Penyakit Alzheimer

(1)

PEN YAKI T ALZH EI M ER

D r I SKAN D AR JAPARD I

Fa k u lt a s Ke dok t e r a n Ba gia n Be da h

Un ive r sit a s Su m a t e r a Ut a r a

I . PEN D AH ULUAN

Penyakit alzheim er dit em ukan pert am a kali pada t ahun 1907 oleh seorang ahli Psikiat ri dan neuropat ologi yang bernam a Alois Alzheim er. I a m engobservasi seorang w anit a berum ur 51 t ahun, yang m engalam i gangguan int elek t ual dan m em ori sert a t idak m enget ahui k em bali k et em pat t inggalny a, sedangk an w anit a it u t idak m engalam i gangguan anggot a gerak ,k oordinasi dan reflek. Pada aut opsi t am pak bagian ot ak m engalam i at ropi y ang difus dan sim et ri, dan secara nik rosk opik t am pak bagian k ort ikal ot ak m engalam i neurit is plaque dan degenerasi neurofibrillary.

Secara epidem iologi dengan sem akin m eningkat nya usia harapan hidup pada berbagai populasi, m ak a j um lah orang berusia lanj ut ak an sem ak in m eningkat . Dilain pihak akan m enim bulkan m asalah serius dalam bidang sosial ekonom i dan kesehat an, sehingga aka sem akin banyak yang berkonsult asi dengan seorang neurolog karena orang t ua t ersebut yang t adinya sehat , akan m ulai k ehilangan k em am puanny a secara efekt if sebagai pek erj a at au sebagai anggot a keluarga. Hal ini m enunj ukkan m unculnya penyakit degenerat if ot ak, t um or, m ult iple st rok e, subdural hem at om a at au peny ak it depresi, y ang m erupakan penyebab ut am a dem ensia.

I st ilah dem ensia digunakan unt uk m enggam barkan sindrom a klinis dengan gej ala m enurunnya daya ingat dan hilangnya fungsi int elek lainnya. Defenisi dem ensia m enurut Unit Neurobehavior pada Bost on Vet erans Adm inist rat ion Medical Cent er ( BVAMC) adalah kelainan fungsi int elek yang didapat dan bersifat m enet ap, dengan adany a gangguan paling sedik it 3 dari 5 kom ponen fungsi luhur yait u gangguan bahasa, m em ori, visuospasial, em osi dan kognisi.

Peny ebab pert am a penderit a dem ensia adalah peny ak it alzheim er ( 50-60% ) dan k edua oleh cerebrovask uler ( 20% ) . Diperkirak an penderit a dem ensia t erut am a penderit a alzheim er pada abad t erak hir ini sem ak in m eningk at j um lah kasusnya sehingga akan m ungkin m enj adi epidem i sepert i di Am erika dengan insidensi dem ensia 187 populasi / 100.000/ t ahun dan penderit a alzheim er 123/ 100.000/ t ahun sert a penyebab kem at ian keem pat at au kelim a

I I . I N SI D EN SI

Penyakit alzheim er m erupakan penyakit neurodegenerat if yang secara epidem iologi t erbagi 2 kelom pok yait u kelom pok yang m enderit a pada usia kurang 58 t ahun disebut sebagai early onset sedangkan kelom pok yang m enderit a pada usia lebih dari 58 t ahun disebut sebagai lat e onset .


(2)

Peny ak it alzheim er dapat t im bul pada sem ua um ur, 96% k asus dij um pai set elah berusia 40 t ahun keat as. Schoenburg dan Coleangus ( 1987) m elaporkan insidensi berdasarkan um ur: 4,4/ 1000.000 pada usia 30- 50 t ahun, 95,8/ 100.000 pada usia > 80 t ahun. Angka prevalensi penyakit ini per 100.000 populasi sekit ar 300 pada kelom pok usia 60- 69 t ahun, 3200 pada kelom pok usia 70- 79 t ahun, dan 10.800 pada usia 80 t ahun. Diperkirakan pada t ahun 2000 t erdapat 2 j ut a penduduk penderit a peny ak it alzheim er. Sedangk an di I ndonesia diperkirak an j um lah usia lanj t berkisar, 18,5 j ut a orang dengan angk a insidensi dan prevalensi peny ak it alzheim er belum dik et ahui dengan past i.

Berdasarkan j enis kelam in, prevalensi w anit a lebih banyak t iga kali dibandingkan laki- laki. Hal ini m ungkin refleksi dari usia harapan hidup w anit a lebih lam a dibandingk an lak i- lak i. Dari beberapa penelit ian t idak ada perbedaan t erhadap j enis k elam in.

I I I . ETI OLOGI

Peny ebab y ang past i belum dik et ahui. Beberapa alt ernat if peny ebab y ang t elah dihipot esa adalah int ok sikasi logam , gangguan fungsi im unit as, infek si v irus, polusi udara/ indust ri, t raum a, neurot ransm it er, defisit form asi sel- sel filam ent , presdiposisi heridit er. Dasar k elainan pat ologi peny ak it alzheim er t erdiri dari degenerasi neuronal, k em at ian daerah spesifik j aringan ot ak y ang m engakibat kan gangguan fungsi kognit if dengan penurunan daya ingat secara progresif.

Adany a defisiensi fak t or pert um buhan at au asam am ino dapat berperan dalam kem at ian selekt if neuron. Kem ungkinan sel- sel t ersebut m engalam i degenerasi yang diakibat kan oleh adanya peningkat an calsium int raseluler, k egagalan m et abolism e energi, adany a form asi radik al bebas at au t erdapat nya produksi prot ein abnorm al yang non spesifik.

Peny ak it alzheim er adalah peny ak it genet ik a, t et api beberapa penelit ian t elah m em buk t ik an bahw a peran fak t or genet ik a, t et api beberapa penelit ian t elah m em bukt ikan bahw a peran fakt or non- genet ika ( lingkungan) j uga ikut t erlibat , dim ana fakt or lingkungan hanya sebagai pencet us fakt or genet ik a.

I V . Pa t oge n e sa

Se j u m la h pa t oge n e sa pe n y a k it a lz h e im e r y a it u : 1. Fa k t or ge n e t ik

Beberapa penelit i m engungk apk an 50% prevalensi k asus alzheim er ini dit urunk an m elalui gen aut osom al dom inant . I ndiv idu k et urunan garis pert am a pada k eluarga penderit a alzheim er m em puny ai resik o m enderit a dem ensia 6 kali lebih besar dibandingkan kelom pok kont rol norm al

Pem eriksaan genet ika DNA pada penderit a alzheim er dengan fam ilial early onset t erdapat k elainan lok us pada k rom osom 21 diregio proxim al log arm , sedangkan pada fam ilial lat e onset didapat kan kelainan lokus pada k rom osom 19. Begit u pula pada penderit a dow n syndrom e m em punyai kelainan gen krom osom 21, set elah berum ur 40 t ahun


(3)

t erdapat neurofibrillary t angles ( NFT) , senile plaque dan penurunan Mar ker koliner gik pada j ar ingan ot aknya yang m enggam bar kan kelainan hist opat ologi pada penderit a alzheim er.

Hasil penelit ian peny ak it alzheim er t erhadap anak k em bar m enunj ukkan 40- 50% adalah m onozygot e dan 50% adalah dizygot e. Keadaan ini m endukung bahw a fakt or genet ik berperan dalam penyaki alzheim er. Pada sporadik non fam ilial ( 50- 70% ) , beberapa penderit anya dit em ukan kelainan lokus krom osom 6, keadaan ini m enunj ukkan bahw a kem ungkinan fakt or lingkungan m enent ukan ekspresi genet ika pada alzheim er.

2 . Fa k t or in fe k si

Ada hipot esa m enunj ukkan penyebab infeksi virus pada keluarga penderit a alzheim er yang dilakukan secara im m uno blot analisis, t ernyat a dik et em uk an adany a ant ibodi reak t if. I nfek si v irus t ersebut m eny ebabk an infek si pada susunan saraf pusat y ang bersipat lam bat , k ronik dan rem isi. Beberapa peny ak it infek si sepert i Creut zfeldt - Jacob disease dan k uru, diduga berhubungan dengan peny ak it alzheim er.

Hipot esa t ersebut m em puny ai beberapa persam aan ant ara lain: a. m anifest asi klinik yang sam a

b. Tidak adanya r espon im un yang spesifik

c. Adany a plak am y loid pada susunan saraf pusat d. Tim bulnya gej ala m ioklonus

e. Adany a gam baran spongioform 3 . Fa k t or lin gk u n ga n

Ekm ann ( 1988) , m engat ak an bahw a fak t or lingk ungan j uga dapat berperan dalam pat ogenesa peny ak it alzheim er. Fak t or lingk ungan ant ar alain, alum inium , silicon, m ercury, zinc. Alum inium m erupakan neurot oksik pot ensial pada susunan saraf pusat y ang dit em uk an neurofibrillary t angles ( NFT) dan senile plaque ( SPI NALI S) . Hal t ersebut diat as belum dapat dij elaskan secara past i, apak ah k eberadaan alum inum adalah peny ebab degenerasi neurosal prim er at au sesuat u hal y ang t um pang t indih. Pada penderit a alzheim er, j uga dit em uk an k eadan k et idak seim bangan m erkuri, nit rogen, fosfor, sodium , dengan pat ogenesa y ang belum j elas.

Ada dugaan bahw a asam am ino glut am at ak an m eny ebabk an depolarisasi m elalui resept or N- m et hy D- aspart at sehingga k alsium ak an m asuk ke int r aseluler ( Cair an- influks) danm enyebabkan ker usakan m et abolism a energi seluler dengan ak ibat k erusak an dan k em at ian neuron.

4 . Fa k t or im u n ologis

Behan dan Felm an ( 1970) m elaporkan 60% pasien y ang m enderit a alzheim er didapat k an k elainan serum prot ein sepert i penurunan album in dan peningk at an alpha prot ein, ant i t ry psin alpham arcoglobuli dan hapt oglobuli.

Hey m an ( 1984) , m elaporkan t erdapat hubungan berm ak na dan m eningk at dari penderit a alzheim er dengan penderit a t iroid. Tiroid Hashim ot o m erupak an peny ak it inflam asi k ronik y ang sering didapat k an pada w anit a m uda k arena peranan fak t or im m unit as

5 . Fa k t or t r a u m a

Beberapa penelit ian m enunj ukkan adanya hubungan penyakit alzheim er dengan t raum a kepala. Hal ini dihubungkan dengan pet inj u yang m enderit a dem ensia pugilist ik, dim ana pada ot opsinya dit em ukan banyak neurofibrillary t angles.


(4)

6 . Fa k t or n e u r ot r a n sm it e r

Perubahan neurot ransm it t er pada j aringan ot ak penderit a alzheim er m em punyai peranan yang sangat pent ing sepert i:

a . Ase t ilk olin

Bart ies et al ( 1982) m engadak an penelit ian t erhadap ak t iv it as spesifik neurot ransm it er dgncara biopsi st erot akt ik dan ot opsi j aringan ot ak pada penderit a alzheim er didapat k an penurunan ak t iv it as k olinaset il t ransferase, aset ikolinest erase dan t ransport k olin sert a penurunan biosint esa aset ilkolin. Adany a defisit presinapt ik dan post synapt ik kolinergik ini bersifat sim et ris pada kort eks front alis, t em porallis superior, nukleus basalis, hipokam pus.

Kelainan neurot t ansm it er aset ilkoline m erupakan kelainan yang selalu ada dibandingk an j enis neurot t ansm it er lainny apd peny ak it alzheim er, dim ana pada j aringan ot ak / biopsiny a selalu didapat k an k ehilangan cholinergik Marker. Pada penelit ian dengan pem berian scopolam in pada orang norm al, ak an m eny ebabk an berkurang at au hilangny a day a ingat . Hal ini sangat m enduk ung hipot esa k olinergik sebagai pat ogenesa peny ak it alzheim er

b. N or a dr e n a lin

Kadar m et abolism a norepinefrin dan dopim in didapat k an m enurun pada j aringan ot ak penderit a alzheim er. Hilangnya neuron bagian dorsal lokus seruleus yang m erupakan t em pat yang ut am a noradrenalin pada k ort eks serebri, berkorelasi dengan defisit k ort ikal noradrenergik.

Bow en et al( 1988) , m elaporkan hasil biopsi dan ot opsi j aringan ot ak penderit a alzheim er m enunj ukkan adanya defisit noradrenalin pada presinapt ik neokort ek s. Palm er et al( 1987) , Reinikanen ( 1988) , m elaporkan k onsent rasi noradrenalin m enurun baik pada post dan ant e- m ort em penderit a alzheim er.

c. D opa m in

Spark s et al ( 1988) , m elak uk an penguk uran t erhadap ak t iv it as neurot t ansm it er regio hipot halam us, dim ana t idak adany a gangguan perubahan ak t iv it as dopam in pada penderit a alzheim er. Hasil ini m asih kont roversial, kem ungkinan disebabkan karena pot ongan hist opat ologi regio hipot halam us set ia penelit ian berbeda- beda.

d. Se r ot on in

Didapat k an penurunan k adar serot onin dan hasil m et abolism e 5 hidroxi- indolacet il acid pada biopsi k ort eks serebri penderit a alzheim er. Penurunan j uga didapat k an pada nuk leus basalis dari m ey nert . Penurunan serot onin pada subregio hipot alam us sangat bervariasi, pengurangan m ak sim al pada ant erior hipot alam us sedangk an pada post erior perav ent rik uler hipot alam us berkurang sangat m inim al. Perubahan kort ikal serot onergik ini berhubungan dengan hilangnya neuron- neuron dan diisi oleh form asi NFT pada nukleus rephe dorsalis e . M AO ( M on oa m in e Ok sida se )

Enzim m it ok ondria MAO ak an m engoksidasi t ransm it t er m ono am ine. Akt ivit as norm al MAO t erbagi 2 kelom pok yait u MAO A unt uk deam inasi serot onin, norepineprin dan sebagian k ecil dopam in, sedangk an MAO B unt uk deam inasi t erut am a dopam in. Pada penderit a alzheim er, didapat k an peningk at an MAO A pada hipot halam us dan front ais sedangk an MAO B m eningk at pada daerah t em poral danm enurun pada nukleus basalis dari m eynert .


(5)

V . GEJALA KLN I K

Aw it an dari perubahan m ent al penderit a alzheim er sangat perlahan-lahan, sehingga pasien dan keluarganya t idak m enget ahui secara past i kapan peny ak it ini m ulai m uncul. Terdapat beberapa st adium perkem bangan peny ak it alzheim er y ait u:

o St a diu m I ( la m a pe n y a k it 1 - 3 t a h u n )

o Mem ory : new learning defect ive, rem ot e recall m ildly im paired

o Visuospat ial skills : t opographic disorient at ion, poor com plex cont ruct ions

o Language : poor w oordlist generat ion, anom ia

o Personalit y : indifference,occasional irrit abilit y

o Psychiat ry feat ure : sadness, or delut ion in som e

o Mot or syst em : norm al

o EEG : norm al

o CT/ MRI : norm al

o PET/ SPECT : bilat eral post erior hy pom et abolism / hy perfusion

o St a diu m I I ( la m a pe n y a k it 3 - 1 0 t a h u n )

o Mem ory : recent and rem ot e recall m ore severely im paired

o Visuospat ial skills : spat ial disorient at ion, poor cont ruct ions

o Language : fluent aphasia

o Calculat ion : acalculat ion

o Personalit y : indifference, irrit abilit y

o Psychiat ry feat ure : delut ion in som e

o Mot or syst em : rest lessness, pacing

o EEG : slow background rhyt hm

o CT/ MRI : norm al or vent ricular and sulcal enlargeent

o PET/ SPECT : bilat eral pariet al and front al

hy pom et abolism / hy perfusion

o St a diu m I I I ( la m a pe n y a k it 8 - 1 2 t a h u n )

o I nt elect ual funct ion : sev erely det eriorat ed

o Mot or syst em : lim b rigidit y and flexion poet ure

o Sphinct er cont rol : urinary and fecal

o EEG : diffusely slow

o CT/ MRI : vent ricular and sulcal enlargeent

o PET/ SPECT : bilat eral pariet al and front al

hy pom et abolism / hy perfusion

V I . KRI TERI A D I AGN OSA

Terdapat beberapa krit eria unt ukdiagnosa klinis penyakit alzheim er yait u: 1 . Kr it e r ia dia gn osis t e r sa n gk a pe n ya k it a lz h e im e r t e r dir i da r i:

o Dem ensia dit egak k an dengan pem erik saan k linik dan pem erik saan st at us m ini m ent al at au beberapa pem erik saan serupa, sert a dik onfirm asik an dengan t est neuropsikologik

o Didapat k an gangguan defisit fungsi k ognisi > 2

o Tidak ada gangguan t ingk at k esadaran

o Aw it an ant ara um ur 40- 90 t ahun, at au sering > 65 t ahun


(6)

2 . D ia gn osis t e r sa n gk a pe n ya k it a lz h e im e r dit u n j a n g ole h :

o Perburukan progresif fungsi kognisi spesifik sepert i berbahasa, k et ram pilan m ot orik , dan persepsi

o ADL t erganggu dan perubahan pola t ingk ah lak u

o Adanya riw ayat keluarga, khususnya kalau dikonfirm asikan dengan neuropat ologi

o Pada gam baran EEG m em berikan gam baran norm al at au perubahan non spesifik sepert i peningk at an ak t iv it as gelom bang lam bat

o Pada pem erik saan CT Scan didapat k an at ropu serebri

3 . Ga m ba r a n la in t e r sa n gk a dia gn osa pe n ya k it a lz h e im e r se t e la h dik e lu a r k a n pe n ye ba b de m e n sia la in n ya t e r dir i da r i:

o Gej ala yang berhubungan dengan depresi, insom nia, inkont inent ia, delusi, halusinasi, em osi, kelainan seksual, berat badan m enurun

o Kelainan neurologi lain pada beberapa pasien, k hususny a peny ak it pada st adium lanj ut dan t erm asuk t anda- t anda m ot orik sepert i peningkat an t onus ot ot , m ioklonus at au gangguan berj alan

o Terdapat bangk it an pada st adium lanj ut

4 . Ga m ba r a n dia gn osa t e r sa n gk a pe n ya k it a lz h e im e r ya n g t ida k j e la s t e r dir i da r i:

o Aw it an m endadak

o Diket em ukan gej ala neurologik fokal sepert i hem iparese, hipest esia, defisit lapang pandang dan gangguan k oordinasi

o Terdapat bangk it an at au gangguan berj alan pada saat aw it an 5 . D ia gn osa k lin ik k e m u n gk in a n pe n ya k it a lz h e im e r a da la h :

o Sindrom a dem ensia, t idak ada gej ala neurologik lain, gej ala psikiat ri at au kelainan sist em ik yang m enyebabkan dem ensia

o Adany a k elainan sist em ik sek under at au k elainan ot ak y ang m eny ebabk an dem ensia, defisit k ognisi berat secara gradual progresif y ang diident ifik asi t idak ada peny ebab lainny a

6 . Kr it e r ia dia gn osa pa st i pe n ya k it a lz h e im e r a da la h ga bu n ga n dr i k r it e r ia k lin ik t e r sa n gk a pe n y a k it a lz h e im e r da b dida pa t k a n ga m ba r a n h ist opa t ologi da r i biopsi a t a u ot opsi.

V I I . PEM ERI KSAAN PEN UN JAN G 1 . N e u r opa t ologi

Diagnosa definit if t idak dapat dit egak k an t anpa adany a k onfirm asi neuropat ologi. Secara um um didapat kan at ropi yang bilat eral, sim et ris, sering k ali berat ot ak ny a berkisar 1000 gr ( 850- 1250gr) .

Beberapa penelit ian m engungk apk an at ropi lebih m enonj ol pada lobus t em poropariet al, ant erior front al, sedangk an k ort eks oksipit al, k ort eks m ot orik prim er, sist em som at osensorik t et ap ut uh ( Jerins 1937)

Kelainan- kelainan neuropat ologi pada penyakit alzheim er t erdiri dari: a . N e u r ofibr illa r y t a n gle s ( N FT)

Merupakan sit oplasm a neuronal yang t erbuat dari filam en- filam en abnorm al yang berisi prot ein neurofilam en, ubiquine, epit oque. NFT ini


(7)

j uga t erdapat pada neokort ek s, hipok am pus, am igdala, subst ansia alba, lok us seruleus, dorsal raphe dari int i bat ang ot ak . NFT selain didapat k an pada peny ak it alzheim er, j uga dit em uk an pada ot ak m anula, dow n syndrom e, parkinson, SSPE, sindrom a ekt rapiram idal, supranuklear palsy. Densit as NFT berkolerasi dengan berat ny a dem ensia.

b. Se n ile pla qu e ( SP)

Merupakan st rukt ur kom pleks yang t erj adi akibat degenerasi nerve ending yang berisi filam en- filam en abnorm al, serat am iloid ekt raseluler, ast rosit , m ik roglia. Am loid prekusor prot ein y ang t erdapat pada SP sangat berhubungan dengan k rom osom 21. Senile plaque ini t erut am a t erdapat pada neokort ek s, am y gdala, hipok am pus, k ort eks piriform is, dan sedik it didapat k an pada k ort eks m ot orik prim er, k ort eks som at osensorik, k ort eks v isual, dan audit orik . Senile plaque ini j uga t erdapat pada j aringan perifer. Perry ( 1987) m engat ak an densit as Senile plaque berhubungan dengan penurunan kolinergik.

Kedua gam baran hist opat ologi ( NFT dan senile plaque) m erupak an gam baran k arak t erist ik unt uk penderit a peny ak it alzheim er.

c. D e ge n e r a si n e u r on

Pada pem erik saan m ik rosk opik perubahan dan k em at ian neuron pada penyakit alzheim er sangat selekt if. Kem at ian neuron pada neokort eks t erut am a didapat k an pada neuron piram idal lobus t em poral dan front alis. Juga dit em uk an pada hipok am pus, am igdala, nuk leus bat ang ot ak t erm asuk lokus serulues, raphe nukleus dan subst anasia nigra.

Kem at ian sel neuron k olinergik t erut am a pada nuk leus basalis dari m ey nert , dan sel noradrenergik t erut am a pada lok us seruleus sert a sel serot ogenik pada nuk leus raphe dorsalis, nuk leus t egm ent um dorsalis. Telah dit em ukan fakt or pert um buhan saraf pada neuron kolinergik yang berdegenerasi pada lesi eksperim ent al binat ang dan ini m erupak an harapan dalam pengobat an peny ak it alzheim er.

d. Pe r u ba h a n va k u ole r

Merupak an suat u neuronal sit oplasm a y ang berbent uk oval dan dapat m enggeser nukleus. Jum lah vakuoler ini berhubungan secara berm akna dengan j um lah NFT dan SP , perubahan ini sering didapat k an pada k ort eks t em porom edial, am y gdala dan insula. Tidak pernah dit em uk an pada k ort eks front alis, pariet al, oksipit al, hipok am pus, serebelum dan bat ang ot ak .

e . Le w y body

Merupak an bagian sit oplasm a int raneuronal y ang bany ak t erdapat pada ent erhinal, gyrus cingulat e, kort eks insula, dan am ygdala. Sej um lah kecil pada k ort eks front alis, t em poral, pariet alis, oksipit al. Lew y body k ort ikal ini sam a dengan im m unoreak t iv it as y ang t erj adi pada lew y body bat ang ot ak pada gam baran hist opat ologi peny ak it parkinson.

Hansen et al m eny at ak an lew y body m erupak an v ariant dari peny ak it alzheim er.

2 . Pe m e r ik sa a n n e u r opsik ologik

Penyakit alzheim er selalu m enim bulkan gej ala dem ensia. Fungsi pem eriksaan neuropsikologik ini unt uk m enent ukan ada at au t idak adanya gangguan fungsi k ognit if um um danm enget ahui secara rinci pola defisit y ang t erj adi. Test psikologis ini j uga bert uj uan unt uk m enilai fungsi yang dit am pilkan oleh beberapa bagian ot ak y ang berbeda- beda sepert i gangguan m em ori, k ehilangan ekspresi, k alkulasi, perhat ian dan pengert ian berbahasa. Evaluasi neuropsikologis yang sist em at ik m em punyai fungsi diagnost ik yang pent ing karena:


(8)

a. Adany a defisit k ognisi y ang berhubungan dgndem ensia aw al y ang dapat dik et ahui bila t erj adi perubahan ringan y ang t erj adi ak ibat penuaan y ang norm al.

b. Pem eriksaan neuropsikologik secara kom prehensif m em ungkinkan unt uk m em bedak an k elainan k ognit if pada global dem ensia dengan defisit selekt if yang diakibat kan oleh disfungsi fokal, fakt or m et abolik, dangangguan psikiat ri

c. Mengident ifikasi gam bar an kelainan neuropsikologik yang diakibat kan oleh dem ensia k arena berbagai peny ebab.

The Consort ium t o est ablish a Regist ry for Alzheim er Disease ( CERALD) m enyaj ikan suat u prosedur penilaian neuropsikologis dengan m em pergunak an alat bat rey y ang berm anifest asi gangguan fungsi k ognit if, dim ana pem erik saanny a t erdiri dari:

1. Verbal fluency anim al cat egory 2. Modified bost on nam ing t est 3. m ini m ent al st at e

4. Word list m em ory 5. Const ruct ional prax is 6. Word list recall

7. Word list recognit ion

Test ini m em ak n w ak t u 30- 40 m enit dan < 20- 30 m enit pada k ont rol 3 . CT Sca n da n M RI

Merupakan m et ode non invasif yang beresolusi t inggi unt uk m elihat k w ant ifik asi perubahan v olum e j aringan ot ak pada penderit a alzheim er ant em ort em . Pem eriksaan ini berperan dalam m enyingkirkan kem ungkinan adanya penyebab dem ensia lainnya selain alzheim er sepert i m ult iinfark dan t um or serebri. At ropi kort ikal m enyeluruh danpem besaran vent rikel keduanya m erupak an gam baran m arker dom inan y ang sangat spesifik pada peny ak it ini. Tet api gam baran ini j uga didapat k an pada dem ensia lainny a sepert i m ult iinfark, parkinson, binsw anger sehingga kit a sukar unt uk m em bedakan dengan peny ak it alzheim er.

Penipisan subst ansia alba serebri dan pem besaran v ent rik el berkorelasi dengan berat ny a gej ala k linik danhasil pem erik saan st at us m ini m ent al. Pada MRI dit em uk an peningk at an int ensit as pada daerah k ort ikal dan periv ent rik uler ( Capping ant erior horn pada v ent rik el lat eral) . Capping ini m erupak an predilek si unt uk dem ensia aw al. Selain didapat k an k elainan di k ort ikal, gam baran at ropi j uga t erlihat pada daerah subk ort ik al sepert i adany a at ropi hipok am pus, am igdala, sert a pem besaran sist erna basalis dan fissura sylvii.

Seab et al, m eny at ak an MRI lebih sensit if unt uk m em bedak an dem ensia dari penyakit alzheim er dengan penyebab lain, dengan m em perhat ikan ukuran ( at ropi) dari hipok am pus.

4 . EEG

Berguna unt uk m engident ifikasi akt ifit as bangkit an yang suklinis. Sedang pada peny ak it alzheim er didapat k an perubahan gelom bang lam bat pada lobus front alis yang non spesifik

5 . PET ( Posit r on Em ission Tom ogr a ph y )

Pada penderit a alzheim er, hasil PET dit em ukan penurunan aliran darah, m et abolism a O2, dan gluk osa didaerah serebral. Up t ak e I .123 sangat m enurun pada regional pariet al, hasil ini sangat berkorelasi dengan kelainan


(9)

fungsi kognisi danselalu dan sesuai dengan hasil observasi penelit ian neuropat ologi

6 . SPECT ( Sin gle Ph ot on Em ission Com pu t e d Tom ogr a ph y )

Ak t iv it as I . 123 t erendah pada refio parieral penderit a alzheim er. Kelainan ini berkolerasi dengan t ingk at k erusak an fungsional dan defisit k ogit if. Kedua pem erik saan ini ( SPECT dan PET) t idak digunak an secara rut in.

7 . La bor a t or iu m da r a h

Tidak ada pem erik saan laborat orium y ang spesifik pada penderit a alzheim er. Pem eriksaan laborat orium ini hanya unt uk m enyingkirkan penyebab penyakit dem ensia lainnya sepert i pem eriksaan darah rut in, B12, Calsium , Posfor, BSE, fungsi renal dan hepar, t iroid, asam folat , serologi sifilis, skreening ant ibody yang dilakukan secar a selekt if.

V I I I . PEN ATALAKSAN AAN

Pengobat an peny ak it alzheim er m asih sangat t erbat as oleh k arena peny ebab dan pat ofisiologis m asih belun j elas. Pengobat an sim pt om at ik dan suport if seak an hany a m em berikan rasa puas pada penderit a dank eluarga. Pem berian obat st im ulan, vit am in B, C, dan E belum m em punyai efek yang m engunt ungkan.

1 . I n h ibit or k olin e st e r a se

Beberapa t ahun t erakhir ini, banyak penelit i m enggunakan inhibit or unt uk pengobat an sim pt om at ik peny ak it alzheim er, dim ana penderit a alzheim er didapat k an penurunan k adar aset ilkolin.

Unt uk m encegah penurunan k adar aset ilkolin dapat digunak an ant i kolinest erase yang bekerj a secara sent ral sepert i fisost igm in, THA ( t et rahy droam inoacridine) . Pem berian obat ini dik at ak an dapat m em perbaiki m em ori danaprak sia selam a pem berian berlangsung. Beberapa penelit i m enat ak an bahw a obat - obat an ant i k olinergik ak an m em perburuk penam pilan int elek t ual pada orang norm al dan penderit a alzheim er.

2 . Th ia m in

Penelit ian t elah m em buk t ik an bahw a pada penderit a alzheim er didapat k an penurunan t hiam in py rophosphat ase dependent enzy m y ait u 2 k et oglut arat e ( 75% ) dan t ransket olase ( 45% ) , hal ini disebabk an k erusak an neuronal pada nukleus basalis. Pem berian t hiam in hydrochlorida dengan dosis 3 gr/ hari selam a 3 bulan peroral, m enunj ukkan perbaikan berm akna t erhadap fungsi k ognisi dibandingk an placebo selam a periode y ang sam a.

3 . N oot r opik

Noot ropik m erupak an obat psikot ropik , t elah dibuk t ikan dapat m em perbaiki fungsi k ognisi dan proses belaj ar pada percobaan binat ang. Tet api pem berian 4000 m g pada penderit a alzheim er t idak m enunj ukkan perbaikan klinis yang berm ak na.


(10)

4 . Klon idin

Gangguan fungsi int elek t ual pada penderit a alzheim er dapat disebabk an kerusakan noradrenergik kort ikal. Pem berian klonidin ( cat apres) yang m erupak an noradrenergik alfa 2 resept or agonis dengan dosis m ak sim al 1,2 m g peroral selam a 4 m inggu, didapat k an hasil y ang k urang m em uask an unt uk m em perbaiki fungsi kognit if

5 . H a lope r iodol

Pada penderit a alzheim er, sering k ali t erj adi gangguan psikosis ( delusi, halusinasi) dan t ingkah laku. Pem berian oral Haloperiod 1- 5 m g/ hari selam a 4 m inggu ak an m em perbaiki gej ala t ersebut . Bila penderit a alzheim er m enderit a depresi sebaiknya diberikan t ricyclic ant i depresant ( am it rypt iline 25- 100 m g/ hari)

6 . Ace t yl L- Ca r n it in e ( ALC)

Merupak an suat u subt rat e endogen y ang disint esa didalam m ik t okom dria dengan bant uan enzym ALC t ransferase. Penelit ian ini m enunj ukkan bahw a ALC dapat m eningk at k an ak t iv it as aset il k olinest erase, k olin aset ilt ransferase. Pada pem berian dosis 1- 2 gr/ hari/ peroral selam a 1 t ahun dalam pengobat an, disim pulk an bahw a dapat m em perbaiki at au m engham bat progresifit as kerusakan fungsi kognit if.

I X . PROGN OSA

Dari pem eriksaan klinis 42 penderit a probable alzheim er m enunj ukkan bahw a nilai prognost ik t ergant ung pada 3 fak t or y ait u:

1. Deraj at berat ny a peny ak it 2. Variabilit as gam baran klinis

3. Perbedaan indiv idual sepert i usia, k eluarga dem ensia dan j enis kelam in

Ket iga fak t or ini diuj i secara st at ist ik , t erny at a fak t or pert am a y ang paling m em pengaruhi prognost ik penderit a alzheim er. Pasien dengan peny ak it alzheim er m em punyai angka harapan hidup rat a- rat a 4- 10 t ahun sesudah diagnosis dan biasanya m eninggal dunia akibat infeksi sekunder.

X . KESI M PULAN

Peny ak it alzheim er sangat suk ar di diagnosa hany a berasarkan gej ala-gej ala klinik t anpa dikonfirm asikan pem eriksaan lainnya sepert i neuropat ologi, neuropsikologis, MRI , SPECT, PET. Sam pai saat ini penyebab yang past i belum dik et ahui, t et api fak t or genet ik sangat m enent uk an ( riw ay at k eluarga) , sedangkan fakt or lingkungan hanya sebagai pencet us ekspresi genet ik. Pengobat an pada saat ini belum m endapat kan hasil yang m em uaskan, hanya dilakukan secara em piris, sim pt om at ik dan suport if unt uk m enyenagkan penderit a at au k eluargany a.


(11)

D AFTAR PUSTAKA

Bla ss J e t a l. Thiam in and alzheim er disease. Arch. Neurol. 1988( 45) : 833- 835 BR Re e d. Alzheim er disease: age ant ibodi onset and SPECT pat t ern of reginal

cerebral blood flow , Archiev es of Neurology , 1990( 47) : 628- 633 Cu m m in gs, M D Je ffr e y L. Dem ent ia a clinical approach.2nd ed. But t er w ort h: 43- 93 D L Spa r k . Aging and alzheim er disease: alt eredd cort ical serot ogenic binding. Arch.

Neurology , 1989( 46) : 138- 145.

E.M oh r . Clonidine t reat m ent of alzheim er disease. Archive of Neurology , 1989( 46) : 376- 378

Fr a t iglion i L. Clinical diagnosis of alzheim er disease and ot her dem ent ia in populat ion survey. Arc.Neurol. 1992( 49) : 927- 932

J.C. M or r ie s. The consort ium t o est ablish a regist ry for alzheim er disease ( CERALD) part I : clinical and neuropsycologycal assessm ent of ADALAH. Neurology , 1989 ( 39) : 1159- 1105

Ka t h le e n A. Neuropsycological assessm ent of alzheim er disease. Neurology 1997 ( 49) : S11- S13

Ka t z m a n RM D . Principle of geriat ric neurology . Philadelphia : FA Dav is, 1992: 207-243

M cKh a n Gu y e t a l. Clinical diagnosis of alzheim er disease. Report of t he NI NCDS-ADRDA Work group neurology , Neurology 1984( 34) : 939- 943

M ich a e l Gold. Plasm a and red blood a cell t hiam in defisiency in pat iens w it h dem ent ia of t y pe alzheim er disease. Arc Neurol. 1995( 52) : 1081-1086

M or h Ga u t ie r . Guide t o clinical neurology 1st ed. New York: Churchill, 1995: 765- 771 Su sa n n e S. Neuropat ologic assessm ent of alzheim er disease. Neurology,

1977( 49) S14- S16

Th om son a n d M cD on a ld. Alzheim er disease, in diseaseof nervous syst em clinical neurobiology . Vol.I I . Philadelphia : WB Sounders, 1992: 795- 801 W illia m J. Their use in diagnosis dem ent ia. Gerlat rica 1991, 49( 2) : 28- 35


(1)

2 . D ia gn osis t e r sa n gk a pe n ya k it a lz h e im e r dit u n j a n g ole h :

o Perburukan progresif fungsi kognisi spesifik sepert i berbahasa, k et ram pilan m ot orik , dan persepsi

o ADL t erganggu dan perubahan pola t ingk ah lak u

o Adanya riw ayat keluarga, khususnya kalau dikonfirm asikan dengan neuropat ologi

o Pada gam baran EEG m em berikan gam baran norm al at au perubahan non spesifik sepert i peningk at an ak t iv it as gelom bang lam bat

o Pada pem erik saan CT Scan didapat k an at ropu serebri

3 . Ga m ba r a n la in t e r sa n gk a dia gn osa pe n ya k it a lz h e im e r se t e la h dik e lu a r k a n pe n ye ba b de m e n sia la in n ya t e r dir i da r i:

o Gej ala yang berhubungan dengan depresi, insom nia, inkont inent ia, delusi, halusinasi, em osi, kelainan seksual, berat badan m enurun

o Kelainan neurologi lain pada beberapa pasien, k hususny a peny ak it pada st adium lanj ut dan t erm asuk t anda- t anda m ot orik sepert i peningkat an t onus ot ot , m ioklonus at au gangguan berj alan

o Terdapat bangk it an pada st adium lanj ut

4 . Ga m ba r a n dia gn osa t e r sa n gk a pe n ya k it a lz h e im e r ya n g t ida k j e la s t e r dir i da r i:

o Aw it an m endadak

o Diket em ukan gej ala neurologik fokal sepert i hem iparese, hipest esia, defisit lapang pandang dan gangguan k oordinasi

o Terdapat bangk it an at au gangguan berj alan pada saat aw it an

5 . D ia gn osa k lin ik k e m u n gk in a n pe n ya k it a lz h e im e r a da la h :

o Sindrom a dem ensia, t idak ada gej ala neurologik lain, gej ala psikiat ri at au kelainan sist em ik yang m enyebabkan dem ensia

o Adany a k elainan sist em ik sek under at au k elainan ot ak y ang m eny ebabk an dem ensia, defisit k ognisi berat secara gradual progresif y ang diident ifik asi t idak ada peny ebab lainny a

6 . Kr it e r ia dia gn osa pa st i pe n ya k it a lz h e im e r a da la h ga bu n ga n dr i k r it e r ia k lin ik t e r sa n gk a pe n y a k it a lz h e im e r da b dida pa t k a n ga m ba r a n h ist opa t ologi da r i biopsi a t a u ot opsi.

V I I . PEM ERI KSAAN PEN UN JAN G 1 . N e u r opa t ologi

Diagnosa definit if t idak dapat dit egak k an t anpa adany a k onfirm asi neuropat ologi. Secara um um didapat kan at ropi yang bilat eral, sim et ris, sering k ali berat ot ak ny a berkisar 1000 gr ( 850- 1250gr) .

Beberapa penelit ian m engungk apk an at ropi lebih m enonj ol pada lobus t em poropariet al, ant erior front al, sedangk an k ort eks oksipit al, k ort eks m ot orik prim er, sist em som at osensorik t et ap ut uh ( Jerins 1937)

Kelainan- kelainan neuropat ologi pada penyakit alzheim er t erdiri dari:

a . N e u r ofibr illa r y t a n gle s ( N FT)

Merupakan sit oplasm a neuronal yang t erbuat dari filam en- filam en abnorm al yang berisi prot ein neurofilam en, ubiquine, epit oque. NFT ini


(2)

j uga t erdapat pada neokort ek s, hipok am pus, am igdala, subst ansia alba, lok us seruleus, dorsal raphe dari int i bat ang ot ak . NFT selain didapat k an pada peny ak it alzheim er, j uga dit em uk an pada ot ak m anula, dow n syndrom e, parkinson, SSPE, sindrom a ekt rapiram idal, supranuklear palsy. Densit as NFT berkolerasi dengan berat ny a dem ensia.

b. Se n ile pla qu e ( SP)

Merupakan st rukt ur kom pleks yang t erj adi akibat degenerasi nerve ending yang berisi filam en- filam en abnorm al, serat am iloid ekt raseluler, ast rosit , m ik roglia. Am loid prekusor prot ein y ang t erdapat pada SP sangat berhubungan dengan k rom osom 21. Senile plaque ini t erut am a t erdapat pada neokort ek s, am y gdala, hipok am pus, k ort eks piriform is, dan sedik it didapat k an pada k ort eks m ot orik prim er, k ort eks som at osensorik, k ort eks v isual, dan audit orik . Senile plaque ini j uga t erdapat pada j aringan perifer. Perry ( 1987) m engat ak an densit as Senile plaque berhubungan dengan penurunan kolinergik.

Kedua gam baran hist opat ologi ( NFT dan senile plaque) m erupak an gam baran k arak t erist ik unt uk penderit a peny ak it alzheim er.

c. D e ge n e r a si n e u r on

Pada pem erik saan m ik rosk opik perubahan dan k em at ian neuron pada penyakit alzheim er sangat selekt if. Kem at ian neuron pada neokort eks t erut am a didapat k an pada neuron piram idal lobus t em poral dan front alis. Juga dit em uk an pada hipok am pus, am igdala, nuk leus bat ang ot ak t erm asuk lokus serulues, raphe nukleus dan subst anasia nigra.

Kem at ian sel neuron k olinergik t erut am a pada nuk leus basalis dari m ey nert , dan sel noradrenergik t erut am a pada lok us seruleus sert a sel serot ogenik pada nuk leus raphe dorsalis, nuk leus t egm ent um dorsalis. Telah dit em ukan fakt or pert um buhan saraf pada neuron kolinergik yang berdegenerasi pada lesi eksperim ent al binat ang dan ini m erupak an harapan dalam pengobat an peny ak it alzheim er.

d. Pe r u ba h a n va k u ole r

Merupak an suat u neuronal sit oplasm a y ang berbent uk oval dan dapat m enggeser nukleus. Jum lah vakuoler ini berhubungan secara berm akna dengan j um lah NFT dan SP , perubahan ini sering didapat k an pada k ort eks t em porom edial, am y gdala dan insula. Tidak pernah dit em uk an pada k ort eks front alis, pariet al, oksipit al, hipok am pus, serebelum dan bat ang ot ak .

e . Le w y body

Merupak an bagian sit oplasm a int raneuronal y ang bany ak t erdapat pada ent erhinal, gyrus cingulat e, kort eks insula, dan am ygdala. Sej um lah kecil pada k ort eks front alis, t em poral, pariet alis, oksipit al. Lew y body k ort ikal ini sam a dengan im m unoreak t iv it as y ang t erj adi pada lew y body bat ang ot ak pada gam baran hist opat ologi peny ak it parkinson.

Hansen et al m eny at ak an lew y body m erupak an v ariant dari peny ak it alzheim er.

2 . Pe m e r ik sa a n n e u r opsik ologik

Penyakit alzheim er selalu m enim bulkan gej ala dem ensia. Fungsi pem eriksaan neuropsikologik ini unt uk m enent ukan ada at au t idak adanya gangguan fungsi k ognit if um um danm enget ahui secara rinci pola defisit y ang t erj adi. Test psikologis ini j uga bert uj uan unt uk m enilai fungsi yang dit am pilkan oleh beberapa bagian ot ak y ang berbeda- beda sepert i gangguan m em ori, k ehilangan ekspresi, k alkulasi, perhat ian dan pengert ian berbahasa. Evaluasi neuropsikologis yang sist em at ik m em punyai fungsi diagnost ik yang pent ing karena:


(3)

a. Adany a defisit k ognisi y ang berhubungan dgndem ensia aw al y ang dapat dik et ahui bila t erj adi perubahan ringan y ang t erj adi ak ibat penuaan y ang norm al.

b. Pem eriksaan neuropsikologik secara kom prehensif m em ungkinkan unt uk m em bedak an k elainan k ognit if pada global dem ensia dengan defisit selekt if yang diakibat kan oleh disfungsi fokal, fakt or m et abolik, dangangguan psikiat ri

c. Mengident ifikasi gam bar an kelainan neuropsikologik yang diakibat kan oleh dem ensia k arena berbagai peny ebab.

The Consort ium t o est ablish a Regist ry for Alzheim er Disease ( CERALD) m enyaj ikan suat u prosedur penilaian neuropsikologis dengan m em pergunak an alat bat rey y ang berm anifest asi gangguan fungsi k ognit if, dim ana pem erik saanny a t erdiri dari:

1. Verbal fluency anim al cat egory 2. Modified bost on nam ing t est 3. m ini m ent al st at e

4. Word list m em ory 5. Const ruct ional prax is 6. Word list recall

7. Word list recognit ion

Test ini m em ak n w ak t u 30- 40 m enit dan < 20- 30 m enit pada k ont rol

3 . CT Sca n da n M RI

Merupakan m et ode non invasif yang beresolusi t inggi unt uk m elihat k w ant ifik asi perubahan v olum e j aringan ot ak pada penderit a alzheim er ant em ort em . Pem eriksaan ini berperan dalam m enyingkirkan kem ungkinan adanya penyebab dem ensia lainnya selain alzheim er sepert i m ult iinfark dan t um or serebri. At ropi kort ikal m enyeluruh danpem besaran vent rikel keduanya m erupak an gam baran m arker dom inan y ang sangat spesifik pada peny ak it ini. Tet api gam baran ini j uga didapat k an pada dem ensia lainny a sepert i m ult iinfark, parkinson, binsw anger sehingga kit a sukar unt uk m em bedakan dengan peny ak it alzheim er.

Penipisan subst ansia alba serebri dan pem besaran v ent rik el berkorelasi dengan berat ny a gej ala k linik danhasil pem erik saan st at us m ini m ent al. Pada MRI dit em uk an peningk at an int ensit as pada daerah k ort ikal dan periv ent rik uler ( Capping ant erior horn pada v ent rik el lat eral) . Capping ini m erupak an predilek si unt uk dem ensia aw al. Selain didapat k an k elainan di k ort ikal, gam baran at ropi j uga t erlihat pada daerah subk ort ik al sepert i adany a at ropi hipok am pus, am igdala, sert a pem besaran sist erna basalis dan fissura sylvii.

Seab et al, m eny at ak an MRI lebih sensit if unt uk m em bedak an dem ensia dari penyakit alzheim er dengan penyebab lain, dengan m em perhat ikan ukuran ( at ropi) dari hipok am pus.

4 . EEG

Berguna unt uk m engident ifikasi akt ifit as bangkit an yang suklinis. Sedang pada peny ak it alzheim er didapat k an perubahan gelom bang lam bat pada lobus front alis yang non spesifik

5 . PET ( Posit r on Em ission Tom ogr a ph y )

Pada penderit a alzheim er, hasil PET dit em ukan penurunan aliran darah, m et abolism a O2, dan gluk osa didaerah serebral. Up t ak e I .123 sangat m enurun pada regional pariet al, hasil ini sangat berkorelasi dengan kelainan


(4)

fungsi kognisi danselalu dan sesuai dengan hasil observasi penelit ian neuropat ologi

6 . SPECT ( Sin gle Ph ot on Em ission Com pu t e d Tom ogr a ph y )

Ak t iv it as I . 123 t erendah pada refio parieral penderit a alzheim er. Kelainan ini berkolerasi dengan t ingk at k erusak an fungsional dan defisit k ogit if. Kedua pem erik saan ini ( SPECT dan PET) t idak digunak an secara rut in.

7 . La bor a t or iu m da r a h

Tidak ada pem erik saan laborat orium y ang spesifik pada penderit a alzheim er. Pem eriksaan laborat orium ini hanya unt uk m enyingkirkan penyebab penyakit dem ensia lainnya sepert i pem eriksaan darah rut in, B12, Calsium , Posfor, BSE, fungsi renal dan hepar, t iroid, asam folat , serologi sifilis, skreening ant ibody yang dilakukan secar a selekt if.

V I I I . PEN ATALAKSAN AAN

Pengobat an peny ak it alzheim er m asih sangat t erbat as oleh k arena peny ebab dan pat ofisiologis m asih belun j elas. Pengobat an sim pt om at ik dan suport if seak an hany a m em berikan rasa puas pada penderit a dank eluarga. Pem berian obat st im ulan, vit am in B, C, dan E belum m em punyai efek yang m engunt ungkan.

1 . I n h ibit or k olin e st e r a se

Beberapa t ahun t erakhir ini, banyak penelit i m enggunakan inhibit or unt uk pengobat an sim pt om at ik peny ak it alzheim er, dim ana penderit a alzheim er didapat k an penurunan k adar aset ilkolin.

Unt uk m encegah penurunan k adar aset ilkolin dapat digunak an ant i kolinest erase yang bekerj a secara sent ral sepert i fisost igm in, THA ( t et rahy droam inoacridine) . Pem berian obat ini dik at ak an dapat m em perbaiki m em ori danaprak sia selam a pem berian berlangsung. Beberapa penelit i m enat ak an bahw a obat - obat an ant i k olinergik ak an m em perburuk penam pilan int elek t ual pada orang norm al dan penderit a alzheim er.

2 . Th ia m in

Penelit ian t elah m em buk t ik an bahw a pada penderit a alzheim er didapat k an penurunan t hiam in py rophosphat ase dependent enzy m y ait u 2 k et oglut arat e ( 75% ) dan t ransket olase ( 45% ) , hal ini disebabk an k erusak an neuronal pada nukleus basalis. Pem berian t hiam in hydrochlorida dengan dosis 3 gr/ hari selam a 3 bulan peroral, m enunj ukkan perbaikan berm akna t erhadap fungsi k ognisi dibandingk an placebo selam a periode y ang sam a.

3 . N oot r opik

Noot ropik m erupak an obat psikot ropik , t elah dibuk t ikan dapat m em perbaiki fungsi k ognisi dan proses belaj ar pada percobaan binat ang. Tet api pem berian 4000 m g pada penderit a alzheim er t idak m enunj ukkan perbaikan klinis yang berm ak na.


(5)

4 . Klon idin

Gangguan fungsi int elek t ual pada penderit a alzheim er dapat disebabk an kerusakan noradrenergik kort ikal. Pem berian klonidin ( cat apres) yang m erupak an noradrenergik alfa 2 resept or agonis dengan dosis m ak sim al 1,2 m g peroral selam a 4 m inggu, didapat k an hasil y ang k urang m em uask an unt uk m em perbaiki fungsi kognit if

5 . H a lope r iodol

Pada penderit a alzheim er, sering k ali t erj adi gangguan psikosis ( delusi, halusinasi) dan t ingkah laku. Pem berian oral Haloperiod 1- 5 m g/ hari selam a 4 m inggu ak an m em perbaiki gej ala t ersebut . Bila penderit a alzheim er m enderit a depresi sebaiknya diberikan t ricyclic ant i depresant ( am it rypt iline 25- 100 m g/ hari)

6 . Ace t yl L- Ca r n it in e ( ALC)

Merupak an suat u subt rat e endogen y ang disint esa didalam m ik t okom dria dengan bant uan enzym ALC t ransferase. Penelit ian ini m enunj ukkan bahw a ALC dapat m eningk at k an ak t iv it as aset il k olinest erase, k olin aset ilt ransferase. Pada pem berian dosis 1- 2 gr/ hari/ peroral selam a 1 t ahun dalam pengobat an, disim pulk an bahw a dapat m em perbaiki at au m engham bat progresifit as kerusakan fungsi kognit if.

I X . PROGN OSA

Dari pem eriksaan klinis 42 penderit a probable alzheim er m enunj ukkan bahw a nilai prognost ik t ergant ung pada 3 fak t or y ait u:

1. Deraj at berat ny a peny ak it 2. Variabilit as gam baran klinis

3. Perbedaan indiv idual sepert i usia, k eluarga dem ensia dan j enis kelam in

Ket iga fak t or ini diuj i secara st at ist ik , t erny at a fak t or pert am a y ang paling m em pengaruhi prognost ik penderit a alzheim er. Pasien dengan peny ak it alzheim er m em punyai angka harapan hidup rat a- rat a 4- 10 t ahun sesudah diagnosis dan biasanya m eninggal dunia akibat infeksi sekunder.

X . KESI M PULAN

Peny ak it alzheim er sangat suk ar di diagnosa hany a berasarkan gej ala-gej ala klinik t anpa dikonfirm asikan pem eriksaan lainnya sepert i neuropat ologi, neuropsikologis, MRI , SPECT, PET. Sam pai saat ini penyebab yang past i belum dik et ahui, t et api fak t or genet ik sangat m enent uk an ( riw ay at k eluarga) , sedangkan fakt or lingkungan hanya sebagai pencet us ekspresi genet ik. Pengobat an pada saat ini belum m endapat kan hasil yang m em uaskan, hanya dilakukan secara em piris, sim pt om at ik dan suport if unt uk m enyenagkan penderit a at au k eluargany a.


(6)

D AFTAR PUSTAKA

Bla ss J e t a l. Thiam in and alzheim er disease. Arch. Neurol. 1988( 45) : 833- 835 BR Re e d. Alzheim er disease: age ant ibodi onset and SPECT pat t ern of reginal

cerebral blood flow , Archiev es of Neurology , 1990( 47) : 628- 633

Cu m m in gs, M D Je ffr e y L. Dem ent ia a clinical approach.2nd ed. But t er w ort h: 43- 93

D L Spa r k . Aging and alzheim er disease: alt eredd cort ical serot ogenic binding. Arch.

Neurology , 1989( 46) : 138- 145.

E.M oh r . Clonidine t reat m ent of alzheim er disease. Archive of Neurology , 1989( 46) :

376- 378

Fr a t iglion i L. Clinical diagnosis of alzheim er disease and ot her dem ent ia in

populat ion survey. Arc.Neurol. 1992( 49) : 927- 932

J.C. M or r ie s. The consort ium t o est ablish a regist ry for alzheim er disease ( CERALD)

part I : clinical and neuropsycologycal assessm ent of ADALAH. Neurology , 1989 ( 39) : 1159- 1105

Ka t h le e n A. Neuropsycological assessm ent of alzheim er disease. Neurology 1997

( 49) : S11- S13

Ka t z m a n RM D . Principle of geriat ric neurology . Philadelphia : FA Dav is, 1992:

207-243

M cKh a n Gu y e t a l. Clinical diagnosis of alzheim er disease. Report of t he NI

NCDS-ADRDA Work group neurology , Neurology 1984( 34) : 939- 943

M ich a e l Gold. Plasm a and red blood a cell t hiam in defisiency in pat iens w it h

dem ent ia of t y pe alzheim er disease. Arc Neurol. 1995( 52) : 1081-1086

M or h Ga u t ie r . Guide t o clinical neurology 1st ed. New York: Churchill, 1995: 765- 771

Su sa n n e S. Neuropat ologic assessm ent of alzheim er disease. Neurology,

1977( 49) S14- S16

Th om son a n d M cD on a ld. Alzheim er disease, in diseaseof nervous syst em clinical

neurobiology . Vol.I I . Philadelphia : WB Sounders, 1992: 795- 801