Penentuan Kadar Lemak (Oil Grease) Pada Limbah Cair Kelapa Sawit Dengan Metode Gravimetri

(1)

PENENTUAN KADAR LEMAK (OIL GREASE) PADA LIMBAH

CAIR KELAPA SAWIT DENGAN METODE GRAVIMETRI

KARYA ILMIAH

MEGAWATI SIMANJUNTAK 072401043

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

PENENTUAN KADAR LEMAK (OIL GREASE) PADA LIMBAH

CAIR KELAPA SAWIT DENGAN METODE GRAVIMETRI

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya pada Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

MEGAWATI SIMANJUNTAK 072401043

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENENTUAN KADAR LEMAK (OIL GREASE)

PADA LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DENGAN METODE GRAVIMETRI

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : MEGAWATI SIMANJUNTAK

Nomor Induk Mahasiswa : 072401043

Program Studi : DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Juni 2010

Diketahui/disetujui oleh:

Ketua Departemen Kimia FMIPA USU Dosen Pembimbing

Dr. Rumondang Bulan, MS

NIP. 195408301985032001 NIP. 195607261985031001 Drs. Firman Sebayang, M.S


(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR LEMAK (OIL GREASE) PADA LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DENGAN METODE GRAVIMETRI

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan. Beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2010

072401043


(5)

PENGHARGAAN

Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus, karena kasih karunia dan berkat – NYA yang melimpah penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik.

Karya Ilmiah ini disusun guna melengkapi salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Diploma – 3 Kimia Analis Fakultas Matemetika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya.

Adapun judul yang diangkat dalam karya ilmiah ini adalah “PENENTUAN KADAR LEMAK (OIL GREASE) PADA LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DENGAN METODE GRAVIMETRI”.

Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Bonaparthe Simanjuntak BA, dan Ibunda Ida Hafni Purba, Abang dan Kakak ku Geo Simanjuntak dan Lena Simanjuntak, serta kedua orang adikku Kristina dan Samuel atas cinta kasih, dukungan, semangat dan pengorbanan, serta doa tulus yang tiada hentinya demi kebaikan dan kebahagiaan penulis.

Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Firman Sebayang, M.S selaku dosen pembimbing karya ilmiah yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan memberikan pemikiran serta masukan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

2. Bapak Prof. Dr. Eddy Marlianto , M.Sc selaku Dekan FMIPA USU.

3. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Kepala Departemen Kimia FMIPA USU.


(6)

5. Ibu Mastarida Lambok F Sitorus ST,selaku asisten laboratorium PKS Rambutan.

6. Bapak M.Sihombing,selaku Mandor laboratorium dan Pembimbing Lapangan 7. Seluruh Staf/Karyawan PTP Nusantara III PKS Rambutan Tebing Tinggi yang

telah membantu penulis saat melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.

8. Teman-teman PKL (Widayan Sucinta, Devi Evania) dan teman-teman seperjuangan di Kimia Analis 2007 yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas kekompakkan, semangat, kebersamaan, bantuan, keceriaan, persaudaraan dan doa yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

9. Buat adik – adikku Kimia Analis stmbuk 2008 dan stambuk 2009 yang telah memberikan semangat selama penulis menyelesaikan karya ilmiah ini.

10.Buat teman – teman satu kelompok kecil Joyful (Grace, Harry, Tika dan B’Edyatur) yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

11.Pihak – pihak lain yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu – persatu.

Hanya doa yang penulis panjatkan kiranya Tuhan yang akan membalas segala kebaikan yang penulis terima dari semua pihak yang telah mendukung.

Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat memberikan sumbangsih dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat memperbaiki dan membangun penulisan karya ilmiah ini sangat diharapkan untuk kesempurnaan.

Akhir kata, semoga karya ilmiah ini dapat berguna bagi semua pihak yang membacanya dan juga bagi penulis khususnya..

Medan, Juni 2010

Penulis


(7)

ABSTRAK

Telah dilakukan pemeriksaan kadar lemak pada limbah cair kelapa sawit yang terdapat dalam kolam land application yang dihasilkan oleh Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Tebing Tinggi dengan metode gravimetri yang dipisahkan secara sokletasi melalui dua tahap yaitu ekstraksi dan destilasi.Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar limbah cair yang diproduksi oleh PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Rambutan adalah di antara 5801 – 5935,9 mg/l. Nilai tersebut masih memenuhi standar parameter mutu limbah cair kelapa sawit pada kapasitas 30 ton TBS/jam yang masuk ke kolam pengendalian limbah yang ditetapkan yaitu 5000 – 12.000 mg/l. Sehingga kadar lemak yang masih memenuhi nilai standar maka limbah cair kelapa sawit dapat dibuang ke badan air penerima atau sungai.


(8)

ANALYSIS OF THE OIL GREASE ON WASTEWATER OF CRUDE PALM OIL WITH GRAVIMETRI METHODE

ABSTRACT

The determination of oil grease degree has been done to wastewater of oil palm in land application which is being production by Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PT.Perkebunan Nusantara III (Persero) Tebing Tinggi with gravimetri methode is separated by soxhletation with some phase that is extraction and destillation. The results is got showned that rate wastewater which is being production by PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Rambutan are between 5801 – 5935,9 mg/l. The value still obeyed the standart of determination wastewater of oil palm that is 5000 – 12.000 mg/l. So if wastewater of oil palm have obeyed the standart of determination could wasted to the river.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1.Latar Belakang 1

1.2.Permasalahan 4

1.3.Tujuan 4

1.4.Manfaat 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6

2.1. Limbah 6

2.2. Jenis Limbah Industri Kelapa Sawit 7

2.2.1. Limbah Padat 7

2.2.2. Limbah Cair 8

2.2.3. Limbah Gas 10

2.3. Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit 10

2.3.1. Sumber Limbah Cair 10

2.3.2. Kandungan Limbah Cair 11

2.3.3. Dampak Limbah Industri 11

2.4. Pelaksanaan Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit 12

2.4.1. Pendinginan 13

2.4.2. Deoling Pond 14

2.4.3. Pengasaman 14

2.4.4. Netralisasi 15

2.4.5. Kolam Pembiakan Bakteri 15

2.4.6. Kolam Anaerobik 16

2.4.7. Kolam Fakultatif 18

2.4.8. Kolam Aerobik 18

2.4.9. Masa Tinggal 18

2.5. Lemak 19

2.5.1. Pengertian Lemak 19

2.5.2. Penggolongan 20

2.5.3. Sifat Fisik Lemak 21

2.5.4. Analisa Lemak 21

BAB 3 METODOLOGI 24

3.1. Prinsip Analisa 24

3.2. Alat dan Bahan 24


(10)

3.2.2. Bahan 25

3.3. Prosedur 25

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 26

4.1. Data Hasil Percobaan 26

4.2. Perhitungan 26

4.3. Pembahasan 27

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 30

5.1. Kesimpulan 30

5.2. Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 31

Lampiran I : Skema Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit 32 Lampiran II : Perhitungan Kadar Lemak (Oil Grease) Pada

Limbah Cair Kelapa Sawit 33

Lampiran III : Karakteristik Limbah Yang Masuk Ke Kolam

Pengendalian Limbah 34


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Rendeman Limbah Padat 8

Tabel 2.2. Sumber dan Bobot Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit 9 Tabel 2.3. Karakteristik Limbah Cair Industri Kelapa Sawit 9 Tabel 2.4. Hasil Analisa Paramaeter Mutu Limbah Cair Pabrik


(12)

ABSTRAK

Telah dilakukan pemeriksaan kadar lemak pada limbah cair kelapa sawit yang terdapat dalam kolam land application yang dihasilkan oleh Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Tebing Tinggi dengan metode gravimetri yang dipisahkan secara sokletasi melalui dua tahap yaitu ekstraksi dan destilasi.Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar limbah cair yang diproduksi oleh PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Rambutan adalah di antara 5801 – 5935,9 mg/l. Nilai tersebut masih memenuhi standar parameter mutu limbah cair kelapa sawit pada kapasitas 30 ton TBS/jam yang masuk ke kolam pengendalian limbah yang ditetapkan yaitu 5000 – 12.000 mg/l. Sehingga kadar lemak yang masih memenuhi nilai standar maka limbah cair kelapa sawit dapat dibuang ke badan air penerima atau sungai.


(13)

ANALYSIS OF THE OIL GREASE ON WASTEWATER OF CRUDE PALM OIL WITH GRAVIMETRI METHODE

ABSTRACT

The determination of oil grease degree has been done to wastewater of oil palm in land application which is being production by Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PT.Perkebunan Nusantara III (Persero) Tebing Tinggi with gravimetri methode is separated by soxhletation with some phase that is extraction and destillation. The results is got showned that rate wastewater which is being production by PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Rambutan are between 5801 – 5935,9 mg/l. The value still obeyed the standart of determination wastewater of oil palm that is 5000 – 12.000 mg/l. So if wastewater of oil palm have obeyed the standart of determination could wasted to the river.


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Tandan buah sawit yang diolah dipabrik akan menghasilkan minyak sawit, inti sawit, cangkang, serat dan tandan kosong. Dalam proses pengolahan terdapat bahan yang tidak termanfaatkan seperti tandan kosong dan air buangan pabrik. Karena kapasitas pabrik yang cukup besar yaitu antara 10 s/d 60 ton TBS/jam maka bahan buangan tersebut dapat mempengaruhi lingkungan biotik dan abiotik.

Perkembangan areal perkebunan kelapa sawit yang diikuti dengan pembangunan pabrik yang cukup pesat akan mempengaruhi lingkungan sekitar terutama lingkungan badan penerima limbah. Untuk mengurangi dampak negatif pabrik pengolah kelapa sawit yang mengacu pada undang – undang No. 4 tahun 1982 dan peraturan pemerintah, maka pengendalian limbah pabrik kelapa sawit harus dilakukan dengan baik. Pengendalian limbah pabrik kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara pemanfaatan, pengurangan volume limbah dan pengawasan mutu limbah. Pembangunan instalasi pengendalian limbah dilakukan bersamaan dengan


(15)

pembangunan pabrik kelapa sawit dengan sistem yang didasarkan kepada kapasitas dan kualitas limbah yang diinginkan (Ponten M. Naibaho, 1996).

Pengembangan industri kelapa sawit yang diikuti dengan pembangunan pabrik dapat menimbulkan dampak negatif pada lingkungan, baik terhadap kualitas sumber daya alam (berupa pencemaran), kuantitas sumber daya alam (berupa pengurasan) maupun lingkungan hidup (aspek sosial). Hal ini disebabkan oleh bobot limbah PKS yang harus dibuang ke badan penerima semakin bertambah. Limbah pada dasarnya adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia, maupun proses – proses alam atau belum mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif. Dikatakan mempunyai nilai ekonomi negatif, karena penanganan limbah memerlukan biaya yang cukup besar, di samping juga dapat mencemari lingkungan.

Beban pencemaran lingkungan dari limbah pabrik kelapa sawit (LPKS) serta kandungan bahan organik yang cukup tinggi pada limbah, menuntut pabrik untuk mengolah limbahnya, antara lain melalui daur ulang. Langkah tersebut merupakan upaya untuk mengurangi dampak negatif demi mewujudkan industri yang berwawasan lingkungan. Limbah cair PKS mengandung BOD (biological oxygen demand) sekitar 25.500 ppm, yang berarti 100 kali lebih besar dari limbah rumah tangga.


(16)

Proses pengolahan kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit akan menghasilkan limbah cair dalam jumlah besar. Untuk menghasilkan satu ton minyak kelapa sawit, dihasilkan dua setengah ton limbah cair pabrik kelapa sawit. Limbah cair tersebut berasal dari proses perebusan, klarifikasi, dan hidrosiklon (Said, 1996).

Limbah pengolahan merupakan hasil ikutan yang terbawa pada waktu panen hasil utama dan kemudian dipisahakan dari produk utama waktu proses pengolahan. Menurut penggunaanya, limbah pengolahan terdiri dari tiga kategori sebagai berikut.

a. Limbah yang diolah menjadi produk lain karena memiliki arti ekonomi yang besar seperti inti sawit.

b. Limbah yang didaur ulang untuk menghasilkan energi dalam pengolahan dan pupuk, misalnya tandan kosong, cangkang, dan serat (sabut) buah sawit.

c. Limbah yang dibuang sebagai sampah pengolahan. Contoh limbah jenis ini menurut wujudnya adalah sebagai berikut.

1) Bahan padat, yaitu lumpur dari dekanter pada pengolahan buah sawit. 2) Bahan cair, yaitu limbah cair pabrik kelapa sawit dan air cucian.

3) Bahan gas, yaitu gas cerobong dan uap air buangan pabrik kelapa sawit.

Limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak kelapa sawit adalah limbah cair dan limbah padat. Limbah padatnya berupa tandan buah kosong dan cangkang sawit. Tandan buah kosong umumnya dapat dimanfaatkan kembali di lahan perkebunan kelapa sawit untuk dijadikan pupuk kompos. Prosesnya terlebih dahulu


(17)

dicacah sebelum diaplikasikan (dibuang) ke lahan. Sedangkan cangkang buah sawit dapat dimanfaatkan kembali sebagai alternatif bahan bakar (alternative fuel oil) pada boiler dan power generation.

Limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan industri pengolahan minyak sawit merupakan sisa dari proses pembuatan minyak sawit yang berbentuk cair. Limbah ini masih banyak mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dan tanah. Limbah cair ini biasanya digunakan sebagai alternatif pupuk di lahan perkebunan kelapa sawit yang sering disebut dengan land application. Untuk melakukan pengolahan limbah cair, diwajibkan melakukan kajian terlebih dahulu tentang kelayakan pemanfaatan air limbah sebagai pupuk pada tanah diperkebunan.

Pemahaman bahwa limbah yang dihasilkan dari suatu proses produksi mempunyai nilai ekonomis merupakan suatu paradigma baru yang sedang dikembangkan saat ini. Limbah bukan menjadi suatu hal yang harus dihindari atau ditutup – tutupi pengelolaannya. Limbah juga mempunyai nilai ekonomis. Konsep 3R (Reuse, Recycle, dan Recovery) akan mendorong setiap penghasil limbah untuk menjadikan limbahnya memiliki nilai ekonomis tersebut (http//:www.b3.menhl.go.id).


(18)

1.2.Permasalahan

Adanya kegiatan industri seperti pabrik kelapa sawit menghasilkan limbah cair. Tempat – tempat yang menghasilkan limbah cair berasal dari proses perebusan, klarifikasi , dan hidrosiklon. Berapa besar kadar lemak dan minyak pada limbah cair kelapa sawit. Apakah masih memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh keputusan menteri lingkungan hidup dan bagaimana bila limbah cair yang telah melalui beberapa proses menghasilkan kadar lemak dan minyak yang melebihi norma atau standar mutu yang telah ditetapkan oleh industri pabrik kelapa sawit.

1.3.Tujuan

1. Untuk mengetahui kadar lemak (oil grease) yang terdapat pada limbah cair kelapa sawit pada kolam land application yang merupakan sisa dari hasil pengolahan kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit (crude palm oil)

2. Untuk mengetahui apakah limbah yang dibuang ke lingkungan badan penerima limbah atau ke sungai telah memenuhi standar baku mutu limbah atau belum sehingga jika dibuang ke lingkungan tidak akan menimbulkan dampak negatif seperti mencemari lingkungan.


(19)

1.4.Manfaat

Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan dapat diketahui berapa banyak kadar lemak (oil grease) dari limbah cair pabrik kelapa sawit pada kolam land application yang layak untuk dibuang ke badan penerima limbah menurut standar mutu yang diizinkan.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Limbah

Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan bahaya. Limbah ini dikenal dengan limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Bahan ini dirumuskan sebagai bahan dalam jumlah relatif sedikit tapi mempunyai potensi mencemarkan/merusakkan lingkungan kehidupan dan sumber daya. Sebagai limbah, kehadirannya cukup mengkhawatirkan terutama yang bersumber dari pabrik industri.

Adanya batasan kadar dan jumlah bahan beracun dan berbahaya pada suatu ruang dan waktu tertentu dikenal dengan istilah nilai ambang batas, yang artinya dalam jumlah demikian masih dapat ditoleransi oleh lingkungan sehingga tidak membahayakan lingkungan ataupun pemakai. Karena itu untuk tiap jenis bahan beracun dan berbahaya telah ditetapkan nilai ambang batasnya.


(21)

Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan limbah tergantung pada jenis dan karakteristiknya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka waktu relatif singkat tidak memberikan pengaruh yang berarti, tapi dalam jangka panjang cukup fatal bagi lingkungan. Oleh sebab itu pencegahan dan penanggulangan haruslah merumuskan akibat – akibat pada suatu jangka waktu yang cukup jauh.

Melihat pada sifat – sifat limbah, karakteristik dan akibat yang ditimbulkan pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang diperlukan langkah pencegahan, penanggulangan dan pengelolaan (Perdana Gintings, 1992).

Kadar air sampah adalah sangat tinggi, yaitu 99,9% atau lebih. Benda – benda padat dalam sampah dapat berbentuk organik maupun anorganik. Zat organik dalam sampah terdiri dari bahan – bahan nitrogen, karbohidrat, lemak dan sabun. Mereka bersifat tidak tetap dan menjadi busuk, mengeluarkan bau – bauan yang tidak sedap. Sifat – sifat khas sampah inilah yang membuat perlunya pembenahan sampah dan menyebabkan kesulitan – kesulitan yang maha besar dalam pembuangannya. Benda – benda padat anorganik biasanya tidak merugikan (Mahida, 1984).

2.2. Jenis Limbah Industri Kelapa Sawit

Limbah industri kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan pada saat proses pengolahan kelapa sawit. Limbah jenis ini digolongkan dalam tiga jenis yaitu limbah padat, limbah cair, dan limbah gas.


(22)

2.2.1. Limbah Padat

Limbah padat yang dihasilkan oleh pabrik pengolah kelapa sawit ialah tandan kosong, serat dan tempurung.

Tabel 2.1 : Rendemen Limbah Padat

Jenis Persentase Terhadap TBS Hasil Proses

Basah Kering

Tandan Kosong 21 – 23 10 - 12 Bantingan

Serat 8 – 11 5 - 8 Screw press

Tempurung 5 4 Shell Separator

Limbah padat tandan kosong kadang – kadang mengandung buah tidak lepas di antara celah – celah ulir dibagian dalam. Kejadian ini timbul, bila perebusan dan bantingan yang tidak sempurna sehingga pelepasan buah sangat sulit.

Serat yang merupakan hasil pemisahan dari fibre cyclone mempunyai kandungan cangkang, minyak dan inti. Kandungan tersebut tergantung pada proses ekstraksi di screw press dan pemisahan pada fibre cyclone. Tempurung yang dihasilkan dari kernel plant yaitu shell separator masih mengandung biji bulat dan inti sawit (Ponten M. Naibaho, 1996).


(23)

2.2.2. Limbah Cair

Limbah cair juga dihasilkan pada proses pengolahan kelapa sawit. Limbah ini berasal dari kondensat, stasiun klarifikasi, dan dari hidrosiklon. Limbah kelapa sawit memiliki kadar bahan organik yang tinggi. Tingginya kadar tersebut menimbulkan beban pencemaran yang besar, karena diperlukan degradasi bahan organik yang lebih besar pula.

Tabel 2.2 : Sumber Dan Bobot Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit

Sumber BOD

Produksi

Tandan buah Minyak Segar (ton) (ton)

Air Kondensat 25 – 30.000 0,15 0,9

Air lumpur 20 – 60.000 0,35 0,5

Air hidrosiklon 3 – 9.000 0,10 0,1

Sumber : Loebis dan Tobing, 1989

Lumpur (sludge) disebut juga lumpur primer yang berasal dari proses klarifikasi merupakan salah satu limbah cair yang dihasilkan dalam proses pengolahan kelapa sawit, sedangkan lumpur yang telah mengalami proses sedimentasi disebut lumpur sekunder. Kandungan bahan organik lumpur juga tinggi yaitu pH berkisar


(24)

Tabel.2.3. Karakteristik Limbah Cair Industri Kelapa Sawit

Parameter Lumpur Primer Lumpur Sekunder

pH

Padatan tersuspensi (ppm)

Padatan volatil (ppm)

COD (ppm) Nitrat (ppm) Fosfat (ppm) 3,75 80.720 64.760 28.220 31 106 - 4,54 243.670 233.730 16.320 3 3 -

Sumber : Nurcahyo, 1993

Tabel 2.4. Hasil Analisa Parameter Mutu Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit

Parameter Konsentrasi (mg/l)

COD (chemical oxygen demand)

Padatan Total (total solids)

Padatan tersuspensi (suspended solid)

Minyak (oil & grease)

48.000

29.000

18.750

5.000


(25)

2.2.3. Limbah Gas

Selain limbah padat dan cair, industri pengolahan kelapa sawit juga menghasilkan limbah bahan gas. Limbah gas ini antara lain gas cerobong dan uap air buangan pabrik kelapa sawit (Yan Fauzi, 2002).

2.3. Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit

2.3.1. Sumber Limbah Cair

Jumlah limbah cair yang dihasilkan dari beberapa unit pengolahan adalah 120 m3/hari berupa kondensat rebusan, 450 m3/hari dari stasiun klarifikasi, dan 30 m3/hari dari buangan hidrosiklon. Total volume limbah dari setiap pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton tandan buah segar/hari adalah 600 m3/hari.

2.3.2. Kandungan Limbah Cair

Limbah cair pabrik kelapa sawit memiliki potensi sebagai pencemar lingkungan karena berbau, mengandung nilai COD dan BOD serta padatan tersuspensi yang


(26)

tinggi. Untuk mengendalikan pencemaran maka diperlukan pengolahan LCPKS secara biologik, kimia, atau fisik. Penanganan limbah cair secara biologik lebih disukai karena dampak akhirnya terhadap pencemaran lingkungan minimal.

Limbah cair PKS mengandung padatan melayang dan terlarut maupun emulsi minyak dalam air. Apabila limbah tersebut langsung dibuang ke sungai maka sebagian akan mengendap, terurai secara perlahan, mengonsumsi oksigen terlarut, menimbulkan kekeruhan, mengeluarkan bau yang sangat tajam, dan dapat merusak daerah pembiakan ikan. Limbah cair pabrik kelapa sawit mengandung senyawa anorganik dan organik yang dapat dan tidak dapat dirombak oleh mikroorganisme. Limbah yang mengandung senyawa organik umumnya dapat dirombak oleh bakteri dan dapat dikendalikan secara biologis. Pengolahan limbah cair secara biologis dapat dilakukan dengan proses aerobik dan anaerobik. Pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit dimulai dengan proses anaerobik dan dilanjutkan dengan proses aerobik (Said, 1996).

2.3.3. Dampak Limbah Industri

Limbah dari industri dapat membahayakan kesehatan manusia karena dapat merupakan pembawa suatu penyakit (sebagai vehicle), merugikan segi ekonomi karena dapat menimbulkan kerusakan pada benda/bangunan maupun tanam – tanaman dan peternakan, dapat merusak atau membunuh kehidupan yang ada di dalam air


(27)

seperti ikan dan binatang peliharaan lainnya, dan dapat merusak keindahan (aestetika), karena bau busuk dan pemandangan yang tidak sedap dipandang terutama di daerah hilir sungai yang merupakan daerah rekreasi (Sugiharto, 1987)

Sebagian besar senyawa kimia dalam air termasuk dalam kategori kimia organik maupun anorganik. Parameter kimia paling dominan dalam mengukur kondisi badan air akibat buangan industri. Barangkali parameter ini yang paling banyak menciptakan kecemaran dan bahaya terhadap lingkungan. Oksigen mempunyai peranan penting dalam air. Kekurangan oksigen dalam air mengakibatkan tumbuhnya mikroorganisme dan bakteri. Bakteri berfungsi untuk merugikan zat organik dalam air. Dalam air terjadi reaksi oksigen dengan zat organik oleh adanya bakteri aerobik. Atas dasar reaksi ini dapat diperkirakan bahan pencemar oleh zat organik (Perdana Gintings, 1992).

2.4. Pelaksanaan Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit

Penanganan limbah cair secara umum dapat dikelompokkan menjadi enam bagian, antara lain, penanganan pendahuluan (pretreatment), penanganan pertama (primary treatment), penanganan kedua (secondary treatment), penanganan ketiga (tertiary treatment), pembunuhan kuman (disinfection), dan pembuangan lanjutan (ultimate disposal). Penanganan buangan cair tidak harus melalui tahap – tahap seperti di atas, tetapi sesuai dengan kebutuhan.


(28)

Penanganan pendahuluan dan penanganan pertama mencakup proses pemisahan bahan – bahan mengapung dan mengendap, baik secara fisik maupun kimia. Penanganan kedua umumnya mencakup proses biologi, untuk mengurangi bahan – bahan organik melalui mikroorganisme yang ada di dalamnya. Penanganan ketiga merupakan kelanjutan dari penanganan sebelumnya bila masih terdapat bahan yang berbahaya. Beberapa jenis penanganan ketiga ini adalah penyaringan pasir, penyerapan, vakum filter, dan lain – lain. Penanganan lanjutan dilakukan untuk menangani lumpur yang dihasilkan pada penanganan sebelumnya.

Limbah lumpur aktif maupun limbah organik lainnya dapat ditangani dengan proses pencernaan aerobik. Beberapa keuntungan proses pencernaan aerobik antara lain hasil pencernaan aerobik tidak berbau, bersifat seperti humus, mudah dibuang, dan mudah dikeringkan. Selain itu, pencernaan aerobik lebih mudah dilakukan dan biayanya lebih murah dibandingkan pencernaan anaerobik. Beberapa kerugian pencernaan aerobik adalah penambahan energi untuk memasok oksigen sehingga biaya operasinya lebih mahal, tidak menghasilkan gas metana, dan lebih banyak menghasilkan lumpur sisa dibandingkan pencernaan anaerobik (Said, 1996).

2.4.1. Pendinginan

Air limbah segar yang keluar dari pabrik umumnya masih panas (50 – 700C) dan masih diperlakukan pendinginan sesuai dengan kondisi pengendalian limbah yang


(29)

bakteri. Pengendalian limbah yang menggunakan bakteri mesophill memerlukan pendinginan hingga 400C, sedangkan pengendalian dengan menggunakan bakteri thermophill memerlukan suhu pengendalian 600C, maka tidak perlu didinginkan.

Pendinginan dilakukan dengan dua cara, yaitu :

a. Menara pendingin, yaitu pendinginan air limbah dengan menggunakan menara, yang kemudian dibantu dengan bak pendingin. Menara dibuat dari plat stainlessteel yang tahan karat atau dengan konstruksi kayu. Alat ini mampu menurunkan suhu limbah dari 600C menjadi 400C.

b. Kolam pendingin, yaitu pendinginan limbah dengan kolam. Pendinginan ini dikombinasikan dengan pengutipan minyak. Pendinginan di dalam kolam dilakukan selama 48 jam. Pendinginan sering mengalami kegagalan terutama akibat aliran di dalam kolam pendingin tidak baik, yaitu seolah – olah ada aliran yang terlokaliser. Oleh sebab itu dicoba memperbesar ukuran kolam pendingin yang mampu menampung limbah 10 hari olah.

2.4.2. Deoling Pond

Deoling pond berfungsi untuk mengutip minyak hingga kadar minyak 0,4%. Deoling pond ini merupakan instalasi tambahan membantu fat pit yang hanya mampu mengutip minyak.


(30)

2.4.3. Pengasaman

Limbah yang segar mengandung senyawa organik yang mudah dihidrolisa dan menghasilkan senyawa asam. Agar senyawa ini tidak mengganggu proses pengendalian limbah maka dilakukan pengasaman (acidification). Dalam kolam ini pH limbah umumnya berkisar 3 – 4, dan kemudian pHnya naik setelah asam – asam organik terurai kembali oleh proses hidrolisa yang berlanjut.

2.4.4. Netralisasi

Seperti dikemukakan di atas bahwa limbah yang masih asam tidak sesuai untuk pertumbuhan mikroba, oleh sebab itu perlu dinetralkan dengan penambahan bahan kimia atau cairan alkali. Bahan yang sering ditambahkan ialah soda api, kapur tohor, abu tandan kosong dan cairan limbah yang sudah netral.

Pemakaian bahan penetral didasarkan kepada keasaman limbah dan kadar minyak yang terkandung. Pemakaian ini dapat diketahui secara uji laboratorium. Dengan dasar pencapaian pH maka dianjurkan pemakaian kapur tohor yang sedikit lebih murah dari soda api dan lebih mahal dari abu tandan kosong. Jumlah kapur tohor yang diperlukan adalah 25 kg/m3 limbah. Netralisasi dapat dibantu dengan perlakuan sirkulasi yaitu memakai sludge yang berasal dari kolam fakultatif yang telah mempunyai pH netral.


(31)

2.4.5. Kolam Pembiakan Bakteri

Kolam pembiakan bakteri dibuat untuk membiakkan bakteri pada awal pengoperasian kolam pengendalian limbah. Untuk membiakkan bakteri diperlukan kondisi yang optimum dalam hal :

a. pH netral yaitu 7,0.

b. Suhu 30 – 400C untuk bakteri mesophill, 57 – 650C untuk bakteri thermophill. c. Nutrisi yang cukup mengandung nitrogen dan posfat.

d. Kedalaman kolam 5 – 6 m.

e. Ukuran kolam diupayakan dapat menampung air limbah 2 hari olah atau setara 400 m3 untuk PKS kapasitas 30 ton TBS/jam.

2.4.6. Kolam Anaerobik

Limbah yang telah dinetralkan dialirkan ke dalam kolam anaerobik untuk diproses. Proses perombakan limbah dapat berjalan lancar jika kontak antara limbah dengan bakteri yang berasal dari kolam pembiakan lebih baik.

Untuk mengefektifkan proses perombakan dalam kolam anaerobik maka perlu diperhatikan beberapa faktor :


(32)

1. Sirkulasi

Untuk mempertinggi frekuensi persinggungan antara bakteri dengan substart maka dilakukan sirkulasi dalam kolam itu sendiri. Hisapan sirkulasi ditempatkan didasar kolam limbah dan dicegah agar tidak bersinggungan dengan udara.

2. Resirkulasi

Resirkulasi ialah pemasukan hasil olah limbah dari kolam dihilir ke kolam dihulu dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi substrat dalam hal pH, nutrisi dan kelarutan.

3. Kandungan Minyak

Kandungan minyak yang masuk ke dalam kolam akan mempengaruhi aktifitas bakteri, yaitu minyak tersebut berperan sebagai isolasi antara substrat dengan bakteri. Juga minyak tersebut jika bereaksi dengan alkali dapat membentuk sabun berbusa yang sering mengapung dipermukaan kolam dan bercampur dengan benda – benda yang lain dan disebut dengan “scum”.

Untuk mengaktifkan proses perombakan maka scum yang terlalu tebal di atas permukaan limbah perlu dibuang. Karena scum yang tebal sangat menyulitkan gas methan yang terbentuk keluar ke udara terbuka. Juga scum ini dapat menghambat pergerakan limbah sehingga penyebaran bakteri dan lumpur aktif yang dimasukkan tidak merata.

4. Kedalaman dan Volume Kolam

Kedalaman kolam anaerobik tetap harus dipertahankan, yaitu dengan melakukan pengorekan secara terjadwal. Kedalaman yang berkurang akan


(33)

menyebabkan aktifitas bakteri menurun, ini jika terlihat pada kedalaman yang kurang dari 3 m.

Volume kolam yang kecil akan menurunkan retention time, yang berarti menghentikan perombakan bahan organik pada tingkat BOD tertentu.

5. Jenis Bakteri yang Dikembangkan

Seperti diterangkan di atas bahwa bahan organik yang terkandung dalam limbah didominasi oleh karbohidrat, selulosa, protein, lignin dan minyak. Oleh sebab itu dalam perombakannya perlu dikembangkan jenis bakteri spesifik yang mampu merombak bahan organik tersebut. Seperti halnya yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit yang terdiri dari beberapa bakteri dan disebut “Betagen”.

2.4.7. Kolam Fakultatif

Kolam ini adalah kolam peralihan dari kolam anaerobik menjadi aerobik. Volume kolam ini dipersiapkan untuk menahan limbah selama 25 hari. Di dalam kolam ini proses perombakan anaerobik masih tetap berjalan, yaitu menyelesaikan pekerjaan – pekerjaan yang belum diselesaikan pada kolam anaerobik. Pada bagian hulu kolam masih menunjukkan adanya gelembung – gelembung udara yang keluar dari dalam air limbah sedangkan pada bagian hilir kolam hampir tidak ada. Karakteristik limbah di dalam fakultatif yaitu pH 7,6 – 7,8; BOD 600 – 800 ppm; COD 1250 – 1750 ppm (Ponten M. Naibaho, 1996).


(34)

2.4.8. Kolam Aerobik

Proses yang terjadi pada kolam aerobik adalah proses aerobik. Pada kolam ini telah tumbuh ganggang dan mikroba heterotrop yang membentuk flok. Hal ini merupakan proses penyediaan oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba dalam kolam, metoda pengadaan oksigen dapat dilakukan secara alami dan atau menggunakan aerator.

2.4.9. Masa Tinggal

Dari seluruh rangkaian proses tersebut di atas, masa tinggal limbah selama proses berlangsung mulai kolam pendingin sampai air dibuang ke badan penerima membutuhkan waktu masa tinggal selama lebih kurang minimal 100 hari (Jan Polman Sitindaon, 2004).

2.5. Lemak

2.5.1. Pengertian Lemak

Salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia ialah lipid. Untuk memberikan definisi yang jelas tentang lipid sangat sukar, sebab senyawa yang


(35)

termasuk lipid tidak mempunyai rumus struktur yang serupa atau mirip. Sifat kimia dan fungsi biologinya juga berbeda – beda. Walaupun demikian para ahli biokimia bersepakat bahwa lemak dan senyawa organik yang mempunyai sifat fisika seperti lemak, dimasukkan dalam satu kelompok yang disebut lipid. Adapun sifat fisika yang dimaksud ialah: (1) tidak larut dalam air, tetapi larut dalam satu atau lebih dari satu pelarut organik misalnya eter, aseton, kloroform, benzene yang sering juga disebut “pelarut lemak”; (2) ada hubungan dengan asam – asam lemak atau esternya;

(3) mempunyai kemungkinan digunakan oleh makhluk hidup. Kesepakatan ini telah disetujui oleh Kongres Internasional Kimia Murni dan Terapan (International Congress of Pure and Applied Chemistry). Jadi berdasarkan pada sifat fisika tadi, lipid dapat diperoleh dari hewan atau tumbuhan dengan cara ekstraksi menggunakan alkohol panas, eter atau pelarut lemak yang lain. Macam senyawa – senyawa serta kuantitasnya yang diperoleh melalui ekstraksi itu sangat tergantung pada bahan alam sumber lipid yang digunakan.

Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai ester trigliserida atau lemak, baik yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Asam ini adalah asam karboksilat yang mempunyai rantai karbon panjang dengan rumus umum :

O

R – C – OH

Yang dimaksud dengan lemak di sini ialah suatu ester asam lemak dengan gliserol. Gliserol ialah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon. Jadi tiap atom karbon mempunyai gugus –OH. Satu molekul gliserol dapat mengikat


(36)

satu, dua atau tiga molekul asam lemak dalam bentuk ester, yang disebut monogliserida, digliserida atau trigliserida. Pada lemak, satu molekul gliserol mengikat tiga molekul asam lemak, seperti ditunjukkan pada reaksi berikut :

HO – CH2 R1 – COO – CH2

HO – CH + 3RCOOH R2 – COO – CH + 3H2O

HO – CH2 R3 – COO – CH2

gliserol asam lemak trigliserida air

Lemak adalah suatu trigliserida. R1 – COOH, R2 – COOH dan R3 – COOH ialah molekul asam lemak yang terikat pada gliserol. Ketiga molekul asam lemak itu boleh sama, boleh berbeda. Asam lemak yang terdapat dalam alam ialah asam palmitat, stearat, oleat dan linoleat.

2.5.2. Penggolongan

Senyawa – senyawa yang termsuk lipid ini dapat dibagi dalam beberapa golongan. Ada beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam tiga golongan besar yakni; (1) lipid sederhana, yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol, contohnya lemak atau trigliserida dan lilin (waxes); (2) lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan, contohnya fosfolipid,


(37)

serebrosida; (3) derivat ipid, yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid, contohnya asam lemak, gliserol, dan sterol. Di samping itu berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid dapat dibagi dalam dua golongan yang besar, yakni lipid yang dapat disabunkan, yakni dapat dihidrolisis dengan basa, contohnya lemak, dan lipid yang tidak dapat disabunkan, contohnya steroid (Anna Poedjiadi, 2006).

2.5.3. Sifat Fisik Lemak

Lemak netral dalam ilmu gizi adalah apa yang dikenal sebagai lemak dan minyak. Lemak berbentuk padat pada suhu kamar sedangkan minyak berbentuk cair. Berat jenis lemak lebih rendah daripada air, oleh karena itu mengapung ke atas dalam campuran air dan minyak atau cuka dan minyak. Sifat fisik trigliserida ditentukan oleh proporsi dan struktur kimia asam lemak yang membentuknya (Sunita Almatsier, 2001).

2.5.4. Analisa Lemak

Gravimetri adalah penentuan kadar langsung dengan melakukan pengukuran massa zat murni yang dipisahkan dalam bentuk senyawa yang diketahui susunan kimianya dengan menghitung kandungan komponen analitnya.


(38)

Pemisahan analit dapat dilakukan dari larutannya, jadi sampel padat harus dilarutkan lebih dulu, baru dilakukan pengendapan dengan pereaksi pengendap atau dipisahkan dengan cara ekstraksi. Untuk memurnikan endapan diperlukan proses pencucian atau pengkristalan ulang dan pengeringan sampai berat konstan. Demikian juga halnya dengan wadah endapan, cawan, baik pada waktu penimbangan awal cawan kosong, maupun cawan yang sudah berisi endapan yang menggunakan suatu cara pengeringan tertentu harus ditimbang sampai berat konstan. Gravimetri memerlukan tanur listrik atau pembakar, penangas udara dan timbangan analitik yang peka dan akurat, baik penimbang konvensional atau timbangan listrik atau elektronik (Kosasih, 2004).

Pada pengolahan minyak dan lemak, pengerjaan yang dilakukan tergantung pada sifat alami minyak atau lemak tersebut dan juga tergantung dari hasil akhir yang dikehendaki. Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini bermacam – macam, yaitu rendering (dry rendering dan wet rendering), mechanical expression dan solvent extraction.

1. Rendering

Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada semua cara rendering , penggunaan panas adalah suatu hal yang spesifikasi, yang bertujuan untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan


(39)

untuk memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung di dalamnya.

2. Pengepresan Mekanis (Mechanical Expression)

Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak, terutama untuk bahan yang berasal dari biji – bijian. Cara ini dilakukan untuk memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30 – 70 persen). Pada pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup pembuatan serpih, perajangan dan penggilingan serta tempering atau pemasakan.

3. Ekstraksi Dengan Pelarut (Solvent Extraction)

Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam pelarut minyak dan lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak yang rendah yaitu sekitar 1 persen atau lebih rendah, dan mutu minyak kasar yang dihasilkan cenderung menyerupai hasil dengan cara expeller pressing, karena sebagian fraksi bukan minyak akan ikut terekstraksi. Pelarut minyak atau lemak yang biasa dipergunakan dalam proses ekstraksi dengan pelarut menguap adalah petroleum eter, gasoline karbon disulfida, karbon tetraklorida, benzene dan n – heksan. Perlu diperhatikan bahwa jumlah pelarut menguap atau hilang tidak boleh lebih tinggi dari 5 persen. Bila lebih, seluruh sistem solvent extraction perlu diteliti lagi (Ketaren,2008).


(40)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1. Prinsip Analisa

Lemak larut dengan baik pada pelarut minyak seperti heksan dan dapat dipisahkan dengan cara ekstraksi pelarut. Penentuan kadar lemak (oil grease) pada limbah cair kelapa sawit yang terdapat pada kolam land application yang merupakan limbah dari hasil pengolahan kelapa sawit dilakukan dengan metode gravimetri dimana lemak dalam sampel dipisahkan secara sokletasi melalui beberapa tahap yaitu ekstraksi dan destilasi, kemudian kadarnya ditetapkan dengan metode gravimetri.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1Alat

- Alat Soklet

- Oven gallenkamp


(41)

- Neraca analitik sartorius

- Labu alas pyrex

- Cawan porselin pyrex

- Kondensor pyrex

- Kertas

- Timbel

3.2.2. Bahan

- n - heksan p.a (E.Merck)

- H2SO4 p.a (E.Merck)

- Sampel air limbah

3.3. Prosedur

- Ditimbang cawan porselin kosong dan kertas yang sudah dikeringkan di oven dan didinginkan

- Ditimbang sampel dalam cawan porselin yang dilapisi kertas dan tambahkan beberapa ml H2SO4 hingga pH 3,0 dan diaduk

- Kemudian sampel dimasukkan ke dalam oven hingga kering - Setelah itu kertas dimasukkan ke dalam timbel ekstraksi - Ditimbang labu alas yang kosong


(42)

- Dirangkai alat soklet dan dimasukkan n – heksan secukupnya kedalam labu

alas yang kosong ( 4

3 dari volume labu alas)

- Diekstrakasi selama ± 4 jam

- Diangkat sampel hasil ekstraksi dan pelarut didestilasi

- Dikeringkan labu ekstraksi yang berisi sampel hasil ekstraksi dalam oven pada suhu 1300C

- Lalu didinginkan pada desikator selama 15 menit dan labu alas ditimbang hingga konstan.


(43)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Percobaan

Tanggal Analisa

Berat

Sampel (g)

Berat Labu Alas Oil

Grease (mg/l) Kosong (g) Kosong + Lemak

Hasil Ekstraksi (g)

18 Januari 2010 75,0009 107,5513 107,9802 5718,6

19 Januari 2010 75,0110 107,1703 107,6128 5899,1

20 Januari 2010 75,0002 88,0949 88,5345 5861,3

21 Januari 2010 75,0211 106,1918 106,6270 5801

22 Januari 2010 75,0010 106,1862 106,6314 5935,9


(44)

4.2. Perhitungan

Minyak dan Lemak (mg/l) = − ×1000.000 BC

BL HE

Dimana : HE = Berat labu alas + sampel lemak hasil ekstraksi

BL = Berat labu kosong

BC = Berat sampel yang dianalisa

Contoh :

Minyak dan Lemak (mg/l) = − ×1000.000=

0009 , 75

5513 , 107 9802 , 107

5718,6 mg/l

4.3. Pembahasan

Kelapa sawit adalah salah satu komoditas nonminyak dan gas bumi andalan Indonesia. Peningkatan produksi bahan mentah berupa minyak mentah kelapa sawit telah membuka peluang untuk pengembangan industri.

Sudah tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa kita saat ini sedang giat – giatnya melaksanakan pembangunan demi terciptanya masyarakat yang adil dan makmur


(45)

melalui proses industrialisasi. Dengan semakin pesatnya pertumbuhan industri yang beraneka – ragam ini, sudah barang tentu akan semakin beraneka – ragam pula hasil buangan sampingannya. Salah satu dari buangan tersebut adalah yang berupa buangan air limbah industri. Dengan adanya air limbah industri mau tidak mau akan mengotori sumberdaya alam yang di sekitarnya.

Dengan ditingkatkannya sektor industri maupun sektor pertanian diharapkan taraf hidup masyarakat akan dapat ditingkatkan lagi. Akan tetapi, disamping tujuan – tujuan tersebut, maka dengan munculnya industri perlu dipikirkan juga efek sampingnya yang berupa limbah. Selain itu perlu dipikirkan juga apakah industri tersebut menghasilkan limbah yang berbahaya atau tidak, sehingga segera dapat ditetapkan perlu tidaknya disediakan bangunan pengolah air limbah serta teknik yang dipergunakan dalam pengolahan. Air limbah suatu industri baru diperbolehkan dibuang ke badan – badan air apabila telah memenuhi syarat – syarat yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Penanganan dan pemanfaatan limbah merupakan jawaban untuk mengatasi pencemaran yang disebabkan oleh industri pengolahan. Penanganan limbah yang efektif dan efisien akan menghasilkan buangan industri yang dapat diterima oleh lingkungan, bahkan merupakan nilai positif bagi industri. Limbah yang dihasilkan oleh tanaman kelapa sawit dapat memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan.

Dari hasil analisis kadar lemak (oil grease) dari limbah cair kelapa sawit yang terdapat pada kolam land application yang dilakukan dengan menggunakan metode gravimetri yang dipisahkan secara ekstraksi sokletasi maka didapatlah bahwa kadar


(46)

lemak (oil grease) pada sampel yang beratnya 75,0009 gram memiliki nilai oil grease 5718,6 mg/l; sampel yang beratnya 75,0110 gram memiliki nilai oil grease 5899,1 mg/l; sampel yang beratnya 75,0002 gram memiliki nilai oil grease 5861,3 mg/l; sampel yang beratnya 75,0010 gram memiliki nilai oil grease 5801 mg/l; sampel yang beratnya 75,0010 gram memiliki nilai oil grease 5935,9 mg/l; sampel yang beratnya 75,0035 gram memiliki nilai oil grease 5619,7 mg/l. Sehingga dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa kadar lemak (oil grease) yang terkandung dalam limbah cair kelapa sawit yang terdapat pada kolam land application telah memenuhi baku mutu standar yang telah ditetapkan yaitu kadarnya 5.000 – 12.000 mg/l. Oleh karena itu, bila limbah tersebut dibuang ke badan penerima atau sungai maka limbah tersebut tidak akan menimbulkan pencemaran bagi lingkungan sekitarnya. Namun sebaliknya limbah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pupuk bagi tanaman kelapa sawit atau tanaman lainnya karena limbah tersebut mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.

Dalam menganalisis limbah cair kelapa sawit yang diperlukan ketelitian dan kercematan serta pengendalian limbah yang efektif dan efisien. Sehingga limbah yang akan dibuang ke badan penerima atau sungai tidak melebihi baku mutu standar atau norma yang telah ditetapkan. Sehingga tidak berdampak buruk bagi lingkungan sekitar pabrik tersebut.


(47)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh kadar lemak (oil grease) yang terkandung dalam limbah cair kelapa sawit pada kolam land application yaitu berkisar antara 5619,7 – 5935,9 mg/l. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa kadar lemak yang terkandung dalam limbah cair kelapa sawit pada kolam land application telah memenuhi baku mutu standar yang telah ditetapkan yaitu di antara 5.000 – 12.000 mg/l sehingga dapat dibuang atau juga disalurkan ke badan air penerima karena hasil analisis ini menunjukkan bahwa kadar lemak yang terkandung pada limbah cair pabrik kelapa sawit masih dibawah ambang batas standar baku mutu yang diperbolehkan.

5.2. Saran

Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan terutama pada perairan, sebaiknya pabrik industri yang terdapat dimana saja mengolah limbah cairnya secara efektif dan efisien sehingga sesuai dengan standar baku mutu yang telah ditetapkan.


(48)

Setiap pabrik harusnya mempunyai usaha dalam penanganan dan pemanfaatan limbah yang dihasilkan agar lingkungan di sekitar pabrik maupun masyarakat yang menggunakan air sebagai sumber kehidupan tidak tercemar oleh limbah industri.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Almatseir, S., 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Fauzi, Y., Widyastuti, Y.E., Satyawibawa dan Hartono, R., 2008. Kelapa Sawit: Budi Daya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran.Cetakan I, Jakarta: Penebar Swadaya.

Gintings, P., 1992. Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Cetakan Pertama, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Ketaren, S., 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia – Press.

Kosasih, S., Mulja, M., Tjahjono, D.H. dan Kartasasmita, R.E., 2004. Asas Pengembangan Prosedur Analisis. Edisi I, Cetakan Pertama. Surabaya: Airlangga University Press.

Mahida, U.N., 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Cetakan Pertama, Jakarta: C.V.Rajawali.

Naibaho, P.M., 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Poedjiadi, A., 2006. Dasar –Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia – Press.

Said, E.G., 1996. Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit. Cetakan Pertama. Bogor: Trubus Agriwidya.


(50)

Sugiharto. 1987. Dasar – Dasar Pengolahan Air Limbah. Cetakan Pertama. Jakarta: Universitas Indonesia – Press.


(51)

LAMPIRAN I. SKEMA PENGOLAHAN LIMBAH PABRIK KELAPA SAWIT

X

Sirkulasi

Out Let

Fat Pit Cooling Deoling Kolam

Pengasaman

Kolam Anaerobic primer

Kolam Anaerobic primer

Pembiakan Bakteri

Kolam Anaerobic skunder

Kolam Anaerobic skunder

Kolam Fakultatip

Kolam Aerobic

Kolam Aerobic


(52)

LAMPIRAN II. PERHITUNGAN KADAR LEMAK (OIL GREASE) PADA LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT

Lemak (mg/l) = 1000.000

0009 , 75 5513 , 107 9802 , 107 × −

= 5718,6 mg/l

Lemak (mg/l) = 1000.000

0110 , 75 1703 , 107 6128 , 107 × −

= 5899,1 mg/l

Lemak (mg/l) = 1000.000

0002 , 75 0949 , 88 5345 , 88 × −

= 5861,3 mg/l

Lemak (mg/l) = 1000.000

0211 , 75 1918 , 106 6270 , 106 × −

= 5801 mg/l

Lemak (mg/l) = 1000.000

0010 , 75 1862 , 106 6314 , 106 × −

= 5935,9 mg/l

Lemak (mg/l) = 1000.000

0035 , 75 3521 , 109 7736 , 109 × −


(53)

LAMPIRAN III. KARAKTERISTIK LIMBAH YANG MASUK KE KOLAM PENGENDALIAN LIMBAH

No Parameter Satuan Kisaran

1 2 3 4 5 6 7 8 9 BOD COD Suspended Solid Total Solid

Minyak dan Lemak

N – NH3

Total N pH Suhu mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l 0 C

20.000 – 30.000

40.000 – 60.000

15.000 – 40.000

30.000 – 70.000

5.000 – 12.000

30 – 40

500 – 800

4 – 5


(54)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Almatseir, S., 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Fauzi, Y., Widyastuti, Y.E., Satyawibawa dan Hartono, R., 2008. Kelapa Sawit: Budi Daya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran.Cetakan I, Jakarta: Penebar Swadaya.

Gintings, P., 1992. Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Cetakan Pertama, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Ketaren, S., 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia – Press.

Kosasih, S., Mulja, M., Tjahjono, D.H. dan Kartasasmita, R.E., 2004. Asas Pengembangan Prosedur Analisis. Edisi I, Cetakan Pertama. Surabaya: Airlangga University Press.

Mahida, U.N., 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Cetakan Pertama, Jakarta: C.V.Rajawali.

Naibaho, P.M., 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Poedjiadi, A., 2006. Dasar –Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia – Press.

Said, E.G., 1996. Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit. Cetakan Pertama. Bogor: Trubus Agriwidya.


(2)

Sugiharto. 1987. Dasar – Dasar Pengolahan Air Limbah. Cetakan Pertama. Jakarta: Universitas Indonesia – Press.


(3)

LAMPIRAN I. SKEMA PENGOLAHAN LIMBAH PABRIK KELAPA SAWIT

X

Sirkulasi

Out Let

Fat Pit Cooling Deoling Kolam

Pengasaman

Kolam Anaerobic primer

Kolam Anaerobic primer

Pembiakan Bakteri

Kolam Anaerobic skunder

Kolam Anaerobic skunder

Kolam Fakultatip

Kolam Aerobic

Kolam Aerobic


(4)

LAMPIRAN II. PERHITUNGAN KADAR LEMAK (OIL GREASE) PADA LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT

Lemak (mg/l) = 1000.000 0009 , 75 5513 , 107 9802 , 107 × −

= 5718,6 mg/l

Lemak (mg/l) = 1000.000 0110 , 75 1703 , 107 6128 , 107 × −

= 5899,1 mg/l

Lemak (mg/l) = 1000.000 0002 , 75 0949 , 88 5345 , 88 × −

= 5861,3 mg/l

Lemak (mg/l) = 1000.000 0211 , 75 1918 , 106 6270 , 106 × −

= 5801 mg/l

Lemak (mg/l) = 1000.000 0010 , 75 1862 , 106 6314 , 106 × −


(5)

LAMPIRAN III. KARAKTERISTIK LIMBAH YANG MASUK KE KOLAM PENGENDALIAN LIMBAH

No Parameter Satuan Kisaran

1 2 3 4 5 6 7 8 9 BOD COD Suspended Solid Total Solid

Minyak dan Lemak N – NH3

Total N pH Suhu mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l 0 C

20.000 – 30.000 40.000 – 60.000 15.000 – 40.000 30.000 – 70.000 5.000 – 12.000

30 – 40 500 – 800

4 – 5 70 – 80


(6)