional

semakin bertambah seiring meningkatnya permeabilitas vaskular di sekitar ligamen

periodontal. Meningkatnya permeabilitas vaskular ini memicu keluarnya cairan

secara difus dari dinding vaskular sehingga terjadi penumpukan cairan di sekitar

ligamen periodontal yang kemudian menghasilkan tekanan erupsi.Keadaan ini sama

dengan kondisi inflamasi dimana jaringan ligamen periodontal yang membengkak

akan mendorong gigi ke luar dari soketnya, tetapi proses patologis ini tidaklah sama

sepenuhnya dengan proses erupsi fisiologis.1 2,13 Faktor lain yang juga berperan dalam

menggerakkan gigi ke arah oklusal pada tahap prafungsional ini adalah perpanjangan

dari pulpa, dimana pulpa yang sedang berkembang pesat ke arah apikal juga dapat

menghasilkan kekuatan untuk mendorong mahkota ke arah oklusal.13 Peran

pertumbuhan akar dalam proses erupsi gigi pada tahap prafungsional masih belum

diketahui karena gigi yang sudah dirusak akarnya masih bisa bererupsi, bahkan ada


(28)

jaringan ikat, peningkatan permeabilitas vaskular di sekitar ligamen periodontal dan

pertumbuhan pulpa merupakan tiga faktor yang menyebabkan bergeraknya gigi ke

arah oklusal pada tahap prafungsional.12,13

c. Tahap Fungsional

Tahap ini dimulai sejak gigi difungsikan dan berakhir ketika gigi telah

tanggal. Selama tahap fungsional gigi bergerak ke arah oklusal, mesial, dan

proksimal.13 Pergerakan gigi pada tahap fungsional ini bertujuan sehingga oklusi dan

titik kontak proksimal dari gigi dapat dipertahankan.7

Pada tahap fungsional tulang alveolar masih mengalami pertumbuhan

terutama pada bagian soket gigi sebelah distal demikian halnya dengan sementum

pada akar gigi.Terjadinya pertumbuhan pada sementum dan tulang di sekitar soket

gigi sebelah distal pada tahap fungsional menimbulkan interpretasi bahwa

bergeraknya gigi ke arah oklusal dan proksimal pada tahap ini berhubungan dengan

pertumbuhan tulang alveolar dan pertumbuhan sementum. Interpretasi ini tidaklah

benar.13 Pertumbuhan tulang alveolar dan sementum bukanlah penyebab bergeraknya

gigi pada tahap fungsional tetapi pertumbuhan tulang alveolar dan pertambahan

sementum yang terjadi pada tahap fungsional ini merupakan hasil dari pergerakan

gigi selama tahap prafungsional. 12,13 Adapun penggerak gigi selam tahap fungsional

sama dengan tahap prafungsional yaitu proliferasi ligamen periodontal, tetapi berjalan


(29)

2.2 Waktu Erupsi Gigi

Waktu erupsi gigi diartikan sebagai waktu munculnya tonjol gigi atau tepi

insisal dari gigi menembus gingiva.7 Berdasarkan penelitian terdahulu terdapat

perbedaan waktu erupsi antara satu populasi dengan populasi lain yang berbeda Ras

bahkan berdasarkan penelitian Hume (1992) pada berbagai etnik di Amerika dan

Eropa Barat didapat data bahwa tidak ada dua individu yang mempunyai waktu

erupsi yang sama.1,7

Gigi yang bererupsi pertama kalinya adalah gigi susu atau gigi desidui.

Beberapa lama gigi desidui akan berada dalam rongga mulut untuk melaksanakan

aktivitas fungsionalnya, sampai akhirnya gigi permanen erupsi untuk menggantikan

gigi desidui tersebut.1,15-19

Waktu erupsi gigi permanen dimulai saat anak berusia 6 sampai 7 tahun,

ditandai dengan erupsi gigi molar pertama rahang bawah bersamaan dengan insisivus

pertama rahang bawah dan molar pertama rahang atas.3,9,16 Gigi insisivus sentral

rahang atas erupsi umur 7 tahun dilanjutkan dengan gigi insisivus lateral rahang

bawah. Gigi insisivus lateral rahang atas erupsi umur 8 tahun dan gigi kaninus rahang

bawah umur 9 tahun. Gigi premolar pertama rahang atas erupsi umur 10 tahun,

dilanjutkan dengan erupsi gigi premolar kedua rahang atas, premolar pertama rahang

bawah, kaninus rahang atas dan premolar kedua rahang bawah. Erupsi gigi molar

kedua rahang bawah terjadi umur 11 tahun dan molar kedua rahang atas umur 12


(30)

Tabel 1. Erupsi gigi permanen laki-laki pada beberapa populasi

Group Source Method Maxilla Mandible

I1 I2 C P1 P2 M1 M2 I1 I2 C P1 P2 M1 M2

Java Indriati,2001 C, mean C, median 7.22 7.33 8.56 8.42 11.58 11.5 10.33 10.33 10.65 10.83 6.73 6.83 11.86 11.75 6.66 6.83 7.42 7.5 11.14 11.22 10.49 10.83 11.33 11.46 6.7 6.83 11.22 11.33 Am. Negro Steggerda & Hills, 1942 L, mean 7.77 8.45 11.74 10.82 11.92 6.79 12.64 6.95 7.94 10.99 10.86 11.48 6.97 12.33 Zulu Suk, 1919 C, median 5.98 6.98 10.17 10.11 10.66 5.26 11.36 5.47 5.96 9.63 10.11 10.75 5.23 11.04 Maya Steggerda & Hills, 1942 L, mean 8.35 9.3 11.79 10.29 11.63 6.88 12.49 7.41 8.4 11.16 11.14 11.99 6.76 11.86 Navajo Steggerda & Hills, 1942 L, mean 7.65 8.84 11.07 10.09 10.9 6.68 11.56 6.8 7.72 10.26 10.22 11.18 6.33 11.62 Pima Dahlberg, 1958 C, median 7.83 8.74 11.66 10.08 11.33 5.98 11.67 6.26 7.65 10.78 10.43 11.39 5.89 11.2 American Steggerda & Hills, 1942 L, mean 7.87 9.16 11.83 10.72 11.46 7.04 13.05 6.93 8.51 10.94 11.15 11.86 6.98 12.41 American Hellman, 1943 L, mean 7.33 8.6 12.02 11.17 12.21 6.75 12.96 6.29 7.55 11.04 11.09 12.32 6.82 12.59 American Fulton & Price, 1954 L, mean 7.26 8.42 11.38 10.42 11.12 6.63 12.09 6.54 7.54 10.72 11.09 11.8 6.32 11.83 American Cattell, 1928 C, median 7.33 8.42 11.5 10.33 11.08 6.33 12.16 6.25 7.58 10.66 10.58 11.33 6.16 11.66 American Cohen, 1928 C, median 7.1 8.6 11.5 10.2 10.7 6.4 12.8 6.4 7.5 10.3 10.8 11.4 6.4 11.8 American Klein et al., 1938 C, median 7.49 8.62 11.8 10.42 11.18 6.64 12.7 6.5 7.64 10.7 10.75 11.45 6.44 12.2 English Stones et al., 1951 L, mean 8.1 8.85 12.24 10.93 11.38 6.72 12.43 6.85 8.12 11.41 11.4 12.12 6.91 12.16 English Ainsworth, 1925 C, median 7.42 8.81 11.73 9.96 10.89 6.34 12.33 6.49 7.72 10.8 10.86 11.8 6.24 11.86 English Clements et al., 1953 C, median 7.01 8.18 11.46 10.41 11.52 6.11 11.97 6.08 7.3 10.51 11.35 12.32 6.14 11.41 New Zealand Leslie, 1951 C, median 7.26 8.32 11.4 11.01 11.74 6.47 12.47 6.38 7.42 10.78 11.34 12.18 6.46 11.89


(31)

Tabel 2. Erupsi gigi permanen perempuan pada beberapa populasi

Group Source Method Maxilla Mandible

I1 I2 C P1 P2 M1 M2 I1 I2 C P1 P2 M1 M2

Java Indriati,2001 C, mean C, median 7.59 7.58 8.82 9.04 11.03 11 10.56 10.92 11.05 11.37 6.91 6.5 11.81 12 6.83 6.83 7.69 7.67 11.08 11 10.79 11 11.05 11.42 6.82 6.75 11.25 11.46 Am. Negro Steggerda & Hills, 1942 L, mean 7.13 8.31 10.39 10.07 10.97 6.9 11.85 6.28 7.19 9.73 10.23 10.77 6.33 11.43 Zulu Suk, 1919 C, median 6.18 7.14 9.72 9.76 10.06 5.77 10.92 5.85 6.23 9.12 9.76 10.24 5.49 10.61 Maya Steggerda & Hills, 1942 L, mean 8.27 8.63 10.89 9.96 10.92 6.69 12.09 7.15 8.09 10.32 10.24 11.16 6.68 11.49 Navajo Steggerda & Hills, 1942 L, mean 7.71 8.66 10.68 9.88 11.38 6.61 11.43 6.48 7.44 9.81 10.18 10.47 6.43 11.23 Pima Dahlberg, 1958 C, median 7.47 8.34 10.94 9.63 10.73 5.8 11.38 6.15 7.32 9.66 9.87 10.73 5.43 10.8 American Steggerda & Hills, 1942 L, mean 7.59 8.78 11.41 10.52 11.33 6.97 12.62 6.58 8 10.22 10.63 11.52 6.59 11.86 American Hellman, 1943 L, mean 7.24 8.17 11.74 10.83 11.94 6.89 12.93 6.26 7.43 10.26 10.66 11.74 6.7 12.61 American Fulton & Price, 1954 L, mean 7 7.87 10.55 9.91 10.46 6.32 11.59 6.21 6.92 9.68 10.08 10.79 6.04 10.91 American Cattell, 1928 C, median 7.08 8 11.08 9.92 10.92 6.16 12.08 6.08 7.25 9.66 10.08 11.08 6 11.42 American Cohen, 1928 C, median 6.9 7.9 10.7 9.9 10.7 6.1 12.2 6.1 7 9.6 10.1 10.08 5.59 11.6 American Klein et al., 1938 C, median 7.2 8.15 11.05 10 10.82 6.54 12.4 6.19 7.31 9.85 10.2 11 6.12 11.9 English Stones et al., 1951 L, mean 7.67 8.66 12.01 10.47 11.11 6.6 12.11 6.81 8.05 10.67 11.43 12.01 6.57 12.21 English Ainsworth, 1925 C, median 7.2 8.37 11.2 9.77 10.72 6.12 12.07 6.23 7.5 9.9 10.36 11.21 5.95 11.52 English Clements et al., 1953 C, median 6.62 7.82 10.67 9.79 11.06 5.94 11.5 5.77 7.01 9.41 10.53 11.64 5.84 11.18 New Zealand Leslie, 1951 C, median 6.83 7.86 10.82 10.52 11.24 6.98 12.2 6.19 7.16 9.74 10.54 11.73 6.3 11.36


(32)

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Erupsi Gigi

Erupsi gigi merupakan proses yang bervariasi pada setiap anak.3,9,16 Variasi

ini bisa terjadi dalam setiap periode dalam proses pertumbuhan dan perkembangan

gigi, terutama pada periode transisi pertama dan kedua. Variasi ini masih dianggap

sebagai suatu keadaaan yang normal jika lamanya perbedaan waktu erupsi gigi masih

berkisar antara 2 tahun.3

Variasi dalam erupsi gigi dapat disebabkan oleh banyak faktor, yaitu:

1. Faktor Keturunan (Genetik)

Faktor keturunan dapat mempengaruhi kecepatan waktu erupsi gigi.9,18 Faktor

genetik mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan waktu dan urutan erupsi

gigi, termasuk proses kalsifikasi.1,3 Pengaruh faktor genetik terhadap erupsi gigi

adalah sekitar 78 %.3

2. Faktor Ras

Perbedaan Ras dapat menyebabkan perbedaan waktu dan urutan erupsi gigi

permanen.1 Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika dengan Eropa

lebih lambat daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit hitam dan Amerika

Indian. Orang Amerika, Swiss, Perancis, Inggris, dan Swedia termasuk dalam Ras

yang sama yaitu Kaukasoid dan tidak menunjukkan perbedaan waktu erupsi yang

terlalu besar.3

3. Jenis Kelamin

Waktu erupsi gigi permanen rahang atas dan bawah terjadi bervariasi pada


(33)

4. Faktor Lingkungan

Pertumbuhan dan perkembangan gigi dipengaruhi oleh faktor lingkungan

tetapi tidak banyak mengubah sesuatu yang telah ditentukan oleh faktor keturunan.

Pengaruh faktor lingkungan terhadap waktu erupsi gigi adalah sekitar 20 %.3

Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor lingkungan antara lain:

a. Sosial Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi dapat mempengaruhi keadaan nutrisi, kesehatan

seseorang dan faktor lainnya yang berhubungan.6 Anak dengan tingkat ekonomi

rendah cenderung menunjukkan waktu erupsi gigi lebih lambat dibanding anak

tingkat ekonomi menengah. Penelitian yang dilakukan oleh Clements dan Thomas,

menyatakan bahwa anak-anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi tinggi

memperlihatkan erupsi gigi lebih cepat dibandingkan anak-anak yang berasal dari

tingkat sosial ekonomi rendah (Andreasen, 1998). Hal ini berhubungan dengan nutrisi

yang diperoleh anak-anak dengan tingkat sosial ekonomi tinggi lebih baik.3

b. Nutrisi

Faktor pemenuhan gizi dapat mempengaruhi waktu erupsi gigi dan

perkembangan rahang.3 Nutrisi sebagai faktor pertumbuhan dapat mempengaruhi

erupsi, tetapi hal ini terjadi pada malnutrisi yang hebat.1 Kekurangan nutrisi dapat

menyebabkan keterlambatan erupsi gigi.18 Nutrisi sebagai faktor pertumbuhan dapat

mempengaruhi erupsi dan proses kalsifikasi. Keterlambatan waktu erupsi gigi dapat

dipengaruhi oleh faktor kekurangan nutrisi, seperti vitamin D dan gangguan kelenjar


(34)

5. Faktor Penyakit

Gangguan pada erupsi gigi permanen dapat disebabkan oleh penyakit sistemik

dan beberapa sindroma, seperti Down syndrome, Cleidocranial dysostosis,

Hypothyroidism, Hypopituitarism, beberapa tipe dari Craniofacial synostosis dan Hemifacial atrophy.3,7,18

6. Faktor Lokal

Faktor-faktor lokal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi adalah jarak gigi ke

tempat erupsi, malformasi gigi, adanya gigi berlebih, trauma dari benih gigi, mukosa


(35)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep

?

?

Suku Batak Toba dengan kesehatan umum

anak baik

Kelompok usia:

- Kelompok usia 6 tahun - Kelompok usia 7 tahun - Kelompok usia 8 tahun - Kelompok usia 9 tahun - Kelompok usia 10 tahun - Kelompok usia 11 tahun - Kelompok usia 12 tahun

Perempuan Laki-laki

Waktu Erupsi Gigi Permanen Pada Rahang Atas dan Bawah

Faktor Gizi/nutrisi


(36)

3.2 Hipotesa Penelitian

1. Terdapat perbedaan waktu erupsi gigi permanen antara laki-laki dan

perempuan pada anak usia 6 sampai 12 tahun di SD St. Antonius V Medan.

2. Terdapat perbedaan waktu erupsi gigi permanen antara rahang atas dan bawah


(37)

3.3 Skema Alur Penelitian

Skema Alur Penelitian

Populasi Siswa/i SD St. Antonius V Medan Kuisioner

Calon sampel

Seleksi

 Suku Batak Toba (dua keturunan)

 Usia 6 sampai 12 tahun

 Kesehatan umum anak baik

Sampel selektif

Laki-laki Perempuan

Pemeriksaan rongga mulut

Erupsi gigi rahang atas Erupsi gigi rahang bawah

Hasil data

Analisa hasil data


(38)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross

sectional dengan melakukan pengamatan pada anak-anak usia 6-12 tahun yang

bersekolah di SD St. Antonius V Medan Suku Batak Toba, untuk melihat waktu

erupsi gigi permanen.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat : SD St. Antonius V Medan

Jln. H.M Joni No 52 A Pasar Merah Medan

Waktu : Januari 2010 - Februari 2010

4.3 Populasi, Sampel, dan Besar Sampel Penelitian

Populasi: Populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak usia 6-12 tahun yang bersekolah di SD St. Antonius V Medan suku Batak Toba.

Sampel: Setelah kuisioner dibagikan kepada seluruh anak-anak SD St. Antonius V Medan maka dipilih anak-anak yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sebagai

sampel penelitian.

Kriteria inklusi:


(39)

• Anak suku Batak Toba asli (dua generasi)

• Status kesehatan umum baik

Kriteria eksklusi:

• Orangtua tidak setuju anak menjadi sampel penelitian

• Anak tidak kooperatif

Kemudian setiap anak dimasukkan ke dalam kelompok umur, yaitu:

• Kelompok umur 6 tahun

• Kelompok umur 7 tahun

• Kelompok umur 8 tahun

• Kelompok umur 9 tahun

• Kelompok umur 10 tahun

• Kelompok umur 11 tahun

• Kelompok umur 12 tahun

Sampel diperoleh dengan cara random sampling pada setiap kelompok umur. Besar Sampel: Sampel dihitung dengan rumus: 20

(Zα + Zβ). S 2 n =

d

Keterangan:

n =besar sampel

Zα=batas atas nilai konversi pada tabel distribusi normal untuk batas kemaknaan=1,96

Zβ=batas bawah nilai konversi pada tabel distribusi normal untuk batas


(40)

S=standard deviasi perkiraan perbedaan 4 =0,25

d=mean deviasi perbedaan 4 =0,12

Sehingga:

(1,96+1,645).0,25 2 n =

0,12

n = 56,40

Jumlah sampel yang diperiksa dalam penelitian ini adalah 63 orang untuk setiap

kelompok jenis kelamin.

Sehingga jumlah seluruh sampel dalam penelitian ini adalah 126 orang

4.4 Variabel Penelitian

4.5 Definisi Operasion Variabel Bebas a. Gigi permanen

b. Jenis kelamin :

• laki-laki

• perempuan

c. Usia (6-12 tahun)

Variabel Terikat

Waktu erupsi gigi permanen

Variabel Terkendali a. Anak Suku Batak Toba

b. Kesehatan umum anak baik

Variabel Tak Terkendali a. Faktor Keturunan (Genetik)

d. Faktor Lokal


(41)

4.5 Defenisi Operasional

1. Gigi yang erupsi adalah gigi yang telah menembus gingiva dan tidak

melebihi 3 mm di atas gingiva level dihitung dari tonjol gigi atau tepi incisal.

2. Usia kronologis adalah usia berdasarkan tanggal, bulan, dan tahun

kelahiran dengan kriteria jika saat penelitian umur anak telah lebih 6 bulan sejak

ulang tahun terakhir, maka umur anak dimasukkan ke dalam kelompok umur

selanjutnya.

• 5 tahun 7 bulan sampai 6 tahun 6 bulan dihitung 6 tahun • 6 tahun 7 bulan sampai 7 tahun 6 bulan dihitung 7 tahun • 7 tahun 7 bulan sampai 8 tahun 6 bulan dihitung 8 tahun • 8 tahun 7 bulan sampai 9 tahun 6 bulan dihitung 9 tahun • 9 tahun 7 bulan sampai 10 tahun 6 bulan dihitung 10 tahun • 10 tahun 7 bulan sampai 11 tahun 6 bulan dihitung 11 tahun • 11 tahun 7 bulan sampai 12 tahun 6 bulan dihitung 12 tahun

3. Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki siswa/i SD

St.Antonius V Medan sesuai dengan yang tercatat pada Kartu Keterangan Siswa/i,

dikategorikan atas:

• Laki-laki

• Perempuan

4. Suku Batak Toba yaitu anak yang berasal dari keturunan sejauh dua


(42)

4.6 Bahan dan Alat Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kaca mulut,

sonde, senter, jangka, penggaris, pinset, antiseptik dan desinfektan, masker, kapas,

sarung tangan, tisu, alat tulis, dan lembaran formulir pengisian.

4.7 Prosedur Penelitian

Setelah surat ethical clearance dan izin dari Kepala Sekolah Dasar diperoleh

oleh peneliti, kemudian seluruh anak dibagikan kuisioner dan surat persetujuan

pemeriksaan untuk diisi oleh orang tua anak dan dikembalikan kepada peneliti.

Cara pengambilan data yaitu:

1. Pengambilan data anak dilakukan di sekolah pada ruang yang telah

disediakan pihak sekolah dengan penerangan yang cukup.

2. Setiap 9 anak dengan jenis kelamin yang sama dipanggil dari kelasnya

masing-masing dan dikumpulkan di ruang pemeriksaan. Kemudian didudukkan di

bangku yang telah disediakan, posisi pemeriksa dan anak saling berhadapan.

3. Peneliti mengisi data anak yang akan diperiksa pada formulir pemeriksaan

yang terdiri dari tanggal pemeriksaan, nama, tanggal lahir, jenis kelamin, dan kelas.

4. Peneliti melakukan pemeriksaan oral dengan melihat semua gigi permanen

yang telah erupsi dan mencatatnya dalam lembar pemeriksaan, dengan kategori

sebagai berikut:


(43)

Tanda + : Gigi telah erupsi ≤ 3 mm di atas gingiva level dihitung dari tonjol gigi atau tepi incisal.

Tanda ++ : Gigi telah erupsi > 3 mm di atas gingiva level dihitung dari tonjol gigi

atau tepi incisal.

Dimana data yang akan diolah dalam penelitian ini adalah gigi yang telah erupsi ≤ 3 mm dengan tanda ” +” pada setiap kelompok umur untuk melihat waktu erupsi gigi

permanen pada setiap rahang anak.

4.8 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara ditabulasi. Dari data yang ada dicari

nilai rata-rata (mean) dan nilai simpangan baku (standard deviasi) untuk mengetahui

waktu erupsi gigi permanen pada anak usia 6-12 tahun. Untuk mengetahui adanya

perbedaan waktu erupsi gigi permanen antara laki-laki dan perempuan dan perbedaan


(44)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian diperoleh berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan terhadap

144 siswa/i Sekolah Dasar St. Antonius V Medan usia 6 sampai 12 tahun suku Batak

Toba dari kuisioner .

5.1 Jumlah dan Persentase Sampel Berasarkan Jenis Kelamin dan Usia pada Siswa/i SD St. Antonius V Medan

Tabel 3 menunjukkan jumlah dan persentase sampel berdasarkan jenis

kelamin dan umur pada siswa/i SD St. antonius V Medan.

Tabel 3. JUMLAH DAN PERSENTASE SAMPEL BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN UMUR PADA SISWA/I SD ST ANTONIUS V MEDAN

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Total

Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)

6 tahun 18 (12,5%) 18 (12,5%) 36 (25%)

7 tahun 9 (6,25%) 9 (6,25%) 18 (12,5%)

8 tahun 9 (6,25%) 9 (6,25%) 18 (12,5%)

9 tahun 9 (6,25%) 9 (6,25%) 18 (12,5%)

10 tahun 9 (6,25%) 9 (6,25%) 18 (12,5%)

11 tahun 9 (6,25%) 9 (6,25%) 18 (12,5%)

12 tahun 9 (6,25%) 9 (6,25%) 18 (12,5%)

Total 72 (50%) 72 (50%) 18 (12,5%)

Jumlah sampel yang memenuhi kriteria berdasarkan umur yaitu pada umur 6

tahun sebanyak 36 orang (25%) dengan laki-laki 18 orang (12,5%) dan perempuan 18

orang (12,5%), umur 7 tahun sebanyak 18 orang (12,5%) dengan laki-laki 9 orang


(45)

dengan laki-laki 9 orang (6,25%) dan perempuan 9 orang (6,25%), umur 9 tahun

sebanyak 18 orang (12,5%) dengan laki-laki 9 orang (6,25%) dan perempuan 9 orang

(6,25%), umur 10 tahun sebanyak 18 orang (12,5%) dengan laki-laki 9 orang (6,25%)

dan perempuan 9 orang (6,25%), umur 11 tahun sebanyak 18 orang (12,5%) dengan

laki-laki 9 orang (6,25%) dan perempuan 9 orang (6,25%), umur 12 tahun sebanyak

18 orang (12,5%) dengan laki-laki 9 orang (6,25%) dan perempuan 9 orang (6,25%).

5.2 Waktu Erupsi Gigi Permanen Rahang Atas dan Bawah pada Siswa/i SD St. Antonius V Medan

Tabel 4 menunjukkan rata-rata waktu erupsi gigi permanen rahang atas dan

bawah pada siswa/i SD St. Antonius V Medan.

Tabel 4.RATA-RATA WAKTU ERUPSI GIGI PERMANEN RAHANG ATAS DAN BAWAH PADA SISWA/I SD ST ANTONIUS V MEDAN

Elemen Gigi Range

(tahun) Rata-rata (tahun) Range (tahun) Rata-rata (tahun) Urutan Erupsi

Rahang Atas Kanan Rahang Atas Kiri Rahang

Atas

Insisivus pertama 5,91-7,16 6,40 6,00-7,41 6,46 2

Insisivus kedua 7,50-9,25 8,32 7,33-9,25 8,28 3

Kaninus 8,83-11,41 9,92 8,75-11,41 9,91 5

Premolar pertama 8,25-11,16 9,81 8,25-10,75 9,74 4

Premolar kedua 8,41-11,41 10,14 8,41-11,41 10,14 6

Molar pertama 5,75-6,50 6,17 5,83-6,41 6,15 1

Molar kedua 9,83-12,50 11,46 9,83-12,50 11,40 7

Rahang Bawah Kanan Rahang Bawah Kiri Rahang

Bawah

Insisivus pertama 5,58-7,16 6,07 5,75-7,16 6,13 2

Insisivus kedua 6,58-8,33 7,29 6,33-8,33 7,20 3

Kaninus 8,00-11,16 9,52 8,00-11,16 9,48 4

Premolar pertama 8,16-11,41 9,57 8,00-11,41 9,60 5

Premolar kedua 8,83-11,16 9,99 8,83-11,16 9,94 6

Molar pertama 5,58-6,41 5,96 5,66-6,16 5,97 1


(46)

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa pada rahang atas kanan, erupsi

insisivus pertama terjadi pada umur rata-rata 6,40 tahun dengan batas bawah 5,91

tahun dan batas atas 7,16 tahun, insisivus kedua 8,32 tahun dengan batas bawah 7,50

dan batas atas 9,22 tahun, kaninus 9,92 tahun dengan batas bawah 8,83 dan batas atas

11,41 tahun, premolar pertama 9,81 tahun dengan batas bawah 8,25 dan batas atas

11,16 tahun, premolar kedua 10,14 tahun dengan batas bawah 8,41 dan batas atas

11,41 tahun, molar pertama 6,17 tahun dengan batas bawah 5,75 dan batas atas 6,50

tahun, molar kedua 11,46 tahun dengan batas bawah 9,83 dan batas atas 12,50 tahun.

Pada rahang atas kiri, erupsi insisivus pertama terjadi pada umur rata-rata 6,46 tahun

dengan batas bawah 6,00 tahun dan batas atas 7,41 tahun, insisivus kedua 8,28 tahun

dengan batas bawah 7,33 dan batas atas 9,25 tahun, kaninus 9,91 tahun dengan batas

bawah 8,75 dan batas atas 11,41 tahun, premolar pertama 9,74 tahun dengan batas

bawah 8,25 dan batas atas 10,75 tahun, premolar kedua 10,14 tahun dengan batas

bawah 8,41 dan batas atas 11,41 tahun, molar pertama 6,15 tahun dengan batas

bawah 5,83 dan batas atas 6,41 tahun, molar kedua 11,40 tahun dengan batas bawah

9,83 dan batas atas 12,50 tahun.

Pada rahang bawah kanan, erupsi insisivus pertama terjadi pada umur

rata-rata 6,07 tahun dengan batas bawah 5,58 tahun dan batas atas 7,16 tahun, insisivus

kedua 7,29 tahun dengan batas bawah 6,58 tahun dan batas atas 8,33 tahun, kaninus

9,57 tahun dengan batas bawah 8,00 dan batas atas 11,16 tahun, premolar pertama

9,52 tahun dengan batas bawah 8,16 dan batas atas 11,41 tahun, premolar kedua


(47)

dengan batas bawah 9,16 dan batas atas 11,91 tahun. Pada rahang bawah kiri, erupsi

insisivus pertama terjadi pada umur rata-rata 6,13 tahun dengan batas bawah 5,75

tahun dan batas atas 7,16 tahun, insisivus kedua 7,20 tahun dengan batas bawah 6,33

tahun dan batas atas 8,33 tahun, kaninus 9,48 tahun dengan batas bawah 8,00 dan

batas atas 11,16 tahun, premolar pertama 9,60 tahun dengan batas bawah 8,00 dan

batas atas 11,41 tahun, premolar kedua 9,94 tahun dengan batas bawah 8,83 dan

batas atas 11,16 tahun, molar pertama 5,97 tahun dengan batas bawah 5,66 dan batas

atas 6,16 tahun, molar kedua 10,89 tahun dengan batas bawah 9,16 dan batas atas


(48)

5.3 Analisis Waktu Erupsi Gigi Permanen Rahang Atas dan Bawah pada Siswa/i SD St. Antonius V Medan

Tabel 5 menunjukkan hasil rata-rata dan uji statistik waktu erupsi gigi

permanen rahang atas dan bawah pada siswa/i SD St. Antonius V Medan.

Tabel 5.HASIL RATA-RATA DAN UJI STATISTIK WAKTU ERUPSI GIGI PERMANEN RAHANG ATAS DAN BAWAH PADA SISWA/I SD ST ANTONIUS V MEDAN

Elemen gigi Rata-rata(tahun) SD (tahun) p

11 6,40 0,42 0,033*

41 6,07 0,38

12 8,32 0,48 0,000*

42 7,14 0,60

13 9,92 0,76 0,046*

43 9,57 0,77

14 9,81 0,84 0,036*

44 9,52 0,99

15 10,14 0,82 0,046*

45 9,99 0,64

16 6,17 0,23 0,032*

46 5,96 0,24

17 11,46 0,57 0,004*

47 10,89 0,75

21 6,46 0,47 0,010*

31 6,13 0,35

22 8,28 0,50 0,000*

32 7,20 0,67

23 9,91 0,76 0,041*

33 9,48 0,80

24 9,74 0,83 0,048*

34 9,60 1,02

25 10,14 0,77 0,042*

35 9,94 0,61

26 6,15 0,21 0,002*

36 5,97 0,18

27 11,40 0,57 0,004*

37 10,86 0,75


(49)

Pada penelitian ini dilakukan uji-t independent untuk melihat perbedaan

waktu erupsi gigi permanen pada rahang atas dan bawah. Pada tabel 5 berdasarkan

hasil analisis uji-t ada perbedaan yang signifikan (p<0,05) waktu erupsi gigi

permanen antara elemen gigi pada rahang atas dengan rahang bawah dengan p =

0,033 (p<0,05) untuk gigi insisivus pertama kanan, p = 0,000 (p<0,05) untuk

insisivus kedua kanan, p = 0,046 (p<0,05) untuk kaninus kanan, p = 0,036 (p<0,05)

untuk premolar pertama kanan, p = 0,046 (p<0,05) untuk premolar kedua kanan, p =

0,032 (p<0,05) untuk molar pertama kanan , p = 0,004 (p<0,05) untuk molar kedua

kanan , p= 0,010 (p<0,05) untuk insisivus pertama kiri, p = 0,000 (p<0,05) untuk

insisivus kedua kiri , p = 0,041 (p<0,05) untuk kaninus kiri, p = 0,048 (p<0,05) untuk

premolar pertama kiri, p = 0,042 (p<0,05) untuk premolar kedua kiri, p = 0,002


(50)

5.4 Waktu Erupsi Gigi Permanen Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Siswa/i SD St. Antonius V Medan

Tabel 6, Tabel 7 menunjukkan rata-rata waktu erupsi gigi permanen laki-laki

dan perempuan pada siswa/i SD St. Antonius V Medan.

Tabel 6. RATA-RATA WAKTU ERUPSI GIGI PERMANEN LAKI-LAKI SD ST ANTONIUS V MEDAN

Elemen Gigi Range

(tahun) Rata-rata (tahun) Range (tahun) Rata-rata (tahun) Urutan Erupsi

Rahang Atas Kanan Rahang Atas Kiri Rahang

Atas

Insisivus pertama 6,25-7,16 6,70 6,08-7,41 6,73 2

Insisivus kedua 7,50-8,75 8,41 7,50-8,75 8,43 3

Kaninus 8,83-11,41 9,98 8,75-11,41 9,97 5

Premolar pertama 8,25-11,16 9,90 8,25-11,16 9,86 4

Premolar kedua 8,41-11,41 10,24 8,41-11,41 10,24 6

Molar pertama 6,01-6,50 6,32 5,83-6,50 6,21 1

Molar kedua 10,91-12,00 11,54 10,91-11,91 11,50 7

Rahang Bawah Kanan Rahang Bawah Kiri Rahang

Bawah

Insisivus pertama 5,83-7,16 6,30 5,83-7,16 6,30 2

Insisivus kedua 6,33-8,33 7,43 6,33-8,33 7,27 3

Kaninus 8,25-11,16 9,85 9,08-11,16 9,71 5

Premolar pertama 8,16-11,41 9,66 8,16-8,83 9,69 4

Premolar kedua 8,83-11,16 10,08 8,83-11,16 10,08 6

Molar pertama 5,75-6,41 6,08 5,83-6,16 6,04 1

Molar kedua 10,66-11,66 11,23 10,08-11,66 11,12 7

Pada rahang atas kanan, erupsi insisivus pertama terjadi pada umur rata-rata

6,70 tahun dengan batas bawah 6,25 tahun dan batas atas 7,16 tahun, insisivus kedua

8,41 tahun dengan batas bawah 7,50 dan batas atas 8,75 tahun, kaninus 9,98 tahun

dengan batas bawah 8,83 dan batas atas 11,41 tahun, premolar pertama 9,90 tahun

dengan batas bawah 8,25 dan batas atas 11,16 tahun, premolar kedua 10,24 tahun


(51)

dengan batas bawah 6,01 dan batas atas 6,50 tahun, molar kedua 11,54 tahun dengan

batas bawah 10,91 dan batas atas 12,00 tahun. Pada rahang atas kiri, erupsi insisivus

pertama terjadi pada umur rata-rata 6,73 tahun dengan batas bawah 6,08 tahun dan

batas atas 7,41 tahun, insisivus kedua 8,43 tahun dengan batas bawah 7,50 dan batas

atas 8,75 tahun, kaninus 9,97 tahun dengan batas bawah 8,75 dan batas atas 11,41

tahun, premolar pertama 9,86 tahun dengan batas bawah 8,25 dan batas atas 11,16

tahun, premolar kedua 10,24 tahun dengan batas bawah 8,41 dan batas atas 11,41

tahun, molar pertama 6,21 tahun dengan batas bawah 5,83 dan batas atas 6,50 tahun,

molar kedua 11,50 tahun dengan batas bawah 10,91 dan batas atas 11,91 tahun.

Pada rahang bawah kanan, erupsi insisivus pertama terjadi pada umur

rata-rata 6,30 tahun dengan batas bawah 5,83 tahun dan batas atas 7,16 tahun, insisivus

kedua 7,43 tahun dengan batas bawah 6,33 dan batas atas 8,33 tahun, kaninus 9,85

tahun dengan batas bawah 8,25 dan batas atas 11,16 tahun, premolar pertama 9,66

tahun dengan batas bawah 8,16 dan batas atas 11,41 tahun, premolar kedua 10,08

tahun dengan batas bawah 8,83 dan batas atas 11,16 tahun, molar pertama 6,08 tahun

dengan batas bawah 5,75 dan batas atas 6,41 tahun, molar kedua 11,23 tahun dengan

batas bawah 10,66 dan batas atas 11,66 tahun. Pada rahang bawah kiri, erupsi

insisivus pertama terjadi pada umur rata-rata 6,30 tahun dengan batas bawah 5,83

tahun dan batas atas 7,16 tahun, insisivus kedua 7,27 tahun dengan batas bawah 6,33

dan batas atas 8,33 tahun, kaninus 9,71 tahun dengan batas bawah 9,08 dan batas atas

11,16 tahun, premolar pertama 9,69 tahun dengan batas bawah 8,16 dan batas atas

11,41 tahun, premolar kedua 10,08 tahun dengan batas bawah 8,83 dan batas atas


(52)

tahun, molar kedua 11,12 tahun dengan batas bawah 10,08 dan batas atas 11,66

tahun.

Tabel 7. RATA-RATA WAKTU ERUPSI GIGI PERMANEN PEREMPUAN PADA SISWA/I SD ST ANTONIUS V MEDAN

Elemen Gigi Range

(tahun) Rata-rata (tahun) Range (tahun) Rata-rata (tahun) Urutan Erupsi

Rahang Atas Kanan Rahang Atas Kiri Rahang

Atas

Insisivus pertama 5,91-6,41 6,13 6,00-6,50 6,19 2

Insisivus kedua 7,50-9,25 8,23 7,33-9,25 8,13 3

Kaninus 8,83-10,91 9,87 8,83-10,91 9,86 5

Premolar pertama 8,83-10,66 9,72 8,83-10,66 9,63 4

Premolar kedua 9,25-10,75 10,04 9,25-10,75 10,04 6

Molar pertama 5,75-6,41 6,02 5,83-6,41 6,10 1

Molar kedua 9,83-12,50 11,34 9,83-12,50 11,30 7

Rahang Bawah Kanan Rahang Bawah Kiri Rahang

Bawah

Insisivus pertama 5,58-6,41 5,90 5,75-6,41 5,97 2

Insisivus kedua 6,58-8,25 7,15 6,58-8,25 7,14 3

Kaninus 8,00-10,41 9,19 8,00-10,41 9,15 4

Premolar pertama 8,58-10,66 9,48 8,00-10,66 9,50 5

Premolar kedua 9,16-10,91 9,91 9,16-10,66 9,81 6

Molar pertama 5,58-6,08 5,84 5,66-6,08 5,90 1

Molar kedua 9,16-11,91 10,68 9,16-11,91 10,69 7

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat pada rahang atas kanan, erupsi insisivus

pertama terjadi pada umur rata-rata 6,13 tahun dengan batas bawah 5,91 tahun dan

batas atas 6,41 tahun, insisivus kedua 8,23 tahun dengan batas bawah 7,50 dan batas

atas 9,25 tahun, kaninus 9,77 tahun dengan batas bawah 8,83 dan batas atas 10,91

tahun, premolar pertama 9,72 tahun dengan batas bawah 8,83 dan batas atas 10,66

tahun, premolar kedua 10,04 tahun dengan batas bawah 9,25 dan batas atas 10,75

tahun, molar pertama 6,02 tahun dengan batas bawah 5,75 dan batas atas 6,41 tahun,


(53)

rahang atas kiri, erupsi insisivus pertama terjadi pada umur rata-rata 6,19 tahun

dengan batas bawah 6,00 tahun dan batas atas 6,50 tahun, insisivus kedua 8,13 tahun

dengan batas bawah 7,33 dan batas atas 9,25 tahun, kaninus 9,86 tahun dengan batas

bawah 8,83 dan batas atas 10,91 tahun, premolar pertama 9,63 tahun dengan batas

bawah 8,83 dan batas atas 10,66 tahun, premolar kedua 10,04 tahun dengan batas

bawah 9,25 dan batas atas 10,75 tahun, molar pertama 6,10 tahun dengan batas

bawah 5,83 dan batas atas 6,41 tahun, molar kedua 11,30 tahun dengan batas bawah

9,83 dan batas atas 12,50 tahun.

Pada rahang bawah kanan, erupsi insisivus pertama terjadi pada umur

rata-rata 5,90 tahun dengan batas bawah 5,58 tahun dan batas atas 6,41 tahun, insisivus

kedua 7,15 tahun dengan batas bawah 6,58 dan batas atas 8,25 tahun, kaninus 9,19

tahun dengan batas bawah 8,00 dan batas atas 10,41 tahun, premolar pertama 9,48

tahun dengan batas bawah 8,58 dan batas atas 10,66 tahun, premolar kedua 9,91

tahun dengan batas bawah 9,16 dan batas atas 10,91 tahun, molar pertama 5,84 tahun

dengan batas bawah 5,58 dan batas atas 6,08 tahun, molar kedua 10,68 tahun dengan

batas bawah 9,16 dan batas atas 11,91 tahun. Pada rahang bawah kiri, erupsi insisivus

pertama terjadi pada umur rata-rata 5,97 tahun dengan batas bawah 5,75 tahun dan

batas atas 6,41 tahun, insisivus kedua 7,14 tahun dengan batas bawah 6,58 dan batas

atas 8,25 tahun, kaninus 9,15 tahun dengan batas bawah 8,00 dan batas atas 10,41

tahun, premolar pertama 9,50 tahun dengan batas bawah 8,00 dan batas atas 10,66

tahun, premolar kedua 9,81 tahun dengan batas bawah 9,16 dan batas atas 10,66

tahun, molar pertama 5,90 tahun dengan batas bawah 5,66 dan batas atas 6,08 tahun,


(54)

5.5 Analisis Waktu Erupsi Gigi Permanen Berdasarkan Jenis Kelamin pada Siswa/i SD St. Antonius V Medan

Tabel 8 menunjukkan hasil rata-rata dan uji statistik waktu erupsi gigi permanen berdasarkan jenis kelamin pada siswa/i SD St. Antonius V Medan.

Tabel 8.HASIL RATA-RATA DAN UJI STATISTIK WAKTU ERUPSI GIGI PERMANEN BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA SISWA/I SD ST ANTONIUS V MEDAN

Elemen gigi Rata-rata (tahun) SD (tahun) p

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

11 6,70 6,13 0,42 0,18 0,019*

12 8,41 8,23 0,37 0,58 0,025*

13 9,98 9,87 0,84 0,72 0,043*

14 9,90 9,72 1,00 0,67 0,036*

15 10,24 10,04 1,01 0,55 0,033*

16 6,32 6,02 0,17 0,23 0,021*

17 11,54 11,34 0,35 0,75 0,034*

21 6,73 6,19 0,53 0,20 0,027*

22 8,43 8,13 0,35 0,62 0,025*

23 9,97 9,86 0,84 0,69 0,043*

24 9,86 9,63 0,97 0,69 0,024*

25 10,24 10,04 1,01 0,50 0,024*

26 6,21 6,10 0,20 0,21 0,041*

27 11,50 11,30 0,33 0,78 0,043*

31 6,30 5,97 0,39 0,22 0,025*

32 7,27 7,14 0,73 0,66 0,042*

33 9,71 9,15 0,78 0,74 0,019*

34 9,69 9,50 1,14 0,96 0,025*

35 10,08 9,81 0,76 0,45 0,021*

36 6,04 5,90 0,10 0,21 0,042*

37 11,12 10,69 0,48 0,86 0,018*

41 6,30 5,90 0,42 0,24 0,023*

42 7,43 7,15 0,72 0,48 0,024*

43 9,85 9,19 0,66 0,78 0,029*

44 9,66 9,48 1,14 0,86 0,025*

45 10,08 9,91 0,76 0,54 0,025*

46 6,08 5,84 0,20 0,23 0,024*

47 11,23 10,68 0,36 0,85 0,027*


(55)

Berdasarkan hasil analisa uji-t ada perbedaan yang signifikan (p<0,05) waktu

erupsi gigi permanen antara anak-anak laki-laki dengan perempuan dengan p = 0,019

(p<0,05) untuk gigi insisivus pertama kanan, p = 0,025 (p<0,05) untuk gigi insisivus

kedua kanan, p = 0,043 (p<0,05) untuk kaninus kanan, p = 0,036 (p<0,05) untuk

premolar pertama kanan, p = 0,033 (p<0,05) untuk premolar kedua kanan, p = 0,021

(p<0,05) untuk molar pertama kanan, p = 0,034 (p<0,05) untuk molar kedua kanan, p

= 0,027 (p<0,05) untuk insisivus pertama kiri, p = 0,025 (p<0,05) untuk insisivus

kedua kiri, p = 0,043 (p<0,05) untuk kaninus kiri, p = 0,024 (p<0,05) untuk premolar

pertama kiri, p = 0,024 (p<0,05) untuk premolar kedua kiri, p = 0,041 (p<0,05)

untuk molar pertama kiri, p = 0,043 (p<0,05) untuk molar kedua kiri pada rahang atas

dan p = 0,023 (p<0,05) untuk insisivus pertama kiri, p = 0,024 (p<0,05) untuk

insisivus kedua kiri, p = 0,029 (p<0,05) untuk kaninus kiri, p = 0,025 (p<0,05) untuk

premolar pertama kiri, p = 0,025 (p<0,05) untuk premolar kedua kiri, p = 0,024

(p<0,05) untuk molar pertama kiri, p = 0,027 (p<0,05) untuk molar kedua kiri p =

0,025 (p<0,05) untuk insisivus pertama kanan, p = 0,042 (p<0,05) untuk insisivus

kedua kanan, p = 0,019 (p<0,05) untuk kaninus kanan, p = 0,025 (p<0,05) untuk

premolar pertama kanan, p = 0,021 (p<0,05) untuk premolar kedua kanan, p = 0,042

(p<0,05) untuk molar pertama kanan, p = 0,018 (p<0,05) untuk molar kedua kanan


(56)

BAB 6 PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan melalui pemeriksaan rongga mulut terhadap 144

siswa/i Sekolah Dasar St. Antonius V Medan usia 6 sampai 12 tahun suku Batak

Toba untuk melihat waktu erupsi masing-masing gigi permanen yang ada di rongga

mulut anak. Hasil pengamatan berupa data ditabulasi dan dihitung rata-rata waktu

erupsi masing-masing gigi permanen pada rahang atas dan bawah pada setiap anak

yang menjadi sampel penelitian, dilanjutkan dengan uji-t independent untuk melihat

perbedaan waktu erupsi gigi permanen antara rahang atas dan bawah serta antara

laki-laki dan perempuan.

Pada penelitian ini jumlah anak perempuan sebanyak 72 orang (50%)

sebanding dengan jumlah anak laki-laki 72 orang (50 %). Pada umur 6 sampai 12

tahun diperoleh jumlah anak pada kelompok umur 6 tahun 36 orang (25%) lebih

banyak daripada kelompok umur 7 tahun 18 orang (12,5%), 8 tahun 18 orang

(12,5%), 9 tahun 18 orang (12,5%), 10 tahun 18 orang (12,5%), 11 tahun 18 orang

(12,5%), dan 12 tahun 18 orang (12,5%) (Tabel 3).

6.1 Waktu Erupsi Gigi Permanen Rahang Atas dan Bawah pada Siswa/i SD St. Antonius V Medan

Hasil penelitian pada siswa/i Sekolah Dasar St. Antonius V Medan, gigi


(57)

Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang

berkembang dari interaksi antara sel epitel rongga mulut dan sel bawah mesenkim.

Setiap gigi berbeda secara anatomi, tapi dasar proses pertumbuhannya adalah sama

pada semua gigi.15

Erupsi gigi adalah munculnya mahkota gigi pada permukaan gingiva dan

merupakan proses yang terus menerus dimulai segera setelah mahkota terbentuk.14,22

Menempati posisi sesuai fungsinya di dalam rongga mulut sampai mencapai kontak

oklusi dengan gigi antagonisnya.23 Pada sebagian anak, gigi molar satu adalah yang

pertama erupsi, sedangkan pada anak lainnya yang pertama erupsi adalah insisivus

sentralis.4,9

Hasil penelitian ini menunjukkan urutan erupsi pada rahang atas adalah molar

pertama, insisivus pertama, insisivus kedua, premolar pertama, kaninus, premolar

kedua dan molar kedua. Pada rahang bawah adalah molar pertama, insisivus pertama,

insisivus kedua, kaninus, premolar pertama, premolar kedua, dan molar kedua (Tabel

4 dan gambar 1). Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan pada siswa SDN Sirnasari

Desa Ciptasari Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang dan Madrasah Ibtidaiyah

Nurul Falah suku Sunda pada rahang atas adalah molar pertama, insisivus pertama,

insisivus kedua, premolar pertama, premolar kedua, kaninus, dan molar kedua. Pada

rahang bawah adalah insisivus pertama, molar pertama, insisivus kedua, premolar

pertama, premolar kedua, kaninus, dan molar kedua (Gambar 2). 4 Berdasarkan hasil

penelitian ini, gigi permanen anak-anak suku Batak Toba lebih cepat erupsi pada gigi

insisivus pertama, insisivus kedua, kaninus, dan molar pertama pada rahang atas


(58)

pada elemen gigi yang lain. Urutan erupsi juga berbeda, pada suku Batak Toba, gigi

kaninus lebih dahulu erupsi dibanding gigi premolar pertama dan premolar kedua

pada rahang bawah, sementara itu pada anak-anak suku Sunda, gigi premolar pertama

dan premolar kedua lebih dahulu erupsi dibanding kaninus (Gambar 1 dan Gambar

2).

Tiap elemen gigi berbeda erupsinya dengan elemen yang lain, dan bervariasi

untuk setiap individu.3,16,24 Menurut teori urutan tumbuhnya gigi adalah sebagai

berikut ; pada rahang atas molar pertama, insisivus pertama, insisivus kedua,

premolar pertama, kaninus, premolar kedua, molar kedua atau molar pertama,

insisivus pertama, insisivus kedua, premolar pertama, premolar kedua, kaninus, molar

kedua. Pada rahang bawah (molar pertama-insisivus pertama), insisivus kedua,

kaninus, premolar pertama, premolar kedua, molar kedua atau (molar

pertama-insisivus pertama), pertama-insisivus kedua, premolar pertama, kaninus, premolar kedua,

molar kedua. Tidak semua anak bererupsi seperti ini, tetapi terdapat pada lebih 40%

anak.1 Antara gigi insisivus pertama dan molar kedua mana yang lebih dahulu

tidaklah membawa akibat klinis, tetapi jika molar kedua erupsi lebih dahulu daripada

gigi kaninus maka desakan ke depan gigi molar kedua akan menyebabkan kurangnya


(59)

6.2 Analisis Waktu Erupsi Gigi Permanen Rahang Atas dan Bawah pada Siswa/i SD St. Antonius V Medan

Hasil analisis statistik (Tabel 5) menunjukkan ada perbedaan yang signifikan

(p <0,05) antara erupsi setiap elemen gigi permanen pada rahang atas dengan gigi

pada rahang bawah, maka hipotesa menyatakan ada perbedaan waktu erupsi setiap

elemen gigi yang sama antara rahang atas dan rahang bawah diterima. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan di Kecamatan Rappocini kota Makassar yang

terletak di pusat kota ibu kota propinsi Sulawesi Selatan dan penelitian di luar negeri

oleh Nazeer B. Khan dkk terhadap anak-anak di Arab Saudi yang menyatakan

terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata waktu erupsi gigi rahang atas dan

rahang bawah.14,24

Penelitian-penelitian yang sebelumnya dilakukan menyatakan erupsi gigi

bervariasi pada setiap anak. Erupsi gigi permanen anak-anak lebih dahulu erupsi pada

rahang bawah dibandingkan rahang atas dihubungkan dengan pertumbuhan tulang.

Menurut Nanda, gigi permanen pada rahang bawah erupsi lebih cepat dibandingkan

rahang atas karena proses pertumbuhan dan perkembangan gigi yang lebih awal pada

rahang bawah.12,18 Hal tersebut disebabkan oleh pertumbuhan rahang bawah yang

lebih baik daripada rahang atas karena rahang bawah yang aktif bergerak sehingga


(60)

6.3 Waktu Erupsi Gigi Permanen Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Siswa/i SD St. Antonius V Medan

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh urutan erupsi gigi permanen anak

laki-laki siswa Sekolah Dasar St. Antonius V Medan pada rahang atas adalah molar

pertama, insisivus pertama, insisivus kedua, premolar pertama, kaninus, premolar

kedua, molar kedua. Urutan erupsi pada rahang bawah memiliki urutan yang sama

dengan rahang atas (Tabel 6 dan Gambar 3). Pada anak perempuan urutan erupsi gigi

permanen pada rahang atas adalah molar pertama, insisivus pertama, insisivus kedua,

premolar pertama, kaninus, premolar kedua, molar kedua. Urutan erupsi pada rahang

bawah adalah molar pertama, insisivus pertama, insisivus kedua, kaninus, premolar

pertama, premolar kedua, molar kedua (Tabel 7 dan Gambar 4). Penelitian

sebelumnya dilakukan pada anak-anak suku Jawa didapat urutan erupsi gigi yang

berbeda yaitu pada anak laki-laki rahang atas adalah molar pertama, insisivus

pertama, insisivus kedua, premolar pertama, premolar kedua, kaninus, molar kedua.

Urutan erupsi pada rahang bawah adalah insisivus pertama, molar pertama, insisivus

kedua, premolar pertama, kaninus, molar kedua, premolar kedua (Gambar 5). Pada

anak perempuan suku Jawa, urutan erupsi pada rahang atas adalah molar pertama,

insisivus pertama, insisivus kedua, premolar pertama, kaninus, premolar kedua, molar

kedua. Urutan erupsi pada rahang bawah adalah molar pertama, insisivus pertama,

insisivus kedua, premolar pertama, premolar kedua, kaninus, molar kedua (Gambar

6).


(61)

Jawa dan menunjukkan bahwa anak-anak suku Batak Toba waktu erupsi giginya

lebih cepat dibanding anak-anak suku Jawa dan Sunda. Erupsi gigi terjadi secara

bervariasi pada setiap individu, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni faktor

genetik, ras, jenis kelamin, lingkungan, sosial ekonomi, nutrisi, faktor lokal dan

penyakit.3,14,24-27 Faktor genetik dan ras mempunyai pengaruh yang besar terhadap

erupsi tersebut, namun faktor sosial ekonomi dan nutrisi kurang berpengaruh

terhadap waktu erupsi gigi permanen.3

6.4 Analisis Waktu Erupsi Gigi Permanen Berdasarkan Jenis Kelamin pada Siswa/i SD St. Antonius V Medan

Tabel 8 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata waktu erupsi gigi permanen

antara anak laki-laki dan perempuan suku Batak Toba, dimana anak perempuan

mengalami erupsi gigi yang lebih cepat dibanding anak laki-laki.

Hasil analisis statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan (p <0,05)

antara erupsi setiap elemen gigi permanen rahang atas dan bawah antara anak

laki-laki dan anak perempuan, maka hipotesa menyatakan ada perbedaan antara erupsi

gigi permanen pada rahang atas dan bawah anak laki-laki dengan anak perempuan

diterima. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa anak perempuan

mengalami erupsi gigi lebih cepat dibanding anak laki-laki, yakni penelitian yang

dilakukan di luar negeri terhadap anak-anak di Kelantan Malaysia oleh Nizam A dkk

(2003), anak-anak di Athena Yunani oleh Wedl JS dkk (2005), anak-anak di Arab

Saudi oleh Khan NB dkk (2006), dan anak-anak di Kotif Rantau Parapat oleh


(62)

anak laki-laki karena hormon pada anak perempuan dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan erupsi gigi permanen. Hormon yang dimaksud

adalah hormon estrogen yang memainkan peranan dalam pertumbuhan dan

perkembangan ketika anak perempuan mencapai pubertas. Pada anak perempuan

hormon ini meningkat waktu pubertas yang menyebabkan pertumbuhan dan

perkembangan gigi pada anak perempuan lebih cepat dibanding laki-laki.18,19,28 Anak

perempuan secara fisik lebih matang dibandingkan anak laki-laki bahkan sejak

sebelum lahir. Dalam rahim ibunya, tulang anak perempuan berkembang lebih awal

tiga minggu dibandingkan anak laki-laki, pada saat kelahiran perbedaannya lebih

awal enam minggu, dan pada masa pubertas perkembangannya lebih maju dua tahun.

Pada umumnya waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibandingkan anak

laki-laki, berkisar antara 1 hingga 6 bulan.3,4,26,28

Pada penelitian ini, simpangan baku yang merupakan batas atas dan bawah

dari waktu erupsi gigi memperlihatkan angka yang tidak terlalu besar, yaitu 0,18

sampai 1,14 (Tabel 5 dan 8). Hal ini menunjukkan bahwa variasi waktu erupsi gigi

permanen pada anak-anak di Sekolah Dasar St. Antonius V Medan tidak terlalu besar.

Penyebab kecilnya variasi karena keadaan sampel yang cukup homogen. Sampel

berasal dari ras yang sama, yaitu suku Batak Toba dengan dua generasi.

Erupsi gigi permanen terjadi bertahap sejalan dengan usia sehingga

memperkirakan waktu erupsi gigi secara rinci sangat penting pada perawatan gigi

anak dan jadwal erupsi gigi dapat digunakan sebagai indikator umur pada kasus


(63)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian pada 144 siswa/i Sekolah Dasar St. Antonius V Medan

suku Batak Toba dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Gigi permanen yang pertama erupsi adalah molar pertama dengan rata-rata waktu

erupsi pada usia 5,96 tahun dan gigi yang terakhir erupsi adalah molar kedua rahang

atas dengan rata-rata waktu erupsi pada usia 11,40 tahun.

2. Urutan erupsi gigi permanen pada anak laki-laki suku Batak Toba adalah molar

pertama bawah, molar pertama atas, insisivus pertama bawah, insisivus pertama atas,

insisivus kedua bawah, insisivus kedua atas, premolar pertama bawah, premolar

pertama atas, kaninus bawah, kaninus atas, premolar kedua bawah, premolar kedua

atas, molar kedua bawah, molar kedua atas.

3. Urutan erupsi gigi permanen pada anak perempuan suku Batak Toba adalah molar

pertama bawah, insisivus pertama bawah, molar pertama atas, insisivus pertama atas,

insisivus kedua bawah, insisivus kedua atas, kaninus bawah, premolar pertama

bawah, premolar pertama atas, premolar kedua bawah, kaninus atas, premolar kedua

atas, molar kedua bawah, molar kedua atas

4. Anak-anak suku Batak Toba memiliki waktu dan urutan erupsi yang lebih cepat

dan berbeda dibanding anak-anak suku Sunda dan anak-anak suku Jawa di Indonesia.

5. Terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) erupsi gigi permanen antara rahang


(64)

7.2 Saran

Saran penulis dalam penelitian ini:

1. Perlu dilakukan penelitian terhadap suku-suku lain di Indonesia untuk melihat

kemungkinan adanya variasi waktu erupsi gigi permanen anak-anak di Indonesia.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan besar sampel yang lebih banyak agar

dapat mewakili suatu populasi yang diteliti

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan kelompok usia dimulai 5 tahun agar


(65)

DAFTAR PUSTAKA

1. Mokhtar M. Dasar-dasar ortodonti pertumbuhan dan perkembangan

kraniodentofasial. Medan: Bina Insani Pustaka, 2002:5-1-13.

2. Octiara E, dan Fransisca S. Gejala-gejala yang menyertai erupsi gigi anak.

Dentika 2004; 9(2):91-8.

3. Indriyanti R, Pertiwi ASP, dan Sasmita IS. Pola erupsi gigi permanen ditinjau

dari usia kronologis pada anak usia 6 sampai 12 tahun di Kabupaten Sumedang.

Laporan penelitian. Bandung: Fakultas Kedokteran Gigi UNPAD, 2006.1-30.

4. Indriati E. Permanent tooth eruption in Javanese children. B I Kedokteran

2001;33 (4):237-48.

5. Primasari A. Waktu erupsi gigi molar satu dan incisivus satu permanen pada

murid-murid sekolah taman kanak-kanak dan sekolah dasar di Kotif Rantau Prapat. M Ked Gigi USU 1997;(2):28-34.

6. Wedl JS, Danias S, Schmelzle, and Friedrich RE. Eruption times of permanent

teeth in children and young adolescents in Athens (Greece). Clin Oral Invest

2005;9:131-134.

7. Schuurs AHB. Patologi gigi geligi. Alih Bahasa. Sutatmi Suryo. Yogyakarta:

Gajah Mada University Press, 1993:116-2.

8. Gupta A, Hiremath SS, Singh SK, Poudyal S, Niraula SR, and Baral DD.

Emergence of primary teeth in children of Sunsari district of Eastern Nepal. MJM


(1)

8

6.2975

.38979

.13781

8

5.9675

.21651

.07655

Jenis kelamin

Pria

Wanita

Usia (tahun)

N

Mean

Std. Deviation

Mean

T-Test Insisivus kedua kiri bawah berdasarkan jenis kelamin

Independent Samples Test

.727 .408 2.093 14 .025 .33000 .15764 -.00811 .66811

2.093 10.944 .030 .33000 .15764 -.01719 .67719 Equal variances

assumed Equal variances not assumed Usia (tahun)

F Sig.

Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means

Group Statistics

6

7.2650

.72712

.29685

6

7.1417

.66107

.26988

Jenis kelamin

Pria

Wanita

Usia (tahun)

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean


(2)

T-Test Kaninus kiri bawah berdasarkan jenis kelamin

Group Statistics

12

9.7125

.77900

.22488

9

9.1544

.73566

.24522

Jenis kelamin

Pria

Wanita

Us ia (tahun)

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean

Independent Samples Test

.002 .963 .316 10 .042 .12333 .40119 -1.02058 .76724

.316 9.911 .042 .12333 .40119 -1.02167 .76834 Equal variances

assumed Equal variances not assumed Usia (tahun)

F Sig.

Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means

Independent Samples Test

.000 .993 1.663 19 .019 .55806 .33559 -.14435 1.26046

1.677 17.904 .017 .55806 .33272 -.14123 1.25735 Equal variances

assumed Equal variances not assumed Usia (tahun)

F Sig.

Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means


(3)

T-Test Premolar kedua kiri bawah berdasarkan jenis kelamin

Group Statistics

9

10.0789

.75701

.25234

10

9.8130

.45331

.14335

Jenis kelamin

Pria

Wanita

Us ia (tahun)

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean

10

9.6910

1.13906

.36020

11

9.5036

.95678

.28848

Jenis kelamin

Pria

Wanita

Usia (tahun)

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean

Independent Samples Test

.290 .597 .049 19 .025 .18744 .45750 -.98020 .93493

.049 17.696 .025 .18744 .46148 -.99337 .94810 Equal variances

assumed Equal variances not assumed Usia (tahun)

F Sig.

Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means


(4)

T-Test Molar pertama kiri bawah berdasarkan jenis kelamin

Group Statistics

8

6.0413

.10656

.03768

10

5.8980

.21202

.06705

Jenis kelamin

Pria

Wanita

Us ia (tahun)

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean

Independent Samples Test

2.909 .106 .941 17 .021 .26589 .28266 -.33048 .86225

.916 12.811 .026 .26589 .29021 -.36202 .89379 Equal variances

assumed Equal variances not assumed Usia (tahun)

F Sig.

Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means

Independent Samples Test

3.722 .072 1.736 16 .042 .14325 .08250 -.03165 .31815

1.863 13.811 .034 .14325 .07691 -.02191 .30841 Equal variances

assumed Equal variances not assumed Usia (tahun)

F Sig.

Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means


(5)

11

11.1236

.48169

.14524

17

10.6876

.85764

.20801

Jenis kelamin

Pria

Wanita

Usia (tahun)

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean

Independent Samples Test

3.867 .060 1.531 26 .018 .43599 .28485 -.14952 1.02150 1.719 25.649 .008 .43599 .25369 -.08583 .95781 Equal variances

assumed Equal variances not assumed Usia (tahun)

F Sig. Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means


(6)